Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas - Eka Kurniawan

by - October 12, 2021



Hello…

Masih betah #dirumahaja? Aku sih udah nggak -___-

Setelah berhasil membaca What I Talk About When I Talk About Running-nya Haruki Murakami aku berusaha meneruskan membaca The Great Design-nya Stephen Hawking. Syudah bisa ditebak ya, baru baca beberapa halaman aja udah pening dan ujung-ujungnya ngantuks 😂.

Karena ternyata nggak berhasil, maka aku mengganti bukunya menjadi Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas-nya Eka Kurniawan. Buku ini sudah masuk wishlist-ku sejak menyelesaikan Cantik Itu Luka, opsi lainnya adalah Lelaki Harimau. Kupilih Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas adalah karena sebentar lagi filmnya dirilis 🙂.

Kupikir aku mesti membaca bukunya terlebih dulu ketimbang langsung menonton filmnya, agar supaya punya referensi saat menulis review kelak. Biar nggak bingung kutulis review bukunya dulu.

Ehya, disclaimer. Eka Kurniawan senang membahas hal-hal vulgar tanpa sensor (18+) ✨👌🏻.

Kalau di buku Cantik Itu Luka bahasannya sekitaran berahi, tai dan lelaki, maka buku Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas bahasannya sekitaran burung, burung, burung dan burung 🐦. Di buku Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ini Eka Kurniawan menyentil maskulinitas yang katanya palsu itu secara ‘laki’ *pake intonasinya Avan.

Menceritakan tentang Ajo Kawir yang stuck sebab burungnya tidur sejak melihat Rona Merah diperkosa 2 polisi di rumahnya sendiri. Si Tokek sahabatnya yang merasa bersalah kemudian berusaha membangunkannya dengan berbagai cara, dari meminjamkan novel stensilan, meminta bantuan Iwan Angsa sampai membalurkan tumbukan cengek *sumvah ini part paling mind blowing sih 🤣.

Kekesalannya pada si burung yang tertidur panjang layaknya hibernasi mengantarkannya pada kehidupan keras penuh perkelahian. Menurutku karakternya Ajo Kawir di fase ini senggol tabok ya, dikit-dikit berkelahi, ada kerumunan disamperin, nggak ada apa-apa yuk mari… membuat masalah. Anak STM. Sana minggir dulu! 😎.

Seperti yang kita tahu linimasa yang digunakan Eka Kurniawan selalu samar-samar, nggak jelas tahun atau eranya. Sejauh yang kutangkap era yang digunakan di buku Seperti Dendam Rindu harus Dibayar Tuntas adalah era film-filmnya Barry Prima atau tahun 80an karena banyak adegan laga dan ada perguruan silat, lengkap dengan bahasanya yang baku dan julukan-julukan macem Iwan Angsa, Agus Klobot, Budi Baik dll.

Hingga suatu hari Ajo Kawir dipertemukan dengan Iteung dalam sebuah perkelahian (yang kalau di buku mah) tampak sengit, bukannya jadi musuh bebuyutan yang ada mereka malah saling jatuh cinta. Nah, disini drama dimulai… Ajo Kawir yang merasa ‘nggak sempurna’ berusaha menepis perasaannya kepada Iteung yang kepalang bucin heuheuheuheu 😅.

Mereka berdua kemudian menikah atas dasar cinta, yha~ semua akan tampak manits di awal karena yang terjadi selanjutnya malah membuatku ikutan puyeng. Tanpa diduga, Iteung tiba-tiba mengaku hamil, lha… piye. Jangankan Ajo Kawir yang tokoh fiktif, aku aja yang di dunia nyata bingung kenapa Iteung bisa hamil. Ujung-ujungnya Budi Baik yang dijadikan kambing hitam 🐏.

Kecewaannya kepada Iteung membuatnya kacau dan menerima tawarannya Paman Gendut untuk menghabisi Si Macan. Dalam pelariannya, Ajo Kawir kemudian memutuskan untuk menjadi supir truk antar provinsi, turut menemaninya adalah Mono Ompong. Ohya, seperti laiknya truk-truk Pantura, truknya Ajo Kawir pun dilukis quote: Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ✨👌🏻.

Entah darimana naiknya, truknya disusupi seorang perempuan bernama Jelita yang akhirnya menemani Ajo Kawir sepeninggal Mono Ompong yang ikut tumbang pasca duel maut.

Lalu ‘ia’ terbangun dari hibernasi.

Buku Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ditutup dengan ending yang cukup membagongkan 🐗, Eka Kurniawan mengeksekusi plot-nya dengan jenaka. Kukira kelak Ajo Kawir hidupnya akan setenang burungnya saat hibernasi, nyatanya… nggak 😅. Aku nggak tahu apakah aku mesti menyebutnya dengan happy/sad ending yang jelas aku puas dengan ending bukunya.

Aku mesti bilang niya kepada kalyan wahai netizen sekalyan, kalau kamu ingin membaca buku fiksi (selain self development) kamu mesti mempertimbangkan untuk membaca bukunya Eka Kurniwan, sebagaimana bukunya Haruki Murakami. Kalau kamu adalah jellies yang sering memantau ketubiran di Twitter, mungkin sering melihat @EkaKurniawan wara wiri.

Dibandingkan dengan buku Cantik Itu Luka, ketebalan buku Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas mungkin hanya setengah aja, tapi isinya so pasti seru yaw…

Aku menulis draft post ini udah sejak bulan lalu, tadinya mau tandem menulis review buku + filmnya, tapi sampai aku selesai menulis tanggal rilisnya belum ada 😔. Padahal udah nunggu-nunggu… Semoga segera dirilis ya, penasaran filmnya kaya apa. FYI, filmnya di-direct oleh Edwin yang juga men-direct film Aruna dan Lidahnya, bahkan memenangkan festival Locarno International Film Festival di Swiss.

Makin nggak sabar aja yekan… 🙂

Ayo cepatz! Cepatz! Cepatz!
Ada Sal Priadi 😉.

You May Also Like

0 comments

Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~