Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Apa kabar manteman? Sudahkah kalyan merotasi outfit untuk dipake saat hari hujan? Aku udah ya… hampir setiap hari aku double layering karena anginnya sungguh sangat nggak coy. Nggak lupa bawa parka dan payung karena setelan jas hujanku pas dipake celananya ngatung banget 😭 aku udah beli sandal jelly baru, desainnya masih sama cuma beda warna aja.

Seperti yang kalyan tahu, aku sedang berada pada masa puyeng mengisi printilan rumah, repot memang… ketika selera nggak sesuai salary 😂. Makanya aku skip nggak ikut main ke Dieng dengan manteman kantor meski sebenarnya mau-mau aja sih 😁. Biar weekend-nya nggak anyep-anyep banget, manteman kantor (yang nggak ikut main ke Dieng) berinisiatif untuk main mandiri ke Wahoo.

Kita main ke Wahoo saat weekend, perginya pake TMP 3D sampai Halte Alun-Alun lanjut pake TMP 2D sampai Halte IKEA. Dari IKEA kita jalan kaki ke Wahoo, sebenarnya ada shuttle cuma karena kita datangnya pagian shuttle-nya belum pada keluar. Isokay… aym fayn… *padahal capek 😅. Kita beli tiketnya OTS sekaligus top up deposit untuk sewa ban dan jajan di food court.

Setelah nge-tag sunny lounge dan pake sunscreen *penting 😁 kita menunggu sekitar 10-15 menit sampai wahananya dibuka. Wahana yang pertama kita naiki adalah Boomerango… buseddd… jantungku kemanaaa *echo… 📢✨aku hanya ingat ban yang tetiba meluncur menuju seberkas cahaya dan warna surface-nya yang merah oranye saat berada di puncak. Yawla… untung aku rabun 😅.

Di setiap wahana tersedia loker untuk menitipkan smartphone, namun ada masanya kita nyemplung dan main air tipis-tipis di kolam. Biar sans kita pake waterproof case (aku pake waterproof case-nya Widy), agak parno kalau ditinggal karena jarak antar wahana cukup jauh, apalagi nggak ada yang jaga tas. Saat menunggu order-an di food court, aku mengecek smartphone-ku, eh… ternyata case-nya udah terisi air 😭.

Aku langsung berusaha ‘menyelamatkan’ smartphone-ku dengan mengeringkannya pake handuk dan tissue, mungkin karena udah lama terendam screen-nya belang dongs 😅. Bagian yang terendam warnanya lebih gelap dan muncul bintik-bintik dead screen macem di netbook (punya akulah masa punya kalyan 😂). Saat itu smartphone-ku masih berfungsi, masih bisa foto, masih bisa balas chat, masih bisa dipake telepon.

Sejujurnya aku udah pasrah sih 😅 smartphone-ku memang udah ‘sepuh’ dan udah waktunya ganti. Oh ya, smartphone-ku adalah Vivo Y12 yang dibeli pada bulan September 2019 karena smartphone sebelumnya udah sakaratul maut. Aku nggak punya kriteria spesifik smartphone impian makanya nggak rewel saat memilih, yang penting sesuai budget dan sparks joy ✨✨😉✨✨.

* rerata masa pakai smartphone adalah 3-5 tahun, bisa lebih pendek atau penjang tergantung pemakaian.

Di rentang 5 tahun tentcunya ada banyak fitur yang nggak bisa kuakses gegara sistemnya nggak update, aku bahkan baru bisa pake sticker IG macem: January Dump atau Best Moments 1 tahun sejak dirilis. Saat Idul Fitri screen-nya tetiba terlepas dari body-nya macem cepuk cushion, kukira akan meninggoy ternyata masih nyala ya makanya kutempel lagi pake double tape 😂.

Selama smartphone-nya masih nyala dan bisa dipake berkomunikasi aku sih B aja, yang greget malah mama. Beliau yang paling rajin mengingatkan untuk ganti smartphone, udah ketinggalan zaman ceunah guise… iya mah, memang 😅. Alhamdulillah doa mama di-ijabah Allah, semesta pun turut menikung sehingga aku mesti ganti smartphone 😌.

Smartphone-ku nggak bisa terselamatkan yaini, meski statusnya masih nyala screen-nya dipenuhi oleh garis-garis kusut. Untuk mengisi jeda sampai smartphone *yang baru sampai aku pake smartphone-nya Mas Bagus. Well... karena statusnya cuma pinjam (dan nggak mau ribet login-logout akun) aku cuma install aplikasi yang penting-penting aja macem Gojek dan Mitra Darat.

Lemi telyu… 1-2 hari pertama nggak ada smartphone rasanya super anyep, puyeng banget apa-apa mesti pake QRIS karena akun m-banking nggak bisa diakses 😢, jangankan buka G-Mail ini Whatsapp chat-nya pada ngilang menyisakan grup yang hidup segan mati tak mau. Maafkan daku ya manteman tetiba slow reponse dan sulit dihubungi, smartphone-ku meninggoy, mohon doanya 🙇.

HAL-HAL YANG TERJADI SAAT NGGAK ADA SMARTPHONE
- nggak bisa mengakses m-banking, aku kembali transfer manual di ATM dan kirim foto struknya.
- nggak bisa mengakses G-Mail, aku hanya mengakses G-Mail di jam kerja pake PC kantor.
- nggak bisa mengecek paket Shopee, kalau seller-nya amanah insya allah akan sampai di 3-4 kerja.
- skip jajan karena saldo di e-wallet terbatas 😭👍.
- baca buku (yang belum sempat dibaca) saat perjalanan pergi pulang ke kantor 💖.
- nulis random pop-ups di notes dan menyadari bahwa tulisanku kok butut banget ya 😱.
- nonton series yang tersisa di netbook.
- enjoy the days, bersyukur nggak tantrum karena nggak ada smartphone 😉.

UPDATE
- alarm di smartphone-ku masih nyala meski udah memasuki minggu ketiga sejak terakhir di-charge.
- smartphone-ku udah resmi kembali ke karena alarm-nya berisik.

Anyway... to my previous smartphone. 
Thanks for your service, it’s an honor to be your partner  ✨👌

foto purnabakti ini dipersembahkan oleh BliBli


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
housewarming pake Hokkaido Cheese-nya Vitasari

Hello~

It’s been a while since my last How I Spent Weekend series… I’m still alive btw, just in case you are curious 😁.

Beberapa bulan belakangan aku jarang update blog karena kesulitan membagi waktu antara nyicil pindahan dan menikmati weekend yang syahdu 😅. Mungkin karena nggak terbiasa dengan flow baru ini aku jadi kurang bisa menikmati weekend karena berasa dikejar-kejar apa gitu. Aku ingin rebahan sambil scroll socmed dengan angin sepoi-sepoi yang bikinku ngantuk terus ketiduran~ 😏.

Sezuzurnya, wacana pindahan udah ada dari lama tapi baru akan terealisasi di pertengahan tahun ini. Ada banyak hal yang mesti diurus, termasuk melengkapi printilan rumah yang bikinku puyeng saking nggak kepikirannya 😂. Aku hanyalah manusia biasa yang nggak ingin buang duit gegara salah beli barang, makanya aku butuh waktu untuk mengukur ini itu dan mencari opsi terbaik sesuai budget. Aku butuh honest review bukan aesthetic review yaaaaa…


Oh ya, aku pindahan dari kosan ke rumah mama yang lokasinya berada di… Bandung Selatan, tapi aku tetap meng-aamin-kan kalau kalyan mengira aku membeli rumah mandiri 😊. Status rumah ini adalah rumah bersama maka siapa pun (anak-anaknya dongs 😁) boleh tinggal disini, namun karena saat ini aku tinggal di Bandung maka aku yang menempatinya. 

Tadinya aku berencana untuk pindah di bulan Agustus, udah bikin timeline, prepare ini itu ternyata dipercepat jadi akhir bulan Juni. Oh ya, Widy ikut pindah denganku, maaf banget nih bunda tapi aku nggak berani tinggal sendiri 😂. Untuk pindahan tentcunya aku dibantu Widy dan Mas Bagus, saat pindahan itulah aku baru menyadari ternyata barang-barangku banyak ugha ya 😅 makanya kita butuh 2 kali pindahan yang terbagi dalam 2 hari 😆.


Setelah pindah ke Bandung Selatan tentcunya aku mesti beradaptasi dan mengkalibrasi ulang habits, it’s been a tough time for me… apalagi momen pindahanku bertepatan dengan momen liburan sekolah yang mana bikin flow pergi dan pulang kerja sulit diprediksi. Beberapa kali aku dan manteman membahas tentang tingkah polah warga kabupaten yang (menurut kita) agak offside dan kadang bikin emosi. Well… kini aku adalah warga kabupaten yang pernah kita bahas itu 😅 *plot twist.

Secara geografis, Bandung Selatan berada di dataran tinggi yang untuk menuju kesana kita mesti melewati perbatasan Bandung bagian estetik dan Bandung bagian rudet 😂. Sebagian besar warga mengisi waktu luang dengan bercocok tanam, bekerja di pabrik dan mengaktualisasikan diri. Serius deh ini, ada banyak baligo yang memuat foto diri dan berbagai jargon yang tersebar di sepanjang jalan Bandung Kota – Bandung Selatan.


First impression-ku akan Bandung Selatan hanyalah: wow… 💥 aku nggak tahu apakah kalyan merasakan hal yang sama namun bagiku Bandung Selatan masihlah Dayeuh Kolot (kota lama). Maksudnya, vibes daerahnya macem Bandung tempo doeloe yang rang-o-rangnya sederhana dan living for the moment. Di era 90-an TVRI Jawa Barat, menyangkan serial berjudul Inohong di Bojong Rangkong yang bercerita tentang kehidupan di tatar Sunda, nah… kurang lebih seperti itulah Bandung Selatan.

Seiring kepindahanku ke Bandung Selatan kemungkinan konten post-ku akan berubah, gpp laya… toh yang baca hanya kalyan aja 😁. Mohon maklum ya manteman… aku masih butuh waktu untuk beberes dan melengkapi printilan rumah. Percayalah, aku kadang kangen jajan di Vitasari dan Juice Koh Akin saat weekend, pun dengan Lotek Kurdi dan Gudeg Yogya di depan Indomaret.

Sebagian jajanan yang ada di sekitar Kurdi dan Inhoftank


Sebagai newbie di Bandung Selatan, aku masih butuh waktu untuk menyesuaikan diri jadi mohon pengertiannya untuk nggak bertanya tentang tempat wisata atau kuliner yang direkomendasikan oleh TikTok. Maaf banget niya... aku pun belum sempat 😅. Well... kalau kalyan tinggal di Bandung Selatan dan sekitarnya, boleh dongs rekomendasinya... apa pun 😁. 

Di masa transisi ini ada banyak penyesuaian yang mau nggak mau mesti kulakukan, salah satunya adalah bangun lebih pagi demi sampai kantor tepat waktu. Kalau byasanya aku memulai pagi dengan sarapan dengan khidmat sambil scroll social media, kini aku memulai pagi dengan sarapan yang tergesa-gesa sambil order Gojek yang entah kenapa lama banget di-pick-nya. 


💖💖💖
From the unaesthetic side of Bandung 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
main entrance yang cute

Hay~

Weekend ini aku kedatangan mood untuk beberes file di netbook kebanggaanku yang kini udah berusia lebih dari 1 dekade *penting 😎. Saat beberes itu aku menemukan folder foto saat aku dan Icunk bersilaturahmi paska libur hari raya, beberapa hari sebelum aku tepar gegara koronces. FTW. Aku hanya ingat part saat aku mengirimkan foto ke Icunk via WA, sedang sisanya mah blasss… 😅 makanya tyada post yang bisa dijadikan reminder di blog. Meski terlambat berbulan-bulan kurasa nggak ada salahnya untuk berbagi momen sebelum aku terpapar koronces 🤭.

Seminggu setelah libur hari raya, aku dan Icunk bertemu untuk ngobrolin kursi roda yang dipake oleh mama. Rencananya kita mau ke Tobo yang ada di Cihapit dan ke Ichiyo Ramen yang ada di Buah Batu, sedang sisanya jalan jajan random aja 😌. Hari itu aku terbangun dengan kondisi sedikit flu, kukira hal yang wajar ya karena cuaca belakangan ini memang nggak coy, bahkan teman kantorku pun sedang flu 🥲.

***

Kita tahu Tobo dari mana lagi yekan… TikTok brought us here, siapa lagi yang searching hal-hal begini kalau bukan Icunk 😁. Berdasarkan info yang kita dapatkan, Tobo adalah restaurant yang menyajikan fast food ala Jepang, dengan menu utama rice bowl. Kalyan nggak perlu khawatir kesulitan mencari Tobo karena lokasinya berada tepat di depan Pasar Cihapit, di barisan yang sama dengan House of Tjihapit. Selain itu, logo Tobo yakni si bunga matahari kuning sangat eye catching tertempel di glass door.

Tobo terdiri dari 2 lantai, lantai 1 untuk kasir dan serving area dengan konsep open kitchen, dimana kita bisa duduk sambil melihat makanan kita dipersiapkan. Sedang lantai 2 untuk dining area yang terdiri dari private seat (minimum 4 orang) dan common seat. Kita memilih seat yang dekat dengan steker karena semalam lupa nge-charge, iya… faktor U 😅. Sambil menunggu order-an selesai, kita ngobrolin hal-hal yang terjadi selama Idul Fitri minggu lalu.

Untuk menu dan price range-nya kalyan bisa cek mandiri ya soalnya aku udah lupa dulu order menu yang mana 😅. Seingatku, kita order 2 menu yang berbeda tapi begitu order-an sampai kita jadi bingung sendiri karena menunya sama. Untuk rice bowl rasanya memang beda (meski) tipis, sedang side dish-nya sama persis. Kita memutuskan untuk nggak komplain karena… yaudalaya… dimakan aja, mungkin masnya masih ingin liburan 🥺. Untuk rasanya sih so far B aja, nggak yang enak banget atau yang bikin kita ingin balik lagi.



kamuflasenya berhasil




TOBO
📍 Jl. Cihapit No.25B, Cihapit, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung
📅 Senin-Minggu 08.00-20.00 WIB
🍜 33.5K - 57.5K
🍤 8.5K-57.5K
🥤 5K-10K

***

Dari Cihapit kita jalan kaki ke Riau Junction karena gabut 🤭. Tadinya kita hanya ingin lihat-lihat aja eh ternyata ada yang beneran nyangkut. Kemudian kita lanjut jalan kaki ke Gramedia dan istirahat di taman barunya, FYI space buku murce di depan Tahu Brintik kini diubah menjadi ruang terbuka dengan kursi taman dan rumput sintetis. Kita membagi snack yang tadi dibeli dan menyusun ulang isi tas biar lebih compact, yagimana nggak berat tadi kita beli Oatside 1 liter bundle (isi 2) 🥲.

from where I stand

***

Dari Gramedia kita naik angkot ke Buah Batu, di tengah perjalanan tiba-tiba hujan turun dengan deras. Saat kita sampai Ichiyo Ramen sedang ramai, terlihat rang-o-rang menunggu hingga di bagian luar. Ketimbang ikut waiting list dan menunggu sambil hujan-hujanan, kita memutuskan untuk menunggu di food court Yogya Buah Batu. Seingatku, saat menunggu aku sempat minum obat (atau tolak bala *lupa 😅) karena merasa semakin flu, aku juga merasa sedikit demam dan agak pusing, kemungkinan gegara hujan tadi.


***

Saat kita ke Ichiyo Ramen situesyennya udah agak sepi, kita langsung memilih menu dan menunggu order-an tiba. Seperti Tobo, Ichiyo Ramen menggunakan konsep open kitchen dimana kita bisa ‘menonton’ makanan kita dipersiapkan dari sela-sela partisi. Seingatku, saat itu kita order Spicy Tantan Ramen *lupa lagi pake side dish apa nggak 😁. Meski pedas, aku sih yes, jagungnya bikin kuahnya terasa lucu… selama ini aku jarang menemukan ramen yang pake jagung, so far sih okay. Worthy to try - worthy with the price.


ICHIYO RAMEN
📍Jl. Buah Batu No.220, Cijagra, Kec. Lengkong, Kota Bandung,
📅 Senin-Minggu 10.00-21.30 WIB
🍜 35K-69K
🍤 9K-29K
🥤 5K-19K

***

Bukannya langsung pulang ke kosan yang ada kita malah mampir dulu ke Togamas Buah Batu. Nah, saat di Togamas ini kita udah mulai merasa nggak enak, mungkin kalyan pernah merasakan ya momen dimana kita butuh rebahan secepatnya. Macem… bawa aku pergi dari sini… 🙃 Kita caw menuju kosan, minum obat yang ada dan tertidur karenanya. Besoknya kita kompak sakit (demam, pusing dan flu) yang membuat kita rebahan seharian. Sialnya, besoknya Icunk sembuh sedang aku nggak 🥲.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Photo by Ketut Subiyanto

Yha~

Aku pun geli dengan judul post kupilih ini, macem… udah nggak bisa menemukan judul yang lebih catchy. Tapi yagimana… nalarku mentok sampai disini 😅.

Udah berbulan-bulan lamanya aku skip menulis di blog, stok draft-ku masih cukup dan aku punya (nggak banyak sih heu 😅) hal-hal yang ingin diceritakan. Kali ini aku yang ditodong universe untuk sedikit mengambil jeda, yang saking nikmehnya malah jadi keterusan 😆. Meski kadang merasa ada missing things perkara skip menulis di blog, aku puas menikmati jedaku ini.

Mungkin ada yang penasaran, ngapain aja aku selama ini. Well… aku nggak ngapain-ngapain kok. Menjalani hari-hari seperti byasanya dan beristirahat lebih dari cukup. Aku menghabiskan waktuku dengan bersantai dari hal-hal yang… apa ya… menyita energi gitu ya 😙 Aku berusaha menggunakan waktuku sebaik mungkin untuk menikmati hari-hariku.

Awal tahun ini aku dan keluargaku disibukkan dengan acara pernikahannya Widy dan segala printilannya termasuk acara ngunduh mantu lintas provinsi. Kemudian Ramadan tiba berikut dengan lemburan dan bukber-bukbernya. Kemudian Idul Fitri tiba dan aku nggak cukup puas dengan liburannya yang terasa singkat. Apakah aku lelah? Ya… Ya… Ya… Ya… Ya…

Pada dasarnya aku memang kurang suka minuman dingin karena bikin brain freeze sedang cemilan pedas karena bikin keselek. Sayangnya, aku nggak mampu menghindari mereka semua sehingga akhirnya boundaries-ku kedodoran. Yap, cuaca panas begini mah memang cucok minum minuman dingin yekan, pun dengan cemilan pedas yang cucok untuk me-refresh lidah pasca bolak balik terbilas santan.

Sialnya, aku melewatkan beberapa hal penting macem minum vitamin, makan cukup dan istirahat nyaman.

Akumulasi dari hal-hal inilah yang akhirnya mengantarkanku pada bedrest.

Setelah berhari-hari demam-batuk-pilek tyada henti aku memutuskan untuk ke klinik, aslinya… daku udah nggak sanggup. Dokternya belum bisa memastikan apa penyakitnya karena butuh waktu untuk observasi, kemungkinan besar sih kecapekan dan ISPA *lagi akibat pancaroba. Pulangnya aku dikasih obat yang banyak dan diminta untuk bedrest, kalau nggak ada perubahan mesti cek ke lab khawatirnya tifus atau DB.

Badanku memang agak enakan paska minum obat tapi jadinya aku malah tidur mulu sampai nggak sempat VC mama dan Icunk 😅 Karena merasa agak enakan itulah aku berinisiatif untuk keramas dan mencoba hair tonic baruku *riya 😎. Saat pake hair tonic itulah aku tersadar bahwa aku nggak bisa membaui aromanya, kucek expired date-nya masih lama kok, tapi kenapa nggak terasa?

Byasanya kan hair tonic dipake saat rambut ½ kering, nah… karena nggak bisa membaui aromanya kutambahkan lagi hair tonic-nya sampai rambutku basah lagi macem tadi saat beres keramas. Hidungku udah nggak nyaman tersedak hair tonic, tapi sebanyak apa pun hair tonic yang kupake aku tetap nggak bisa membaui aromanya. Yha~ daku mabok hair tonic ygy…

Saat itulah aku tersadar bahwa aku ini anosmia, mau KZL tapi yagimana… toh saat ini koronces udah jadi endemi dan rang-o-rang kayanya udah pada lupa bahwa pernah ada pandemi. Koronces udah 2 season eh aku malah mendapatkan versi extended-nya, rang-o-rang udah move on sedang aku baru terjembab. Aku jelas nggak bisa men-tracking darimana kudapatkan koronces ini karena hampir setiap hari aku menggunakan transportasi publik dan bertemu dengan banyak orang.

Setelah kupikirkan lagi… aku memang udah anosmia sejak beberapa hari yang lalu namun tersamarkan oleh pilek yang membuat hidungku mampet. Aku juga jadi ngeh bahwa udah beberapa hari ini area dadaku agak mati rasa, setiap ada kesempatan dadaku kubalur pake medicated oil namun kurang terasa panas, skalanya sekitar 2 dari 10. Aku nggak begitu memperhatikan karena terfokus pada sakit kepala yang simpang siur macem minuman bersoda 

Ohya, saat pertama kali merasa nggak enak badan aku sedang bersama Icunk, halal bihalal berbalut ngobrolin kursi roda. Besoknya kita berdua sakit dengan gejala yang sama bedanya Icunk akhirnya sembuh tapi aku nggak 😥.

Jadilah aku kembali melakukan quaranthings macem 2 tahun yang lalu, bangun tidur – sarapan – jemuran – rebahan – rebahan – rebahan – minum obat - VC sana sini, bedanya kali ini aku yang sakit. Oh… inilah yang dirasakan rang-o-rang saat pandemi 2 season lalu, kebayang gimana effort-nya mereka yang isoman mesti tetap bekerja, aku aja yang rebahan udah keleyengan begini.

Sampai saat post ini ditulis alhamdulillah aku udah baikan kok, anosmiaku hilang secara bertahap cuma memang masih mudah lelah jadi belum bisa pergi jauh-jauh.

Tetap sehat ya guise… 😊
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

As we all know (now you know 😁) aku membeli netbook yang kugunakan hingga saat ini di pertengahan tahun 2013, karena membutuhkan space untuk menyimpan data. Tadinya aku berencana membeli laptop tapi karena budget-nya nggak banyak jadilah aku membeli netbook. Perbedaan laptop dan netbook yang paling ketara adalah keberadaan CD-room, aku sih nggak masalah nggak ada juga karena toh aku nggak perlu-perlu banget.

Laptopku yang sebelumnya kukasih ke Widy, karena di H-1 minggu sebelum sidang TA 3 aku nggak sengaja menghilangkan laptopnya di kosan, tercuri saat aku mandi sebelum ke kampus 😭. Sialnya, ia turut membawa smartphone-ku (yang saat itu masih baru) hadiah penyemangatz agar aku kuwat mengerjakan TA dari mama.

Yha~ Untungnya ia nggak mencuri hard disk, bisa delay TA-ku nanti 😱.

Ada banyak pilihan netbook yang sesuai dengan budget-ku namun rerata body-nya shiny dan keyboard-nya kurang simetris dengan touch pad-nya *penting 🧐 Lalu aku menemukan netbook Lenovo ini, body-nya nggak shiny dan keyboard-nya cukup simetris dengan touch pad-nya. Kalau untuk specs aku nggak banyak cingcong, sadar diri aja bahwa aku nggak bisa berharap banyak dari netbook 🥲. Oh iya, ini kali pertamaku menggunakan produk Lenovo, sebelumnya aku menggunakan Acer dan Compact.

Aku membeli netbook Lenovo seri Ideapad S215 di pertengahan tahun 2013 yang berarti usia netbook-ku saat ini adalah 9 tahun OTW 10 tahun. Sejujurnya aku sama sekali nggak mengira netbook-ku akan bertahan selama ini, kukira nasibnya akan sama seperti gadget kebanyakan yang mesti ganti setiap 3-4 tahun karena faktor usia.

Selama 9 tahun pemakaian, masalah peliknya hanyalah baterai yang udah uzur, nggak bisa dipake berama-lama tanpa di-charge 😅. Aku pun masih mempertimbangkan mau diganti apa nggak karena mencari baterai penggantinya juga agak susyah. Biar nggak lupa, marki-view (mari kita review) hal-hal yeng terjadi pada netbook-ku jelang perayaan 1 dekadenya.

UPGRADE OS

Tahun lalu aku meng-upgrade netbook-ku ke Windows 10 karena Windows 7 resmi pensiun, meski masih betah menggunakan Windows 7 aku sering merasa risih dikirimi reminder dari Windows, jadi weh di-upgrade 🥲.  Untuk ceritanya bisa dibaca disini.

UPGRADE RAM

Karena kapasitasnya yang terbatas aku cukup selektif memilih software yang akan di-install, nggak kuwat guise… apalagi design software yang butuh storage lega 😅. Tahun ini aku meng-upgrade RAM bawaan 2GB ke 4GB, tadinya mau sekalyan meng-upgrade SSD tapi nggak bisa karena bukan laptop 🤭.

Saat mencari review tentang tempat meng-upgrade RAM, semesta algorithm mengantarkannya melalui video yang seliweran di FYP TikTok. Meski seringnya creepy, aku nggak bisa menampik bahwa algorithm telah membawaku pada tempat yang tepat. Pada Ri Computer. Setelah mengecek akun social media dan tanya ini itu pada adminnya aku memutuskan untuk meng-upgrade RAM-ku disana.

Ri Computer berlokasi di Jaya Plaza, kalau dari arah Bandung Timur berarti setelah IBCC. Saat kuliah aku pernah beberapa kali kesini mencari komponen elektronik pake DAMRI yang bututnya kebangetan 😂 Heran juga siya, karena bahkan hingga satu dekade setelahnya Jaya Plaza nggak banyak berubah. Ohya, nggak perlu khawatir nyasar karena ada video tutorial menemukan Ri Computer tersimpan di highlight IG-nya.

Yang kusuka dari Ri Computer, mereka mencantumkan price list-nya jadi kita punya bayangan biayanya, pembayarannya bisa di-transfer atau pake QR, udah pada cashless kan? 😀 Untuk pengerjaannya pun terbilang gercep ya, nggak sampai sejam udah beres, first come first serve makanya mesti tangginas ✨👌🏻.

GANTI KEYBOARD

Selama ini keyboards-ku udah melalui banyak hal karena aku pun melakukan banyak hal di sekitar netbook-ku, seringnya terkena remahan makanan 🍩dan ketumpahan air minum 🥤, malah kadang dijadikan alas barang-barang yang ringan. Nah. Di awal Agustus aku tanpa sengaja menumpahkan segelas penuh air minum di atas keyboards yang berujung dengan matinya beberapa huruf dan angka 😭.

Mau tahu apa yang lebih mengesalkan? Password Microsoft-ku (yang popped-up setiap kali membuka netbook) menggunakan beberapa keyboards yang mati. Monanges banget laini 😭. Aku mesti menghabiskan 1/2 hariku dengan bolak-balik me-reset password, bahkan Microsoft team pun angkat tangan dan menyarankanku untuk pantang menyerah hingga mendapatkan kode yang sesuai 🥲.

Dan hal yang pertama kali kulakukan setelah berhasil login adalah mengganti password Microsoft 😆.

Begitu tahu keyboards-nya mati, aku lantas mengontak Ri Computer menyanyakan apakah keyboards-ku bisa di-service? Well… netbook-ku menggunakan keyboards tanam yang nggak bisa di-service melainkan harus diganti pake keyboads baru 😅. Kalau udah begini apa mau dikata yekan… saat weekend aku kembali mengunjungi Ri Computer dan mengganti keyboards netbook-ku.

Sejujurnya aku sih happy karena netbook-ku berasa kembali muda, karena menurutku bagian paling kuleuheu di netbook-ku memang si keyboards ini 😅. Karena keyboards-nya belum luwes (masih keras) aku sering banget typo, saat mengetik hurufnya banyak yang ketinggalan jadi mesti beberapa kali mengecek ejaannya. Hal inilah yang menghambatku menulis saat ini.

Jadi mohon maklumatnya dear warga +62… bukannya aku nggak ingin merampungkan draft blog atau menulis hal-hal absurd yang terjadi di sekitarku, tapi aku masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan keyboards baru di netbook-ku. Semoga keyboards-ku bisa segera luwes ya guise, banyak yang ingin diceritakan soale.

***

Urusan per-netbook-an ini mengingatkanku pada obrolanku dengan Deya mengenai Apel busuk 🍎.
Kamu punya sebuah Apel, ketika ingin memakannya kamu sadar ada bagian yang busuk, apa yang akan kamu lakukan? Ofkors kujawab dengan: ambil pisau, buang bagian yang busuk lalu makan Apelnya. 
Kenapa Apelnya nggak kamu buang dan ambil lagi (Apel) yang baru? Nggak kepikiran, karena meneketehe ada Apel lainnya 🥲.

Yha~ ini adalah tentang mindset 😏.

Bagiku (dan Deya karena jawabannya ternyata sama 😀) rasanya agak pantang untuk mengalihkan fokus pada objek lain selama objek yang pertama belum kelar urusanya. Makanya ketimbang membeli netbook atau laptop yang baru, aku lebih memilih untuk meng-upgrade-nya, selama masih bisa dipake ya hajar terus, push until the limit 💪🏻. Bukan berarti aku nggak pernah memikirkan opsi membeli yang baru ya, cuma untuk saat ini aku masih ingin mengoptimalkan netbook-ku.

Saat temanku bercerita bahwa ia berhasil mempertahankan laptopnya selama 13 tahun, aku merasa tercerahkan: oh ternyata bisa ya diatas 10 tahun 😅. Kadang amaze sendiri dengan netbook-ku, kok bisa bertahan hingga saat ini? Apakah dirinya terlampau cupu? Ataukah aku yang terlalu berhati-hati? Bagaimana pun kita udah menjadi partner yang coy selama 9 tahun ini 🤝🏻.

Barang murah atau mahal kalau dirawat pasti awet. Trust me! ✨👌🏻.

Note: 
Netbook-ku belum aqiqah-an guise... Tadinya mau dikasih nama Lappy tapi nggak jadi karena sadar bukan laptop. Legolas kelewat cakep. Helena kelewat emo. 
Kasih saran dongs yorobun nama netbook yang simple, cakep dan realistis 😂. 

Thank you.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello

Selamat weekend ya guise… semoga kalyan bisa rebahan dengan lantjar djaya dan dijauhkan dari tetangga yang potong keramik 😌.

Weekend-ku so far not so good karena tadi malam aku baru aja mematahkan kacamataku, ini bukan kali pertama kacamataku kena abuse 😅 Udah sering jatuh atau ketindihan, tapi kali ini aku tanpa sengaja menendangnya tepat di joint antara frame dan tangkainya. Langsung puyenglah daku… memikirkan gimana caranya survive tanpa kaca mata 🥲.

Well… permasalahannya, kacamataku yang sebelum ini udah kubuang dan aku sama sekali nggak punya cadangan frame kacamata yang bisa kuganti lensanya. Saat mencari-cari itulah aku menemukan nota pembayaran dari RS. Mata Cicendo tahun lalu dan catatan bahwa aku mesti kontrol 6-12 bulan kemudian. Yha~ memang udah waktunya aku kontrol lagi, siapa tahu yekan ada perubahan minus.

Layanan umum dan BPJS lurus terus, layanan VIP belok kiri

Karena udah malam aku gercep daftar online via website-nya siapa tahu masih bisa mendapatkan nomor antrian. Tahun lalu aku pun daftar online dan kaget sendiri saat melihat antriannya yang padat padahal masih jam 07.00 pagi. Biar cepat aku mendaftar di opsi non BPJS, nggak kuwat euy membayangkan antriannya dan yang paling penting aku nggak punya surat rujukan 😅.

Kebetulan RS. Mata Cicendo masuk rute TMP Bale Endah – BEC, nggak berhenti tepat di depannya sih melainkan di Halte Stasion Utara jadi mesti agak jalan. Kupikir berjalan kaki adalah pilihan yang tepat ya karena Bandung di Sabtu pagi sungguh enakeun, cuacanya cerah dan mataharinya masih pas untuk jemuran 😍. Aku juga melewati Gedung Pakuan yang karangan bunganya tumpah sampai ke trotoar, sad banget laini.




Wisma Teuku Umar, baru lihat kan? sama aku juga :) 

Saat aku sampai ke RS. Mata Cicendo, surprise... kosong dong 😁 hanya ada seorang buibu yang duduk di bangku tunggunya. Saat kutanyakan ke security yang berjaga katanya untuk weekend pemeriksaan mata hanya tersedia layanan VIP aja, untuk layanan umum dan BPJS hanya buka saat weekdays.

Kepalang tanggung akhirnya aku berpindah gedung dan mendaftar di layanan VIP, 300K aja guise… hahahahaha *tertawa dalam kubangan air mata 🥺😭💦 Seingatku, tahun lalu aku mendaftarkan mama di layanan VIP nggak segini 🤔 dan pemeriksaan mata untuk layanan umum kurang dari 30K. Tambahan kurang penting lainnya: operasi lasik untuk 1 bola mata 16000K , kebayang kan kalau sepasang 🤑.

Dibandingkan dengan tahun lalu aku mesti mengakui bahwa ruangan untuk layanan VIP-nya lebih nyaman, sofanya udah diganti, layout-nya lebih enak dan banyak tanda illuminati 👁️. Nggak deng… banyak artwork yang menjadikan mata sebagai objeknya, kubilang illuminati karena matanya hanya satu bukan sepasang dan artwork macem begini tersebar bahkan di belakang meja kasir.






Ternyata setelah dicek minus mataku nggak berubah dan kondisi lensaku masih bagus, hal yang melegakan karena memikirkan harga lensa udah bikin aku pening. Oleh Mas-nya aku disarankan untuk mengganti frame kacamatanya aja, untuk kodenya bisa dicek di tangkai frame-nya. Kalau nggak bisa mendapatkan yang sama persis pun nggak apa-apa asalkan bentuknya mirip jadi bisa minta disesuaikan ke optik.

Saat kucek di e-commerce frame kacamata yang kupake udah sold out, tapi Mas-nya optimis menyarankanku mengontak Optik Melawai dan mencari tahu cabang mana yang masih punya stok frame kacamata yang kupake. Di website ada tapi statusnya pre order saat kutanya via chat ke CSnya katanya butuh waktu 7 hari kerja untuk mempersiapkan order. Yha~ ini adalah opsi terbaik ketimbang cari frame baru + lensa yekan *puk *puk *puk pada diri sendiri 🥲.

before - after

Beruntungnya, meski kacamataku pincang tetap masih bisa dipake asalkan wajah nggak hinyai, karena kalau hinyai nanti kacamatanya melorot haha Alhamdulillah aku bisa survive melewati 7 hari pre order dan kembali pake kaca mata yang utuh. Hari-hari yang nggak mengenakkan itu akhirnya berakhir ya guise… happy to see “normally”.

Wish you all have a good weekend, biar hari Senin bisa update story dengan caption: weekend well spent 😉.




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates