Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Tibalah kita di post penghujung tahun 😁.

Dibuang Sayang: OTW adalah semacam foto esai yang nggak serius-serius amat, kumpulan foto yang tersimpan di gallery yang sayang kalau dihapus begitu aja. Kalau 2 tahun lalu temanya adalah foodies berisikan foto makanan-makanan random yang ada di smartphone-ku, kali ini temanya adalah OTW alias On The Way alias Okey Tungguan Weh 😁.

Sejauh ini transportasi favorite-ku dalam kota adalah DAMRI, rasanya happy aja kalau tujuanku dilalui DAMRI, selain nyaman dan mudah ditemukan ongkosnya murce. Makanya aku sedi ya saat tahu DAMRI berhenti berhenti beroperasi, nggak habs thinking dengan pemerintah yang tampak ogah-ogahan mengurusi kepentingan bersama macem DAMRI ini 😌.

Sedang untuk transportasi favorite-ku luar kota adalah kereta api, serius ini, aku lebih nyaman naik kereta api ketimbang naik pesawat. Sayangnya, sampai saat ini aku belum bisa melakukan perjalan luar kota atas nama pandemi, padahal hampir setiap minggu (di bulan Agustus, September, Oktober) IG mengingatkan kalau on this day aku dan sobi-sobi sedang berlibur 🥲.

yha~ Semoga koronces ini segera musnah ya, aku suda nggak sabar ingin kembali berlibur (meski member semakin berkurang).

Sekangen itu dengan jalan-jalan,









Share
Tweet
Pin
Share
No comments
source

Hello…

Ternyata pandemi belum berakhir yakawan 😁

Aku sebelumya pernah menulist post tentang self healting, tapi karena pandeminya masih bersambung alias masih belum tamat maka list self healthing pun bertambah. Jelas bukan berita yang baik ya karena artinya koronces makin maceuh dan keadaan semakin buruk 😔.

Di awal COVID-19 outbreak kita sempat kesulitan mendapatkan masker dan vitamin, menurutku ini masih wajar mengingat warga +62 belum siap disapa koronces. Pemerintah mah nggak usah ditanya ya… udah dikasih tahu malah ngeyel, Lord Rangga juga niya udah mewanti-wanti eh malah dicyduk 😅. Memang lambat laun stok masker dan vitamin kembali normal, namun jedanya sempat membuat panik 🙃.

Nah, di pandemi 2.0 ini giliran oksigen yang sulit didapatkan, sedih banget ya liat orang-orang nyari oksigen di timeline. Rumah sakit over capacity, ambulance wara wiri dan berita dukacita adalah hal-hal yang akhirnya menjadi lumrah. Well.. Adakah upaya pemerintah untuk lebih bersiap menghadapi pandemic? Ada. Memberdayakan buzzer 🤬.

Ohya, Susu Bear Brand juga sempat jadi the most wanted item. Menurutku, ini mah kebiasaan aja ya… saat sakit biasanya kan kita dikasih susu Bear Brand untuk menetralisir/detox, tapi karena sekarang mah banyak yang sakit jadi pada rebutan. Lebih ke sugesti aja sih, karena kalau dari komposisi dan manfaat brand lain ada yang lebih unggul.

Pernah nggak sih kalyan kepo dengan komposisi rahasia Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga atau Larutan Cap Badak? 🤔 Sejak aku menemukan kata; resep rahasia di komposisinya aku selalu yakin bahwa Larutan Penyegar adalah minuman sugesti *sok-sokan rahasia sih 😂 Aku bahkan pernah berpikir ada ustadz yang khusus mendoakan Larutan Penyegar di pabrik macem ustadz sering dimintain air doa kalau ada yang sakit. Tapi tenang yakawan… sekarang komposisi resep rahasianya udah dipaparkan ✨👌🏻.

Mesti diakui ya bahwa pandemi membawa perubahan besar dalam kehidupan, kita jadi lebih aware dengan kebersihan dan protektif, kalau diingat-ingat jorse banget lifestyle kita dulu 😂 Karena pandemi yang nggak tahu kapan kelarnya ini, mau nggak mau budget self healting meningkat. Yha~ meski liburan ambyar tapi mesti tetap sehat yekan… 😎.

Rata-rata self healthing thingy ini kubeli via e-commerce ya, kalau nggak penting-penting banget aku nggak akan keluar 😉 Ohya post ini adalah post lanjutan dari post Self Healthing yang kutulis di tahun lalu.

MASKER
Selama pandemi aku lebih sering membeli masker box-an ketimbang masker sachet (yang biasanya dijual di minimarket) karena lebih praktis dan ekonomis, seenggaknya aku nggak mesti bolak balik beli kalau habis 😉. Aku juga jadi sering nontonin review masker ketimbang review skincare di YouTube, kalyan juga gini kan? 😅 Aku pake masker dari Thankful karena tertarik dengan opsi warna yang ditawarkan (angger) 😁.

HAND SANITIZER
Aku pake hand sanitizer saat keluar aja ya, kalau di rumah atau kosan lebih memilih untuk cuci tangan (dan kaki) pake sabun dan air yang mengalir. Biasanya aku pake yang Antis Jasmine Tea karena wanginya enak di hidungku, paling yang agak ganggu mah efek kesat pasca pakenya. Ohya, aku kurang suka dengan hand sanitizer yang bentuknya gel, lama kering dan takut jadi sarang daki 😂.

PLOSSA
Sebagai warga +62 yang sering masuk angin, Plossa ini adalah item yang wajib ada, hayolohhh ngaku… pasti pernah kan membeli Plossa 😁. Aku lebih sering membeli Plossa karena bentuknya memudahkanku menjangkau bagian punggung, meski secara konsep nggak jauh beda dengan Fresh Care roll. Selama ini aku pakenya yang warna hijau ya, belum pernah pake yang warna merah atau biru jadi belum bisa membandingkan.

VITAMIN
Satu-satunya alasanku membeli Blackmores adalah karena kuantitinya yang banyak, untuk harganya memang relatif mahils, tapi kalau dihitung-hitung lagi harga pertabletnya nggak jauh berbeda dengan vitamin brand lain. Tadinya aku pake yang Vitamin C 1000 kemudian upgrade ke Multivitamins + Minerals karena malay minum vitamin terpisah-pisah. Biar sekali lep’ aja gitu 😉.

