Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Di bulan ber-ber-an yang basah ini, salah satu hal yang membuatku mager adalah suhu dingin, barang-barang terasa dingin saat disentuh, nggak terkecuali kasurku yang Pindy Mint. Ealah… jebakan umur niya ahaha 😁 FYI. Pindy Mint adalah permen mint jadul yang diingat karena jargonnya; dingin dingin empuk ❤️. Relate laya dengan situesyen kasurku saat ini.

Untuk menyiasati kasurku yang Pindy Mint byasanya aku pake 2 bed cover, satu untuk dijadikan alas dan satu untuk dijadikan selimut atau keduanya dijadikan selimut. Meski hangat dan bikin tidurku nyenyak, lama-lama ribet juga ya bund… menyingkap dua bed cover saat bangun tuh ternyata butuh effort 😅. Beberes tempat tidur pun semakin lama karena aku mesti melipat dua bed cover.

Mempertimbangkan kemageran ini aku lantas mengganti salah satu bed cover-ku dengan selimutku yang lain and so far it works ✨👌🏻.

belum punya foto saat dipake, adanya saat baru nyampe :)

Ini selimutnya ya guise… bahannya katun dengan salah satunya sisinya memiliki tekstur fleece yang lembut tapi nggak mudah tercerabut, beratnya ringan dan ukurannya cukup untuk menutupi tubuhku (meski nggak sampai kepala 🥲). Sebagai orang yang senang berselimut saat tidur, aku merasa nyaman pake selimut ini, mau itu malam-malam yang hareudang 🥵 atau hari-hari yang dingin 🥶.

Aku juga ada selimut lain tapi sengaja kutinggalkan di kosannya Icunk biar gampang kalau menginap 😁, sedang selimut Bali (ayo ngaku… pada punya kan di rumah) kelewat tipis jadi mudah jatuh. Saat di ma’had salah satu hal yang paling kusesali adalah tidur tapi kelupaan pake selimut, asli, KZL-nya bahkan terbawa sampai di pagi hari 🥺.

Alasan mengapa aku membeli selimut ini didasari memori masa kecilku, Subang kan panas ya… jadi selimut berbulu tebal atau bed cover nggak kepake, sebagai gantinya aku pake selimut katun salur pink macem di rumah sakit. Yang membedakan selimutku dengan selimut rumah sakit adalah gramasinya, selimutku gramasinya lebih rendah jadi nggak terlalu tebal. Sekarang selimutnya udah pensiun dan menikmati masa tuanya dengan menjadi alas setrika.

Karena nggak tahu namanya saat searching di Shopee keyword-ku adalah: selimut rumah sakit dan selimut katun salur, sekali lagi semesta algoritma mengantarkanku pada tujuanku. Aku menemukannya… dan menemukan ada motif lain 😆 Tadinya aku ingin membeli selimut yang sama persis dengan yang pernah kumiliki, tapi setelah dipikir-pikir kok yang lain lebih kiyut 🤭.

Saat pertama kali melihat gambarnya yang pertama kali terlintas di benakku adalah motifnya yang mirip dengan lap meja 🥲. Karena penasaran aku searching dong dan menemukan fakta bahwa selimut dan lap meja ini sama-sama diproduksi oleh PT. Parwitex makanya motifnya bisa mirip. Kalau ingin tahu produknya PT. Parwitex bisa dicek di sini ya…

Di Shopee aku hanya menemukan sedikit seller yang menjual selimutnya PT. Parwitex mungkin gegara market-nya untuk ekspor kali ya… Kalau untuk lap mejanya mah banyak, aku juga pernah membelinya dan sekarang beli lagi haha Ohya, selimut katunnya yang berwarna putih juga okey kok, karena gramasinya tinggi jadinya lebih tebal dan ukurannya pun lebih besar, aku pake selimut ini saat di rumah Mbah.

Aku tahu rasanya random tetiba menulis post tentang selimut, tapi aku juga nggak bisa terus-terusan menahan diri untuk nggak merekomendasikannya. Ini bukan sponsored post ya… aku hanya ingin kalyan tahu bahwa ada opsi lain untuk katagori selimut katun yang cucok dipake di daerah tropis 🏝️, yang beratnya ringan dan harganya terjangkau. Apalagi kalau kalyan ada alergi bulu bisa niya dipertimbangkan 😁.

Untuk lap katunnya aku udah pernah beli beberapa untuk di rumah dan di kosan, sejauh ini sih okey.



Kalau kalyan penasaran dengan detail produknya bisa langsung caw ke Shopee, tapi kalau nggak mau ribetz silakan klik link di bawah ini (aku kasih beberapa opsi biar bisa membandingkan)

Link selimut katun polos (macem di rumah Mbah)
Link selimut katun salur warna warni (yang ingin kubeli tapi nggak jadi)
Link selimut katun motif (macem punyaku)
Link lap katun

See you in the next post 😊
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello…

Selamat datang kembali… pada kenyataan. Beruntunglah kalyan wahai para white kolor yang cutinya masih lama dan nggak kemana-mana, harap diingat yaw koronces masih belum beres.

Menjelang Idul Fitri aku terbiasa melakukan annual declutter yang kuyakin banget membuat orang rumah KZL haha Untuk tahun ini aku berencana untuk merotasi barang-barang yakni buku-buku terzheyeng karena etalasenya mau dipake untuk Tupperware yang berceceran. Tadinya kuingin membeli lemari buku baru, tapi nggak dulu ya, nggak ada tempat di rumahnya haha

Yha~ kupikir nggak ada salahnya untuk sedikit beberes.
Sedikit… 😁

Demi memuluskan rencana beberesku, aku meminta mama untuk memanggil partner beberes ter-coy-ku yakni Bi Kenda. Well… Berdasarkan pengalaman beberesku, Bi Kenda adalah ultimate partner yang rasa-rasanya akan sulit ditemukan terutama di masa sekarang.

Kelebihan Bi Kenda dibandingkan dengan siapa pun yang pernah beberes di rumahku adalah kerapian dan kedetailannya. Misalnya kantong plastik, kalau biasanya kantong plastik diuwel-uwel dimasukkan ke kantong plastik yang lebih besar, Bi Kenda melipat kantong plastik dan menyimpannya dengan rapi. Eye pleasure bangetlah…

Note: untuk cara-cara melipat kantong plastik bisa diintip di highlight IG-nya Shinta Michiko

Karena keterbatasan waktu dan tenaga annual declutter kali ini hanya dikhususkan untuk etalase aja ya yang lain mah… bhay! Nggak sanggup hamba kalau beberes serumaheun, kecuali ya kalau ada yang bantuin… yang mana impposible *heuheuheu

Yang pertama kita lakukan adalah memindahkan buku-bukuku ke dalam box container besar kupikir 2 cukup ternyata masih kurang guise… Padahal saat dulu memutuskan untuk menyimpan buku-bukuku ke dalam etalase aku sudah melakukan declutter, sebagian di-hibah-kan, Sebagian di jual oleh Bi Kenda. ohya, sisa buku-bukuku yang nggak masuk box container dimasukkan ke dalam box TV.

Kemudian kita memindahkan etalase tersebut ke ruangan sebelah *heu Ini sebenarnya adalah keputusan spontan, yang ternyata (lagi-lagi) menyusahkan kita semua haha Meski etalasenya udah kosong dan bisa didorong, tetap butuh effort memindahkannya.

Setelah etalase dipindahkan, tibalah saatnya kita untuk membersihkan dan menyusun Tupperware. Nah, karena Tupperware-nya berceceran seisi rumah butuh waktu untuk mengumpulkannya, udah lelah ya guise… mana ramadhan di Subang mah panasnya hot, semakin ingin menyerah yekan.

Annual declutter ramadhan kali ini bikinku jompo seketika…

Eh, Bi Kenda apalagi…

Memang sebelumnya aku udah ada rencana untuk membeli lemari buku baru sebagai pengganti etalase, tapi sampai saat ini masih ditangguhkan ya, masih bingung mau menempatkannya di mana. Kalau udah begini kan jadi ingin punya rumah sendiri.

Untuk saat ini, lemari buku wishlist-ku adalah Orla-nya Informa nggak tahu ya kalau nanti, bisa jadi berubah kalau ada yang lebih OK. Yang menjadi pertimbangan kenapa aku nge-wishlist Orla adalah:


- Penyimpanan tertutup macem gini meminimalisir debu, jadi nggak perlu sering-sering dibersihkan
- Pake kaca, jadi masih bisa dinikmati isinya 😁
- Ada kakinya, mungkin ini masalah selera ya… tapi aku lebih suka furniture yang memiliki kaki agar bagian bawahnya mudah dibersihkan. Kupikir ini pertimbangan yang menarik, karena dimasa yang akan datang bisa jadi aku menggunakan vacuum cleaner.
- Materialnya (kupikir) lebih durable, aku kurang suka particle board atau kayu muda yang finishing-nya jele’, nggak cocok dengan cuaca di Indonesia yang humid (lembab), kalau udah berjamur biasanya cepat hancur.
- Desainnya udah form follow function
- Warnanya OK-lah 👌🏻
- Nggak pake kunci, isokay… imokay… 😉
- Berat dan aku masih belum tahu gimana cara merakitnya 🤔
- Sayangnya nggak cukup 1, ini sih yang bikinku monangesss 😭
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hay... Sobat mager, sobat ambyar, sobat receh, sobat kanjeng icikiwir ? 🙋🏻‍♀️.

Liburan kemarin aku pulang ke rumah Mbah dan menemukan bahwa kebon mini Marigold sudah dibabad habis gegara hanya berbunga sekali. Sebagai gantinya mama, uwak dan Amah menanam bunga Herbras (yang jenis spesifiknya masih menjadi misteri karena nggak nemu di Google 😝). 

Kebetulan saatku pulang banyak bunganya yang sedang bermekaran. Herbras ini adalah bunga yang selalu ada di pekarangan rumah Mbah sejak ku kecil, ofkors... Bukan favorite-ku karena bunganya nggak wangi macem Mawar (yang nggak pake Eva *halah 😌) atau Sedap Malam. 

Nggak ngerti juga kenapa Herbras ini bisa tumbuh sporadis membabi buta alias nggak teratur dan tertata macem taman. Tapi nggak apa-apa siya... Yang jelas kalau dilihat dari kejauhan kebon mini Herbras ini cangtip dilihat.






Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Photo by Noelle Otto from Pexels

Tadinya mood board ini kususun untuk melengkapi cerita rumah idaman 😝 ku saat gabut hiatus selama 3 tahun. 

Masalahnya, saat aku ingin memasukkan draft post ini aku nggak menemukan filenya 😭, sudah hampir seminggu dicari tapinya belum ketemu. Mungkin sudah terhapus permanen 🤔 tapi nggak tahu laya, semoga aja masih ada hehe

Biar nggak anyep, ku kasih dulu sneak peak-nya ceritanya menyusul ya 😁






Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Photo by Anna Shvets from Pexels

To be honest, aku merasa geli sendiri saat menulis judul post ini 🤭. Ternyata 3 minggu ikutan WFH membawa dampak positif untukku, karena saking gabutnya aku jadi masak. Hmm... ini adalah self appreciation post 👌🏻yang kalau merujuk slogannya koran Pikiran Rakyat mah dariku, olehku, untukku. Self(ish) mode on babe... 😎.

Kalau ditanya suka masak apa nggak, suda jelas la bahwa aku nggak begitu tertarik dengan masak-masakan 😋 sebab kupikir masak nggak memenuhi kriteria life balance yang mana masaknya lama makannya sebentar 😁 (belum termasuk urusan cuci-cuci). Atas dasar itulah aku B aja dengan masak, kecuali kalau disuruh ya haha kalau nggak dikerjain dimarahi soalnya 😅.

Saat kuliah temanku pernah tanya “kamu paling jago masak apa?” yang tentcunya kujawab dengan “masak aer gan” mana ada masak air yang gagal kan ya? haha 🤣 Ya. Kalau masak Indomie dan apa-apa yang mudah-mudah aku masih bisa, tapi kalau masak yang susah-susah macem yang berkuah, bersantan dan makan banyak waktu ofkors wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh 💆🏻‍♀️.

Mungkin karena sadar aku nggak begitu tertarik dengan masak-masakan mamaku pernah kasih tips yakni kalau masak harus disajikan dengan baik dan menarik. Tujuannya agar orang tertarik untuk mencicipi, sesudah itu biarlah selera yang berbicara 😂 Beginilah implementasi sesungguhnya saat real product nggak sesuai foto jualan di Shopee.

Kupikir alasan sebenarnya kenapa aku nggak begitu tertarik dengan masak-masakan adalah karena aku nggak terbiasa. Saat di asrama aku jelas nggak masak karena suda ada yang masakin, saat kuliah aku jelas nggak masak karena sibuk ngerjain tugas, saat kerja aku jelas nggak masak karena efisiensi waktu, barulah saat hiatus aku dimarahi kenapa nggak bisa masak 🤔.

Well... Kalau melihat history-nya kupikir alasanku nggak begitu tertarik dengan masak-masakan suda valid ya 😌 Mama inginku bisa seperti sepupu-sepupuku yang lain, yang bisa masak ini itu apalah, yang pokoknya kalau kumpul keluarga selalu jadi seksi konsumsi. Berharap aku kecipratan even setetes dua tetes skill masak dari kakekku.

Yha~ 🙃

Sejak beberapa minggu yang lalu pemerintah menghimbau kita untuk #stayathome alias #cicingdiimah nggak perlulah keluar kalau nggak penting-penting amat, imbasnya banyak pedagang yang libur yang mana membuatku makin galau dengan pikiran “makan apa ya hari ini? 🥺”. Aku juga suda bosan dengan pilihan menu yang ada di Go-Food dan Grab-Food, ayam-ayam bae 🥚🐔🍗.

Dan hari-hari corona belakangan ini membuatku lebih kreatif dalam mencari kegiatan berfaedah, salah satunya adalah masak. Lupakanlah gimana expert-nya aku masak air 😅, karena nggak mungkin aku survive hanya dengan minum air, yakeles film Cast Away (To The Moon). Maka aku memutuskan untuk masak, belajar masak tepatnya, nggak setiap hari ya kalau ingin aja dan mood-nya lagi okey.

Nggak ada yang instan di dunia ini, kecuali pemutih kulit, pembesar payudara, peninggi dan pelangsing badan. Maka, harap dimaklumi kalau hasilnya masih B aja, proses trial and error ini memang menyita banyak effort 😂 Berhubung di kosan nggak ada dapur umum, maka aku membeli kompor listrik (niat sekali bukan 😎) dan menggunakan tools seadanya, mungkin hasilnya akan berbeda kalau di rumah.

Ohya, tester-ku saat ini adalah Widy, urusan skill masak kita 11-12 haha 🤣 Tapi kalau Widy mau makan berarti bisalah di-approve 😋.

Ma, aku masak nih...
(disclaimer: air dan Indomie nggak termasuk, foto lainnya menyusul 😁)

brownies 😅

gyoza jadi-jadian isi kornet

ceritanya the dark side of garlic bread 😁

mac & cheese

acar bawang yang terinspirasi dari gambar di bungkus Indomie rasa Mie Aceh

versi non kuah dari sayur sop

persatuan kentang dan telur

sayur sop tanpa daging, karena dagingnya terjebak bunga es di freezer

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hi Ho!

Welcome April... wish you bring us a joyful and better story, we are all sick here 😔.

Ya. ini adalah delay post haha 😅 Sempet mandeg berbulan-bulan atas dasar mager dan sibuk cari masker wkwk 😋. Jadi di awal tahun, sekitar bulan Januari aku melakukan declutter alias bebersih kamar, sekaligus menyingkirkan sampah yang sudah ku kumpulkan kurang lebih 6 bulan ke belakang. Ternyata banyak juga ya kalau dikumpulkan 😊.

Tujuan awalku mengumpulkan sampah-sampah ini adalah karena penasaran dengan berapa banyak sampah yang ku hasilkan. Aku terinspirasi oleh seorang wanita (yang kulupa namanya) yang mengumpulkan product empties-nya selama 1 tahun. Tentunya sampah yang dihasilkannya lebih banyak ketimbang sampah milikku, ditambah lagi mbnya suka masak dan tinggal di apartment jadi kebutuhannya lebih banyak.

Sedari awal sampah milikku direncanakan akan dikirim ke bank sampah terdekat, makanya aku selalu meluangkan waktu sehari dalam seminggu untuk memilahnya karena bank sampah hanya menerima sampah terpilah. Ada beberapa bank sampah yang masuk di list-ku, namun atas dasar beberapa pertimbangan aku memilih Plastafall Bank meski jaraknya jauh.

Hampir semua bank sampah memiliki kriteria sampah, jadi pastikan lebih dulu dengan mengecek sampah macam apa yang bisa mereka terima. Nggak semua bank sampah menerima sampah plastik mika, baterai atau peralatan elektronik, mereka akan lebih memilih sampah yang bisa di daur ulang. Sampah yang nggak sesuai kriteria biasanya berakhir menjadi sampah reguler (berakhir di TPA).

Sampah milikku mostly berasal dari online shop yang kalau pakein bubble wrap nggak kira-kira 😂 Sampah milikku ini tentunya suda kupilah berdasarkan jenisnya dan suda kucuci. Aku menganggapnya sebagai project jangka panjang sebab butuh waktu lebih dari 6 bulan untuk mengumpulkan, memilah sampai mengirimkannya ke bank sampah.

Karena jaraknya yang jauh itulah aku memilih untuk mengirimkannya via JNE. Ohya, semua sampah yang ku kirimkan ini nggak termasuk sampah rumah tangga macem packaging makanan dan minuman ya, udah dibuang duluan soalnya dan ribet cucinya 😅.

Markicek isi paketku...

SAMPAH KERTAS/KARTON
Sampah kertas / karton ini terdiri dari struk belanja, struk ATM, struk paket, tiket kereta api, tiket masuk tempat wisata, peta Mirota, invitation acara, kartu nama, hang tag, label, kartu nama, amplop paket, paper bag, bungkus obat, bungkus snack, bungkus skin care, bungkus cookies, bungkus paket dan segala macam jenis bungkus yang terbuat dari kertas dan karton.

Sejak kecil aku memang suka mengumpulkan struk belanja :)

Kebaca nggak nih?

Pilih mana, Pocky atau Pejoy?

Waktu sering jajan di Vitasari

SAMPAH PLASTIK
Sampah plastik ini terdiri dari bubble wrap, kantong plastik paket, tas plastik alias keresek berbagai ukuran, warna dan bentuk, botol minuman (yang mesti dikempesin dulu biar hemat tempat), label plastik, alat makan plastik, kemasan makanan plastik, toples plastik dan berbagai product empties.

Udah pada kempes

Aslinya lebih banyak *huft

Thai Tea may lop

Syudah dicuci bersih yaw

SAMPAH KACA DAN ELEKTRONIK
Sampah kaca terdiri dari botol minuman dan body mist, sedang sampah elektronik terdiri dari mouse dan kabel-kabel rusak yang nggak dipake lagi. Semuanya kumasukkan dalam satu box khusus yang dijejali potongan-potongan kertas (yang tentunya kudapatkan dari online shop) biar nggak pecah.

Semua sampah ku kirimkan menggunakan box lebaran yang kudapatkan di tahun lalu, tadinya kupikir box-nya nggak akan penuh ternyata penuh dong dan berat. Kupikir bagian tersulit dari declutter-awal tahun ini adalah cuci product empties, PR banget soalnya jadi ya haha... Tapi abis itu jadi kepikiran, mending diabisin sekalian aja biar nggak nyisa sana sini.

You C 1000

Ternyata penuh gangs

***
Semoga tahun depan bisa declutter lagi :).
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates