Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
Photo by Cats Coming

After years stuck with the previous blogger template (known as Emma), I made it guys… I finally checked out the blogger template that had been in the cart for the years (too). Aside from groceries and printilan-nggak-penting-tapi-ingin-punya I (always) keep an eye out for blogger templates and do the math carefully *because I have other wish lists. And the day has come… happy to say my blogger template changed even though the domain is still the same.

UPDATE
Intro yang kalyan baca barusan adalah intro yang draft-nya kutulis setahun yang lalu, udah nggak relevan karena blogger template-ku kembali pake mb Emma, yha~ pemenangnya tetap orang lama *uhuk 😅. Setelah screen shopping selama berbulan-bulan bertahun-tahun aku memutuskan untuk beli blogger template Heather dari Simply The Studio di Etsy, harganya $7 karena ada diskon apa gitu lupa.



Hmmm…



Hmm…



Hm…



H…



H



Hadehhh…



Ekspektasi yang udah dirawat selama masa penantian ini mesti terjun bebas gegara aku malah stress sendiri saat sesi customize😭. Meski layout dan font-nya mb Heather fresh, aku merasa mb Heather belum mampu meng-handle semua ke-BM-anku sebaik mb Emma 😢. Sebelum beli mb Heather aku udah coba versi demo dan baca deskripsinya dengan seksama, namun saat diaplikasikan di blog feel-nya beda banget.


Pertimbanganku memilih mb Heather ketimbang mb-mb yang lain adalah karena ingin memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan tanpa terganggu oleh widget (ini layout versi desktop dan tablet ya). Aku ingin audience-ku (kaw kaw kaw) fokus membaca dan berkemistri dangan post-ku, atau sesekali berkomentar 😀. It’s hard to admit that I spent $7 of my not-so-many for the stressful, tahu gitu aku beli apa gitu 😅.

There’s always a blessing in disguise, right? *please say yes 😀 Karena mb Heather aku jadi faham bahwa aku… (masih) BUTUH WIDGETTT!!! Meski aku ingin memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan aku juga ingin memberikan pengalaman blogwalking yang nyaman. Aku membutuhkan widget untuk mempermudah audience-ku mengakses laman dan mencari tahu hal apa yang menarik (menurutku) di blog-ku ini.

NGL, selama 1-2 minggu layout blog-ku sempat berantaxan yang mana bikin mood-ku drop banget, cetex banget ya hamba 😂. Before it’s too late, let me go back to Emma wkwk. Dan untuk merayakan kembalinya aku kepada mb Emma, aku memutuskan untuk melakukan beberapa perubahan minor di blog ini yang mungkin nggak kalyan sadari 😋.

- upgrade logo karena yang sebelumnya udah so yesterday
- ganti background color pake warna yang masih nyambung dengan warna bawaan template, setelah trial error pake hex code dari Pinterest aku memutuskan untuk pake warna pink pale ini, it’s giving Lucedale vibes 😍
- menyesuaikan ukuran foto dengan ukuran laman
- bikin disclaimer dan note
- mempertahankan widget blogmarks karena kutahu kalyan menemukanku dari blogwalking
- menambahkan widget Nih Buat Jajan just in case kalyan ingin menyemangatiku dengan cara yang halal?!

***
FYI, Nih Buat Jajan adalah monetization platform macem Trakterr, Saweria dan Ko-fi yang memfasilitasi audience untuk men-support para creator. Kalyan nggak perlu bikin akun atau pake nama asli untuk bisa menyemangatiku, just send me your love 😂. Aku menemukan Nih Buat Jajan dari Duck of York saat pandemi dan merasa cucok dengan nama platform-nya yang so friendly dan nggak dyangdyut 💃.

Aku mungkin akan menyematkan link Nih Buat Jajan di post terpilih, yang butuh banyak referensi dan semedi, percayalah… I am investing time and effort in what you’re reading now 👌. Eh, kalyan jangan sampai merasa terbebani ya, aku udah senang kok kalau kalyan mampir di blog-ku meski nggak ngapa-ngapin, and I’m very glad if you’re back here.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Photo by Burst from Pexels

Hay yeoreobun…

Sebelumnya aku pernah menulis post tentang Blogging 101: Mulai Aja Dulu dan Blogging 101: Customize Yours, nah sekarang aku balik lagi niya, apalagi kalau bukan untuk menyampaikan petuah-petuah blogging yang nggak wajib diketahui tapi sebaiknya sih iya 😁 *maksa Kali ini aku menulis post tentang adsense, ini adsensenya adsense blog ya bukan adsense YouTube 🙂.

Semua yang kutulis berdasarkan pengalamanku selama nge-blog, jadi mungkin akan berbeda dengan teman-teman lainnya. Kalau sekiranya okcey mungkin bisa segera diterapkan, kalau sekiranya nggak okcey mungkin bisa segera dicari referensi yang lain. Tapi tetap ya, feel free to ask or discuss more about it ✨👌🏻.

***

Pasti pernah kan melihat iklan yang narasinya kurang lebih begini: Cara Cepat Mendapatkan Penghasilan Dari Internet atau Nge-blog Bisa Menghasilkan Uang? Kok Bisa?

Sebelum adsense pada YouTube became a things di 5-7 tahun ke belakang, adsense pada blog udah lebih dulu eksis. Makanya iklan-iklan semacam itu seliweran setiap kali buka internet~ Tentcunya, sebagai blogger yang udah duluan #stayathome iklan-iklan seperti itu sungguh menggiurkan. Bayangkan aja… betapa nikmehnya nge-blog sambil menghasilkan cuan 🤑.

Saat itu kukira adsense pada blog adalah jalan ninjaku untuk hidup nyaman tanpa effort, nyatanya mah ngehe ya guise 😅.

Adsense pada blog memang nggak sepopuler adsense pada YouTube, karena selain persyaratannya yang agak ribet, adsense pada blog terbukti kurang efektif menghasilkan cuan. Nah… itu sih masalah sebenarnya 😁. FYI. Kalau adsense pada YouTube bergantung pada durasi dan subscriber, maka adsense pada blog bergantung pada jumlah klik iklan yang seringnya malah bikin KZL, kalau iklannya nggak di-klik mah nggak akan dihitung ya.

Beberapa kriteria yang mesti dipenuhi untuk bisa mendapatkan adsense pada blog. Yakni:

USER
- Berusia minimal 18 tahun
- Memiliki hanya 1 akun (untuk adsense)

WEBSITE / BLOG
- Sudah terindeks Google
- Memiliki konten orisinil dan menarik
- Memiliki konsistensi konten
- Memiliki audience
- Memiliki halaman about, contact dan privacy policy

Langsung membahas website / blog-nya aja ya, kalau user mah udah pasti khatam laya 😆

SUDAH TERINDEKS GOOGLE
Blog yang kita miliki mesti bisa ditemukan oleh Google, makanya penting banget melengkapi basic information-nya macem judul blog, sub-judul blog, profile dll. Jadi ketika kita search di Google, nama blog-nya langsung muncul di halaman pertama. Setting blog-nya juga jangan di-private ya, kecuali kalau memang pure ingin curhat tapinya online.

MEMILIKI KONTEN ORISINIL DAN MENARIK
Nah, ini sih yang PR, apalagi kalau masih newbie. Goals sebenarnya adalah untuk mendatangkan audience dan memenuhi target traffic yang dibutuhkan agar Google tertarik untuk beriklan di blog kita. Seingatku, usia blog-nya minimal 3 bulan dan memiliki sekurang-kurangnya memiliki 10 post, nggak tahu niya kalau sekarang, mungkin udah berubah.

Salah satu triknya adalah dengan membuat pillar content (konten pilar) yakni konten konstruksi yang akan menopang sebagian besar kebutuhan traffic. Jadi, kalau misalnya kebutuhan traffic untuk memenuhi kriteria adsense adalah 3000 kunjungan per-bulan, sebagian besar dari kebutuhan traffic tersebut akan dihasilkan oleh pillar content. Dan cara tercepat untuk menjadi pillar content adalah muncul di halaman pertama Google.

Tentcu, Google menawarkan banyak tips & trick, saranku sih ikutin aja 😁 Beneran deh ini. Setelah trial & error akhirnya aku menemukan celah bagaimana caranya membuat post-ku muncul di halaman pertama Google. Yakni dengan membuat post untuk hal-hal yang nggak berhasil kutemukan di Google, ini memang agak PR sih karena membutuhkan waktu alias mesti riset dulu.

Kalau pernah memperhatikan, post yang muncul di halaman pertama Google biasanya adalah post lawas, hal ini terjadi karena post tersebut udah memiliki tabungan traffic yang cukup meski post-nya kurang informatif *sering terjadi 🧐. Dari sini bisa terlihat ya pentingnya menjadi yang pertama nge-post, apalagi kalau ada sponsorship post, mesti banget gercep biar bisa muncul di halaman pertama Google.

MEMILIKI KONSISTENSI KONTEN
Kalau memang kurang bisa me-manage waktu tapi masih ingin mendapatkan adsense, kusarankan untuk membuat calendar blog (macem content planner tapi untuk blog) beserta tabungan post-nya. Nanti post tersebut bisa di-setting waktu publish-nya, jadi jangan khawatir ya 😁.

MEMILIKI AUDIENCE
Yaiyalah, nggak mungkin ada traffic kalau nggak ada audience-nya kan… untuk mendapatkan audience cara yang paling umum adalah dengan membagikan link blog di circle terdekat. Sebisa mungkin kita harus membuat mereka kembali mampir di blog kita.

MEMILIKI HALAMAN ABOUT, CONTACT DAN PRIVACY POLICY
Halaman about ini penting banget ya, aku sendiri ketika blogwalking yang pertama dicari adalah halaman about, siapa penulis blog-nya, apa yang membuatnya menulis, apa niche-nya etc. Kurasa salah satu hal yang membuat blog tampak lebih menarik adalah the story behind the writer itself. Ada yang begini juga nggak?

***

Di awal nge-blog lagi aku sempat beberapa kali gagal mendapatkan adsense meski semua persyaratannya udah terpenuhi, kemudian aku mengganti e-mail-nya dan taa daa 🎉 nggak sampai seminggu aku akhirnya mendapatkan adsense. Untukku adsense ini lebih ke milestone aja sih, karena salah satu syarat bisa pake adsense adalah memiliki traffic blog yang stabil (kalau bisa) tinggi dan bisa masuk page one.

Seperti yang kutulis di intro, cara kerja adsense pada YouTube dan blog berbeda, untuk blog kita baru bisa mendapatkan cuan ketika audience mengklik ads-nya, kalau nggak nge-klik mah yaudah bubar 😂 Jadi, kalau kebetulan kalyan sedang blogwalking ke blog beradsense, please bermurah hatilah untuk nge-klik iklannya ✨👌🏻.

Mungkin kalyan pernah menemukan blog di page one yang isinya nggak rame dan nge-spam keyword tapi ads-nya malang melintang di sana sini. Byasanya blog-blog macem gitu adalah blog ternakan yang diberdayakan sebagai pencari cuan belaka, sejujurnya aku KZL banget dengan blog beginian karena membuang waktu dan informasinya menipu.

Setelah blog-ku ber-adsense apakah aku memiliki penghasilan darinya? Ofkors ada tapi nggak bisa diambil karena nggak mencapai batas minimum penarikan 😁, audience-ku nggak pada nge-klik ads-nya nih ah haha 😆 Sayangnya, aku mesti kehilangan adsense di blog-ku ini gegara lupa mereaktivasi ads-nya. Ada satu masa dimana aku merasa ads mengganggu tampilan visual blog-ku, karena sebal aku menonaktifkannya. Yha~ begitulah akhir cerita adsense di blog ini. Monages tapi yagimana 🥲.


Untuk mendaptakan adsense aku harus mulai dari awal lagi, dimulai dari melengkapi semua persyaratannya dan melakukan pengajuan ke Google. Nggak ada ceritanya orang lama bisa mendapatkan privilege yaini 🥲. Aku udah beberapa kali melakukan pengajuan namun ditolak dengan alasan yang sama: karena aku ter-detect Google memiliki 2 akun e-mail yang beradsense, 1 akun blog dan 1 akun YouTube.

Menurut peraturan Google, user hanya boleh memiliki 1 akun ber-adsense untuk mencegah monopoli dan aku disarankan untuk hanya memilih 1 akun aja. Aku malah baru tahu YouTube-ku ber-adsense saat pengajuan adsense blog-ku ditolak, selama ini kukira YouTube-ku nggak ada yang nonton 🥺.

Alasan mengapa aku masih betah nge-blog adalah karena blog mampu mengisi celah yang nggak bisa diisi oleh social media. Katakanlah, ketika kita ingin mencari tahu tentang suatu tempat atau makanan, yang biasanya kita lakukan adalah mencari review-nya via Instagram atau Tiktok. Namun, ketika Instagram dan Tiktok belum mampu memenuhi kebutuhan informasi yang diharapkan, apa yang kita lakukan? Yha~ kembali ke haribaan Google 😌.

Meski kini Instagram disebut sebagai micro blogging aku masih merasa kesulitan untuk menemukan in depth review yang akan menjawab kebutuhan informasi yang diharapkan (alih-alih melampirkan link). Selain itu, pada dasarnya, Instagram adalah aplikasi berbasis gambar, makanya semua yang ditulis di insta story atau disimpan di highlight nggak akan bisa ke-detect macem kita searching via Google.

Begitu pun dengan TikTok, meski video-nya menjelaskan banyak hal yang membuatnya ke-detect adalah caption dan hashtag (dan komentar). Masalahnya, di TikTok kita nggak bisa meng-edit caption haha ini sih yang bikinku KZL apalagi kalau caption-nya ada yang typo. Saat ini TikTok memang sedang naik daun, pucukkk… puccukkk… pucukkk… 🍃🌿.

Memang saat ini traffic blog-ku terjun bebas, nggak seperti dulu lagi, tapi ya isokey.
Every platform has it’s timing.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hay,

Melanjutkan post Blogging 101: Mulai Aja Dulu yang ternyata ke-skip satu tahun lamanya *lupa diri sih ini. Mari kita lanjut ke Blogging 101: Costumize Yours alias kuy dandanin blog biar cakepan dikit, yep, ini adalah part favorite-ku ya… 🥰.

Kalau sekiranya nggak tertarik, monggo di-skip 😉.

TEMPLATE
Mesti diakui, default template-nya Blogger masih kalah kalau dibandingkan dengan default template-nya Wordpress dan Tumblr (Wixsite dan Squarespace mah beda alam ya 😅). Beberapa tahun yang lalu Blogger sempat mengeluarkan default template baru, bagus sih, tapi (menurutku) kurang memenuhi kebutuhan dan visualisasi yang diinginkan blogger. Mungkin gegara kita udah terbiasa nyari template mandiri kali ya, jadinya B aja 😅.

Maksudnya, nggak adakah engineer yang mau menggarap default template-nya Blogger? Blogger ini udah terintegrasi dengan Google dan memiliki audience loh 😅. Saat mencari review suatu barang atau tempat yang biasa kita lakukan adalah mencarinya via Google bukan? Meski udah ada Instagram atau Tiktok, belum sah kalau belum mencari versi lebih deep-nya via Google.

Nah, untuk newbie mungkin lebih aman pake default template-nya Blogger, seenggaknya kita bisa lebih fokus menggarap post-nya. Ini mah natural ya, kalau udah nge-blog agak lamaan atau sering blogwalking pasti adalah keinginan untuk mendandani blog biar cakepan dikit. Kadang suka jiper sendiri kan ya kalau blogwalking ke blog yang template-nya keren. Kek, kok bisa sih cakep? Dapetnya darimana? Gimana caranya? 🥺.

Gregetan… 🤭.

Kubilang begini karena aku udah pernah nyobain semua default template-nya Blogger, sayangnya belum ada template yang beneran nyangkut. Maka aku mencari opsi lain di internet, pilihannya ada 2, yang gratis tapi butuh effort atau yang berbayar tapi tahu beres 😁. Sebagai #sobatmisqueen pada masanya, tentcu aku memilih opsi yang pertama 😅.

Ada banyak website yang menyediakan template blog gratis, namun yang paling sering kugunakan adalah Gooyabi Templates dan Soraa Templates. Saranku, pilihlah template blog yang responsive biar nggak ribet ganti ke desktop view kalau ingin melihat tampilan template-nya. Beberapa opsi template blog yang kurekomendasikan Emma (yang dipake di blog ini), Cheerup dan Sugar.

Sedang untuk yang berbayar tapi tahu beres, aku biasanya mencari di etsy.com *nyari doang beli kagak 😂. Dulu Sky and Stars template-nya sempat hype di per-Blogger Perempuan-an (+ seller-nya orang Indonesia), sekarang ini yang menurutku template-nya okcey: Simply the Studio, Soul Muse Design, Love Logic Design, Blog Flair Design dan Jedi Themes.

Untuk opsi selain di Etsy bisa dicek niya ke Creative Market, Envato dan Studio blog.

Sebelumnya aku bilang kalau menggarap post lebih penting ketimbang dandanin blog kan ya, kubilang begitu karena semua template blog akan benar-benar terlihat fiturnya kalau post-nya udah banyak ✨👌🏻. Kadang ada template blog yang ketika di install malah membuat blog berantakan, macem foto yang terdistorsi mengikuti format template atau font yang kurang sreg, eh tapi biasanya ini terjadi di template blog gratis sih 😅.

Apakah setelah meng-install template blog akan otomatis keren macem blognya orang-orang? Tydac semudah itu Ferguso … 😏 kita mesti customize lagi. Kalau template adalah arsitekturnya, maka layout dan widget adalah interiornya.


LAYOUT + WIDGET
Layout ini adalah fitur bawaan blog yang akan selalu bisa di-customize, paling recommend untuk default template blog. Untuk beberapa template blog gratis layout-nya nggak bisa di-customize, udah saklek nggak bisa digimana-gimanain. Yha~ namanya juga gratisan yekan… Sedangkan widget adalah fitur tambahan yang kalau nggak dipake pun nggak akan menjadi dosa 😌.

Ohya, widget-pun ada 2 ya, widget bawaan blog dan widget tambahan. Widget bawaan blog adalah fitur macem: profile, most viewed, newsletter, blog list, followers dll. Widget tambahan adalah fitur macem: disquss, snapwidget, goodreads, pinterest dll.

Untuk urusan per-widget-an ini ada baiknya kalau dipikirkan dulu apa yang mau ditampilkan karena nggak semuanya mesti dipake, atur-atur ajalah. Saranku, please luangkan waktu untuk mengurusi widget ini, kalau perlu dipersiapkan dulu link-nya biar nggak mesti bolak balik copy paste.

Begitu pun dengan urusan category dan label, asli ini mah menyita waktu banget mikirnya 😁 Untuk menemukan post tertentu kita bisa mencarinya via archive, tapi tentcunya akan lebih mudah kalau mencarinya via label. Selain itu, beberapa blog yang nggak menggunakan widget archive jadi nggak bisa scroll sampai dasar post, biasanya yang begini adalah blogger angkatan lama ya.


FONT
Meski font berjenis handwriting memberikan kesan personal, percayalah… handwriting font kalau dipake untuk judul memang cakep, tapi kalau dipake untuk post font yang ada siwer duluan. Yes, those huruf kriwel-kriwel kadang membuatku malay untuk lanjut membacanya 😭, eh tapi ini hanya aku aja ya, bisa jadi kalyan mah nggak masalah dengannya.

Kalau boleh menyarankan, pilihlah font standar yang mudah dibaca, selalu ada opsi Arial, Calibri dan Helvetica di setting blog.


Ohya, kalau kita membuat draft post-nya di Microsoft Words atau note di laptop kadang suka nggak terbaca saat di-copy paste-kan di blog, yang muncul hanya judulnya aja. Sejauh yang kutahu hal itu terjadi karena bahasa pemrograman yang berbeda, aku pun sering begini, meski laptopnya udah di-upgrade ke Windows 10 (atau Windows 11). Lain cerita kalau membuat draft-nya di note smartphone biasanya sih lancar jaya ✨👌🏻.

Setelah trial and error yang sampai bikin puyeng, akhirnya aku menemukan cara menyamakan bahasa pemrograman antara Microsoft Word dan blog. 

Yakni, setelah teks di-paste-kan ke draft blog, klik Ctrl+A kemudian klik icon Clear All Formatting yang letaknya sebelah kanan paling ujung di tab editing. Setelah di-klik barulah teksnya di-edit (macem ganti ukuran font atau rubah hurufnya jadi bold atau italic) kemudian klik save. Insya allah teksnya akan muncul bersamaan dengan judulnya.

Thanks me later  ✨👌🏻.

***

Dandanin blog biar cakepan dikit ini ada manfaatnya loh ya, yakni kita jadi belajar coding, mau nggak mau itu mah 😅. Pengalaman coding-ku dimulai sejak era Friendster, ayo ngaku… siapa yang setiap bulan nge-customize background jadi ala-ala emo?! Kalau pernah nge-customize background Friendster pasti bisa ganti template blog dan nge-customize printilannya 👍🏻.

Dulu aku belajar nge-customize template blog via Pangeran Wortel, karena aktif di Twitter jadi bisa tanya-tanya dan dikasih tahu caranya, sayangnya beliau udah jarang update lagi.

Untuk adsense akan kutulis di post terpisah, biar nggak capek bacanya. Feel free to ask me more…
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Photo by Pixabay from Pexels

Selamat pagi anak-anak 😊
Gimana kacang ijonya, udah jadi kecambah? Apa malah berevolusi jadi toge? 😁.

Pandemi yang entah-kapan-akan-berakhir membuatku kembali membuka file yang berisi draft tutorial sotoy 😅 Salah duanya adalah Blogging 101: Mulai Aja Dulu ini. Kupikir nggak ada salahnya melanjutkan apa yang pernah kumulai, apalagi draft-nya sudah ½ matang. Sayang kan kalau di-skip lagi 😁.

Aku menulis post Blogging 101: Mulai Aja Dulu ini karena ingin berbagi, kupikir mungkin aja diantara kalyan (wahai pembaca blogku yang budiman dan budiwoman) ada yang tertarik ingin membuat blog namun masih maju mundur lantaran nggak yakin mesti mulai dari mana. Ohia, ini bukan campaign-nya Tokopedia ya 😅.

Tadinya aku lebih ingin membuat post tentang customize template blog, tapi setelah dipertimbangkan lagi kupikir akan lebih baik kalau ada post pembuka. That’s why post Blogging 101: Mulai Aja Dulu ini terlahir. So, Blogging 101: Mulai Aja Dulu adalah post pembuka untuk katagori Go Blog (unaesthetic coincidence name ini tercipta tak sengaja ya, bukan karena ingin sok sarkas 😌) jadi kemungkinan nanti akan ada post lanjutannya.

Blogging 101: Mulai Aja Dulu ini adalah sebuah tutorial sotoy bagaimana caranya memulai sebuah blog dariku, yang (ceritanya) sudah nge-blog lebih lama dari film Captain America: The First Avengers 😅. Karenanya semua yang kutulis berdasarkan preferensiku, kalau nggak tertarik bisa langsung skip ke post selanjutnya ya.

MOTIVASI

Sebelum mulai membuat blog pastikanlah kamu memiliki cukup motivasi, karena motivasi itulah yang akan membuat blogmu tetap hidup. Mungkin terdengar lebay, tapi kalau dalam game motivasi adalah nyawa, mesti di-maintain dengan baik. 

Coba luangkan waktu sejenak untuk memikirkan apa alasan terbaikmu membuat blog, well... ada banyak alasan keren sih sebenarnya. Apakah untuk aktualisasi diri? Self healing? Dokumentasi digital? E-diary? Atau memang pure mengharapkan cuan?.

Tinggal dipilih aja yay... ✨👌🏻.

NICHE (tema)

Menentukan niche adalah hal cukup tricky karena di awal membuat blog kadang kita nggak tahu ingin menulis tentang apa (secara spesifik). Tapi kalau melihat blog masa kini mah kupikir masalah niche sudah terpecahkan sejak awal ya, karena rata-rata mereka (blogger) sudah tahu pasti apa yang ingin mereka bahas secara spesifik.

Beberapa tahun ini niche blog beauty, make up, skincare (and everything you name it) memang hype, namun untuk niche blog parenting dan life style nggak kalah seru. Nah, untuk niche blog yang lebih segmented macem film, kuliner atau travelling (dalam arti sesungguhnya) nggak usah khawatir ya... Even personal blog yang niche-nya gado-gado pun pasti ada aja yang mampir 😊. 

Kupikir kita nggak mesti mempermasalahkan niche (kalau belum punya) karena seiring waktu dan jam terbang (menulis) kita akan menemukan sendiri niche blog kita. Tapi kalau sedari awal memang berniat untuk self branding, urusan niche ini mesti banget dipikirin 🤔.

So, demilestari ini niche-nya apa? Kalau ditanya begini kadang aku suka bingung, tapi kalau boleh memilih niche blogku adalah personal blog, yang kontennya lintas interest berdasarkan mood.

PLATFORM

Ada beberapa platform yang bisa dipilih sebagai ‘inang’ diantaranya adalah; Blogger, Medium, Tumblr, Weebly, Wixsite dan Wordpress. Di tahun 2000an Multiply pernah hype, tapi kemudian tumbang gegara dijual ke game company (yakin banget owner-nya nyesel abeezzz deh ini heu 😌) Setelah Multiply dijual ada migrasi besar-besaran ke Blogger, Tumblr dan Wordpress.

Semua platform memiliki kelebihan dan keuggulannya masing-masing, tinggal disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan kita. Beberapa + dan – yang sejauh ini pernah kurasakan.

Blogger
+ Mudah diakses, karena terintegrasi dengan Google 
+ Bisa customize tema
+ Template-nya terbatas
- Nggak bisa self hosting

Tumblr
+ Bisa re-blog (penting)
+ Template-nya banyak
+ User friendly
- Kalau diakses via wifi kampus kadang suka di-banned karena mengandung konten pornografi 😝

Wordpress 
+ Bisa self hosting
+ Template-nya banyak dan bagus-bagus ya
+ Plugin-nya banyak
- Customize-nya agak ribet

TLD a.k.a Top Level Domain (optional)

Saat membuat blog kita bisa memilih sendiri domain apa yang akan digunakan, domain adalah nama atau judul blog yang berfungsi sebagai alamat di search engine, contoh terdekatnya adalah demilestari.blogspot.com. Imbuhan (dot)blogspot(dot)com adalah domain bawaan dari platform yang digunakan, sama halnya dengan (dot)tumblr(dot)com dan (dot)wordpress(dot)com. 

Nah, blog yang berimbuhan akhir .com, .co atau .net adalah blog yang sudah menggunakan TLD (Top Level Domain). TLD berfungsi untuk memperpendek domain sekaligus mentahbiskan identitas, misalnya (dot)id atau (dot)org. Tentunya, TLD terpopuler adalah (dot)com yang banyak digunakan untuk website komersial. Oh ya, TLD ini berbayar kita bisa membelinya via platform blog yang digunakan atau via 3rd party (pihak ketiga).

Salah satu fungsi TLD adalah menaikkan nilai jual blog dan branding. Untuk public figure, praktisi, so called influencer atau whose trying to be the next one TLD ini penting, karena mengesankan like a pro ✔️. Aku belum menggunakan TLD karena belum ada urgensi, selain itu aku masih khawatir dengan resiko konten blog yang hilang gegara migrasi domain. Yha~ sering terjadi 😅.

FYI. Blog veteran macem The Creme de La Crope (Evita Nuh), Hot Chocolate & Mint (Diana Rikasari) dan Life is an Absurd Journey (Marishcka Prudence) masih betah menggunakan domain bawaan platform blog yang digunakan 😁. Dulu aku sering merasa amaze kalau menemukan blog dengan TLD, sekarang mah B aja. Syudah byasa... 😌.

NAMA 

Sampailah kita di bagian yang paling bikin galau hehe Urusan menamai blog ini sama peliknya dengan urusan menamai bayi yang belum lahir karena nama inilah yang akan diingat dan dicari di search engine. Nama disini sangat penting karena akan mempengaruhi branding dari blog kita buat.

Dulu kita cenderung menamai blog sesuai dengan hal yang relate dengan kepribadian kita, mudahnya adalah hal yang disukai macem Kambing Jantan (Raditya Dika), Cumi Lebay (Muhammad Adi) dan Okke Sepatu Merah (Oktarina). Kalau mau lebih indie ada Sadgenic (Rahne Putri) dan A Diary of The Riotous Belle (Sonia Eryka).

Saat itu menggunakan nama sendiri sebagai nama blog nggak begitu lazim karena konsep self branding-nya bukan berdasarkan pada the one behind the blog melainkan langsung content of the blog, jadi apa pun namanya blognya selama kontennya asyik orang pasti akan ingat dan kembali blogwaking. Yang terjadi sekarang malah kebalikannya, ingat nama blognya namun amnesia dengan kontennya 🥺.

Saranku, pilihlah nama terbaik untuk blog karena nama adalah doa, nggak masalah apakah nama blognya akan merepresentasikan persona atau merepresentasikan konten, sejauh kalyan suka dan merasa nyaman everything is gonna be owkay.

MENULISLAH!

Kalau skenario adalah tulang punggung sebuah film, maka konten adalah tulang punggung sebuah blog. Mungkin itu alasan yang masuk akal mengapa blogger bisa dengan mudahnya menginvasi Instagram, blogger yang kusebutkan diatas hanyalah beberapa nama dari sekian banyak nama yang sukses beradaptasi dengan platform baru yang merubah tatanan dunia macem visi misinya Sunda Empire 🤴.

Ada berbagai jenis konten yang bisa diadaptasikan di blog, termasuk di dalamnya gaya penceritaan dan penulisan. Berdasarkan preferensi pribadi ada beberapa konten blog yang kusuka, beberapa diantaranya adalah tentang homebodies, lifestyle dan travelling. Kusuka juga gaya penceritaan dan penulisan yang santai namun informatif.

Tulislah apa yang ingin kalyan tulis, seakan-akan kalyan sedang menulis untuk diri sendiri. Kalau bisa bangunlah mood baik (kalau bisa sejak awal hari) agar bisa lebih fokus dan nggak terdistraksi sana sini. Meski sudah lama aku masih ingat temanku pernah nge-tweet yang isinya kurang lebih begini; Pada awalnya menulis itu mesti dipaksakan, tapi setelah beberapa waktu (proses menulis) akan mengalir seperti air. 

Saranku, jujurlah saat menulis, karena you are what you write... 😊.

***

Membuat blog itu mudah, yang sulit adalah mempertahankan konsistensi kontennya..
Terima kasih sudah membaca 😊 Kapan-kapan kulanjut lagi.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

source

Saat menulis review film Avengers: End Game di bulan lalu aku merasa amazed dengan fakta bahwa aku telah mengikuti perjalanan Avengers selama ± 11 tahun. Yap. 11 tahun yang nggak terasa seperti 11 tahun. Dan bukan hanya Avengers saja yang kuikuti perjalanannya, ada Games of Thrones, NCIS (yang akhirnya mencapai finale season), Harry Potter (dari bukunya, film adaptasinya dan kini spin off Fantastic Beast and Where To Find Them), Sheila on 7, blogger ++ dan masih banyak lagi.

Sesetia itukah? Yha~
Well ... Untuk beberapa hal aku memang konsisten.

Lantas aku cukup gabut sampai iseng membaca post lamaku yang tersimpan di folder PC, merasa amazed sendiri dengan perjalanan menulisku yang bagai mendaki gunung lewati lembah~ sungai mengalir indah ke samudra~ bersama teman bertualang~ haha At least, tulisanku cukup mewakili up and down-nya mailayf dari yang aL4y kacau sampai yang galau menceracau, dari yang hura-hura gembira sampai yang huru hara prahara.

Rasa-rasanya baru kemarin malam aku membuat blog banner pake font aL4y warna warni di lab komputer haha Berasa keren aja gitu punya blog.

Blog pertamaku menggunakan platform Multiply dibuat di rentang tahun 2006-2007,  kalau dikalkulasikan berarti sekitar 12 tahun yang lalu, lebih tuwa ketimbang Avengers yaini. Kemudian Multiply ditutup sebab dibeli perusahaan game, saat itu nggak ada pilihan bagi kita (ex Multiply user) selain mencari inang baru, antara TypePad, Blogspot, Wordpress atau JournalPress.

Sebelumnya aku sudah memiliki blog di platform blogspot (nyambi-nyambi disela nge-Multiply) namun karena isinya stuck berat di kisaran curhat maba salah jurusan dan theme yang ke-emo-emo-an aku memilih untuk move on dengan membuat blog baru.

Yap. Aku sedang membicarakan blog ini.

Blog yang sedang kau baca ini adalah blog yang kubuat di tahun 2011an setelah patah hati ditinggal Multiply, kalau dikalkulasikan berarti sekitar 8 tahun yang lalu, memang lebih muda ketimbang Avengers tapi jauh lebih awet ketimbang semua relationship-ku. Atas nama masih ngarep aku kerap ogah-ogahan menulis di blog, sebab lainnya adalah ke-sok-sibuk-anku sebagai anak Desain! Desain! Desain!

Tapi semua berubah sejak negara api menyerang ...

Setelah keluar dari The Matrix dan memasuki hutan (tahu lah ... welcome to the jungle thingy) kupikir aku perlu menyibukkan diri dari sosialisasi haha hihi yang hemeh bin hadeh. Yay! Come to mama ... masa hibernasi (blog)ku akhirnya berakhir. Bisa kau lihat di archives, post-ku kembali bermekaran di 3-4 tahun terakhir.

Well ... banyak hal berubah di rentang 12 tahun ...

Ada banyak fase (ngeblog) yang telah terlewati, namun kalau boleh jujur aku sebenarnya lebih menyukai konsep blog di masa lalu ketimbang blog masa kini. Saat blog adalah platform yang sangat perfect bagi kita untuk mencurahkan gagasan, ide serta berbagi kesenangan mengenai berbagai hal, membiarkan kita mengenal dan menjadi diri sendiri. Yes, you are what you write also what you eat.

Bukannya mau julid, namun aku sependapat dengan Miun bahwa blog masa kini lebih berjarak meski terlihat lekat. Ya ... aku kangen dengan blog berkonten curhat dan cerita sehari-hari, yang menyenangkan dibaca dan membuat kita merasa dekat (dengan penulisnya) macem teman satu geng.

Bisa dibilang, Instagram adalah game changer. Kalau di blog kita menulis dulu baru menambahkan foto, di Instagram kita menambahkan foto baru menulis, kebalik kan ya haha Makanya di awal-awal punya akun Instagram aku malah bingung sendiri “emang mesti banget ya caption-nya panjang-panjang?” harap maklum yha~ aku biasa mengisi caption di blog pake emoji atau keterangan yang sama sekali nggak menjelaskan.

Setelah Instagram hype banyak blogger yang hijrah dan melupakan blognya, sempat sebel sih karena bacaanku jadi berkurang. Tapi balik lagi ya aku nggak bisa memaksa atau menahan orang-orang untuk berkembang dan berlaku semauku, kalau mereka nggak mau balik ngeblog bukan urusanku juga sih haha

Eym ... kapan-kapan dilanjut yaw, masih mager sisa libur lebaran nih.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
www.pexels.com

Semenjak sering blogwalking (lagi) hasrat untuk ganti theme kembali menggebu-gebu. Ku ingin tampilan blog yang lebih clean, neat dan responsive.

Sebelumnya, aku sering banget gonti-ganti theme, tapi ya itu karena nggak ngerti coding jadilah tampilannya berantakan, gak bisa ganti judul pages lah, gak bisa tampilin slide lah, gak bisa masukin foto lah dan banyak gak bisa yang lainnya, ujung-ujungnya balik lagi ke theme bawaannya blogger.

Yang simple tapi apaahhh??? Pasten ... 😛

Coding itu diperlukan saat ingin memasukkan widget atau pengaturan ke template, seperti widget AddThis, music player atau pengaturan scroll down archive yang memang nggak ada di template bawaan blogger. Sebagai blogger perlu juga belajar tentang coding, karena ya ... apalah artinya widget yang keren kalau untuk masanginnya aja gak bisa 😜

Beberapa situs yang menyediakan (blogger) theme secara gratis adalah; Gooyabi Templates, Soraa Templates dan Free Template. Sedangkan untuk premium theme bisa dicari di Etsy, Creative Market, Envato atau Dribble, kalau sedang beruntung situs-situs tersebut kadang memberikan freebies (item gratisan).

Kelebihan premium theme dibandingkan dengan regular theme adalah fitur-fitur tambahan yang tidak biasa seperti emoji button pada post atau font yang lucu. Tapi kalau ingin tampilan yang ‘gue banget’ bisa costumize design ke designernya langsung, tentu saja harganya berbeza.

Berhubung costumize theme masih dianggap belum terlalu penting dan masih bisa dipelajari sendiri 😇 Aku mencari theme yang gratis tapi tetep ya harus responsive, minimal harus ‘sreg’ di hati haha Karenanya aku jadi sering searching dan menemukan kalau nggak semua theme itu flexible dan support untuk semua jenis konten.

Proses trial and error inilah yang menghabiskan waktu karena tak jarang setelah themenya diganti susunan widgetnya berubah, malah ada beberapa theme yang memiliki tambahan widget kurang penting dan designer signaturenya nggak bisa dihapus. PR lagi kan ya mesti ngehapus-hapusin widget dan geser kesana kesini, tapi itu belum seberapa dengan theme yang tumplek plek nggak bisa digimana-gimanain.

Jadi weh balik lagi ke theme Cheer Up ini 😐

Karena setelah mencoba banyak theme lainnya, kok belum nemu yang seproporsional Cheer Up ini hehe Aku kurang begitu tertarik dengan theme yang menampilkan slide picture sebab ukuran foto yang ditampilkan harus menyesuaikan dengan ukuran slide, beda sedikit jadinya stretch. Kan nggak keren ya kalau tampilannya udah bagus tapi fotonya stretch + pecah semua.

Itu baru masalah theme, masalah domain beda lagi ...

Selama ini  aku masih menggunakan domain gratisan dari blogger, meski kadang suka kepikiran untuk beli top level domain (TLD) aku masih betah menggunakan domain gratisan *naluri 😗😗😗 Memang ya sebagai blogger perlu juga untuk menunjukkan keseriusannya dan keprofesionalitasan, harusnya nggak masalah untuk invest di  TLD karena hasil yang didapatkan bisa lebih banyak.

Masalahnya ... aku bukan reviewer yang sering ikutan paid promote atau menerima endorsement dari produk-produk tertentu. Tapi kalau terus bertahan dengan domain gratisan nggak keliatan pro dan kurang mendukung konsep Self(ish) Branding. Jadi ya ... berasa penting nggak penting juga beli TLD, tapi... ingin juga... tapi... tapi... tapi... yha~ galau mau beli TLD apa nggak hehe

Karena terkadang aku masih mengerenyitkan dahi ketika blogwalking ke blog yang (bagiku) kontennya nggak seworthy domainnya hehe Ya sayang aja gitu... Tapi aku juga sering menemukan blog yang kontennya bagus dan mempertanyakan kenapa bloggernya belum beli TLD? *mungkin dia masih galau kali ya kaya dimari. Tapi yaudah sih urusan TLD + konten adalah hak segala bangsa dan urusan yang punya blog...

Dulu, pernah kepikiran untuk beli TLD kalau pageviewsnya melewati angka 100.000, saat itu kupikir 100.000 adalah angka yang fantastis mengingat konten blogku ini adalah daily based. Dan nggak tanggung-tanggung ya aku ingin domainku berakhiran .co (dot co) bukan .com (dot com) seperti lucedale.co karena ... lucu aja nyebutnya haha Nggak deng, karena terkesan unik dan limited.

Saat dicek di web hosting, ternyata ... domain .co harganya memang lebih mahal, pantes ya masih jarang yang pake. Tapina angger hayang 😉

Yha~ begitulah... belakangan ini males bikin post sebab galau karena beginian.
...
...
...
...
...
Jadi ... gimana?
Beli nggak nih?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
www.pixabay.com

Di awal mulai ngeblog (SMA) belum ada gambaran yang jelas mengenai apa itu blogger, apakah mesti gemar menulis cerpen dan membaginya dengan siapapun, ataukah mesti gemar menuliskan kalimat-kalimat puitis untuk dinikmati bersama, ataukah mesti gemar menumpahkan isi kepala dengan segala ceracauan agar merasa lega.

Mungkin seharusnya begitu ya ... namun alih-alih menuliskan artikel berfaedah aku malah memindahkan isi diary ke blog. Jadilah blogku itu nichenya diary dengan konten utama;curhat *ku-tak-percaya-pernah-begini 😢. Sampai suatu hari salah seorang temanku complain kenapa tulisanku frontal sekali (segmented) tak bersensor, yha~ that’s what I feel bruh ... 🤔

Tau nggak kenapa complain? Karena ... dia pernah menjadi tema di salah satu postingan blogku 😛

Di masa SMA itu ada beberapa temen yang juga suka menulis + punya blog, so pasti isinya nggak jauh-jauh dari kehidupan di penjara suci 😎 Meski kontennya masih awur-awuran tapi kita tetep pede ngumumin kalau kita punya blog, mungkin pengaruh hormon juga kali ya ... remaja di umuran segitu kan lagi butuh-butuhnya pengakuan.

Namun harus diakui salah satu turning point kenapa saat itu kita pede banget menulis + punya blog adalah karena tugas Sosiologi yang digagas oleh Pak Kiki atau Mangky alias ‘Mangnya Ali Fikri). Ia menugaskan kita (sekelas) untuk membuat jurnal tentang diri kita sendiri selama ± 1 semester, semacam diary lagi dengan format yang lebih formal dan personal.

Ya tambah senenglah kita ... 😂 toh sehari-hari sebelum tidur kita menulis diary, bagi yang agak jarang menulis mungkin agak sulit tapi ya dibawa enjoy aja, kita saling bantu kok. Ia mampu membuat kita percaya bahwa menulis adalah kegiatan yang keren dan asyik, sebab ada value tertentu yang bisa bisa didapatkan dari menulis (bukan uang ya, karena Mangky sama sekali nggak pernah ngebahas uang).

Imbasnya kelas Mangky selalu ditunggu-tunggu setiap minggunya, selalu excited mikirin minggu depan kelasnya Mangky ngapain ya? 😉 Selain membuat jurnal, kita juga ditugaskan untuk membaca buku dan mereviewnya secara berkelompok, bukunya dipinjemin Mangky. Karenanya kita jadi kenalan dengan Perempuan Suci (Qaisra Shahraz), Saudagar Buku Dari Kabul (Asne Seierstad), Perempuan-Perempuan Haremku (Fatima Mernissi) dan Laskar Pelangi (Andrea Hirata).

Belajar Sosiologi membuat kita lebih open mind, bersyukur ya kita jadi kelas pertamanya Mangky (saat itu dia masih fresh graduate) dan Sosiologi adalah pelajaran baru di sekolah. Seneng juga punya guru rasa temen 😗 Menjelang akhir semester Mangky mendatangkan inspiring guest di kelasnya, Irfan Amalee (huruf ‘e’nya juga 2 kaya Iqbaal) 😏.

Dari Irfan Amalee kita belajar bagaimana menulis bisa membuat kita lebih shine dan kalau mau berusaha lebih bisa menjadi penulis beneran yang menerbitkan karya cetak, satu hal yang mesti diingat, semua orang memiliki potensi untuk menjadi penulis, intinya sih begitu. Tambah semangatlah kita ngerjain tugas jurnal ✌✌✌✌✌

Meski tugasnya adalah membuat jurnal nggak semuanya mesti menulis, salah satu temenku RV memilih media kaset sebagai jurnalnya karena merasa lebih nyaman ngomong ketimbang menulis, zaman sekarang mah kaya podcast. Disaat kita menulis jurnal di asrama, RV (dibantu Pici) melipir ke tempat sepi, mau rekaman 💋. Pokoknya, setelah melalui trial and error RV menghasilkan 1 buah kaset yang berisikan ... nggak tau sih ngomongin apa aja hehe ... tapi kayanya mah mirip-miriplah kaya jurnal kita.

Di pertemuan terakhir Mangky dan Irfan Amalee memilih 3 jurnal yang menurut mereka memiliki potensi yang baik dalam menulis, lebih jauhnya lagi mereka percaya bahwa 3 orang ini bisa shine jika serius melanjutkan menulis. Mereka adalah ... 1. Astri ... 2. Mazia ... 3. Lestari ... dan 4. Fitri (sengaja ditambahin biar nggak kecewa jurnalnya dulu nggak kepilih). Sedang di kelas sebelah cuma Fahri yang disebut.

Tentu ku langsung senyum lebar ala model iklan CloseUp, karena ... aku suka Sosiologi 💗💗💗, karena bagiku kalau suka ya harus expert dan all out, urusan reward dan sebagainya mah mengikuti. Meski Cuma disebut namanya di depan kelas tapi kubangga jadi salah satu yang terbaik diantara yang terbaik. Kayanya ya kalau temen-temenku masih rajin menulis sampai sekarang, semuanya udah pada jadi blogger da.

Satu yang pasti. Sejak saat itu ... ku tahu yang kumau 😤 ...

Maka ketika dunia mulai bertransisi menjadi lebih borderless, kita bertekad untuk mengikutinya dan blog adalah sarana yang tepat untuk menampung semua kebutuhan kita. Jangan salah ya, sejak punya blog selain menulis diary kita juga jadi rajin menulis konsep / draft apa aja yang mau ditulis ntar malem di blog (karena Lab Komputer bukanya malem).

Meski nichenya diary dan kontennya curhat aku masih melanjutkan menulis di blog bahkan saat kuliah, sampai ... well ... akhirnya ketahuan dosen, kadang suka kepikiran ya kenapa dulu malah KZL kalau orang-orang tau aku ini blogger  Ya dulu blog tidaklah sespesial Facebook atau E-Buddy, lebih segmented dan terkesan nerd karena dunianya seakan-akan pindah kesana (blog). Di lingkunganku menjadi blogger belumlah seasyik masa kini dan saat itu kumau jadi orang yang sok  asyik 😇.

Mengabaikan Raditya Dika yang malah tenar karena blognya, aku malah menghabiskan lebih banyak waktu dengan blogwalking ketimbang menulis. Sampai suatu hari Pici dan Fahria ngajak liburan ke Bromo + Madakaripura + Pulau Sempu, setelah liburan mereka mengirimkan link blognya, terlihat jelas dari jumlah post di archivenya ternyata mereka lebih produktif menulis.

Lupa lagi gimana awalnya, yang jelas ujung-ujungnya kita jadi kepikiran untuk jadi travel blogger / writer, kita merasa bahwa travelling adalah pangilan jiwa dan menganggapnya sebagai passion, muluk banget ya haha 😂😂😂 Pokoknya ingin banget jadi travel blogger, inginnya ingin banget, karena dipikirnya bisa jalan-jalan gratis terus dapet uang atau minimal merchandiselah 😂 #sungguhpemikiranyangmahadangkal 😂😂😂

Trigger kita menjadi travel blogger adalah buku Edensor-nya Andrea Hirata dan Traveller’sTale-nya Aditya Mulya, Ninit Yunita, Alaya Setya dan Imam Hidayat yang pernah dibaca saat SMA, serta Trinity dan circlenya kala kuliah. Dannn ... yang paling penting nih ya ... karena kita suka jalan-jalan 😚. Setiap ketemu obrolannya nggak jauh-jauh tentang cita-cita jadi travel blogger, ngobrol doang nulis kagak haha 😂😂😂

Menjadi travel blogger adalah cita-cita teridealis yang pernah kita ingini. Namun seiring berjalannya waktu atas nama sibuk ngerjain tugas, lupa mau nulis, pacaran dan nggak ada ide, lambat laun cita-cita jadi travel blogger mulai tersisihkan. 

Baiklah sist ... mungkin passion kita cukup mentok sampai disini 😙.

Menjelang akhir masa kuliah barulah kepikiran lagi untuk menulis di blog, ya ... apalagi kalau bukan karena ingin showing off tugas kuliah haha semacam behind the scene of the product, kan kalau presentasi mah Cuma dosen dan temen sekelas yang tau *ehe. Niatnya sih begitu ... Tapi kita semua tau kan kenyataannya gimana. 0% saja pemirsa ...😓

Tadinya kupikir kalau udah kerja bakal punya banyak waktu luang untuk menulis di blog *ae lah ... ini setting kerjanya di Bandung ya bukan di kota lain, ternyata setelah kerja malah nggak punya waktu luang sama sekali, 5,5/7 kerja keras tapi nggak syuka, sisanya dipaksa mama ikut ke acara sejenis reuni dan pertemuan-pertemuan yang basa basinya luar biasa bikin kelenger, hopeless. I meant it.😱😱😱

Nggak ada yang asyik dari kehidupan homogen nan monoton itu jadinya nggak ada yang diceritain. Eh, kecuali ... cita-cita paling mulia disana adalah jadi PNS karena dikira orang bakal segan. Yakali ... Kita hidup di zaman mana sih? 😩 Mirisnya, akses internet di kantor sama sekali nggak support, seriusan, jadi Cuma bisa kirim e-mail doang tanpa bisa buka browser. Yaudah sih, akhirnya aku memilih untuk WO dari lingkungan yang bikin mati gaya ini 😉.

Pasca resign, aku malah nggak kepikiran (dan tertarik) sama sekali untuk apply kerjaan 😊, karena setiap buka internet inginnya buka blog mulu. Tapi kali ini aku menulis kok. Begitulah ... When you passionate into something the rest is unnecessary. 👏👏👏 Jadi, nggak masalah kan kalau nganggur. *eh

IDK tapi seingatku masa nganggur adalah masa paling produktif haha Nggak perlulah sok-sokan keliatan pergi - pulang kerja karena tetangga mah Cuma ngeliatin doang, tapi komentar iya.

Di masa itu aku  pernah berusaha untuk jadi beauty blogger karena ... ingin weh haha 😈 Saat itu beauty blogger / vlogger belum sehype sekarang. Dulu prosesnya masih terbilang mudah, ± seminggu setelah mengirimkan form aku mendapatkan produk untuk direview.

Kan girang ya ... setelah dicoba ternyata produk tersebut kurang nggak cocok dongs haha Zonk! juga sih. Kupikir ini adalah efek awal pemakaian dan memilih untuk melanjutkan pemakaian dengan harapan akan sesuai dengan campaignnya, yang mana nggak ngaruh sama sama sekali. Nihil.

Tapi tentu saja aku mereview produk tersebut sebagaimana seharusnya, pokoknya di akhir reviewnya tersisip statement abu-abu yang menyatakan bahwa tingkat kecocokan produk tersebut berbeda-beda bagi setiap orang*. Setelahnya ... aku resign jadi calon beauty blogger haha Ya abisnya gimana ... Nggak merasa sejalan dengan prinsip hidup ini *😇😇😇.

Maka sejak saat itu aku lebih apa ya ... concern dalam memilah informasi, personally, aku lebih suka membaca review produk yang dibuat berdasarkan pengalaman pribadi ketimbang review produk endorsement, tapi aku tetep baca kok semuanya. Nggak tau ya dengan yang lain tapi aku pikir review yang dibuat berdasarkan pengalaman pribadi lebih jujur tanpa ada tendensi.

Kemudian ...

Aku belajar lagi bagaimana caranya menulis, menulis apa yang kumau 😊 Karena ternyata setelah berusaha menulis post yang benar-benar mengikuti trend dan menyesuaikannya dengan kaidah B. Indonesia aku malah merasa nggak asyik 😂 Dari sana mulailah kepikiran kenapa nggak menulis untuk diri sendiri? Mungkin nggak asyiknya itu datang dari denial, kenapa mesti menulis apa yang orang ingin baca ketimbang menulis apa yang kuingin orang baca. Semacam begitulah🤔🤔🤔.

Lalu aku menemukan blognya @makmummasjid (Renne Nesa), ada salah satu postnya yang berjudul aku aja dulu yang bahagia kamu mah ntar aja haha Kocak lah ... 💖💖💖 Intinya ya always put a passion on everything you do. Nggak usah ambil pusing kalau orang lain nggak suka dengan apa yang kita lakukan, karena disaat orang lain mengamati dan mengomentari tanpa berbuat apa-apa kita berproses . Even slow but sure ...

Jadi, aku menulis apa yang ingin kutulis, yang menarik bagiku dan yang lagi kepikiran. Semua yang kutulis telah melalui uji kelayakan kesukaan 😇😇😇

Makanya blog ini adalah un-niche-niche club.

Untuk sekarang aku belum memutuskan lagi mau jadi blogger macam kelak 🤣 Apakah tiba-tiba aku ingin jadi movie blogger, craft blogger atau techno blogger, semuanya mungkin ... Terlepas dari berfaedah atau nggak berfaedahnya blogku ini, aku sih seneng-seneng  aja meluangkan waktu mengerjakan hal yang kusuka 😤😤😤.

Beberapa temanku ada yang merasa surprise saat mereka tau aku punya (+mengurusi) blog, bahkan sampai ada yang berkomentar “ternyata selama ini ... (kamu) diem-diem ngeblog”. Kadang ingin banget jawab “Yaealah ... kemana aja nih MbakBro MasSist?” 😏.

Bukannya aku nggak ngerti caranya promote di social media tapi aku memang nggak ingin orang membaca blogku karena kusuruh di caption 😛 Aku lebih ingin orang mencari dan menemukannya sendiri. Kalau kamu baru tau blogku ini meski udah saling follow, yha~~~ mungkin kamu kurang stalking 😏, linknya ada kok di bio IG.

Kalau dipikir-pikir ya blogku ini adalah hasil berkelanjutan (sustainable project result) dari kelasnya Mangky, meski tidak berbentuk karya cetak (karena sudah zaman digital) blogku ini adalah bukti kalau Mangky dan Irfan Amalee dulu nggak salah pilih jurnal 🤣🤣🤣🤣🤣 Syukron katsiron ya akhi! 

Menulis adalah hal cara terbaik untuk mengekspresikan diri *selain menggambar

So ... These is mine (behind the blog things), how is yours?
Let me know ... 😁
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates