Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Ini adalah post lanjutan dari post Hiking di Gunung Papandayan part 1.

Setelah terseok-seok menaiki tangga berbatu, akhirnya kita sampai di pos 7 *terharu 😭 yang berada di persimpangan jalan antara Hutan Mati dan Ghober Hoet. Di pos 7 ini ada warung-warung yang menjual berbagi jajanan, macem bakso, cuankie, snack, buah-buahan, gorengan serta minuman. Rang-o-rang menyebutnya Indomaret (tyda faham mengapa bukan Alfamart 😅).

Kita beristirahat di bawah menara pandang lalu ngemil snack dan gorengan yang dibekel di tas. Di pos 7 sinyal telekomunikasi ada namun udah redup, aku masih bisa mengecek Twitter dan Pici masih sempat teleponan dengan Alka. Saat sedang ngemil, ada serombongan hiker yang merapat di menara pandang, kalau dari obrolannya sih kemungkinan mereka adalah peserta OT yang sedang menunggu peserta belum sampai.

ketara kan bedanya millenial dan gen-z 😁

Dari pos 7 kita melanjutkan perjalanan ke pos 9, monanges rasanya saat melihat track yang sebegitu terjalnya. Intan yang udah beberapa kali hiking ke Gunung Papandayan bilang bahwa track dari pos 7 ke pos 9 adalah yang tersulit. Tekanan udara yang rendah bikin nafas tersengal-sengal, jantung berdebar dan mudah lelah. Makanya kita sempat beristirahat beberapa kali, nggak kuku euy~

Kalau dibandingkan dengan beberapa tahun ke belakang tentcunya TWA. Gunung Papandayan ini udah lebih berbenah ya, terutama untuk fasilitas penunjang macem toilet, musholla dan area parkir. Namun aku malah jadi bingung sendiri saking nggak menyangkanya pernah nekat hiking ke pos 10 saat maghrib. Perasaan mah dulu nggak asa deket deh nggak sejauh ini huhu.

matahari yang bikin sunscreen-ku meleleh

Lega sekali rasanya saat kita berhasil sampai di pos 9 dengan selamat meski tadi sempat ingin menggelindingkan badan saking capeknya 😅. Mungkin karena anginnya kencang, matahari di atas ubun-ubun pun nggak terasa, tahu-tahu belang weh kulit teh. Kalau kalyan melakukan aktivitas outdoor pastikan re-apply sunscreen ya, kulit di area T-zone-ku mengelupas macem saat ke Wahoo Waterworld gegara nggak re-apply sunscreen *mana ingat 😁.

Perubahan iklim yang terjadi tentcunya bikin vegetasi alami di Gunung Papandayan berubah, pun dengan area Hutan Mati. Dulu, sejauh mata memandang hanya ada pohon-pohon mati macem puntung korek api yang terkesan magis, kini sebagian area-nya udah ditumbuhi pohon-pohon dan tumbuhan liar. Yha~ Hutan Mati ini adalah Hutan (yang nggak benar-benar) Mati.

sebagian area Hutan Mati yang udah kembali ke khittoh

detail batang pohonnya cucok untuk objek di mata kuliah gambar bentuk

beginilah bts foto yang ada di feed-nya Aicunk 😁

💖💖💖💖💖

percayalah... aslinya ini panas banget 😅

Dari pos 9 kita melanjutkan perjalanan ke pos 10, alhamdulillah track-nya frendly banget. Di antara pos 9 dan pos 10 ada hutan kecil dan Padang Edelweiss yang sayang untuk dilewatkan. Kita sempat beristirahat dan ngemil di Padang Edelweis sambil menunggu giliran untuk foto di pohon yang sempat viral di TikTok.Seingatku, kita nggak diperkenankan untuk pasang tenda di Padang Edelweiss, tapi nggak tahu kalau peak season mah.

Dari Padang Edelweiss kita melanjutkan perjalanan ke Pondok Salada, yang ternyata su dekat. Area camping-nya alhamdulillah udah dibenahi dengan baik, dulu mah boro-boro... nyari toilet aja susahnya minta ampun. Gils juga ya effort-nya pengelola untuk membenahi TWA Gunung Papandayan ini, nggak terbayangkan gimana repotnya bawa logistik dan material bangunan sampai di sini.

bunga edelweiss yang masih hidup

tetap anteng ngecekin foto, meski aslinya panas banget 😂

biar backlight yang penting difoto dengan bunga edelweiss 😁

otw dari Padang Edelweiss ke Pondok Salada, yang di sebelah kiri adalah mata air Cisaladah

Sambil beristirahat kita jajan cuanki dan bakso, biar lebih seru kita menambahkan nasi dan keripik wkwk +62 banget ya. Berhubung hanya ada 1 track untuk keluar masuk area Gunung Papandayan, mau nggak mau kita mesti kembali ke pos 7, bisa melalui pos 8 (Ghober Hoet) atau melalui pos 9 (Hutan Mati). Sejak awal tujuan kita adalah mengitari semua pos, makanya kita memilih track yang melaui pos 8.

Kalau di pos 7 tadi kita memilih ke pos 8 dulu ketimbang pos 9, kayanya aku bakal turun lagi ke pos 3 deh 😂. Track menuju pos 8 ini sulit karena agak sempit dan berada di antara pepohonan, kalau hujan udah pasti terendam air dan bikin kepeleset. Eh iya, kita berpapasan lagi dengan rombongan hiker yang bertemu di menara pandang di Tanjakan Omon yang durjana ini. 

area camping di Pondok Salada

makan duls ya manteman

pengabdi konten 😁

kemping atau icemping? 😂

mandatory picture

Kalau di pos 7 tadi kita memilih ke pos 8 dulu ketimbang pos 9, kayanya aku bakal turun lagi ke pos 3 😂. Track menuju pos 8 ini sulit karena agak sempit dan berada di antara pepohonan, kalau hujan udah pasti terendam air dan bikin kepeleset. Eh iya, kita berpapasan lagi dengan rombongan hiker yang bertemu di menara pandang di Tanjakan Omon.

Kita beristirahat di pinggir jembatan sebelum pos 7, aku sempat main air tipis-tipis tapi nggak sampai cuci muka ya karena biasanya air di gunung vulkanik mengandung belerang. Perjalanan menuju ke pos 7 ini terasa lebih cepat karena konturnya yang menurun, sayangnya hal ini nggak dibarengi dengan sepatu yang kupake. Yha~ Aku lupa up-size hehe makanya berasa mentok mulu.

syuegerrrnya pol

kali ini nongkrongnya pindah ke sungai 

jembatan di atas adalah track untuk pejalan kaki sedang track yang di bawah untuk motor trail
asruk-asrukan ini mangantarkanku pada spot foto Ghibli-Ghibli-an 😂

re-create foto tahun 2013

istirahat di antara pos 8 dan pos 7
sinyal telekomunikasi udah ada meski redup, biar nggak anyep Pici memperdengarkan playlist Spotify favorite-nya

Kita sampai di pos 4 sekitar waktu Ashar, mengembalikan barang yang disewa sekaligus ambil KTP di kios. Di mobil aku udah nggak pake sepatu, karena kakiku kentob dan kemerahan di ujung jarinya 😂untung sebelum berangkat aku sempat potong kuku kaki dulu. Ya Allah aku ngantuks banget... searching Point Coffee terdekat pun udah sambil kriyep-kriyep.

Tentcunya, setelah berhasil tektok di Gunung Papandayan ini kita jadi percaya diri untuk tektok di gunung-gunung lainnya. Dan di antara semua cabang olahraga yang ada, kita memilih hiking 😊. Kita masih belum menentukan akan hiking ke mana lagi? Namun yang pasti FYP-ku isinya gunung-gunungan mulu niya, rerata pada pake sound-nya Nidji yang Rahasia Hati.


Saat beberes aku baru sadar bahwa parka-ku nggak ada, udah dicari kemana-mana nggak ketemu. Just in case kalyan menemukan long parka jacquet Uniqlo X Marimekko size L dan pouch-nya di area Gunung Papandayan dan sekitarnya, let me know ya... Jujur aku sedih karena aku suka parka-nya, aku beli 3-4 tahun yang lalu via jastip, saat aku cek di Uniqlo udah nggak ada, pun di market place.

***

Untuk post yang terkait dengan Gunung Papandayan bisa dicek di link ini:
Camping di Gunung Papandayan
Camping di Gunung Papandayan (lagi)
Kebun bunga Hydrangea di Gunung Papandayan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Setelah hampir 6 bulan #stayathome, akhirnya aku cuti ygy 😁. Awalnya Pici berinisiatif merencanakan halal bihalal di Garut karena tahun ini kita nggak ada bukber dan WAG terpantau sepi. Iya sih... prioritas buibu saat ini adalah para bocil yang udah nggak bocil lagi dan seabrek kegiatan sekolah. Pun kita yang masih single, sibuk luar biasa mengurusi negara yang main gila 😉.

Dipikir-pikir sayang banget kalau beres halal bihalal langsung pulang ke rumah, mumpung masih di Garut yekan. Deya request yang ijo-ijo *lagi karena ingin grounding, sedang aku dan Icunk mah yes wae da lagi di masa tanggang. Tadinya Pici ngajak ke Gunung Sagara yang lagi hype di TikTok, namun menimbang track-nya yang sulit dan cuaca yang kurang coy kita memilih ke Gunung Papandayan.

parking with a view 😍 jangan coba-coba meninggalkan cokelat karena pasti meleleh

Kalau sebelumnya kita ke Gunung Papandayan untuk hiking tipis-tipis dan camping di pinggir tempat sampah, kali ini hiking beneran 😂. Tadinya kita mau camping karena Pici ingin barbeque-an, tapi nggak jadi karena prakiraan cuacanya hujan mulu. Jadilah kita memutuskan untuk tektok (pergi pulang) aja, dan yang pertama kali kubayangkan adalah... menyala kakiku 🦶🔥.

Sejujurnya aku sempat ragu karena nggak yakin mampu, terakhir kali hiking ke Gunung Papandayan kakiku pegal selama hampir seminggu. Sadar udah pada tuwir, kita mempersiapkan diri dengan jalan kaki 30-45 menit setiap hari selama 2-3 minggu. So far it works 😉, alhamdulillah kita semua sehat wal afiat, kakiku nggak pegal macem hiking yang lalu-lalu, cukup pake Salonpas semalam besoknya udah normal.

tanpa bermaksud pick me, ini tanaman apa sih? 

Kita pergi ke Gunung Papandayan berempat, + Intan yang memutuskan untuk join di last minute. Seperti byasa... niat suci berangkat shubuh, namun mandi dan beberes pun butuh waktu 😅 akhirnya kita berangkat sekitar jam 8an. Cuaca pagi itu cerah hingga cahaya matahari mampu menelusup di antara pepohonan dan menyilaukan kita yang sarapan darurat di mobil *nggak keburu yaini 😋.

Tiket masuk weekend Rp 40.000
Tiket parkir mobil Rp 40.000

Sebelum mulai kita mampir ke kios yang menyewakan berbagai perlengkapan hiking, cap cip cup aja sih toh isinya mirip-mirip. Untuk hal begini jangan remehkan the power of emak-emak ya, Pici langsung menawar harga sewa bahkan sebelum masuk kios 😂. Saranku, jangan lupa double check karena nggak semua barang yang disewakan kondisinya OK. Oh ya, penyewa wajib menyimpan KTP di kios.

Tracking pole Rp 10.000 (penawaran maksimal)
Vest 15.000 (penawaran maksimal)

ojek offline yang bikin pantat tepos 😅

Just in case ingin menghemat waktu dan tenaga kita bisa naik ojek dari pos 4 sampai pos 5, biayanya sekitar Rp 30.000 (percayalah... ini worth in every penny). Ada 10 pos yang mengelilingi Gunung Papandayan ini, hampir semua posnya dilengkapi toilet dan gazebo untuk beristirahat. Di pos tertentu ada warung-warung yang menjual makanan dan minuman, jadi sebenarnya nggak bawa bekal pun isokay laya, jajan aja di sana.

Dari pos 4 sampai pos 7 dan pos 9 track-nya disusun menggunakan bebatuan yang berasal dari material vulkanik di sekitar gunung. Untuk pejalan kaki track-nya dibikin bertangga-tangga sedang untuk motor trail track-nya dibikin lebih flat. Pada beberapa titik track-nya saling silang, yang mana bikin kita sering salah pilih track, kaget aja gitu lagi susah payah jalan eh tetiba disalip motor trail bawa logistik.

Indomaret di pos 7 yang menjual cuanki, baso dan gorengan
untuk harganya masih pake standar warung 👍

semangka Rp 2.000 aja

POS 1 Gerbang utama TWA Gunung Papandayan (loket)
POS 2 Tempat parkir
POS 3 Tempat lapor camping
POS 4 Pintu gerbang pendakian
POS 5 Area kawah I
POS 6 Area kawah II
POS 7 Persimpangan antara Ghober Hoet dan Hutan Mati
POS 8 Ghober Hoet
POS 9 Hutan mati
POS 10 Pondok Salada

Karena kita tektok, maka rute yang dipilih adalah:
Pos 1 - Pos 2 - Pos 3 - Pos 4 - Pos 5 - Pos 6 - Pos 7 - Pos 9 - Pos 10 - Pos 8 - Pos 7 - Pos 6 - Pos 5 - Pos 4

salah satu barbuk yang kutemukan 😁 

Aku bersyukur setelah beristirahat di Pos 7 kita pilih ke Hutan Mati dulu ketimbang Ghober Hoet karena track Tanjakan Omon sungguh sangat afghan... tsadesss banget. Sepanjang track aku menemukan banyak sole yang nyelip, mostly dari alas kaki yang bukan untuk aktivitas outdoor. Tapi memang edan sih rang-o-rang bisa-bisanya mereka hiking pake Crocs, Hush Puppies dan Air Jordan. Kamana atuh gaya... 😅.

Melihat para orang tua yang menggegendong carrier + bocil itu B aja, yang luar biasa justru melihat para lansia dan pasangannya tetap semangat mendaki meski dengan langkah yang terbata-bata. Pun dengan mb-mb yang pake rok panjang hingga menutup kaki, doi mah sans ya tapi kita yang berpapasan dengannya khawatir nggak sengaja menginjak roknya.

beberapa langkah dari pos 4
di sini kita masih fresh dan berapi-api menuju puncak, pucuk... pucuk... pucuk... 🍃

otw dari pos 4 ke pos 5
sungai air mineral yang menemani perjalanan kita, pemandangannya sungguh aduhai 😍

otw dari pos 4 ke pos 5
aku pake beberapa lapis baju biar nggak masuk angin dan kepanasan 😅 


otw dari pos 4 ke pos 5
bagai ikut rombongan Tong Sam Chong mencari kitab suci ke barat 😁

istirahat di antara pos 5 dan pos 6
jangan percaya review di TikTok yang bilang hiking di Gunung Papandayan cocok untuk pemula 😭

otw dari pos 6 ke pos 7
di beberapa titik kita bisa melihat pori-pori Gunung Papandayan yang mengeluarkan uap panas dan bikin permukaan tanah pasir jadi lembek

istirahat di antara pos 6 dan pos 7
kita jalan begini saat tengah hari, monanges tapi yaudin 😅

view dari pos 7
danau yang tercipta dari letusan Gunung Papandayan, kita nggak mampir kesana karena nggak tahu jalannya lewat mana 😅

view dari pos 7
 gazebo di belakang bukit adalah pos 6, kalau di maps mah deket sih 😅

angle lain dari pos 7
sunscreen
-ku bahkan udah meleleh sejak pos 4 😢

otw dari pos 7 ke pos 9
di tengah perjalanan Pici kasih kuliah singkat tentang Gunung Papandayan, mungkin kalyan pernan nonton di insta story kita 😁

istirahat di antara pos 7 dan pos 9
track paling berat, tekanan udara yang rendah bikin nafas tersengal-sengal, jantung berdebar dan mudah lelah

***

Untuk post yang terkait dengan Gunung Papandayan bisa dicek di link ini:
Camping di Gunung Papandayan
Camping di Gunung Papandayan (lagi)
Kebun bunga Hydrangea di Gunung Papandayan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Apa kabar manteman? Udah se-darder-dor apa awal tahun kalyan? wkwk.

Di musim panas yang hot hot pop ini tentcunya godaan untuk minum minuman berasa, berwarna dan berembun makin nggak tertahankan. Aku bahkan break the boundaries dan minum pake es batu saking nggak kuwatnya 🔥. Atas dasar efisiensi energi kita ngide beli es batu di warung, mayan laya seenggaknya kita nggak perlu bolak balik bikin es batu di kulkas. Beberapa hari kemudian aku, Widy dan Mas Bagus kena demam, di antara kita bertiga yang paling parah gejalanya cuma Widy, pas dicek ternyata tipes dan mesti dirawat.

Saat tahu Widy kena tipes tentcunya keluargaku panik dongs, secara doi sedang hamil dan bayinya ikut demam. Hampir seminggu aku bolak-balik rumah dan klinik, dari sekedar rotasi barang, mengantar makanan, beli ini itu sampai menemani doi nonton drakor. Setelah diperbolehkan pulang tentcunya doi mesti bedrest yekan, so... semua pekerjaan domestik rumah tangga dihibahkan kepadaku 😅. Sadar nggak bisa meng-handle semuanya sendiri, aku minta bantuan keluarga besar yaini, nggak sanggup euy~ 😆

situesyen menunggu bis di pool
FYI, pool Rosalia Indah terbesar ada di rest area Pemalang dan exit tol Subang

Jeda seminggu aku kembali on the track mempersiapkan trip ke Solo karena ada kerabat yang akan menikah. Tadinya cuma uwak-uwakku aja yang berangkat namun menimbang kondisi mereka yang wes tuwek dan butuh bantuan anak muda akhirnya aku ikut. Setelah melalui berbagai pertimbangan, kita memutuskan untuk pake bis ketimbang pake kereta api atau kendaraan pribadi. Kita pake Rosalia Indah karena lokasi pool-nya yang mudah diakses.

So far... aku nggak menikmati perjalanannya 😂 mungkin karena bisnya tinggi jadi semua hal terjadi jalanan terasa sampai ke kursi penumpang. Aku cuma tidur tipis-tipis sisanya ngemil biar nggak mual. Sampai di Terminal Solo kita dijemput dan diantarkan ke rumah Mbah Warsini di Karanganyar, yha~ masih satu kelurahan dengan pakde Joko. Uwak-uwakku mah tentcunya langsung ngobrol dongs, sementara aku mempersiapkan diri menghadapi gelombang teh manis yang datang bertubi-tubi *ytta 😅.

yang manis... yang manis...

mam duls ya manteman

Malamnya kita menghadiri acara midodareni, meski nggak faham-faham banget apa yang diobrolin aku sih yes hehe Alhamdulillah aku bisa merasakan lagi hidangan piring terbang, Aku suka semuanya... *katro. Urutannya: snack (kue dan sosis solo) - sop manten - nasi dan lauk - dessert (es krim atau pudding). 

Oh ya, aku adalah PIC untuk trip kali ini jadi semua hal yang berhubungan dengan akomodasi adalah tanggung jawabku. Berhubung acaranya nyempil di long weekend, aku nggak berhasil mendapatkan tiket sesuai request buibu, jadinya delay sehari, tapi isokay laya daripada nggak pulang-pulang 😁. Aku beli tiket bisnya ots beberapa hari sebelum keberangkatan, sebenarnya bisa sih beli via aplikasi namun biar lebih afdhol beli di pool-nya *sekalian keluar rumah.

So, kemana aja kita selama di Solo?

MESJID SYEIKH ZAYED

Sebelum ke Solo aku disuruh untuk cari spot wisata yang lansia friendly, tentcunya aku langsung merekomendasikan Mesjid Syeikh Zayed ini karena uwak-uwakku udah lama nggak ikut wisata religi 😁. Langsung approved yaini. Kita baru bisa ke Mesjid Syeikh Zayed ini malam karena hujan sesorean, busedd... rame banget. Gerimis bikin rang-o-rang melipir ke serambi mesjid, sebagian lalu beribadah, sebagian tetap berteduh. Termasuk kita yang sholat sambil menunggu hujan reda *twist 😁.

di seberang Mesjid Syekh Zayed ada Gereja Sola Gratia

view Mesjid Syekh Zayed dari Gereja Sola Gratia

lantainya bermotif kawung, nggak terbayang panasnya saat siang

di ujung selasar ini ada pintu menuju mushaf besar

menunggu hujan reda

pulang dari Mesjid Syekh Zayed kita makan sotoy di Pasar Legi, rasanya tyda usah ditanya 💖

gorengan yang kurindukan 😍

TAMAN MAKAM PAHLAWAN

Salah satu uwakku memanfaatkan trip ke Solo ini untuk mencari makam kerabatnya yang meninggal saat berperang melawan Belanda. Yha~ kalyan nggak salah baca, sebelum Indonesia merdeka ada banyak peperangan yang terjadi di seluruh negeri, salah satunya terjadi di Solo. Untungnya pengelola Taman Makam Pahlawan masih menyimpan catatan nama 'penghuni' makam yang diurutkan sesuai abjad *penting, alhamdulillah ketemu.

gerbang Taman Makam Pahlawan Surakarta

uwak-uwakku lagi mengecek buku besar 'penghuni' makam

perlu penelusuran nggak? 😁

sejauh mata memandang aku melihat makam

untuk yang penasaran kenapa fotoku nggak ada 😅 panas coy...

KERATON SOLO

Tadinya kita mau ke Keraton Solo, namun menimbang keraton mah gitu-gitu aja akhirnya kita jalan-jalan aja hehe. Uwakku cerita dulu Mbah Uti pernah kesambet di keraton, katanya beliau merasa mau ditombak oleh penjaganya *ceunah. Syitmen. Kebetulan driver kita pernah tinggal di dalam keraton, jadi doi-lah yang menjelaskan ini itu termasuk rahasia dapurnya. Oh ya, ternyata Solo ramenya saat malam hari ya, pantesan siang B aja, yumari bestie... ke Solo lagi.

kalyan familiar nggak dengan bentuk atapnya?

nggak serame Keraton Yogyakarta siya namun okelah

nasi + sop timlo ✨👌

***
Kita sempat ditawari silaturahmi ke rumah pakde Joko karena di long weekend biasanya doi open house. Jujur aku merasa nggak siap memperkenalkan diri sebagai Bendahara Umum Liburan Bareng Bestie 😅, dan membayangkan diri star struck lalu keceplosan nanya: ijazahnya asli atau palsu pak? bikinku overthinking. Untungnya saat kita ke rumah pakde Joko antriannya mengular hingga ke jalan, jadi kita cuma keliling kompleks dan melihat rumah baru anake. 

Satu-satunya hal yang nggak kusuka dari Solo adalah teh manisnya yang maniisss banget. Bayangkan... baru 2 hari di Solo badanku udah gatal-gatal, sekalinya digaruk malah berdarah 😭, saking nggak kukunya aku sampai pake daster (yang seharusnya untuk oleh-oleh) biar adem padahal cuaca dingin. Selama di Solo aku lebih banyak minum air teh manis ketimbang air bening makanya seret mulu, pencernaanku jadi kurang OK dan itu bikinku nggak nyaman.

lapangan dekat rumah yang selalu jadi patokan sebelum kenal GPS

nasi liwet Solo begini ya

***

BTW, pulang dari Solo aku puas-puasin minum air bening 😂.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (19)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (1)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (2)
    • ▼  Aug (2)
      • Pirates of the Carribean Movies
      • Diam Itu (C)Emas

SERIES

Book Annual Post Quaranthings Screen Shopping Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates