Mengartikan Ikigai

by - October 06, 2019


Berbulan-bulan yang lalu – di saat hari masih sering hujan dan matahari masih sesekali menyapa –. Setelah hampir setengah hari menunaikkan wear test sepatu kesana kemari, aku berakhir di Gramedia. Sambil menanti hujan yang tak jua reda, aku iseng membaca buku-buku sample (yang plastiknya sudah terbuka), beberapa buku nggak menarik, beberapa lainnya nggak asyik. Yha~ 😁

Namun sebagai bagian dari jama’ah KonMari yang masih kepikiran beli buku Sparks of Joy apa nggak, aku menghampiri tumpukan buku self development  dan declutter ala Jepang. Lihat-lihat doang sih... kali aja ada diskon 😋. Salah satu buku yang menarik perhatianku adalah Ikigai: The Japanese Secret to a Long and Happy Life karya Hector Garcia dan Francesc Miralles, sebab ada sample-nya boleh dong aku membaca sambil menunggu hujan reda 😉.

Kalem.
Kali ini aku nggak akan me-review buku 😋.

Dalam bahasa Jepang iki berarti kehidupan dan gai adalah nilai, terjemahan bebasnya; nilai kehidupan alias value of life. Meski demikian, ikigai juga diartikan sebagai alasan kenapa kita bangun pagi. Namun menurutku sendiri ikigai adalah konsep mengenai esensi hidup, semacam life purpose khususnya dalam ranah pekerjaan. 

Aku hanya sempat membaca buku Ikigai: The Japanese Secret to a Long and Happy Life setengahnya saja, hujan sudah reda dan aku sudah ingin pulang, ngantuk ziz... 😒 Di perjalanan pulang aku malah jadi agak kepikiran; “apakah aku sudah menemukan ikigai-ku?”.

Kalau untuk alasan kenapa aku bangun pagi... Kupikir sudah ya 👌🏻.

Di post pernah begini aku pernah bilang kalau aku sering over thinking akan segala hal sekitar 30-60 menit setelah bangun pagi. Saat itu, aku sering berpikir... Kalau saja aku memiliki kuasa untuk mengubah keadaan yang nggak menyenangkan ini pasti akan ku lakukan, aku bahkan sok-sokan rela menukar apa yang yang kumiliki (except mind, body and soul also love 😏) demi hari yang yang kuinginkan. Macem; here take my money... 😅

Hari dimana aku bisa bangun pagi dan bertanya pada diri sendiri; “hari ini ngapain ya?”.
Asyik banget nggak tuh? Haha🤣.

Memang ada hari-hari buruk dan mengesalkan yang mesti ku lalui demi mencapai hari yang ku inginkan, but all paid off. Ada kepuasan yang meledak-ledak saat aku berhasil mencapai hari-ku, rasanya seperti menonton di bioskop sendirian di seat paling tengah untuk film terbaik. Segalanya tampak luas dan terbuka 🤩. Ada langit sungguhan dan panji-panji yang berkibar mengiringi makan malamku di aula Hogwarts.

Percayalah, bisa bangun pagi dan bertanya pada diri sendiri; “hari ini ngapain ya?” rasanya lebih berharga ketimbang semua hasil qerja qeras bagai quda yang pernah ku miliki.

Sampai hari ini, aku sangat mensyukuri hari-hari dimana aku bisa bangun pagi dan bertanya pada diri sendiri; “hari ini ngapain ya?”. Nggak setiap hari sih... sebab kadang kesiangan atau memang sedang jadwalnya hari malas 😆 Meski sebenarnya sudah tahu hari ini mau ngapain, kupikir “hari ini ngapain ya?” adalah sugesti terbaik untuk mengawali hari.

Namun, setelah kupikirkan lagi, alasan kenapa aku bangun pagi dan ikigai itu adalah hal berbeda, maksudnya, sebab  (sampai saat ini) aku belum menemukan korelasinya. Alasan bangun pagi ya alasan bangun pagi, ikigai ya ikigai. Yha~ mungkin memang sudah seharusnya aku beli bukunya, biar ilmunya nggak nanggung hehe 😋

Kalau melihat diagram-nya, ikigai adalah titik sumbu yang menghubungkan 4 elemen penting dalam hidup ini, yakni; passion, profession, vocation dan mission.


Passion
Sebenarnya aku masih bingung kalau ditanya tentang passion  😅 Sebab kupikir ada banyak hal yang ku sukai dan ku kuasai (ehm... a little self proclaimed wouldn’t hurt, isn’t?).

Aku suka menulis dan kupikir sejauh ini cukup capable. Aku menikmati seni visual sebab ku pikir hal tersebut sangatlah eye pleased. Aku suka menjadikan hal-hal lebih terorganisir. Aku menikmati momen dimana aku berada di rumah, rebahan sambil Twitter-an, so called homebody. Aku suka bepergian dan mengunjungi tempat-tempat baru. Aku menikmati hari-hari menyenangkan dimana aku bisa berjalan kaki sepuasnya. Aku suka hal-hal absurd. Aku suka berpikir. Aku suka berimajinasi.

Ada banyak hal yang ku sukai, namun lebih dari segalanya, aku suka menjadi diri sendiri.
Lebih challenging. IFYWIM 😏.

Sebab passion dalam konsep ikigai adalah perpaduan dari hal yang di sukai dan di kuasai, maka bolehlah kalau ku bilang passion-ku untuk saat ini adalah menulis, menulis apa? Menulis tentang diriku sendiri haha 😊 Kupikir, itu adalah alasan terbaik kenapa aku lebih suka menjadi blogger ketimbang menjadi writer.

Profession
FYI,  Saat ini aku adalah seorang footwear designer alias desainer alas kaki alias tukang gambar sepatu~ Memang profesiku ini nggak se-‘wah’ atau se-prestige profesi lainnya yang terdengar keren saat diucapkan dan ditulis dengan bangga di bio. Nggak sedikit juga yang mencoba mengasosiasikan footwear designer sebagai bagian dari fashion designer, nggak salah sih... 😅 tapi kita (footwear dan fashion) beda lho... 🤔

Kalau ditanya kenapa memilih menjadi footwear designer (ketimbang designer di ranah lainnya)? Well... aku hanya bisa bilang; aku suka sepatu 🥰. Mungkin nggak semua orang akan setuju denganku, namun kupikir sepatu adalah statement items yang paling lugas (ketimbang tas atau aksesoris). Sebab se-absurd apa pun padu padan fashion-mu, selama sepatunya keren semuanya akan auto termaafkan 😋.

Sebab profession dalam ikigai adalah perpaduan antara hal yang di kuasai dan hal yang membuat kita dibayar karenanya, maka sudah dipastikan ya... profesiku adalah footwear designer. Meski kadang ingin mencoba profesi selain di ranah desain, aku suka profesiku 😉.

Vocation
Nah, ini agak berat ya bahasannya haha Yang aku tangkap, vocation adalah seberapa penting impact profesiku bagi orang lain. Memang untuk saat ini nggak banyak yang membutuhkan skill-ku sebagai footwear designer kecuali manufaktur atau UKM yang bergerak di bidang persepatuan, tapi karena nggak banyak itulah footwear designer menjadi profesi yang cukup limited.

But, hey! I made your shoes... I made your day 🙃 Kalau nggak ada sepatumu akan sama membosankannya dengan film Mulholland Drive. Akulah yang memikirkan kombinasi material dan warna untuk sepatumua. Akulah yang mengurusi segala hal yang terjadi di balik sepatu yang kau pakai saat ini. Akulah yang membuat sepatumu begitu manis, begitu keren, begitu asyik... It was me 😊.

Sebab vocation dalam ikigai adalah perpaduan antara hal yang membuat (kita) dibayar dan hal yang dibutuhkan oleh banyak orang, maka itu artinya vocation-ku adalah footwear designer. Kuharap akan ada saatnya dimana aku akan bekerja untuk diriku sendiri 👊🏻.

Mission
Ternyata, ada yang lebih berat ketimbang vocation 😌 Kupikir mission ini lebih ke tugas jangka panjang  ya, berat juga memikirkan jawabannya. Di satu sisi aku suka diriku dan disisi lain aku adalah footwear designer, keduanya bukan hal yang seirama.

Sebentar, kupikirkan dulu... 🤔

Kemungkinan terdekatnya sih aku memiliki signature untuk setiap desain yang pernah kubuat, eh gini nggak sih cara mainnya? Haha 😅 Kupikir karya yang terlahir dariku mestilah merupakan sebagian dari diriku, sedikit personal touch mungkin akan membuatnya lebih manits... Mungkin ya... 🤭 Bagaimana dengan menulis? Meski untuk saat ini konten blog-ku nggak selalu berfaedah dan melulu tentangku, kupikir menjadi blogger adalah salah satu hal terbaik yang ku lakukan.

Sebab mission dalam ikigai adalah perpaduan antara hal yang di sukai dan (ternyata) menjawab kebutuhan banyak orang, maka aku memutuskan mission-ku untuk saat ini adalah memiliki signature untuk setiap desain yang pernah kubuat, gitu kali ya haha 🤣🤣🤣

Ikigai
Jadi, apa ikigai-ku? 😅

Tadi ku bilang kalau ikigai adalah titik sumbu yang menghubungkan 4 elemen penting dalam hidup ini, yakni; passion, profession, vocation dan mission. Maka bisa dibilang ikigai-ku untuk saat ini malah masih meraba-raba 😌 antara footwear designer dan menulis tentang diri sendiri. Masih belum ngerti juga apakah bisa bangun pagi dan bertanya pada diri sendiri; “hari ini ngapain ya?” bisa dikatakan sebagai ikigai.

Eym... Mungkin sudah seharusnya kubeli bukunya 😅

Mesti ku akui, mencari ikigai nggak semudah ekspektasiku, ada banyak pertimbangan dan fokus yang terbelah saat aku mencoba menganalisa diri. Aku punya banyak spesifikasi untuk semua istilah, ikigai, value of life dan life purpose memiliki makna yang berbeda untukku, makanya jadi bingung sendiri 🙁.

Tapi kalau ikigai hanya berarti alasan kenapa kita bangun pagi, kupikir aku sudah menemukan jawabannya tanpa mesti menyambungkan 4 elemen penting dalam hidup ini, yakni; passion, profession, vocation dan mission. Bertanya pada diri sendiri; “hari ini ngapain ya?” saat bangun pagi membuatku yakin bahwa aku siap menjalani dan menaklukkan hari. Baik buruknya 🥺, susah senangnya 🥺, baper julidnya 🥺.

Kupikir urusan per-ikigai-an ini belum kelar ya haha 😅 Masih rancu dan aku mesti memikirkan ulang apakah ikigai hanya berarti alasan kenapa kita bangun pagi ataukah lebih dari itu. Ku harap bisa secepatnya memutuskan apa ikigai-ku, semakin lama semakin liur, malay jadinya.

Well... Semoga harimu menyenangkan 😘.

Peace, love and gawl.
Lestari

You May Also Like

0 comments

Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~