Mengartikan Ikigai
Berbulan-bulan yang lalu – di saat hari masih sering hujan dan matahari
masih sesekali menyapa –. Setelah hampir setengah hari menunaikkan wear test sepatu kesana kemari, aku berakhir di Gramedia. Sambil menanti
hujan yang tak jua reda, aku iseng membaca buku-buku sample (yang plastiknya sudah terbuka), beberapa buku nggak menarik,
beberapa lainnya nggak asyik. Yha~ 😁
Namun sebagai bagian dari jama’ah
KonMari yang masih kepikiran beli buku Sparks of Joy apa nggak, aku menghampiri
tumpukan buku self development dan declutter
ala Jepang. Lihat-lihat doang sih... kali aja ada diskon 😋. Salah satu buku
yang menarik perhatianku adalah Ikigai: The Japanese Secret to a Long and Happy
Life karya Hector Garcia dan Francesc Miralles, sebab ada sample-nya boleh dong aku membaca sambil menunggu hujan reda 😉.
Kalem.
Kali ini aku nggak akan me-review
buku 😋.
Dalam bahasa Jepang iki berarti
kehidupan dan gai adalah nilai,
terjemahan bebasnya; nilai kehidupan alias value
of life. Meski demikian, ikigai
juga diartikan sebagai alasan kenapa kita bangun pagi. Namun menurutku sendiri ikigai adalah konsep mengenai esensi
hidup, semacam life purpose khususnya dalam ranah pekerjaan.
Aku hanya sempat membaca buku Ikigai: The Japanese Secret to a Long and
Happy Life setengahnya saja, hujan sudah reda dan aku sudah ingin pulang,
ngantuk ziz... 😒 Di perjalanan pulang aku malah jadi agak kepikiran; “apakah aku sudah
menemukan ikigai-ku?”.
Kalau untuk alasan kenapa aku bangun pagi... Kupikir sudah ya 👌🏻.
Di post pernah begini aku pernah
bilang kalau aku sering over thinking akan segala hal sekitar
30-60 menit setelah bangun pagi. Saat itu, aku sering berpikir... Kalau saja aku
memiliki kuasa untuk mengubah keadaan yang nggak menyenangkan ini pasti akan ku
lakukan, aku bahkan sok-sokan rela menukar apa yang yang kumiliki (except mind, body and soul also love 😏) demi hari yang yang
kuinginkan. Macem; here take my money... 😅
Hari dimana aku bisa bangun pagi dan bertanya pada diri sendiri; “hari ini
ngapain ya?”.
Asyik banget nggak tuh? Haha🤣.
Memang ada hari-hari buruk dan mengesalkan yang mesti ku lalui demi mencapai
hari yang ku inginkan, but all paid
off. Ada kepuasan yang meledak-ledak
saat aku berhasil mencapai hari-ku, rasanya seperti menonton di bioskop
sendirian di seat paling tengah untuk
film terbaik. Segalanya tampak luas dan terbuka 🤩. Ada langit sungguhan dan
panji-panji yang berkibar mengiringi makan malamku di aula Hogwarts.
Percayalah, bisa bangun pagi dan bertanya pada diri sendiri; “hari ini
ngapain ya?” rasanya lebih berharga ketimbang semua hasil qerja qeras bagai
quda yang pernah ku miliki.
Sampai hari ini, aku sangat mensyukuri hari-hari dimana aku bisa bangun
pagi dan bertanya pada diri sendiri; “hari ini ngapain ya?”. Nggak setiap hari sih...
sebab kadang kesiangan atau memang sedang jadwalnya hari malas 😆 Meski
sebenarnya sudah tahu hari ini mau ngapain, kupikir “hari ini ngapain ya?”
adalah sugesti terbaik untuk mengawali hari.
Namun, setelah kupikirkan lagi, alasan kenapa aku bangun pagi dan ikigai itu adalah hal berbeda, maksudnya,
sebab (sampai saat ini) aku belum
menemukan korelasinya. Alasan bangun pagi ya alasan bangun pagi, ikigai ya ikigai. Yha~ mungkin memang sudah seharusnya aku beli bukunya, biar
ilmunya nggak nanggung hehe 😋
Kalau melihat diagram-nya, ikigai
adalah titik sumbu yang menghubungkan 4 elemen penting dalam hidup ini, yakni; passion, profession, vocation dan mission.
Passion
Sebenarnya aku masih bingung kalau ditanya tentang passion 😅 Sebab kupikir ada banyak hal yang ku sukai dan ku
kuasai (ehm... a little self proclaimed
wouldn’t hurt, isn’t?).
Aku suka menulis dan kupikir sejauh ini cukup capable. Aku menikmati seni visual sebab ku pikir hal tersebut sangatlah
eye pleased. Aku suka menjadikan hal-hal lebih terorganisir. Aku
menikmati momen dimana aku berada di rumah, rebahan sambil Twitter-an, so called
homebody. Aku suka bepergian dan mengunjungi tempat-tempat baru. Aku
menikmati hari-hari menyenangkan dimana aku bisa berjalan kaki sepuasnya. Aku suka
hal-hal absurd. Aku suka berpikir.
Aku suka berimajinasi.
Ada banyak hal yang ku sukai, namun lebih dari segalanya, aku suka menjadi
diri sendiri.
Lebih challenging. IFYWIM 😏.
Sebab passion dalam konsep ikigai adalah perpaduan dari hal yang di
sukai dan di kuasai, maka bolehlah kalau ku bilang passion-ku untuk saat ini adalah menulis, menulis apa?
Menulis tentang diriku sendiri haha 😊 Kupikir, itu adalah alasan terbaik kenapa
aku lebih suka menjadi blogger
ketimbang menjadi writer.
Profession
FYI, Saat ini aku adalah seorang footwear designer alias desainer alas kaki alias tukang gambar sepatu~
Memang profesiku ini nggak se-‘wah’ atau se-prestige
profesi lainnya yang terdengar keren saat diucapkan dan ditulis dengan bangga di
bio. Nggak sedikit juga yang mencoba
mengasosiasikan footwear designer sebagai bagian dari fashion designer, nggak salah sih... 😅 tapi kita (footwear dan fashion)
beda lho... 🤔
Kalau ditanya kenapa memilih menjadi footwear
designer (ketimbang designer di ranah lainnya)? Well... aku hanya bisa bilang; aku suka
sepatu 🥰. Mungkin nggak semua orang akan setuju denganku, namun kupikir sepatu
adalah statement items yang paling lugas (ketimbang tas atau aksesoris). Sebab se-absurd apa pun padu padan fashion-mu, selama sepatunya keren semuanya
akan auto termaafkan 😋.
Sebab profession dalam ikigai adalah perpaduan antara hal yang
di kuasai dan hal yang membuat kita dibayar karenanya, maka sudah dipastikan
ya... profesiku adalah footwear designer. Meski kadang ingin mencoba
profesi selain di ranah desain, aku suka profesiku 😉.
Vocation
Nah, ini agak berat ya bahasannya haha Yang aku tangkap, vocation adalah seberapa penting impact profesiku bagi orang lain. Memang
untuk saat ini nggak banyak yang membutuhkan skill-ku sebagai footwear
designer kecuali manufaktur atau UKM
yang bergerak di bidang persepatuan, tapi karena nggak banyak itulah footwear designer menjadi profesi yang cukup limited.
But, hey! I made your shoes... I made your day 🙃 Kalau nggak ada sepatumu akan sama membosankannya dengan film Mulholland
Drive. Akulah yang memikirkan kombinasi material dan warna untuk sepatumua. Akulah
yang mengurusi segala hal yang terjadi di balik sepatu yang kau pakai saat ini.
Akulah yang membuat sepatumu begitu manis, begitu keren, begitu asyik... It was me 😊.
Sebab vocation dalam ikigai adalah perpaduan antara hal yang
membuat (kita) dibayar dan hal yang dibutuhkan oleh banyak orang, maka itu
artinya vocation-ku adalah footwear designer. Kuharap akan ada saatnya dimana aku akan bekerja untuk
diriku sendiri 👊🏻.
Mission
Ternyata, ada yang lebih berat ketimbang vocation 😌 Kupikir mission
ini lebih ke tugas jangka panjang ya, berat
juga memikirkan jawabannya. Di satu sisi aku suka diriku dan disisi lain aku adalah
footwear designer, keduanya bukan hal yang seirama.
Sebentar, kupikirkan dulu... 🤔
Kemungkinan terdekatnya sih aku memiliki signature untuk setiap desain yang pernah kubuat, eh gini nggak sih
cara mainnya? Haha 😅 Kupikir karya yang terlahir dariku mestilah merupakan sebagian
dari diriku, sedikit personal touch mungkin akan membuatnya lebih manits...
Mungkin ya... 🤭 Bagaimana dengan menulis? Meski untuk saat ini konten blog-ku nggak selalu berfaedah dan
melulu tentangku, kupikir menjadi blogger
adalah salah satu hal terbaik yang ku lakukan.
Sebab mission dalam ikigai adalah perpaduan antara hal yang
di sukai dan (ternyata) menjawab kebutuhan banyak orang, maka aku memutuskan mission-ku untuk saat ini adalah
memiliki signature untuk setiap
desain yang pernah kubuat, gitu kali ya haha 🤣🤣🤣
Ikigai
Jadi, apa ikigai-ku? 😅
Tadi ku bilang kalau ikigai
adalah titik sumbu yang menghubungkan 4 elemen penting dalam hidup ini, yakni; passion, profession, vocation dan mission. Maka bisa dibilang ikigai-ku untuk saat ini malah
masih meraba-raba 😌 antara footwear
designer dan menulis tentang diri
sendiri. Masih belum ngerti juga apakah bisa bangun pagi dan bertanya pada
diri sendiri; “hari ini ngapain ya?” bisa dikatakan sebagai ikigai.
Eym... Mungkin sudah seharusnya kubeli bukunya 😅
Mesti ku akui, mencari ikigai
nggak semudah ekspektasiku, ada banyak pertimbangan dan fokus yang terbelah
saat aku mencoba menganalisa diri. Aku punya banyak spesifikasi untuk semua
istilah, ikigai, value of life dan life purpose memiliki
makna yang berbeda untukku, makanya jadi bingung sendiri 🙁.
Tapi kalau ikigai hanya berarti
alasan kenapa kita bangun pagi, kupikir aku sudah menemukan jawabannya tanpa
mesti menyambungkan 4 elemen penting dalam hidup ini, yakni; passion, profession, vocation dan mission. Bertanya pada diri sendiri;
“hari ini ngapain ya?” saat bangun pagi membuatku yakin bahwa aku siap
menjalani dan menaklukkan hari. Baik buruknya 🥺, susah senangnya 🥺, baper julidnya 🥺.
Kupikir urusan per-ikigai-an ini
belum kelar ya haha 😅 Masih rancu dan aku mesti memikirkan ulang apakah ikigai hanya berarti alasan kenapa kita
bangun pagi ataukah lebih dari itu. Ku harap bisa secepatnya memutuskan apa ikigai-ku, semakin lama semakin liur,
malay jadinya.
Well... Semoga harimu
menyenangkan 😘.
Peace, love and gawl.
Lestari
0 comments
Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~