CENDO LYTEERS
Sebelum COVID-19 outbreak aku sempat mengganti kacamata, saat itu mataku -3 dan -5, kaget juga sih karena sebelumnya mataku -2,75 dan -3,5. Di awal tahun ini aku menyempatkan diri ke Rumah Sakit Mata Cicendo karena sering pusing dan mual kalau kelamaan di depan screen dan ternyata mataku keduanya -5. Aku pake Cendo Lyteers ini biar matanya nggak kering.

BRITISH PROPOLIS
Yha~ ini mama yang beliin 😁 Selain madu HDII, yang mayan kenceng di pandemi ini adalah British Propolis. Nggak ngerti deh mama udah jadi member apa belum yang jelas setiap kali teleponan / VC selalu diingatkan minum propolis. Sejujurnya aku kurang suka propolis karena rasanya nggak begitu enak, etapi mana ada juga yekan propolis yang rasanya manis 😅.

JAHE GEPREK
Beberapa waktu yang lalu aku sempat berhenti meminum honey-lemon-shot karena asam lambung sempat naik (bukan pengalaman yang menyangkan ya 😔) dan rasa-rasanya honey-lemon-shot udah nggak semanjur biasanya. Saat pulang ke rumah aku dibuatkan minuman Jahe Geprek hangat oleh Pongky, biasanya menu ini rilis saat musim hujan tapi karena orang rumah pada sakit terpaksa dirilis lebih awal 😆.

Biar nggak penasaran, ini resepnya ya…
- 2 ruas jahe merah (geprek sampai agak hancur)
- 2 gelas air
- 1 sdm gula merah atau putih *opsional
- 1 sdm madu *opsional
Rebus semua bahan secara bersamaan sampai mendidih, angkat dan sajikan (sebelum diminum jangan lupa ditiup fufufu~ ya hanashhh soalnya 😁).

Well… semoga pandemi segera berlalu ya, list-nya makin lama makin panjang soalnya 😅.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

This post contains music, if you open this post via browser the music will play automatically, but if you open this post via smartphone you have to scroll down to click the play button. And it's okay if you want to read in silence since the music is only the supporting part 😁.

Hello…

Apa kabar netizen? Sudah prepare apa aja menyambut pandemi vol. 2? Kayanya hampir semua yang dibeli tahun lalu sudah beranak pinak ya… 😅  Yakin banget altar WFH makin sempit gegara printilan nggak-penting-tapi-ingin-punya, home dress juga sudah pada punya kloningan, tanaman mah nggak usah ditanya, rumahku aja sekarang sudah macem kebon 😂.

Ternyata, prakiraan pandemi yang direncanakan pemerintah hanya setahun mesti molor lagi sampai entah kapan 😢. Meleset. Sudahlah… emosinya sudah sampai langit keenam kalau mengingat gimana pemerintah menangani pandemi sejak awal tahun lalu. Seakan-akan COVID-19 adalah nasi, diremehkan… 😌.

Karena pandemi yang nggak tahu kapan kelarnya ini banyak rencana kembali berubah… kalau kerjaan mah ya revisi lagi. Kurasa  pandemi extension ini nggak jauh lebih baik dari tahun sebelumnya, semakin menjadi-jadi 😢 dan new normal yang digadang-gadang sebagai gaya hidup to the next level malah terasa seperti post apocalypse 🥲.

Pandemi tahun lalu seenggaknya kita masih bisa merayakan hidup, sedikit haha hihi dan mencoba beradaptasi. Kurasa tahun ini lebih berat ya… karena kita berusaha keras untuk menjalani dan merekonstruksi kehidupan yang dimiliki sambil menerka-nerka nasib apa yang akan menghampiri. Clueless banget 😶.

Mungkin ini hanya perasaanku, atau mungkin ini perasaan sebagian netizen lainnya, tapi kurasa pandemi vol. 2 auranya lebih suram ketimbang pandemi vol. 1. Well… belum pernah rasanya aku stuck sampai nggak ngerti mau ngapain, galaunya sudah nggak selow lagi ya terutama di February akhir – Maret awal.

Setelah sekian lama aku kembali insomnia dan baru bisa tertidur menjelang subuh. Tahu sendiri yekan, semakin larut pikiran semakin liar, entah itu masa depan, kerjaan atau sekedar menyesali hal-hal yang nggak pernah berani kulakukan 🥺. Bangun pagi pun sudah nggak se-excited biasanya, rasanya lelah aja gitu… karena setahun berlalu dan keadaan nggak menjadi lebih baik 🙃.

Aku bahkan kehilangan minat, bisa dilihat ya sejak awal tahun aku jarang menulis post. Aku punya beberapa draft tipis tapi terlalu mager untuk mengetik. Aku membeli beberapa buku baru tapi nggak ada satu pun yang diselesaikan. Aku punya stok drakor tapi saat menonton drakor pikiranku malah kemana-mana.

Yang kuinginkan hanyalah rebahan dan menerawang masa depan… 🧐.

Tadi aku sudah bersiap tidur, rebahan di kasur sambil berdoa macam-macam request ini itu 🤲🏻 meski kutahu belakangan Allah sedang sibuk. Setelah meng-aamiin-kan doaku sendiri, aku malah mendadak sesak nafas dan gelisah nggak jelas, entah kenapa tetiba aku ingin menangis… hal yang membingungkan, karena sejujurnya aku pun nggak tahu akan menangisi apa 🥺.

Kemudian… aku berada disini. Di depan laptop. Berusaha melanjutkan draft post yang sudah tertunda selama beberapa minggu sambil menunggu hari berganti. Hari ini masih tanggal 5 juli, beberapa menit lagi berganti menjadi tanggal 6 juli. Waktu berlalu secepat kilatan cahaya… 💫.

Beberapa hari belakangan aku berusaha mengurangi intensitas screen time, selain karena nggak baik untuk mata aku nggak kuwat guise baca dan nontonin status teman-teman sekalyan. Gimana nggak overthinking ya, setiap kali aku membuka social media rata-rata statusnya;

1. Berita duka
2. Cerita isoman
3. Pencarian donor konvalesen
4. Pencarian rumah sakit
5. Pencarian oxygen

Ada satu hari dimana aku bolak balik copy paste ungkapan duka cita 😭, meski aku nggak mengenalnya secara personal (karena orang tua temanku) aku merasa ini hal berat ya… Aku sampai puyeng dan mual 🥺 setiap kali membaca update-an status mereka, sebelas dua belaslah dengan puyeng gegara Money Manager minggu lalu.

Kalau di Avengers: End Game mah kita lagi ada di masa suram setelah Thanos finger snap, masih belum tahu bahwa 5 tahun yang akan datang seekor tikus nggak sengaja membuka Quantum Realm 🐀. Cuaca yang nggak coy ini turut mempengaruhi mood ya, mana ada hujan di bulan Juni kecuali di puisinya Sapardi Djoko Damono.

Kolom favourite-ku di koran cetak adalah obituari, rasanya menarik melihat deretan nama-nama keluarga bermarga sama dan hubungan yang menyertainya. Kadang aku menemukan obituari dari keluarga besar yang saking besarnya memenuhi hampir setengah halaman koran, tapi tak jarang aku menemukan obituari dari kerabat atau kenalan karena yang berpulang hidup sendiri.

Saat ini aku nggak perlu koran cetak untuk menemukan kolom favourite-ku, cukup update-an status teman-temanku berubah menjadi obituari. Rasanya aneh melihat orang-orang berduka pada saat yang bersamaan sambil mengumpat COVID-19 yang bermutasi tiada henti. Ohya, aku menemukan tulisan bagus dari Evi Mariani (ini link-nya). Dibaca ya… 😉.

Sejak pandemi aku berusaha meluangkan waktu untuk telepon dan video call orang rumah, keluarga dan teman-teman meski sebenarnya canggung 😅. Karena kita nggak pernah benar-benar tahu… Sebelumnya aku lebih terbiasa berkomunikasi via chat karena khawatir mengganggu, tapi kali ini aku nggak peduli 😁 Dalam sehari aku bisa menelepon 5 orang berbeda hanya untuk memastikan mereka baik-baik aja.

Aku manusia ya… aku juga takut kehilangan… 🥺.

Saat mamaku terkena stroke hampir setiap malam aku mengecek ke kamarnya dan memastikannya bernafas dan hidup, aku tahu ini agak creepy, tapi kuyakin kau pun pernah melakukannya.

Pandemi membuat segalanya berjarak. Kalau biasanya setelah salaman kita (aku dan orang tua) berpelukan, kini cuma bisa salaman aja kek salam ke guru ngaji 🥲. Aku juga kangen berpelukan ala telletubbies dengan teman-temanku, virtual hug mah feel-nya nggak nyampe 😂.

Aku masih ingin menulis siya tapi (akhirnya) aku ngantuk… 💤

Semoga kita semua diberikan ketabahan dan kelapangan hati menjalani hari-hari pandemi yang nggak tahu kapan kelarnya. Semangat ya… Jangan putus berdoa 🤲🏻.

cloudpie · Yura Yunita - Tenang
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
https://unsplash.com/@wiaone72

Hello…

Sebagaimana netizen pada umumnya yang kalau gabut larinya ke YouTube, belakangan (lebih dari 6 bulan) timeline YouTube-ku kini didominasi oleh Korean thingy. Kalau sebelumnya algoritma YouTube mengantarkanku pada kanal per-homebody-an maka kali ini algoritma YouTube mengantarkanku pada kanal masak-memasak ✨👌🏻.

Gils… canggih banget ya eomma-eomma dan eonni-eonni Korea, masak aja aesthetic banget 🥺.

Kebanyakan kanal masak-memasak ini menggunakan resep yang simple jadi durasinya nggak begitu lama, rata-rata dibawah 10 menit. Kalau dibandingkan dengan kanal masak-memasak Indonesia ya jelas beda, durasi tentcu lebih lama karena host ikutan tampil dan ngomong macem di TikTok 😁.

Seperti olahraga, I’m not into cooking… karena bagiku rasanya kurang fair menghabiskan waktu berjam-jam untuk memasak sedang hanya butuh waktu beberapa menit untuk menikmatinya. Nggak balance aja gitu… 😂 Makanya kadang aku kurang setuju kalau jalan & jajan opsi makannya barbeque atau suki, lama tcoy… keburu lapar ya aku 😁, mana residunya sering nyangkut di pakaian.

Kembali ke kanal masak memasak korea… Salah satu alasan mengapa aku betah mentenginnya adalah karena resepnya simple dan bahannya bisa disesuaikan, you know-lah… sebagai duta laper tapi mager kupikir resep kanal masak memasak Korea ini sungguh sangat kosan friendly.

Karena blog nggak bisa swipe up macem Instagram, untuk shortcut bisa diklik nama kanal YouTube-nya ya...

COOKING HARU

Sejauh ini Cooking Haru adalah favorite-ku, aku suka video-nya karena editing-nya fun dan lucu. Resepnya pun simple dan kalau memang niat bisa direalisasikan 😂.


W TABLE

Sejauh yang kuingat W Table ini adalah kanal masak memasak Korea yang pertama ku subscribe, kalau nggak salah dulu nama kanalnya Wife Cuisine. Yang kusuka dari kanal W Table adalah videonya yang terasa segar dan hidup.


DELICIOUS DAY

Sesuai nama kanalnya, hampir semua resepnya terlihat lezat dan compact, well… mungkin ini gegara komposisi layout (makanannya) yang on point. Simple sekaligus eye pleasure.


ONE MEAL A DAY

Salah satu kanal masak memasak yang sering dijadikan referensi adalah One Meal A Day, resepnya cukup simple dan mudah dibuat kalau ada niat 😂.


CHO’S DAILY COOK

Salah satu kanal masak memasak yang nggak terlewat ya guise… Cho’s daily Cook. Selain karena videonya yang eye pleasure, resepnya cukup simple (lagi-lagi) kalau ada niat 😂.


IVY KITCHEN

Meski menggunakan kata kitchen tapi Ivy Kitchen nggak melulu tentang masak memasak, agak random juga sih kontennya hehe Tapi so far aku suka karena videonya yang clean dan menyegarkan, sungguh sangat eye pleasure.


Selain list diatas masih banyak ya kanal masak memasak Korea yang sering kutonton, nggak kalah eye pleasure dan membuatku betah berlama-lama mantengin YouTube. 

Well… kalyan punya kanal masak memasak Korea favorite juga nggak?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
www.burnbook.com.br


Hello…

Saat pandemi tahun lalu ada satu serial Netflix yang hype abysss… yakni la Casa de Papel (Money Heist), meski penasaran setengah mati aku tetap konsisten nontonin oppa-oppa anyonghaseyo atas nama mimpi babu dan halu-halu Bandung 😁. Barulah di awal tahun aku nyicil menonton la Casa de Papel, itu pun masih selang seling sambil nonton drakor.

Aku menonton la Casa de Papel ini with no expectation, biar lebih asyik aja ya. Berkaca dari yang lalu-lalu: expectation kill your hypeness😌. Aku hanya tahu la Casa de Papel ini adalah series yang bercerita tentang money heist tapi dengan kostum yang fancy, eym… yang kupikir ada kaitannya dengan sekte tertentu karena official poster-nya yang bagiku masih ambigu 🤔.

Untuk season 1-nya aku langsung binge watching, gils… ambis banget yekan 😁 Kuakui la Casa de Papel ini adalah series yang menarik sekaligus menghibur, gimana ya, kupikir untuk saat ini la Casa de Papel adalah series bertemakan money heist yang compact.

Untuk mempersingkat intro, yumari… 

SEASON 1

🎬 13 episode
⏰ 60 menit

Series dibuka dengan narasi dari Tokyo yang menceritakan bagaimana ia direkrut oleh Professor aka Salvador Martin aka Sergio Marquina (Álvaro Morte) untuk bergabung dalam timnya. Tim yang dibentuk Professor ini bertujuan untuk merampok Royal Mint of Spain alias Gedung Percetakan Uang Negara. Kamikaze banget nggak tuh? 😁.

Tentcunya untuk bisa memasuki The Mint of Spain dibutuhkan rencana yang matang dan tim dengan skill yang nggak main-main. Ohya, untuk mempermudah komunikasi dan menjaga privacy mereka menggunakan nama alias yang dipilih masing-masing.

Mereka adalah Berlin aka Andrés de Fonollosa (Pedro Alonso), Tokyo aka Seline Oliveira (Úrsula Corberó), Moskow aka Agustín Ramos (Paco Tous), Denver aka Ricardo Ramos (Jaime Lorente), Nairobi aka Ágatha Jiménez (Alba Flores), Rio aka Aníbal Cortés (Miguel Herrán), Helsinki aka Mirko Dragic (Darko Períc) dan Oslo aka Dimitri Mostovói (Roberto García Ruiz)

Selanjutnya kita akan disuguhi mandatory scene yang biasa ditemukan dalam tontonan sejenis, yakni usaha penyamaran, penyergapan dan pengambil alihan. Tadinya kupikir series la Casa de Papel ini akan dipenuhi scene berdarah-darah yang tsadesss, ternyata nggak segitunya ya, paling banter scene tembak-tembakan yang membabi buta.

Menurutku (setelah menonton sampai episode 5) la Casa de Papel ini agak drama dan lebih mengedepankan eksplorasi karakternya, well… mungkin gegara kebanyakan dialog juga kali yhahaha Untukku yang suka tontonan yang agak mikir dan ber-plot twist, la Casa de Papel ini menyenangkan sekali ☺️.

Karakter favorite-ku di la Casa de Papel tentcunya adalah mb Nairobi yang manits dan fun🥳. Yang kalau bukan karena spirit-nya yang menggugah, mencetak uang selama berhari-hari akan terasa anyep. Bisa ditanyakan niya ke Mbah Torres… gimana kesannya selama bekerja dengan mb Nairobi 😉.

Dan aku sangat mengapresiasi Professor yang meski mendadak bucin, tetap berusaha konsisten menjalankan rencana idealist-nya. Kubilang idealist karena Professor memikirkan setiap detail dan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Pokoknya detail banget. Kadang sampai gregetan sendiri dengan rencana yang dia buat, bisa dieksekusi nggak nih? 🤔.

Ohya, mengenai bucin (yang mana berarti budak cinta, bukan budak micin 😏). Kupikir Álex Pina (writer) memiliki sisi melankolis romantis yang too much, nggak salah sih, tapi kesannya macem nggak ada hari esok. Jangan salah niya, kelakuan bucinnya Tokyo & Rio membuat plot hole dalam skenarionya Professor, yang pada akhirnya mengantarkan mereka pada situasi genting.

Selain Tokyo & Rio, pasangan bucin lainnya adalah Denver dan Stockholm aka Mónica Gaztambide (Esther Acebo) yang merupakan selingkuhan dari Arturo Román (Enrique Arce) direktur Royal Mint of Spain. Nah, hubungan segitiga antara Denver – Mónica – Arturo inilah yang paling renyah menurutku, easy peasy banget (untuk Mónica) kalau dibandingkan dengan kelakuan toxic-nya Arturo.

Untuk menghadapi Professor dan timnya, pihak kepolisian menurunkan duo Raquel Murillo (Itziar Ituño) dan Ángel Rubio (Fernando Soto). Meski sering kena tikung Professor keduanya pantang menyerah, sayangnya mereka sering nggak klop dengan Luis Prieto (Juan Fernández) yang memang memiliki agenda sendiri.

Baik polisi dan Professor merupakan lawan yang seimbang, bedanya polisi lebih banyak nyangkut di birokrasi sedang Professor dan timnya lebih banyak nyangkut di emosi. Kadang suka degdegan kalau salah satu dari mereka mulai goyah, merasa bias aja nggak tahu mesti memihak yang mana. Eh, pada merasa gitu juga nggak?

Mungkin ini hanya perasaanku, tapi kenapa ya Professor dan Berlin di ending scene vibes-nya macem In The Shadow? Haha Apakah gegara kontur wajahnya yang lawas macem vampire atau memang efek setting-nya. Ohya, karena la Casa de Papel lagu Bella, Ciao kembali populer, lagu ini sering dinyanyikan sebagai seruan anti fasis di WW II di Italy pada tahun 1940an, tenang guise… kalau lebih dari 50 tahun berarti udah free rights.

SEASON 2

🎬 9 episode
⏰ 60 menit

la Casa de Papel season 2 ini melanjutkan ending yang nanggung di season 1 yang lalu, dimana akhirnya Raquel menemukan markas Professor dan timnya pada masa training. Udah degdegan aja niya khawatir Professor langsung tercyduk di tempat *heu 😅.

Sedangkan, nun jauh di Royal Mint of Spain, timnya Professor merasa resah dan gelisah karena nggak mendapatkan kabar dari yang bersangkutan. Keresahan inilah yang membuat mereka agak gegabah dalam bertindak. Bukan Cuma sanderanya yang stress ya, penyanderanya pun nggak kalah stress.

Di season 2 ini aku gagal faham mengapa Tokyo dipilih sebagai main cast, kupikir Tokyo karakter terlalu labil dan nggak sabaran meski cakep 😁, yha darah muda memang beda kali yah Ada momen dimana Tokyo terlalu grasa grusu melakukan sesuatu, salah satunya adalah ketika mengeksekusi Berlin.

Berlin memang agak seksis dan narsis, tapi diantara semua anggota tim Berlin-lah yang paling mampu memimpin. Mohon maap mb Nairobi, meski kusuka gayamu saat memperjuangkan emansipasi 😘 tapi Berlin masihlah yang terbaik. Kubilang terbaik karena Berlin bersedia (dan keukeuh) on cam meski pake perban di kepala. Kocak 🤣.

Kalau sebelumnya ada Tokyo & Rio dan Denver & Stockholm yang bucin mania, maka di season 2 ada Professor dan Raquel yang witing tresno jalaran soko kulino. Sumvah, ingin banget rasanya cepu ke mb Raquel bahwa Salva yang selama ini dikira tukang bikin cuka apel adalah Professor yang selama ini dicari-cari. Gini loh mb… nganu… itu masnya… 🙃.

Kali ini, Tokyo & Rio berhasil membawa kebucinan mereka to the next level. Asli mind blowing banget saat tahu Tokyo memilih untuk kembali masuk ke Royal Mint of Spain ketimbang mabur kemana gitu. Kalau Radit & Jani adalah versi lokalnya, maka Tokyo & Rio versi interlokalnya. Benar niya apa kata Pici dulu: da cinta mah satoel enjoy :3

Baru kali ini aku menemukan konsep money heist yang terancam ambyar gegara bucin 🙃.

Kupikir di season 2 ini yang paling kentara perkembangan karakternya adalah Denver, dari pemuda easy going yang kadang nggak pake mikir berubah menjadi karakter yang lebih liat dan bertanggungjawab. Yha~ bagi sebagian orang cinta adalah sebenar-benarnya jawaban, sebagai netizen kuhanya bisa mendoakan agar Denver & Stockholm bisa abadan wadaiman.

Ketimbang season 1, season 2 ini tensi ketegangannya lebih tinggi karena Professor dan timnya berpacu dengan waktu. Maksudnya cuy… uang sebanyak itu ngangkutinnya juga PR 😁 Aku jadi kepikiran butuh berapa kali balikan untuk bisa menyapu bersih ruang brankas.

Ohya, aku ikut merasa lega saat Angel terbangun dari koma, sebagai partner yang terjebak friendzone kupikir Angel cukup legowo saat tahu Raquel lebih memilih Salva ketimbang dirinya. Meski Professor adalah yang paling diuntungkan dari kecelakaannya Angel, Professor jugalah yang paling disalahkan oleh Raquel.

Diantara para sandera yang paling berulah tentcunya adalah Arturito, KZL pisanlah kalau ada scene-nya yang ada doinya 🤣.

la Casa de Papel berhasil menutup season 2 ini dengan begitu memuaskan meski Berlin, Moskow dan Oslo mesti tertinggal di Royal Mint of Spain. Especially, tribute to Berlin yang lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang lebih bermartabat ketimbang menua dan sakit-sakitan. Thanks to mb Ariadne Cascales (Clara Alvarado) yang kebetulan kena tikung semesta, berada di tempat dan waktu yang salah.

Lagi OTW season 3 ya
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hay~

Seperti tahun-tahun sebelumnya, memasuki musim hujan (yang mana masih merupakan bagian dari rangkaian musim pancaroba 😉) aku mempersiapkan diri dengan menyetok berbagai vitamin, suplemen dan kawan-kawannya. Nah, dengan adanya COVID-19 di awal tahun, yang ada persiapan musim hujanku dipercepat. 

Masker yang lenyap, vitamin C yang langka, apotik yang tutup, rumah sakit yang over capacity dan berbagai hal yang terjadi di luar kendali membuatku semakin concern dengan keselamatan diri. Terutama hal-hal yang menyangkut kesehatan, karena kalau bukan diri sendiri siapa yang akan peduli?

Gegara COVID-19 yang masih belum tahu kapan kelarnya ini 😅, sudah dipastikan bahwa dalam waktu dekat ini nggak akan main atau liburan ke luar kota. Jadi budget yang sebelumnya dipersiapkan untuk main bisa dialihkan untuk menyetok berbagai vitamin, suplemen dan kawan-kawannya ✨👌🏻. Plus, meningkatkan kualitas hidup dengan makan dan jajan berfaedah *inisih yang sebenarnya bikin bangkrut 🤣.

Berbagai vitamin, suplemen dan kawan-kawannya ini nggak selalu rutin kugunakan, sesuai kebutuhan aja, jadi setiap bulannya bisa berbeda-beda. Kecuali kalau memang mesti rutin macem honey-lemon-shot atau Tolak Angin haha 😁 Owkay, biar nggak kelamaan intro-nya... inilah list healthing-ku yang kususun berdasarkan mood.

HONEY-LEMON-SHOT

Salah satu yang nggak boleh terlewatkan, apalagi di musim pancaroba adalah honey-lemon-shot. Untukku honey-lemon-shot ini penting untuk mengawali hari bebas masuk angin 😁 Karena ku malay nggak ada duwa saat memeras lemonnya di pagi hari, aku pernah mengganti lemonnya dengan lemon perasan dalam botol, tapi nggak lama ya sebab rasanya menjadi agak pahit menjelang habis. Yha~ mungkin nyampe bagian bijinya 😌.

GINGER-HONEY-LEMON
Sebab ku sudah malay memeras lemon di pagi hari, maka ku membuat ginger-honey-lemon (tanpa shot 😉). Di awal COVID-19 outbreak minuman prebiotik ini pernah hype berbarengan dengan Dalgona Coffee. Kalau dibandingkan dengan honey-lemon-shot, ginger-honey-lemon ini memiliki tekstur yang lebih cair dan memiliki aroma jahe. Aku sih yes karena cara membuatnya mudah dan memudahkanku yang paginya suka hectic nggak jelas *heu 😁.


TOLAK ANGIN
Belum lengkap rasanya list healthing ini kalau nggak memasukkan legend permasuk anginan, yap, apalagi kalau bukan Tolak Angin. Setiap kali bepergian aku selalu berusaha membawa Tolak Angin karena yakin bakal masuk angin atau sekedar pegal efek di perjalanan. Juwara banget niya yang menciptakan Tolak Angin sachet, nggak perlulah masuk angin bikin parem kocok dulu. 


SIDO MUNCUL BILBERRY CARROT
Aku membeli Sido Muncul Bilberry Carrot ini gegara mataku siwer kelamaan mantengin layar netbook, kecapekan 😳. Saat itu, Blackmores Lutein harganya sudah nggak make sense karena ikutan kena getok. Untungnya, Sido Muncul punya Bilberry Carrot, untukku efeknya langsung terasa jadi ya kayanya bakalan lanjut.


HERBILOGY KUNYIT TEMULAWAK 
Untuk mengatasi masalah pencernaan laten aku pakenya Herbilogy Kunyit Temulawak, so far it’s work on me... seenggaknya aku nggak sering kembung macem yang lalu-lalu. Sebelumnya aku pernah pake Herbilogy versi serbuknya tapi kupikir kurang efisien ya, malay pisan... 😅 mana kadang takarannya suka lupa-lupa ingat hehe Yang kapsul lebih praktis ✨👌🏻.


HERBANA BLACK SEED
Saat COVID-19 outbreak Herbana adalah salah satu yang terkena imbasnya, barangnya sold out. Sekalinya restock cepat banget habisnya, kalah check out nih 😁 Kalau untuk khasiatnya aku sih so-so karena kalau dibilang ada efeknya mungkin ada tapi B aja, tapi kalau dibilang dibilang nggak ada efeknya ya nggak gitu juga. Mungkin sebenarnya ada khasiatnya, tapi nggak begitu terasa 😕.


BOTANINA HAND SPRAY, CLEANZE, COLD & FLU
Aku membeli Botanina Hand Spray dan Cleanze ini yang bundle ya jadi dapetnya travel size. Untuk Botanina Hand Spray aku pakenya gantian dengan hand sanitizer lain, sebagai selingan biar tangannya nggak burik kena antiseptic mulu 😄 Aromanya enak ya, kesat-kesat gimana gitu macem sereh. Cuma karena bentuknya spray jadi cepat habis. 

Untuk membersihkan permukaan (surface) aku pakenya Botanina Cleanze, itu juga kalau lagi ingat ya seringnya lupa haha Yang paling sering kubersihkan pake Cleanze tentcunya adalah smartphone, netbook dan jam tangan. Tapi aku pernah juga kok membersihkan helm dan rice cooker pake Cleanze, yha~ parno sama sotoy memang beda tipis 😌.

Kalau cuaca lagi nggak enak (yang mana ngaruh ke badan juga) macem belakangan ini biasanya aku pake Botanina Cold & Flu bukan cuma di bantal, kasur dan selimut tapi sampai kerah baju dan rambut segala 😁 Aromanya enak ya, bikin plong... makanya kadang aku suka pake meski nggak lagi demam atau flu, tidurnya jadi terasa lebih nyenyak 💤. 


VITAMIN C IPI
Ngaku deh... saat kecil pasti pernah kan disuruh minum vitamin C IPI ini 🤭 Saat COVID-19 outbreak kan vitamin C sudah dicari, kalau pun ada harganya digetok semena-mena. Kupikir nggak ada salahnya untuk membeli vitamin C IPI ini, daripada nggak ada banget yekan hehe Kandungan vitamin C-nya memang kecil, tapi sesuailah dengan harganya.


NUSAROMA OIL
Sebagaimana netyzen rajin yang bacain blog-nya Living Loving, tentcunya aku juga cukup mengikuti tentang per-oil-an. Penting nggak penting sih sebenarnya. Tapi kalau melihat gimana hype-nya kupikir per-oil-an ini ada ada benarnya haha dan yha~ kupikir aku pun mesti ikutan mencoba. Alasanku memilih oil dari Nusaroma ketimbang Young Living adalah karena harganya yang cenderung stabil. Oh ya... Aku lebih sering pake oil ini di humidifier ketimbang dioleskan langsung ke kulit.


***

Menjelang musim hujan ini kemungkinan list healting-ku akan bertambah hehe 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Haihaihai!

Memasuki era new normal yang sebenernya nggak normal-normal banget ini hehe 😅 banyak hal berubah, salah satunya adalah gaya hidup. Misalnya, kalau sebelumnya aku sering jalan-jalan (literally, bukan hangout 😋) sore atau sekedar menikmati waktu luang di luar dan berlama-lama di supermarket. Kini aku hanya keluar rumah seperlunya. Berbanding terbalik dengan barang bawaan di tas, makin banyakkk... 😭

Selama masa PSBB lalu salah satu quarathings favorite-ku adalah menonton video di YouTube, kalau liat tab searching-ku asli random banget video yang kucari 😁. Dari yang ‘bener’ macem film pendek, trailer film dan webseries sampai yang agak ngaco macem horse shaving, how to-how to-an, beberes gudang dan Dr. Pimple Pooper. Yap. Biar geuleuh juga aku tetep nonton 🥺.

Konten YouTube favorite-ku masihlah sekitaran per-homebodies-an, bisa dibaca di post ini ya. Saat sering menonton video per-homebodies-an itulah, YouTube (lagi-lagi) merekomendasikan video dari kanalnya Liziqi. Berdasarkan thumbnail, kupikir konten videonya Liziqi adalah bercocok tanam macem video how to yang sering kutonton 😅.

Karena penasaran tentcunya kutontonlah... dan ternyata unch rame yawww... 😍🥰😘 sejak saat itu setiap kali ada waktu luang aku akan menyempatkan diri menonton videonya Liziqi. Biasanya sih kalau lagi makan dan sebelum tidur, asyik aja nontonin Liziqi bercocok tanam, memasak dan melakukan hal-hal menyenangkan lainnya 🤗.
 

Sebagaimanan netyzen kepo pada umumnya, tentcu aku pun mencari tahu siapakah Liziqi ini...

Berdasarkan informasi yang tertera di website-nya liziqishop.com; 

Liziqi adalah seorang vlogger dari kota Mianyang provinsi Sichuan China, ia juga dikenal sebagai an oriental lifestyle foodie karena konten videonya yang bertemakan kearifan lokal dari halaman rumah (haha yang ini mah nambahin sendiri 🤭). Di awal kemunculannya Liziqi menggunakan platform Mepai namun sambutan netyzen B aja sampai ia di-notice oleh pemerhati kuliner, Liziqi kemudian merambah Weibo dan menginvasi YouTube.

Hanya sedikit yang diceritakan mengenai kehidupan pribadinya. Liziqi diketahui memiliki kehidupan yang sulit, karena perceraian orang tuanya ia tinggal bersama kakek dan neneknya yang berprofesi sebagai juru masak di desa. Liziqi nggak melanjutkan pendidikan dan memilih untuk mengadu nasib di kota, ia sempat melakoni berbagai pekerjaan (pramusaji, tukang service sampai DJ) selama bertahun-tahun.

Saat neneknya sakit Liziqi memutuskan untuk kembali ke desa meninggalkan hidupnya di kota. Karena nggak banyak pilihan pekerjaan di desa, Liziqi melakukan apa yang ia bisa, apalagi kalau bukan bercocok tanam dan beternak. Untungnya Liziqi cukup melek teknologi dan nggak kudet, akhirnya ia berinisiatif untuk membuat video kegiatan sehari-harinya.

Selain itu Liziqi menggunakan videonya untuk mempromosikan jualannya (sumpah ini campaign terniat 👊🏻). Caranya mempromosikan produknya pun nggak norak, product placement-nya rapi dan aesthetic, jadi betah nontoninnya. Liziqi menjual berbagai makanan macam makanan seperti yang kau lihat di bawah ini, kalau di kita mah sejenis UMKM atau home (made) industry.
 

Sejak pertama menonton videonya Liziqi aku langsung terpesona dengan visual yang aesthetic dan eye pleasure. Nggak salah ya kalau netyzen sampai menjulukinya sebagai the queen of quarantine saking terkenalnya ia saat PSBB kemarin. Videonya Liziqi ini bagaikan oase di tengah panasnya sauna di angkot jurusan Leuwi Panjang – Soreang. Ngademin... bener 🌬️🍃.

Kupikir Liziqi sangatlah jeli melihat celah kosong potensial pengguna social media. Seperti yang kita tahu, YouTube dipenuhi video berkonten ATM (amati, tiru, modifikasi) sampah dan mengedepankan kehidupan imajiner yang cepat khas masyarakat urban. Liziqi sadar kalau ia mengikuti arus kecil kemungkinan ia akan memenangkan persaingan. 

So, Liziqi memilih untuk melawan arus dan menciptakan konten (ber-mazhab) alternatif dengan memanfaatkan apa yang dimilikinya. Liziqi pun mempersembahkan konten slow living-nya  untuk orang-orang yang jenuh dengan kehidupan perkotaan, sama seperti yang ia rasakan dulu.

Tinggal di desa dan menjalani kehidupan yang damai adalah impian para calon pensiunan (sejauh yang ku tahu) dan angan-angan 7-5 worker yang tinggal di perkotaan. Termasuk aku, yang pernah bercita-cita menjadi arsitek, memiliki perkebunan dan hidup bahagia selamanya macem ending film Disney 😁. 

Terima kasih Liziqi... karenamu aku jadi ingin membeli Lembang berikut Boscha-nya ✨👌🏻. 

 

Setiap kali menonton videonya Liziqi aku selalu mengamati keberadaan neneknya, masih hidupkah? Hehe 😅 Aku selalu suka saat Liziqi berinteraksi dengan neneknya sekalipun cuma ngobrol di depan hawu, kasih sayangnya terlihat saat ia mengisi mangkuk neneknya, menyeduhkan minuman dan membuatkan selimut yang beneran DIY.

Video Liziqi rata-rata berdurasi 5-20 menit, terhitung cepat ya karena biasanya video di YouTube berdurasi 30-60 menit atau lebih. Yang mesti diapresiasi disini adalah effort-nya Liziqi dalam mengekstraksi (yakali manggis 😋) proses yang terjadi di baliknya, yang kadang mencangkup beberapa season. 

Misalnya video tentang Tomat, Liziqi akan memperlihatkan pada kita proses yang terjadi sebelum Tomat tersebut berakhir dimasak. Dimulai dari proses penyemaian, pemindahan tanaman, panen dan opsi masakan apa aja yang bisa dibuat menggunakan tomat. Begitu pun saat ia membuat selimut untuk neneknya. Kupikir kau mesti menonton videonya untuk mengerti apa yang kumaksud 😉.
 

Seperti yang kusebutkan di atas, Liziqi adalah orang yang jeli, ia peduli pada detail dan rapi. Setiap kali memasak ia akan menempatkan properti vas yang akan diisi dengan bunga yang berbeda-beda tergantung season. Ia juga akan memastikan rambutnya rapi meski harus memotong bambu dan membajak sawah. Ia juga akan memilih setiap bahan makanan dengan hati-hati dan secukupnya.

Salah satu ciri khasnya adalah gaya berpakaiannya yang vintage dengan sentuhan fairy tale macem ciwik di film vampire China. Karena hal itulah ia juga dijuluki sebagai Disney princess cabang bercocok tanam dan pengabdian pada keluarga 😆. Kuyakin pasti hampir setiap mamak-mamak mendambakan seorang anak macem Liziqi 😌.

Mamaku juga...

Setiap kali menonton video Liziqi aku merasa sedang memasuki dimensi lain, berasa wow... kok bisa sih... Karena kepopulerannya muncul video berkonten sejenis, meski kualitasnya belum bisa menyamai Liziqi aku sangat mengapresiasi para mb di China sana yang berlomba-lomba membuat video khas daerahnya masing-masing. *nggak perlu di-search, nanti juga direkomendasiin YouTube 😋.
 

Bersama Liziqi aku menemukan kedamaian dan kesadaran terutama mengenai konsep sustainable living. Kalau kita menjaga alam, niscaya alam pun akan menjaga kita. Asyik banget sih rumahnya, mau apa-apa tinggal ngambil di halaman rumahnya. Untuk setiap proses  pengolahan Liziqi menggunakan supporting tools sederhana warisan keluarganya. Keren nggak tuh 🤔.

Banyak hal yang bisa dipelajari dari Liziqi, diantaranya adalah untuk nggak bersikap serakah. Kalau diperhatikan Liziqi nggak pernah mengambil (panen) lebih dari kebutuhannya (kecuali kalau mau diproses), secukupnya, beda dengan kita yang senang menimbun meski nggak butuh-butuh banget.

Saat kuliah Pici pernah bilang kalau makanan yang disajikan merepresentasikan proses yang sudah dilalui, yha~ aku menemukannya pada Liziqi. Proses pengawetan makannya pun terbilang amazing ya... aku jadi tahu cara membuat daging asap dan telur asin 1000 tahun dari menonton video Liziqi. Begitu pun dengan kendi-kendi tanah liat yang kukira arak, ternyata isinya bumbu basah dongs haha 🤣.

Selain itu, yang cukup menyita perhatianku adalah tungku outdoor-nya yang berbentuk kepala anjing. Tadinya kupikir tungku itu adalah warisan dari kakeknya (sudah ada dari dulu). Ternyata eh ternyata bikin sendiri 😅. Jangankan tungku, pager serumaheun dan halamannya ia kerjakan sendiri 🥺 Kadang ada sih beberapa kerabatnya yang hadir di video tapi nggak sering.

Untuk menjawab pertanyaan netyzen apakah ia mengaplikasikan konsep sustainable living sejuta persen, Liziqi membuat video yang menunjukkan bahwa ia adalah manusia biasa yang menggunakan teknologi di kesehariannya. Lahhh... gadget dan internet juga teknologi meur... 😋 Ada scene dimana ia naik motor mengambil paket, laptopan dan menyimpan makanan di kulkas.


Meski kadang kumerasa kehidupan yang ditampilkannya too-good-to-be-true aku suka caranya mempresentasikan apa yang dilakukannya.

Ohya... Yang belum nonton pada nonton gih 😁


Credit: FB & screenshot
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Hay... 
Semoga per-COVID-19-an ini segera berlalu 😊. 

Kupikir kini kau pun merasakan hal yang sama denganku, bosan, nggak jelas dan sesekali khawatir akan masa depan negara ini 😁 Nggak deng, masa depanku dan masa depan penyangga kehidupan alias kerjaan. Banyak hal yang berubah dan physical distancing hanyalah salah satu diantaranya. Well... Konsep new normal yang belakangan ini hype turut memberikan insight yang menarik bagi kita semua.

Meski bekerja remote, aku punya dua hari dalam seminggu yang diperuntukkan untuk meeting divisi dan meeting antar divisi. Untuk meeting antar divisi kita menggunakan  aplikasi Blue Jeans karena owner-nya tinggal di luar negeri, sedang untuk meeting divisi kita biasanya ketemuan atau menggunakan aplikasi Whatsapp (kalau nggak memungkinkan untuk ketemuan). Di masa COVID-19 begini suda tentcu semua meeting jadi online.

Online meeting bukan hal yang baru, namun kalau boleh memilih aku lebih suka offline meeting alias meeting tatap muka 😁. Kupikir ada banyak hal yang nggak bisa dibahas di online meeting, macem keterbatasan presentasi, kebebasan diskusi dan yang paling penting bonding time dengan tim. Please lah... aku merasa punya temen cuma seminggu sekali 😂.

Terakhir offline meeting yakni di awal bulan Maret lalu, itu pun joint dengan divisi Content dan Marketing gegara mau bahas campaign Ramadhan. Nggak nyangka minggu depannya bakal disuruh physical distancing. Di masa-masa self quarantine itulah kadang ku merasa kangen offline meeting 🤭. 


Untuk offline meeting waktu dan tempatnya bebas ya asal sesuai budget 👍🏻. Setelah mencoba beberapa tempat kita akhirnya punya satu tempat yang jadi kojo kalau nggak tahu mau meeting dimana. Biar nggak bosan kita juga penyegaran dong meeting di tempat lain, tapi tetep ya setelah penyegaran kita balik lagi ke tempat itu 🤣.

Awalnya kita tahu 150 Coffee & Garden dari Nidya waktu nyari tempat meeting yang letaknya strategis (alias di tengah-tengah tempat tinggal kita jadi biar imbang jauhnya 😆). Dari tempat tinggalku 150 Coffee & Garden ini bisa ditempuh ± 30 menit-an, tapi kalau pake macet, hujan, genangan air dan mamang ojol yang slow motion mah bisa sampai satu jam 😭.

Pertama kali ke 150 Coffee and Garden aku sempat nyasar, nggak kelihatan sih kalau dari luar... karena ternyata tempatnya berada di belakang gedung futsal. Tapi begitu masuk... Taa Daa... 🎉 ada lapangan luas tersembunyi di balik rumeuk-nya Cicadas. Nggak nyangka banget masih ada tempat beginian di daerah yang kalau macet bisa bikin kering.

Biasanya meeting dimulai dari jam 3 sore sampai waktu yang nggak bisa ditentukan, kadang setelah maghrib, kadang  setelah isya bahkan kadang lebih malam lagi. Bisa sampai tiga kali sholat aku disana 😁. 


Di 150 Coffee & Garden kita bisa memilih ingin duduk di area outdoor atau semi outdoor, ada sih indoor tapi biasanya suda ada yang nge-tag untuk nugas. Kalau ke 150 Coffee & Garden ku sarankan untuk memilih duduk di area outdoor ya, anginnya enak sepoi-sepoi~ apalagi kalau musim panas (ceilehhh... macem negara 4 musim padahal pancaroba mulu 😂) golden hour-nya bagus. 

Aku nggak merekomendasikan area semi outdoor karena letaknya ada di atas kolam jadinya suka banyak nyamuk dan kecipratan air (kalau hujan). Karena tempatnya cukup luas, 150 Coffee & Garden sering dijadikan wedding venue, makanya niya kalau kesini usahakan jangan weekend.

Kalau untuk menu kupikir std siya, tapi gegara sering meeting disini sebagian besar menunya pernah kucoba 😋. Meski nggak begitu suka kopi, favorite-ku di 150 Coffee & Garden adalah Kopi Susu 150. Biar apa? Biar pulangnya bisa langsung tidur 😉. Kalau nggak begitu suka kopi bisa dicoba niya Green Tea Latte atau Hazelnut Latte. 

Meski suda sering ke 150 Coffee & Garden aku masih sering bimbang milih antara Pisang Cokelat Keju atau Cireng Eneng 😁. Kalau suda bosan melipir ke Roti Keju Susu. Untuk makanannya aku nggak punya favorite, paling banter ya nasi goreng 🤭


Semoga per-COVID-19-an ini cepat berlalu...

Nggak nyangka bakal sekangen ini dengan meeting dan membahas hal-hal yang nggak penting.

Instagram: @150coffeegarden
Alamat: Jl. Sulaksana no 15, Cicaheum, Kiara Condong, Kota Bandung 40828
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates