credit: laman Goodreads-nya Dee Lestari |
10-15 menit yang lalu aku menyelesaikan keping terakhir di buku Supernova #6: Intelegensi Embun Pagi. Rasanya campur aduk *terharu 😭.
A few moments later...
Fyuhhh... akhirnya aku berhasil menyelesaikan heksalogi Supernova, ± 22 tahun sejak buku pertamanya dirilis 😅. Gils… Sejujurnya aku sama sekali nggak pernah mengira akan ada buku yang lebih wow ketimbang heptalogi Harry Potter. Yunow… sebagai netizen… aku punya banyak alasan untuk nge-skip baca buku, ya inilah.. ya itulah… ya iyalah… 😂.
Kalau kalyan baca The Days When Smartphone Died pasti tahu salah satu kegiatanku saat nggak ada smartphone adalah kembali ke khittoh yakni baca buku. Saat baca buku The Grand Design-nya Stephen Hawking yang membahas tentang penciptaan alam raya, aku menemukan ada banyak kata ‘partikel’. Tunggu, partikel… partikel… partikel… 🤔 eh, aku belum baca buku Supernova 4: Partikel!.
Sampai kantor aku gercep cari bukunya dongs, saat mau check out aku kepikiran: nggak mungkin aku hanya beli buku Supernova 4: Partikel, idealnya aku beli juga Supernova 5: Partikel dan Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi biar dahagaku terpuaskan semua 😉. Namun menimbang saldo yang udah berada di tepi jurang, aku mencari opsi lain yakni: baca di iPusnas.
FYI. iPusnas adalah aplikasi perpustakaan digital yang dikelola oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Aplikasinya sendiri B aja, nggak yang bagus gimana gitu namun nggak buruk-buruk amat. Meski fiturnya masih sederhana dan jauh dari optimal, aku merasa lebih nyaman baca di iPusnas ketimbang di PDF reader, at least aku nggak merasa bersalah karena nggak beli bukunya 😅.
Untuk buku-buku popular (yang high demand) biasanya perlu antri sampai berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Makanya aku merasa beruntung bisa kebagian copy dari ketiga buku tersebut dalam waktu seminggu, alhamdulillah mulusss… 👌 dan dikembalikan sebelum tenggat waktu. So far, yang bikinku mangkel hanyalah fitur bookmark yang under construction, telunjukku pegel nge-scroll mulu ☝.
2001 Supernova 1: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh – 2002 baca punya Teh Intan (± 1minggu)
2002 Supernova 2: Akar – 2002 baca punya Teh Intan (± 1minggu)
2004 Supernova 3: Petir – 2004 beli sendiri (± 3 hari)
2012 Supernova 4: Partikel – 2024 baca di iPusnas (± 3 hari)
2014 Supernova 5: Gelombang – 2024 baca di iPusnas (± 2 hari)
2016 Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi – 2024 baca di iPusnas (± 2 hari)
Di laman cuap-cuap penulis (apa sih nama resminya?! 😅) Dee Lestari bercerita bahwa ia butuh ± 15 tahun untuk meriset dan mengekstraksi materi di bukunya, makanya tercipta jeda panjang antara Supernova 3: Petir dan Supernova 4: Partikel. Baginya lebih baik menunda kelahiran ketimbang memaksakan kelahiran (bukunya) karena materi yang nggak masak berpotensi merusak alur cerita 💖.
Sejujurnya, sampai post ini ditulis aku masih belum rela melepas perjalananku baca heksalogi Supernova selama ± 22 tahun. Aku masih ingin menikmati kelap kelip euphoria, dan bernostalgia dengan karakter-karakter yang muncul sejak buku pertama. It’s was an amazing journey. Baiqlah… markijut ke part -review tipsy, feel free to skip karena nggak semua orang tertarik baca review buku 😊.
Note: aku menyelipkan link beli via Gramedia Online, niscaya bukan wkwk 😉.
***
Supernova 1: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh
beli di Gramedia
Bercerita tentang masterpiece-nya Dhimas dan Reuben yang tetiba menjadi kenyataan. Dhimas dan Reuben adalah 2 orang mahasiswa yang bertemu saat menghadiri acara kampus, keduanya menyadari bahwa mereka memiliki ketertarikan yang sama. Untuk merayakan anniversary ke 10 mereka menulis buku roman slash fiction berjudul: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh.
Adalah Ferre seorang eksekutif muda sukses yang jatuh hari pada seorang wartawati bernama Rana, sayangnya hubungan mereka stuck karena ternyata Rana sudah berkeluarga. Sebagaimana rang-o-rang pada umumnya, Rana tetep menjalin hubungan dengan Ferre meski tahu ada Arwin di sisinya. Sedang Diva Anastasia adalah seorang model merangkap ani-ani yang kebetulan adalah tetangganya Ferre.
Mungkin karena aku udah pernah baca bukunya dan berekspektasi sebegitu tinggi aku merasa tersiksa saat nonton filmnya 😩. Arifin Putra dan Hamish Daud mah chemistry-nya OK ya, namun maaf banget nih Herjunot Ali, Raline Shah dan Paula Verhoeven kalyan memble semua 😶. Yha~ Fedy Nuril adalah pakar poligami yang nggak pernah selingkuh karena ia yang diselingkuhi 😁.
Supernova 2: Akar
beli di Gramedia
Bercerita tentang Bodhi dan perjalanan spiritualnya dalam menemukan kesejatian hidup. 18 tahun silam Guru Liong menemukan seorang bayi laki-laki di depan viharanya, bayi laki-laki itu dinamainya : Bodhi. Asal usul Bodhi yang samar bikinku yakin ia terlahir dari telur Kinderjoy 😂 menciptakan banyak kegelisahan yang membuatnya memulai pencarian akan makna hidup *ceilahhh... gaya bener 😁.
Perjalanan mengantarkan Bodhi dari satu tempat menuju tempat lainnya, dari satu kesempatan menuju kesempatan lainnya, dari satu pertemuan ke pertemuan lainnya. Ada Kell sang tattooist yang mengajarkannya merajah, ada Star yang membuatnya me’rasa’ dan ada Bong. Seumur hidup aku hanya tahu 2 orang yang pernah kerja di Golden Triangle, satu: Bodhi, dua: Lee Min-hoo di City Hunter 😂.
Saat pertama kali baca Supernova 2: Akar sejujurnya aku nggak mudeng, kemungkinan gegara usiaku yang masih terlalu belia untuk memahami ‘permasalahan manusia dewasa’. Tapi isokay karena aku terhibur dengan cerita backpacker-annya Bodhi di Asia Tenggara yang bikinku ingin backpacker-an juga. Well… mungkin akan baca ulang bukunya kelak karena kini materinya udah terasa relate 😁.
Supernova 3: Petir
beli di Gramedia
Bercerita tentang Elektra dan perjalanan self-development-nya yang absurd. Paska ditinggal Dedi, Elektra dan Watti (iya, huruf T-nya ada dua macem James Watt 💡) berusaha melanjutkan hidup. Watti kemudian menikah dengan Kang Atam dan tinggal di Freeport sedang Elektra mumet setengah mati memikirkan cara menagih piutang Wijaya Elektronik demi bisa bebas dari menu telur ceplok 🍳.
Setelah berkali-kali gagal mendapatkan pekerjaan Elektra kemudian menemukan dunia ajaib bernama internet. Bermodal nekat dan sisa uang tabungan ia mengajak Kewoy untuk bikin warnet bernama Elektra Pop di Eleanor, saat itulah ia bertemu dengan Toni aka Mpret. Kegabutan Elektra mengirim lamaran ke STIGAN (Sekolah Tinggi Ilmu Gaib Nasional) mengantarkannya pada Bu Sati yang kelak membantunya membuka klinik terapi setrum listrik .
Di heksalogi Supernova favorite-ku tentcu adalah Supernova 3: Petir karena ceritanya yang ringan dan jenaka. Mungkin karena setting-nya adalah Kota Bandung maka aku bisa dengan mudah ber-chemistry dengannya, tapi serius siya karakternya yang sederhana dan polos berhasil bikinku ngakak. Cameo macem Ni Asih, Aki Jambros dan mantan ART-nya yang sukses di MLM bikin dunia Elektra yang sepi terasa hidup 🎇.
Supernova 4: Partikel
beli di Gramedia
Bercerita tentang Zarah dan perjalanannya menemukan ayahnya yang hilang. Sejak kecil Zarah dan Hara nggak pernah mendapatkan pendidikan formal, sebagai gantinya Firas-lah yang mengajarinya sendiri. Hal ini tentcu bikin Abah, Umi dan ibu khawatir namun Firas tetap kukuh pada pendiriannya dan mulai melibatkan Zarah pada ‘proyek rahasianya’. Firas dan Zarah sering meninggalkan rumah dan melakukan banyak hal aneh temasuk pergi ke Bukit Jambul.
Bahkan 11 tahun berlalu namun Zarah masih mencari ayahnya yang hilang, berbagai cara dilakukannya namun nihil. Di Glastonbury Zarah bertemu dengan Simon Hardiman yang merupakan kolega ayahnya, ia membantu Zahra terkoneksi dengan dunianya Firas. Kepergian Abah mau tak mau membuat Zahra mesti kembali ke Indonesia, disini perjalanan dimulai… 😉.
Saat baca Supernova 4: Partikel aku merasa ada lompatan besar yang tercipta, kemungkinan gegara research-nya yang niat banget. Untukku, Supernova 4: Partikel ini adalah kompas mantaps yang menunjukkan arah heksalogi supernova, tanpanya kita mungkin akan bingung mau dibawa kemana karakter-karakter yang berceceran sejak Supernova: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh.
Supernova 5: Gelombang
beli di Gramedia
Bercerita tentang Alfa Sagala dan perjalanannya mengubah nasib keluarga hingga ke USA. Saat bapak berhasil membawa keluarganya pindah dari Sianjur Mula-Mula ke Jakarta, Alfa mengira Jaga Portibi akan tertinggal di rumahnya. Namun sialnya, Jaga Portibi masih berjaga di sudut matanya, hingga ke Hoboken dan lembah Yarlung di Tibet.
Saat menjalani perawatan di klinik gangguan tidur, Alfa menemukan bahwa ada sinyal-sinyal yang terselip di mimpinya. Ia lalu memutuskan untuk mencari Dr. Kalden bersama Nicky Evans dan terkejut saat tahu bahwa ia merupakan bagian dari semesta lain. Seperti judulnya Supernova 5: Gelombang ini adalah gelombang pertama yang menyadarkan semesta Supernova dari tidur lelapnya.
Sejujurnya aku merasa karakter Alfa ini agak glorify, di mana lagi kita bisa menemukan cowok dengan masa lalu gelap (yakan doi imigran gelap 😅) namun memiliki masa depan menyilaukan. Too good to be true... Kupikir Alfa adalah lawan yang imbang bagi Fahri-nya Habibburahman El-Shirazy.
Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi
beli di Gramedia
Kurasa Dee Lestari butuh 1 buku lagi deh untuk menceritakan Gio, perjalanannya yang tercecer di semua buku bikin doi terasa bagai cameo. Mungkin karena gap-nya terlalu jauh aku jadi kurang bisa menikmati part-nya Reuben dan Dimas, feel-nya nggak dapet euy... Selain itu, hubungan yang mengkoneksikan semua karakter terasa dipaksakan, padahal kita isokay kok kalau mereka hanyalah rang-o-rang random.
Keputusan Dee Lestari untuk memasangkan Gio dan Zarah adalah fan service yang OK untuk kita yang bertahun-tahun memantau hubungan Elektra dan Mpret. Aku sebel banget saat Mpret bolak balik Bandung-Jakarta padahal bisa aja doi menculik semua karakter dan mengantar mereka langsung ke safe house di Baru Luhur. Nggak usahlah mampir ke rumah Reuben atau control room-nya Ferre, bisi Miranda keburu datang ke Indonesia 😅.
Untukku Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi ini eksekusinya B aja, nggak yang wow gimana gitu jadi kurang berkesan. Kalau kalyan pernah nonton The Eternals-nya Marvel, tah kitu... Klimaksnya kurang nendang makkk... bisa kali Miranda disambar petir sampai berkeping-keping atau Bu Sati gelut nepi ka papaehan. Selesai baca heksalogi Supernova aku baru mudeng bahwa tetesan embun pagi yang menjadi judul adalah kiasan bagi mani 😂.
***
Saat nonton superhero supernatural series macem Heroes atau The Touch, aku kadang kepikiran: diantara sekian banyak artist yang ada di Indonesia nggak adakah yang ingin bikin series macem gini? Yha~ Joko Anwar udah bikin Nightmares and Daydreams, namun sebelumnya udah ada Dee Lestari yang bikin heksalogi Supernova. Maksudnya, dear Netflix... kapan nih? 6 buku loh… bisa jadi 6 seasons… 😁.
Oh ya, kalyan bisa baca review buku Aroma Karsa disini