Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
@charlesetoroma on Unsplash  

Hellooo…

Semua yang kutulis di post ini berdasarkan preferensi pribadi ya, nggak ada research mendalam kecuali mengamati kehidupan sehari-hari dan apa yang orang-orang post di media sosial. Feel free to discuss more about it.

Aku lupa lagi kapan tepatnya, tapi Deya pernah tanya tentang sustainable dan penerapannya di Indonesia gimana. Kalau nggak salah saat itu aku jawab sustainable adalah gaya hidup orang Indonesia alias kearifan lokal. Sayangnya, Deya tanya di saat kita mau pulang, padahal kalau tanyanya saat makan Sate DAMRI diantara sholat maghrib dan sholat isya bisa-bisa kita begadang haha *kangen kosan Icunk 😘.

Selama ini aku cukup mengikuti tentang sustainable, awalnya karena tertarik tentang sustainable fashion dan pernah menulis post-nya disini. Kalau membicarakan sustainable tentcu cakupannya sangat luas bahkan bisa dikatakan hampir semua hal kini diupayakan menjadi sustainable. Berbeda dengan alam yang memiliki life cycle-nya sendiri, semua yang diproduksi oleh manusia membutuhkan proses untuk mencapai sustainable.

Apakah sustainable berarti daur ulang? Nggak selalu. Daur ulang adalah salah satu opsi untuk memperpanjang masa pakai. Kalau ingin tahu mengenai sustainable lebih detail bisa di-search di Google ya… Kali ini aku skip 😁. Well… lantas apakah hubungan antara sustainable dan kearifan lokal?

Yha~ sustainable adalah kearifan lokal itu sendiri.

Kearifan lokal atau yang kini biasa disebut sebagai local wisdom adalah warisan berupa konsep hidup (ide, nilai, pengetahuan) yang diturunkan secara turun temurun untuk menjaga keselarasan hubungan antara manusia dan alam. Eh, tapi jangan lupa ya kita tinggal di Indonesia, jadi kearifan lokal ini erat kaitannya dengan kepercayaan nenek moyang ✨👌🏻.

Nenek moyang kita (Indonesia) berhasil hidup berdampingan dengan alam selama ratusan tahun lamanya dengan mempertahankan kearifan lokal. Dalam prosesnya ada banyak nilai yang bisa diambil, ide yang dikembangkan dan pengetahuan yang diturunkan. Salah satu yang mampu mempertahankan kearifan lokal adalah Suku Baduy.

Pada dasarnya ada pakem-pakem yang dibuat berdasarkan pengalaman panjang. Katakanlah rumah. Dari Sabang sampai Merauke bentuk rumah berbeda-beda mengikuti kontur geografis, pernah nggak sih kalyan bertanya-tanya mengapa rata-rata rumah di Indonesia atapnya berbentuk limas? Karena… *drum roll dulu… hujan di Indonesia datang dari segala arah. Serius yaini… 😁.

Rumah dengan dak atau berkonsep minimalis dengan rooftop aesthetic sebenarnya kurang cocok untuk menghadapi hujan di Indonesia, tapi balik lagi ya pada akhirnya ini adalah tentang taste dan budget. Saran dosenku dulu; kalau kalyan ingin membangun rumah di suatu daerah, carilah rumah (adat) asli atau rumah lama di daerah tersebut, pelajari bentuknya dan jadikanlah acuan karena nenek moyang membangun rumah untuk jangka panjang.

Pernah ada masanya konsep dekorasi shabby chic booming, disusul konsep dekorasi monokrom, kemudian konsep dekorasi minimalis dan sekarang konsep dekorasi natural. Coba tebak, apa persamaan dari konsep dekorasi tersebut? Yha~ banyak printilannya 😁. Rata-rata orang Indonesia itu horror vacui alias memiliki ketakutan akan ruang kosong, makanya pasti gatal kalau masih ada ruang yang nganggur, ingin diisi, ingin di didekorasi, ingin diiniin diituin 😏.

Percayalah. Apa pun konsep dekorasi rumahnya, pasti punya sudut betrak betruk 🤣 Juara banget kalau nggak punya.

Horror vacui terjadi karena kita memang terbiasa hidup dengan “penuh”, kalau kosong kan ditempati lelembut 👻. Makanya rumah nenek moyang dipenuhi ukiran, lambat laun ukiran tersebut beradaptasi melalui furniture dan elemen dekorasi. Jarang banget kan menemukan rumah yang pure lapang tanpa printilan, jangan jauh-jauh deh… itu tanaman di pot pun posisinya pasti disebar 🤣.

Menurutku, horror vacui-nya orang Indonesia itu unik. Sekeras apa pun kita berusaha untuk mengabaikan pada akhirnya pasti akan kembali lagi. Meski sudah berusaha pake basic outfit nan earth tone, kalau ada versi full graphic tetap aja dibeli juga yekan 😂 Kupikir, pasangan yang menikah dengan kostum dan dekorasi Doraemon adalah sebenar-benarnya orang Indonesia.

Saat ke Gramedia, di antara bagian lifestyle dan self development terhampar buku-buku yang menawarkan berbagai konsep (gaya) hidup masa kini. Sayangnya, nggak ada satu pun buku yang menawarkan konsep hidup dari, oleh dan untuk orang Indonesia heuheuheu 😅 Sebegininyakah krisis konsep hidup sampai mesti mengadaptasikan konsep hidup negara lain yang notabene berbeda kultur dan geografis?

Syudah bisa ditebak… aku jadi mempertanyakan ada nggak sih konsep hidup yang “sesuai” untuk orang Indonesia?.

Ternyata jawabannya ada… di ujung langit ☁️💨.

Beberapa tahun belakangan sustainable living became a things, tapi semakin kucari tahu aku semakin menyadari bahwa adalah sustainable living adalah konsep hidup yang sebenarnya lekat namun terlupakan. Yha~ kalau sustainable living adalah kehidupan yang dijalani oleh Liziqi, maka hampir bisa dipastikan sebagian dari kita pernah menjalaninya.

Saat ini wooden toys adalah opsi yang ideal untuk mainan berbahan alami yakni kayu. Nah. Ingat nggak sih kalyan dengan mobil-mobilan dari yang dibuat dari kulit Jeruk Bali dan lidi? Keduanya, yakni kayu dan kulit Jeruk Bali adalah bahan alami, namun kulit Jeruk Bali akan lebih mudah terurai ketimbang kayu karena nggak menggunakan varnish.

Aku tahu ini perbandingan yang nggak apple to apple ya, aku hanya ingin menunjukkan bahwa sebenarnya kita sudah lebih sustainable bahkan sebelum kita mengenal konsep sustainable itu sendiri.

Beberapa tahun yang lalu internet pernah heboh oleh berita; supermarket di Thailand menggunakan packaging daun pisang menggantikan plastik. Saat membaca artikel yang menyatakan bahwa daun pisang 100% eco friendly dan sustainable aku ngakak sekaligus bangga 😂. Pasalnya, hampir setiap hari aku menemukan si eco friendly packaging ini dalam bentuk Tempe, Papais, Leupeut, Lemper, Peuyeum, Pecel, Awug, Sate, Nasi Kuning and friends.

Mungkin kalyan pernah mengalami masa dimana packaging plastik belum lumrah digunakan. Setiap kali membeli Bakso atau Soto dari Mang-Mang yang beredar di sekitar rumah, kita selalu membawa rantang atau mangkuk sendiri. So… I just want to say. Bukankah ini yang kita lakukan sekarang? Membawa wadah sendiri demi mengurangi sampah.

Dalam rangka mengurangi limbah botol plastik sekali pakai, beberapa tempat menyediakan refill air minum gratis bagi yang membutuhkan (bisa ditemukan via aplikasi). Di daerah Jawa, sekitar tahun 90an masih bisa ditemukan rumah-rumah yang menyediakan kendi berisi air minum di pagar (pagar tembok) jadi setiap orang yang lewat dan kebetulan haus bisa berhenti dan minum. Biasanya anak sekolah atau petani yang baru pulang.

Aku pernah menonton home tour salah satu aktris Indonsia yang rumahnya bergaya American modern, salah satu keunggulannya adalah food storage (room) yakni ruang penyimpanan bahan makanan kering. Otakku langsung bekerja, dan… food storage (room) adalah Bahasa Inggris dari goah. Dimana hampir semua rumah (lama) orang Sunda pasti memilikinya.

Belum lengkap sustainable living tanpa memasukkan grow your own food alias bercocok tanam atau berkebun. Kupikir konsep grow your own food mirip-miriplah dengan konsep apotik hidup yang pernah kita pelajari saat SD (salim virtual kepada bapak/ibu penyusun kurikulum 🙇🏻‍♀️). Well… jangankan apotik hidup, pagar batas lahan aja kita mah pakenya tanaman Singkong, nggak kurang sustainable apa coba? 🥲.

Dosenku pernah bilang bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya karena memiliki keanekaragaman seni budaya semacam textile, kriya dan tarian. Artinya kita adalah bangsa yang bahagia karena nggak mungkin kita memiliki semua itu kalau nggak punya waktu luang untuk mempelajari dan membuatnya. Disaat bangsa lain bertahan mati-matian dari 4 musim yang berbeda, kita berada disini dengan matahari yang bersinar hampir sepanjang tahun 🌤️.

Oh, inilah yang dinamakan slow living. Biar slow alias rebahan bae tapi tetap hidup yekan haha 😂.

Menurutku, sustainable dan kearifan lokal memiliki banyak kesamaan, yang membedakan hanyalah istilahnya aja. Sustainable memang terlihat lebih cantik dan terdengar lebih baru ketimbang kearifan lokal yang terkesan tradisional. Terserah mau pake yang mana, tapi kita sama-sama tahu pada akhirnya kedua istilah tersebut mengantarkan kita untuk lebih aware.

Selama ini kita mencari mencari konsep hidup yang sesuai tanpa menyadari bahwa sebenarnya kita sudah menerapkannya sejak dulu. Semut di sebrang lautan tampak jelas, sedang Gajah di pelupuk mata tidak tampak.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Hallo kawan sepermageran dan seperebahan....
Sudah nonton berapa film? 😁

Beberapa minggu lalu (atau bulan 🤔) Puty sharing tentang kesannya selama mengikuti online course di masa pandemi ini melalui post IG-nya. Well... sebagai #sobimager yang (kebetulan) sedang enroll online course tapinya nggak kelar-kelar 😅, aku pun tergerak untuk turut beropini mengenai keabsahan sertifikat online course bagi khow-khow sekalyan. 


Dari jawaban Puty ini aku mendapatkan insight yang menarik. 
Sekaligus merasa tertantang untuk enroll online course (lagi) dan menyelesaikannya tepat waktu. 

DEMMM 🙃

Yang mana mengingatkanku bahwa aku masih punya hutang post mengenai online course yang kuikuti di sini. Heu... padahal draft-nya sudah ada 😅. Tapi, better late than never ya... ku revisi dan selesaikannya post-nya biar nggak kepikiran 😁 sekaligus me-reduce file draft-ku. 

Online course yang pertama kali kuikuti adalah Skill Set dari Future Learn: How To Build A Sustainable Fashion Bussiness (nggak usah di-search ya, course-nya sudah selesai di tahun 2018). Aku tertarik untuk mengikuti online course ini karena temanya yang menarik, (at least) pada saat itu belum banyak yang membahas tentang sustainable fashion. 

Materi How To Build A Sustainable Fashion Bussiness ini disusun untuk 6 weeks dengan durasi 2 jam per minggunya. Pada kenyataannya course ini ku selesaikan hanya dalam waktu 6 bulan aja haha 😂 Nggak kuwat guise... Untukku materinya cukup berat karena mesti menonton berbagai video dan membaca berbagai artikel untuk bisa mengekstraksinya jawabannya, hal yang baru, karena sebelumnya aku terbiasa dengan practice. 

Kurang lebih beginilah silabus course-nya, FYI setiap point-nya beranak ya, bercucu malah 😁. 

credit: Future Learn

Kalau diperhatikan, materinya lebih ke pengenalan mengenai apa sustainable fashion dan bagaimana peluangnya di masa depan. Tentcunya, kita diarahkan untuk mengimplementasikan konsep sustainable fashion pada brand yang ceritanya sedang OTW, aku sih yes ya, kupikir 3-5 tahun yang akan datang sustainable fashion is a things 💡. 

Course ini membuka mataku bahwa konsep sustainable bisa diterapkan dalam fashion, nggak selalu berhubungan dengan turbin di bawah laut atau kebun organik seperti yang kutonton di National Geographic. Alasan mengapa sustainable mesti diterapkan dalam fashion karena fashion adalah salah satu penyumbang sampah terbesar yang sulit terurai. 

Cakupan sustainable memanglah luas, namun pada intinya sustainable adalah konsep keberlanjutan mengenai proses terciptanya suatu produk. Keberlanjutan disini kumaknai sebagai rantai yang menggerakkan supply chain circle, mencakup SDA dan SDM yang digunakan, proses pengerjaan dan dampak jangka panjang pada lingkungan. 

Kupikir sebenarnya kita (orang Indonesia) sudah menerapkan konsep sustainable dalam banyak hal. Ya. UMKM dan home industry sudah menerapkan konsep sustainable lebih baik ketimbang pabrik. Satu-satunya catatan hanyalah upah yang kadang nggak mencapai UMR daerah masing-masing 😅. 

Kubilang begini karena kupikir UMKM dan home industry (di tengah segala keterbatasanya) berusaha menggunakan sumber daya dengan sebaik-baiknya, dan yang paling penting: mampu memanfaatkan (bukan mengolah) limbah. Selain itu, kita memiliki banyak teknik pengolahan tradisonal yang kupikir masuk ke kriteria sustainable. 

Salah satu materi wajib di course ini adalah menonton The True Cost, yang sayangnya belum sempat kutonton karena mesti pake Netflix hehe Merasa bersalah belum nonton, aku pernah mencari The True Cost tapinya nggak nemu-nemu juga 🤔.

Ohya... karena saat ini aku sedang enroll online class (lagi) di Future Learn: Sustainable Fashion Develoment kupikir akan lebih baik kalau dibahasnya sekalian. Yha~ sekaligus minta doanya yakawan semoga kubisa segera menyelesaikannya *heu  😅. Sudah 2 minggu course-ku terbengkalai, so pasti nggak akan beres tepat waktu 🥺. 

credit: Future Learn

Kurang lebih beginilah silabus course-nya, ketimbang course How To Build A Sustainable Fashion Business kupikir course Sustainable Fashion Develoment ini lebih mengarah pada dampak yang ditimbulkan oleh industri fashion. Materinya tentcu lebih banyak dan menggurita macam MLM haha 😂 Ada masanya aku sampai nggak kuwat ngikutin course-nya dan memilih untuk syaree... 😁.

Menurutku dibandingkan saat aku mengikuti course How To Build A Sustainable Fashion Business, saat ini kita sudah aware dengan sustainable fashion, meski kalau search di Google mah artikel (dengan preferensi bahasa Indonesia) yang muncul ya itu-itu lagi. 

Dalam kurun waktu 5 tahun (dan semoga tahun-tahun yang akan datang) perkembangan sustainable fashion cukup signifikan yaw, peralahan merambat naik. Kalau dulu hanya ada beberapa fashion brand yang mengusung konsep sustainable fashion dan fokus terhadap pengembangan produknya kini sudah mulai bermunculan brand dengan konsep serupa. 

Bisa dilihat ya di tab search Instagram... 


Beberapa (bahkan) memasukkan ethical fashion dan sustainable guide development di bionya. Wow... Aku termasuk golongan orang yang memiliki ekspektasi tinggi untuk segala gelar dan statement, makanya ketika seseorang mengatakan... katakanlah self proclaimed sebagai expert, kupikir ia harus mampu mempertanggungjawabkannya. 

Tanpa bermaksud salty pada brand yang mengusung konsep sustainable, malah aku overwhelmed karena akhirnya ada yang aware. Menyenangkan sekali melihat mereka berusaha untuk lebih sustainable, dimulai dari hal kecil macam packaging atau movement who made my clothes?.

I just want to say... Sustainable nggak melulu tentang linen-linen atau katun-katun, nggak melulu tentang simplicity, nggak melulu tentang earth tone, nggak melulu tentang less plastic package, nggak melulu tentang cuap-cuap marketing. Yang akhirnya malah membuat kita lupa pada sustainable itu sendiri. 


Setahuku, bahkan brand besar semacam Adidas dan Nike belum bisa menyatakan secara resmi bahwa mereka mendukung atau ambil bagian dalam SGD (sustainable guide development), sebagai gantinya brand tersebut membuat campaign mandiri yang mengarah pada konsep sustainable. 

Kenapa nggak menggunakan SGD padahal brand mereka sudah besar? Karena berat... 😅 Kalau merujuk pada standar SGD sendiri, setidaknya ada 17 kriteria goals yang bisa diolah untuk mencapai standar SGD. Dan... kriteria goals pertama dari SGD adalah poverty (kemiskinan) maksud poverty disini apakah SDM yang bekerja pada brand tersebut sudah mendapatkan upah yang layak sehingga terentas dari kemiskinan? 

PR banget kan, padahal masih nomor 1 😌.


Untuk menerapkan konsep sustainable sesuai SGD tenctu dibutuhkan proses yang panjang dan komitmen. Menurutku, kita nggak mesti memaksakan mesti mencapai semua goals-nya, pelan-pelan, sedikit demi sedikit. Nggak masalah kalau kita baru bisa menerapkan sebagian, anggaplah seperti hijrah, dari (yang asalnya) baik menjadi lebih baik. 

Saat ini organisasi yang bergerak di bidang sustainable fashion dan segala tetek bengeknya adalah www.fashionrevolution.org yang didirikan pasca tragedi runtuhya Rana Plaza di India. So... kalau kalyan tertarik dengan sustainable fashion thingy bisa mampir ya, beberapa bulan yang lalu aku mampir ternyata mereka sudah punya tim di Indonesia ✨👌🏻. 

Menurutku, konsep sustainable ini masih panjang perjalanannya, masih perlu perlu penyesuaian, masih perlu diberdayakan, masih akan tumbuh. Tapi kalau melihat euphoria-nya aku yakin sustainable fashion is (still) a thing. 

Sebenarnya masih banyak sih yang bisa diceritakan dari course-ku, yang kutulis ini hanyalah sebagian kecil dari materi yang kudapatkan. Kalau kalyan ada waktu dan berminat ikut course-nya bisa dicoba yaini Future Learn (aku belum menemukan course tentang sustainable fashion di situs sejenis). 

Note:
Akhirnya aku menyelesaikan course-ku tepat waktu 😊.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Setelah galau mau ikut workshop apa bulan ini, akhirnya aku memutuskan untuk mengkuti DIY lip tint & blush workshop yang lagi-lagi diadakan oleh @bionoils di @ruanghasta. Tapi kali ini aku nggak sendiri ya, Icunk juga ikut Yes! Akhirnya punya temen ngeworkshop haha Berharap weekend akan lebih berfaedah ketimbang jajan-jajan dan jalan-jalan shantay yha~ haha

Lip tint & blush ini satu produk ya, maksudnya selain berguna sebagai lip tint  bisa digunakan juga sebagai blush. Tentcu, karena ini DIY ada beberapa penyesuaian ya seperti tekstur dan tingkat kepadatannya yang berbeda dari lip tint biasa, lebih ke lip balm sih ini ya ... karena lebih lembek dan lebih mudah mencair.

Menurutku, lip tint & blush ini bentukannya nggak jauh berbeda dengan solid perfume yang kubuat di workshop lalu, memang ada beberapa bahan yang baru namun selebihnya sama saja yang paling kentara adalah penggunaan pewarna mica. Mica sendiri adalah zat pewarna kosmetik yang dihasilkan dari mineral.kalau melihat dari warnanya agak shimmering ya seperti warna-warna matte lip liquidnya Esqa.






Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Ketimbang mengisi hari Minggu dengan produktif mager kali ini aku mengikuti solid perfume workshop yang diadakan oleh @bionoils di @ruanghasta. Penasaran aja ... karena belakangan ini apa-apa yang berlabel organik (dan kalau bisa DIY 😅) sedang hype, seperti body care, skin care, healthy care serta kawan-kawannya sekalian ✨.

Pada dasarnya baik solid perfume maupun liquid perfume memiliki kegunaan yang sama yakni sebagai wewangian, yang membedakan adalah medianya. Solid perfume menggunakan media gel padat (balm) sedang liquid perfume menggunakan media cairan. Tentu keduanya memiliki plus minus ya, namun dalam hal bentuk tentu saja solid perfume lebih simple karena nggak makan tempat dan nggak rentan menguap.

Wewangian yang digunakan dalam pembuatan solid perfume ini adalah essentials oils dari @bionoils, mesti banget nih essentials oils? Nggak mesti sih, namun kalau dibandingkan dengan bibit fragrance yang dijual di pasaran, essentials oils disinyalir lebih memiliki manfaat ketimbang sekedar wewangian belaka. Dan setiap (jenis) essentials oils memiliki manfaat yang berbeda-beda.

Karena membuat sendiri tentu kita dibebaskan untuk memilih essentials oils yang akan digunakan untuk membuat solid perfume, disarankan untuk mencampur maksimal 3 jenis essentials oils saja karena dikhawatirkan akan merusak konstruksi notch. Notch disini terdiri notch atas, notch tengah dan notch bawah yakni aroma yang menguar saat baru digunakan (diaplikasikan pada kulit), saat tengah digunakan dan saat aroma tersebut akan habis (sisa).

Secara garis besar essentials oils terbagi dalam 7 kategori yakni;
Floral: Jasmine, Geranium, Lavender, Rose dll.
Exotic: Ylang-ylang dll.
Citrus: Lemon, Sweet Orange, Citronella dll.
Woody: Cypress,Tea Tree dll.
Resin: Frankincense dll.
Herbal: Peppermint, Rosemary dll.
Spice: Cinnamon, Clove dll.

Kalau dibandingkan dengan bibit fragrance tentu essentials oils ini harganya bisa jauh lebih mahal, aromannya pun terasa lebih mentah (raw) dan nyegak (pekat) karena masih murni belum dicampur apa-apa. Yang membuat essentials oils mahal adalah bahan baku dan prosesnya, kalau pernah nonton film Perfume: Story of A Murderer pasti tahu ya kalau untuk menghasilkan satu botol kecil essence dibutuhkan ribuan kuntum bunga. Makanya agak patut dipertanyakan juga nih ya essentials oils yang harganya mure ...

Membuat solid perfume tidaklah terlalu sulit ya, cara membuatnya cukup mudah dan bahan-bahan yang dipergunakan bisa didapatkan via internet, tinggal daya eksplorasinya saja. Karena DIY, daya tahan solid perfume ini sekitar 1 tahunan dari waktu pembuatan, harus disimpan di tempat tertutup dan tidak disarankan terkena sinar matahari langung, kalau wanginya sudah habis bisa dijadikan lip balm karena (masih) mengandung coconut oil dan sun flower oil yang melembabkan.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Satu-satu alasanku kenapa ikutan basic sequins workshop ini adalah karena ingin tahu jenis-jenis payet dan penasaran dengan tekniknya 😉. Memang ... Pinterest dan Youtube menyediakan banyak hal menarik, termasuk sequins thingy ini, namun rasanya kurang afhdol kalau nggak mempelajarinya secara langsung dan yha~ selalu ada perbedaan nama ilmiah haha (((ILMIAH))) nama resmi deng dan nama dagang yang lazim digunakan di pasaran.

Kalau untuk payet biasa aku sudah cukup familiar meski level-nya masih amatiran haha Biasanya aku memasang payet di pakaian resepsi atau pakaian favorite, yaudah sih gitu aja, belum ada peningkatan lainnya 😓 Makanya aku excited saat tahu @puka.id mengadakan basic sequins workshop¸ berasa ada pencerahan hehe

Well ... Saat itu @trinket.island baru pindahan dan belum sempat mengganti location point di GPS, alhasil drama dulu dikit ya karena salah tempat haha Kukira pesertanya ada banyak ternyata Cuma 2 dongs, jatuhnya jadi semi private workshop. Aku sih yes, biar lebih fokeus yha~

Pada dasarnya beads dan sequins ini adalah payet yang digunakan untuk mempercantik pakaian atau aksesoris seperti tas dan sepatu, yang membedakan adalah bentukannya. Beads adalah manik (atau mote) berbentuk 3 dimensi dan bersifat sprinkle (butiran) sedang sequins adalah manik berbentuk 2 dimensi dan bersifat lembaran. Keduanya adalah keluarga payet.

Payet yang dijual saat ini sangat beragam, tergantung kerajinan kitanya ya ngubek-ngubek toko dan sabar ngantri tanya ke pramuniaganya. Namun perlu diingat, nggak semua toko jualan payetnya samaan, maksudnya baik kualitas serta ketersediaan warna dan ukuran nggak terlalu komplit. Kadang ada yang menjual per-gram, per-ons atau per-satuan dan harga jualnya pun berbeda ya untuk setiap toko.

Di Toko Victory payetnya sudah ditakar dalam plastik-plastik kecil, harganya sekitar Rp. 3000 – Rp. 5000an CMIIW. Enaknya belanja di toko Victory kita bisa melihat langsung payetnya jadi bisa sekalian sambil mikirin komposisi warnanya, kalau di toko lain kadang kan pramuniaganya suka langsung nodong tanya: “mau warna apa?” heuheu ... Kan jadi makin bimbang ...

Karena yang ikutan cuma berdua jadi kita lebih enjoy untuk saling sharing tentang perpayetan dan sedikit tentang circle per-crafter-an. Berfaedah sekali workshop-ku ini hehe Sebenarnya kita tinggal mengikuti contoh seperti yang dibuat sebelumnya, tapi lama kelamaan kitanya yang request ingin buat yang mana haha Yang tersulit dulu, lah ya ... yang lebih perlu pencerahan. Kalau kita sudah tahu tekniknya, sisanya tinggal eksplorasi sendiri mau buat yang kaya gimana.







Kurang lebih begini ya hasilnya kalau diterapkan di pakaian ...




Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Dalam rangka mengisi waktu luang Ramadhan alias ngabuburit, aku mengikuti workshop yang diadakan oleh @brotherwoodbdg di Bandung Creative Hub. @brotherwoodbdg ini memang sudah rutin mengadakan woodworking workshop ya, eym ... kenapa baru kali ini ikutannya? Karena woodworking workshop sebelumnya bertema decoupage yang bagiku agak kurang menarik↟☻.

Saat itu ada beberapa pilihan woodworking workshop yang bisa diikuti selain spicy rack making, yaitu book storage, side table dan wall storage. Namun mempertimbangkan dimensi dan keberfaedahannya kelak, aku memilih untuk mengikuti woodworking workshop: spicy rack making, mayan khan ... untuk nyimpen-nyimpen saos sama BonCabe 🙂😂😂

Sebenernya kalau rajin mah mending ikutan workshop beginian, selain belajar DIY furniture, kita juga bisa sekalian nabung furniture haha 😼 Cocok nih untuk anak kosan apa newly married 😗, eh iya workshop-nya ini bisa berdua loh ... di sesi woodworking workshop-ku juga ada kok yang setim dengan temen deket dan pacar, resikonya Cuma satu: (barangnya) nggak bisa dibagi dua  😂.

Nggak usah khawatir ya kalau belum pernah ikutan woodworking workshop semacam ini, karena kita akan didampingi oleh AA-AA yang sudah expert dan ... yang paling penting nih, rajin nanyain “mau difotoin nggak?” 😅 khan ... jadi enak ❤ Karena jumlah peralatannya terbatas kitanya mesti gercep, biar nggak lama ngantri ...

Aku nggak begitu asing dengan woodworking karena pernah mempelajari saat kuliah ... bertahun-tahun yang lalu 😂. tapi beda kan ya kondisinya dengan sekarang, berasa pegel-pegel aja gitu abis motongin kayu, padahal pake mesin. Karena prosesnya dari raw material yakni (masih) berupa potongan kayu, durasi pengerjaannya lumayan lama ya ... dan menguras tenaga. Asli ini mah, capek. Apalagi kalau puasa ~ 😫.

Woodworking ini terdiri dari 3 tahap ya, tahap yang pertama adalah preparation (persiapan) dimulai dari memilih material yang akan digunakan, mengukur atau membuat pattern dan cutting. Nah, usahakan untuk melakukannya dengan runut (sesuai urutan) biar lancar di tahap assembly-nya.

Tahap yang kedua adalah assembly (perakitan) yaitu proses penyatuan bagian-bagian yang sebelumnya kita buat. Proses ini cukup memakan waktu ya karena kita mesti fokus biar nggak miring-miring masanginnya 😅 Belum lagi kalau ada bagian yang mesti disambung pake lem, sambil menunggu lemnya kering kita bisa mengamplas bagian yang lain.

Tahap yang ketiga adalah finishing, @brotherwoodbdg sendiri menyediakan 2 jenis finishing, yang pertama pake clear coating sedang yang kedua pake wax. Saranku mending finishing-nya pake wax, selain prosesnya lumayan cepat, kalau pake wax warna kayunya nggak berubah malah semakin memperlihatkan urat kayunya. Beda dengan cat yang malah kadang membuatnya nggak natural dan prosesnya mesti dilakukan berkali-kali (layering).

TIPS
- Gunakan pakaian (+ hijab) yang simple dan nyaman, awas jangan pake yang kewer-kewer.
- Gunakan safety gear yang sudah disediakan.
- Nggak usah pake make-up yang berlebihan, karena pada akhirnya lusuh juga 😂😂😂
- Usahakan pake sepatu ya, jangan pake sandal, nyeker apalagi ...
- Bawa air minum ya, capek loh ini ...

Setelah selesai usahakan minum susu atau air kelapa, gunanya untuk menetralisir tubuh dari mikro partikel kayu yang bertebaran selama nge-workshop. Bisa juga dengan minum air putih yang banyak.



wax-nya kaya begini

Kiri atas: sebelum dikasih wax
Kanan bawah: setelah dikasih wax.

biar muka lecek yang penting beres 😁
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Masih inget kan dengan Masnya yang minta ambulance jemput Mbaknya di lab jahit karena ‘Yang ... aku sakit perut’? Nah ini ada kelanjutannya ...

Selesai Final Project Exhibition, manekin yang dipinjam wajib dikembalikan ke gudang di gedung CADL. Karena diantara kita nggak ada yang bawa mobil, jadilah manekin-manekin tersebut diangkut mandiri dari gedung Creative Center Timur ke gedung CADL dengan berjalan kaki, dengan gembolan properti exhibition di tangan satunya lagi.

Saat menunggu lift turun, muncul si Mas dan si Mbak yang waktu itu tea dengan manekin se-lift-eun.

👷 “Yang! Kenapa sih kamu mau-maunya ngerjain kaya gini!”
*Sambil ngeluarin manekin dari lift dengan emosi.

👯👯👯
*Melipir agak menjauh dari lift.

👷 “Kenapa bukan mereka aja sih yang bawa manekinnya sendiri kesini?!”
*(masih) ngeluarin manekin dari lift dengan emosi.

👸 “Biar sekalian Yang ... kita kan ada mobil ...”
*Sambil ngebenerin letak manekin yang dikeluarin Masnya dari lift.

👯👯👯 "Mereka sadar nggak sih ada kita disini? 
*Sambil saling menatap penuh arti.

👷 “Kamu tuh ya ... kebiasaan banget!
*(masih) ngeluarin manekin dari lift dengan emosi.

👸 “Nggak ada salahnya dong Yang... bantuin temen...”
*Duh ... baik banget nih si Mbaknya ... kaporit Minceu! 💘

👯👯👯 “Kayanya kita nggak dianggap deh”
*Sambil saling menatap penuh arti.

👷 “Emang mereka nggak mikir apa kita ini capek?!”
*(masih) ngeluarin manekin dari lift dengan emosi.

Eh. Belum sempet dijawab pintu lift-nya tertutup ...

👸 “Yang ... Yang ... Yang ...”
*Dan Mbaknya ngetok-ngetok pintu lift kaya ngetok pintu kamar.

Pintu lift sebelah terbuka, muncul temennya yang lain dengan manekin yang juga se-lift-eun.

👯👯👯
*Langsung nyamperin, bantuin ngeluarin manekin dari lift, estafet.

👷👸
*Ngeluarin sisa manekin dengan tergesa-gesa.
*Keduanya masuk ke lift.
*Dan manekinnya ditinggalin.

Bener-bener ya nih si Masnya ... Nggak tahu deh siapa yang masukin ke gudang, tapi kayanya temennya yang di lift sebelah.

Ketika kita (akhirnya) masuk lift ...

Udahlah ya nggak usah diceritain gimana pecyahnya isi lift 😂😂😂

Jadi intinya si Masnya agak keberatan dengan sikap si Mbaknya yang tenggang rasa, mau dititipin manekin sementara temen-temen yang lain bongkar properti exhibition. Sementara si Mbaknya mikir nggak ada salahnya bantuin temen toh kita ada fasilitas (mobil).

Bukannya kita nggak mau bantuin mereka, Cuma nggak enak aja ... bisi dikira ikut campur 😇 Nggak ngerti juga kenapa malah kita yang salting dan malu sendiri sementara mereka nggak. Bisa dibayangin ya ... Udah sore, gedungnya lagi sepi, Masnya ngomongnya sambil teriak sementara Mbaknya kalem. Iya sih, serasa dunia milik berdua, da kita (+bapak-bapak yang bertugas) mah Cuma penonton 📺

Mungkin dalam hati masing-masing “Ya Allah jauhkanlah hamba dari roller coaster relationship kaya barusan” 🙏

“Coba ya tadi kita insta story-in ...” 😼😶

*Kemudian terdengar suara mobil ngebut ...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Dari 20 orang peserta YCIFI Basic Fashion Course batch 2, yang officially ikutan exhibition ada 14 orang. Khrisna mengundurkan diri, Jeje tetep ikutan meski lagi magang di Bali (final project-nya ikut exhibition sedang raganya lagi galau asyik di pinggir pantai) dan yang 5 orang lagi nggak dihitung *eh. Bukannya jahat ya, tapi bagiku ini hal yang cukup mengganggu.

Saat exhibition ada 5 slot kosong di Basic Fashion Course batch 2, jangankan final project-nya orangnya aja kita nggak kenal. Seingatku mereka pernah datang beberapa kali di materi-materi awal, setelahnya lenyap nggak ada kabar, tapi absennya ada yang full. 

Kita sih menyayangkan sekali... ada banyak orang yang ingin mengikuti YCIFI Basic Fashion Course ini, semestinya kalau dari awal udah sadar kemungkinan untuk lanjutnya rendah lebih baik diganti dengan kandidat lain yang lebih sanggup. Karena nggak mudah menyisihkan ½ dari kuota untuk bisa lolos YCIFI Basic Fashion Course batch 2 ini.

Kalau alasannya adalah kuliah kesannya malah effortless, bukannya kita nggak pernah merasakan kuliah, di jurusan desain pula ya. Yang masih berstatus mahasiswa/i pun ada tapi mereka menentukan pilihan. Kaya Susy dan Shinjo yang menggugurkan salah satu mata kuliahnya demi YCIFI Basic Fashion Course batch 2. Tapi kalau dibandingin dengan Farah yang hijrah dari Bangka ke Bandung, ah da kita mah apa atuh...

Eh kok malah jadi curhat ya?

Final Project Exhibition ini dilaksanakan pada minggu-minggu terakhir bulan Ramadhan, karenanya yang berkunjung sedikit, kalau nggak keluarga ya teman dekat itu pun kalau belum pada mudik. Anyway... Makasih loh Kak Admin chat komplainnya sudah di-read.

Kalau dibandingkan dengan Advance, yang Basic memang kalah cetar tapi kita sih senang-senang saja, bangga-bangga saja... Karena kita tahu betapa sulitnya menghasilkan design yang sesuai dengan konsep. Nah, rata-rata kita gagal di eksekusi, karena kita terlalu terpaku pada mood board meski sebenarnya kita juga agak kurang sreg (dengan mood board yang dipilih). Mungkin karena itu ya jadinya kita ½ hati mengerjakannya...

Tapi bagaimana pun sebagai designer sekaligus yang mengerjakannya kita memiliki pertimbangan sendiri. Mungkin kita seharusnya asistensi detail-nya juga, karena bisa jadi hal-hal semacam itulah yang mengacaukan design secara keseluruhan. Kritik dan saran yang dilontarkan oleh mentor kita jadikan sebagai masukan, karena kalau menjadikannya sebagai ‘komentar netizen’ yang ada kita malah bakal uring-uringan terus. Toh, mereka melihat dari point of view bidang keahlian yang dimilikinya berdasarkan pengalamannya selama ini.

We trust you...
YCIFI and my dream... ✌









Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Semakin diundur malah semakin malay kan ...

Sebenarnya, kebanyakan dari kita final project-nya hampir selesai, at least sudah mencapai 80%-90% lah, namun karena diundur jadwalnya kita jadi malay ... nggak on fire lagi, maklum ya lagi puasa hehe

Nah. Karena kebanyakan dari kita juga belum punya pengalaman photoshoot maka diserahkanlah kepada yang sering. Memang ada beberapa orang yang sudah photoshoot duluan dengan pertimbangan jadwal dan tema yang berbeda, sisanya lanjut terus barengan.

Demi budget savings dan berbagai hal lainnya, kita minta Kinan untuk jadi modelnya hehe Dengan pertimbangan badannya Kinan yang petite ala manekin di lab, jadi at least baju yang kita bikin pasti muat di dia.

OK.

Model P

Photographer ?

(^.^): Ehm ... Krishna mau nggak jadi photographer kita? *pertanyaan H2C di grup WA
(*.*): Yuk ah ...
(*.*): Eh. Mau photoshoot dimana?

Err ... dimana ya? haha 
Jeje yang lagi magang di Bali sempet ngebantuin booking studio, Cuma sayang studionya penuh. Berdasarkan pengamatan via IG ada beberapa option studio yaitu @velluce @flashofoundationbdg @hipno, @unique dan @pixtoworld. Mungkin karena kita terlalu mepet booking-nya jadi nggak kebagian slot,  satu-satunya yang masih available ya di @pixtoworld.

FYI. Katanya baru kali ini Kinan photoshoot expression-nya sambil senyum, biasanya mah nggak karena picture image di socmed-nya nggak begitu. Dan katanya lagi, baru kali ini photoshoot bajunya banyak banget, biasanya 3-5 baju untuk sekali photoshoot dan itu seharian, lah ini ... 6 baju untuk photoshoot selama ± 2 jam.

Kalau kata Susy sih 3 M. Murah. Meriah. Muntah.


Thanks to Kinan yang mau-maunya jadi model ber-jama’ah meski udah photoshoot duluan, also thanks to Khrisna yang mau-maunya jadi photographer meski udah nggak ngelanjutin lagi. May the force be with you ... 

When my outfit cheering up my day ... aaeelah ... (ketika caption tak seindah kenyataan). 

Shoot me peace v(^.^)
What she need to be as sweet as Aelke is Pocari Sweat ...

Jump! Jump! Jump!

Nice shoes BTW :)


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates