Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Pernah nggak sih ingin baca artikel tapi kelupaan menyimpan link urlnya? Atau ada artikel yang sudah dibaca tapi ingin dibaca lagi kapan-kapan? Pasti sering ya ... apalagi saat ini hampir semuanya linked. Memang sudah ada fitur bookmark, tapi tidak semua ‘hal’ bisa disimpan menggunakan bookmark. Nah, hal itulah yang menginspirasi Nate Weiner menciptakan Pocket.

Di awal kemunculannya pada tahun 2007 aplikasi Pocket ini dinamai Read It Later, baru pada tahun 2010 developer memutuskan untuk merebranding Read It Later dan mengganti namanya menjadi Pocket.

Aplikasi Pocket untuk smartphone bisa didownload melalui Play Store, jika pencarian dengan keyword ‘Pocket’ tidak juga membuahkan hasil cobalah menggunakan keyword ‘Get Pocket’. Sedangkan untuk penggunaan di desktop, user hanya perlu mendownload Pocket button di situs resmi Pocket. Ketika menemukan link url yang akan disimpan user hanya tinggal mengklik Pocket button.

Aplikasi Pocket ini ditujukan sebagai tempat untuk menyimpan link url dari aplikasi multimedia seperti Twitter dan hasil dari Google search engine, lantas apa bedanya dengan bookmark? Bedanya adalah link url yang sudah disimpan melalui bookmark hanya dibuka ketika sedang online, sedangkan link url yang disimpan melalui Pocket bisa dibuka secara offline.

Namun, ada beberapa link yang hanya bisa dibuka saat sedang online saja. Salah satu kemungkinannya adalah download yang belum selesai. Seperti You Tube yang memiliki motto ‘save now, watch later’, Pocket juga memiliki motto ‘save now, read later’, untuk bisa dinikmati secara offline keduanya mendownload isi link url yang telah disimpan user.

Karena tujuan Pocket adalah untuk membaca link url yang sudah disimpan, maka user bisa menghapusnya jika sudah dibaca. Tapi jika ingin dibaca-baca lagi nanti bisa disimpan di bagian archive, untuk mempermudah pencarian link url yang disimpan user bisa menggunakan tag. Untuk fitur tag ini user hanya bisa mengedit (rename) di desktop sedangkan untuk android fitur tersebut tidak ada.

Untuk bisa menggunakan Pocket user harus membuat akun terlebih dulu, agar nanti ketika berganti gadget / device semua data yang sudah tersimpan tidak hilang. Selain itu user juga bisa membuka akun Pocket nya di desktop dan smartphone secara bersamaan.


Sebagai Pocket user sejak zaman kuliah lalu aplikasi Pocket ini sangatlah praktis dan berguna, terutama untuk menyimpan link url yang didapat dari timeline Twitter. And ... at least, tdak perlu merasa khawatir akan kehilangan data ketika switch device.

Trust me ... 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
So... where should I begin?

Somebody whose exciting turn into 27 has told me about “life begins at 27”, she seems happy and pretty when saying that. At that time I didn’t really notice because I’m still under 25 and 27 is a little far hehe

Then,

Suddenly I’m 27!

Time flies so fast. I still remember the day I write New Year's resolution at nearly midnight, trying to understand what I really looking for in the next year and trying to figure out what should I do to make it happen.

If you had been watching Forrest Gump, you must remember the scene when Forrest and his mother stay in bed before she is gone. She said “Life is like a box of chocolate, you don’t know what you get” to Forrest.

Yap, you don’t know what you get until you took and taste it.

Because in life, sometimes... you can’t have what you want because of a reason. Indonesian should know about Manusia yang merencanakan, Tuhan yang menentukan phrase that learnt in school. It means we are trained to accept that condition (of can’t have what you want because of a reason) undirect.

OK. Forget about the New Year resolution. Most of them failed no longer it was written.

What I write is not only about me for the next year, maybe it’s about my life for the rest. A new life statement that should be put on 5 cm from (my) forehead.

Work smart.

Play hard.

Running faster.

Why isn’t Eat. Pray. Love?

You know... It’s too Julia Roberts (^.^)

When technology makes life easier, there is a chance of impossible things. I want to be a smart worker on the minimax concept, it means a huge result without too much effort hahaha How did it become? By skills. So... I should gain skills until being an expert.

This is the best part, play hard. When traveling I always wondered that everything seems different and interesting from another angle. It brightens me because I’m on fire. No matter where is the destination, I wish to travel a lot.

Dear God. I wish... no, I request... a travelyfe partner who lives passionately, like Mario & Dita (^.^)

FYI. I’d like to write ‘nice to sea you’ rather than ‘vitamin sea’ on the Instagram caption.

Running faster means I should prepare myself to pursue my lost behind, the hiatus is very bothered me because it has taken so much time than it should be. There is a leap year of my lifeline. I want to be equal and more, even if it means I should work harder than others... twice or thrice.

Those are mine. So how about you?




I’m absolutely sure it would be an enchanted journey.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Memang sulit untuk mengucapkan kata perpisahan ,apalagi kita sebagai manusia memang sudah ditakdir kan untuk mencari sebelah tulang rusuk yang memang hilang dan diperuntukan untuk kita cari ,singkat kata kita telah menemukan tulang rusuk itu bukan dalam hal percintaan ato apalah tapi dalam hal persaudaran .

Memang semua orang tak pernah sesama dengan pikiran kita tapi sungguh saya merasa gelisah dengan keadaan hari yang terus berlalu berarti semakin dekat dengan waktu itu ,waktu yang tak bisa saya bayangkan,saya akan kehilangan jiwa saya tawa sedih saya dan semua memory yang telah menetap selama 6 taun dipikiran saya tentang kalian ,sungguh keadaan yang sangat tidak ingin saya rasa kan dan pikirkan.

 Memang  saya tak bisa memberikan apa2 untuk kalian , dan memang cukup sulit juga untuk  mengucapkan kata kalau saya sayang kalian ,saya butuh kalian sebagai pelengkap tawa saya sedih saya dan semua hal yang terindah dan ter puruk yang saya alami .....luph u mile^^

*surat ini diketik Pici di laptop sambil curi-curi waktu sebelum Tapantri (2008), gak sengaja ketemu waktu beres-beres folder, time fies ya sist ... sekarang udah 2017 aja dan kelakuan kita semua masih kaya gini. 😂
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Kalau Indonesia punya Ada Apa Dengan Cinta (AADC) dengan Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputranya, maka Thailand juga punya A Little Things Called Love. Seperti film remaja pada umumnya, A Little Things Called Love masih menceritakan tentang kisah kasih di sekolah, namun dengan versi yang lebih culun.

Khun Nam (Baifern Pimchanok Luevisadpaibul) yang baru saja masuk SMP tanpa sengaja bertemu dengan seniornya Khun Shone (Mario Maurer) sepulang membeli es krim, Shone memberi Nam buah mangga setelah menyelamatkan seekor kucing. Nam yang GR lalu jatuh cinta kepada Shone.

Nam dan adiknya Pang tinggal bersama ibunya sedangkan ayahnya adalah seorang koki yang bekerja di Amerika (yang kalau di fotonya kaya lagi di depan Rumah Makan Padang hehe). Melalui pamannya Chang, ayahnya berjanji jika salah satu diantara anaknya mendapatkan nilai terbaik akan diajak tinggal di Amerika.

Di sekolah Nam bersahabat dengan Cheer, Gei dan Nim yang dianggap sebagai underrate girls karena terlampau biasa. Suatu hari sepulang sekolah mereka mampir di library café dan mendengar percakapan meja sebelah tentang buku 9 Resep Cinta Untuk Siswa. Tak perlu waktu lama bagi mereka untuk mengamalkan setiap intruksi di buku tersebut.


Anak sekolah macam apa yang nggak punya gang? Haha teman-teman Nam berusaha untuk menolong Nam yang ingin PDKT kepada Shone. Banyak kejadian konyol terjadi saat mereka berusaha mengamalkan buku 9 Resep Cinta Untuk Siswa. FYI, this part is very crunchy.

Sayangnya, bukan cuma Nam yang naksir Shone, ada Faye yang terang-terangan PDKT dan caper (cari perhatian). Meski nyebelin abis, Faye ini selalu one step ahead dari Nam cs. Termasuk ketika memilih eskul, Faye dan Nam cs bahkan sempat berantem saat mengantri di tempat pendaftaran eskul tari.

Guru Inn (Sudarat Budtporm) yang eskulnya sepi peminat kemudian memaksa Nam cs yang didepak dari eskul tari untuk masuk ke eskul teater. BTW, guru Inn ini kelakuannya sengklek lah ... kocak dan banyak gaya, pokoknya centre of attention banget. Kalau ada Penghargaan Pemeran Pembantu Wanita Terbaik, she is very worthed.


Karena Nam pintar Bahasa Inggrisnya, guru Inn menunjuknya menjadi pemeran utama sebagai Snow White dan Koy sebagai pangerannya. Untuk mempromosikan eskulnya guru Inn menyiarkan rekaman pada saat pentas di jam istirahat sekolah. Nah, sejak saat itu Nam mulai banyak yang notice dan jadi siswi populer. From nothing to something gitu deh ...

Saat itu ada murid baru bernama Top, Top dan Shone adalah teman akrab karena pernah satu sekolah dan menyukai sepak bola. O iya, sebelum memiliki toko peralatan olahraga, ayah Shone dulunya adalah seorang pemain sepak bola terkenal.

Top dan Shone yang memang sebelumnya sudah eksis menjadi incaran para fans, termasuk diantaranya mayoret di sekolah. Kedua mayoret tersebut berkelahi hingga tidak bisa mengikuti perlombaan yang akan didakan sebentar lagi. Guru Inn lantas menunjuk Nam untuk menjadi mayoret.

Saat Valentine tiba, Nam mendapat banyak hadiah dari fansnya, tapi yang paling ditunggu adalah hadiah dari Shone. Ketika akhirnya Shone datang, Nam cukup terkejut karena Shone ternyata memberikan bunga beserta potnya, meski kecewa karena Shone bilang hadiah tersebut merupakan titipan temannya Nam tetap bersedia menerimanya.

Nam akhirnya malah dekat dengan Top yang naksir sejak melihat Nam latihan teater. Sama seperti si Cinta yang lupa dengan sahabatnya ketika kasmaran, Nam juga melewatkan ulang tahun sahabatnya Cheer karena diajak main oleh inner circlenya Shone dan Top.


Meski sempat marahan, Nam akhirnya berbaikan lagi dengan sahabat-sahabatnya. Terlebih lagi Nam memutuskan untuk menjauhi Top. Tibalah saat kelulusan, Nam mendapatkan nilai tertinggi sehingga ia akan pindah ke Amerika sedangkan Shone akan pergi ke Bangkok untuk sekolah sepakbola.

Sebelum berpisah Nam mengungkapkan perasaannya kepada Shone, tapi Shone bilang ia baru saja jadian dengan Pim teman dekatnya. Sudah jatuh tertimpa tangga, setelah mendengar penolakan Shone, Nam kecebur di kolam renang. Tapi, sebelum pergi ke Bangkok, Shone mampir di rumah Nam dan meninggalkan buku (atau scrapbook) miliknya di depan pintu rumah Nam.

Menonton A Little Things Called Love ini serasa bring back old memories, siapa sih yang belum pernah senyam senyum sendiri di depan kaca? Atau ngibrit ketika kesamprok kecengan? Ada masanya saat ingin banget nyapa tapi malah salting (salah tingkah) ½ mati pas ketemu, padahal ya kalau sekarang dipikir-pikir ‘yaelah ... gitu doang’.

Selain alur ceritanya yang sooo teenager , acting pemainnya yang natural menambah point pada film ini, meski agak janggal karena yang bertransformasi Cuma Nam seorang. A Little Things Called Love memberikan gambaran mengenai anak sekolah di masa kita (???) haha Yang hiburannya cukup dengan jajan sepulang sekolah, main ke rumah teman, main dandan-dandanan, lulur-luluran tapi nggak pakai make up kalau ke sekolah.

Anyway ... d(^.^)b
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
 
Sebelumnya, disarankan agar tidak menonton film Triad (2012) dengan anak di bawah umur, apalagi ABG labil dengan life style ala gangster karena kontennya yang sarat kekerasan. Bayangkan saja, hampir semua scene mempertontonkan adegan sadis yang berdarah-darah.

Mungkin kebanyakan orang mengenal Triad sebagai band peranakannya Ahmad Dhani, namun sebenarnya Triad adalah sebutan untuk gangster dari China sama seperti Yakuza dari Jepang. Di era 90an Triad pernah merajai Hongkong, hingga polisi pun tak berdaya dibuatnya.

Film Triad ini menceritakan tentang lika liku kehidupan Triad yang solid dan anarkis, masing-masing gangster berusaha mempertahankan wilayah kekuasaannya bagaiamana pun caranya. Meski sering terjadi konflik internal, musuh utama Triad adalah polisi yang ingin membasmi mereka.

William, Colin dan Kevin adalah tiga orang ABG yang bersahabat sejak duduk di bangku sekolah, suatu hari mereka mendapati ibu William yang berjualan di pasar dipukuli oleh angggota gangster karena tidak membayar uang keamanan, melihat hal tersebut William berusaha untuk membela ibunya sehingga terjadilah perkelahian.

Karena merasa terdesak, Colin menghubungi kakaknya yang merupakan anggota gangster Paman Ben.  William yang terkesan dengan pertolongan Paman Ben bertekad untuk menjadi anggota gangster. Awalnya paman Ben menolak niat William untuk bergabung karena William memiliki masa depan yang baik, namun dengan kegigihannya William akhirnya bergabung dengan Paman Ben setelah lulus kuliah.


Untuk saat itu, menjadi gangster dinilai lebih menjanjikan dan terhormat ketimbang manjdi karyawan biasa. Apalagi dengan kondisi Hongkong yang sudah dikuasai Triad, menjadikannya jalan pintas menuju kesuksesan.

Sebagai anggota gangster, tugas mereka sebenarnya hanyalah menjaga keamanan dan mempertahankan wilayah. Namun sebagai kawula muda yang haus eksistensi muncul keinginan untuk mendapatkan yang lebih lagi, mereka kemudian bekerja sampingan sebagai debt collector.

Salah satu target klien mereka ternyata berada di bawah lindungan gangster lain, dari situ muncullah berbagai permasalahan yang akhirnya memicu perkelahian antar gangster yang... mirip dengan tawuran anak SMA. Mereka datang bergerombol dan berhadapan face to face sambil membawa senjata tajam (-___-) kemudian berkelahi di tempat umum.

Selain itu William terlibat masalah dengan Irene karena menyelamatkan Michelle, Irene adalah satu-satunya ketua gangster wanita di Triad. Belum lama berselang, para ketua Triad memutuskan untuk melakukan regenerasi dan mencari pemimpin yang baru (Kepala Naga).


Masing-masing gangster saling bersaing untuk menjadi menjadi Kepala Naga, termasuk juga William. Keadaan menjadi kacau karena persaingan yang tidak sehat, puncaknya ketika Kevin terbunuh saat mencoba menyelamatkan William. Yang terjadi selanjutnya adalah perkelahian antar gangster (lagi) yang dilakukan secara terang-terangan.

Ternyata menonton film Triad membuat lelah ya haha Dari awal cerita sampai akhirnya kita akan disuguhi tontonan yang cukup membuat hati ciut, apalagi ketika scene bunuh-bunuhan, seakan-akan nyawa manusia nggak ada artinya. Sampai kepikiran ‘emang bener ya dulu Triad kaya gini?’

But most of it all, film Triad ini memiliki alur cerita yang apik dan mudah dicerna, penggambaran Triad dan perkelahian antar gangsternya juga OK. Oh iya, satu lagi, jangan coba-coba menonton film Triad dengan orang tua IYKWIM

FYI. Film Triad belum pernah ditayangkan di TV ya, (as far as I know)  stasiun TV yang pernah menayangkannya adalah Celestial Movie. So... Happy streaming (^.^)v
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Ehmm ...

It’s K-drama! Hard to admit bahwasanya ada juga drama Korea yang worth to watch and review J A Gentleman’s Dignity (2012). Kalau biasanya K-Drama tokoh utamanya adalah seorang cewek / wanita maka kali ini tokoh utamanya adalah lelaki ... paruh baya. Karena menggunakan POV (point of view)  of those ahjussi, maka penonton akan diajak untuk melihat how men sees womens J

Menceritakan tentang kehidupan  4 orang lelaki paruh baya yang berteman sejak sekolah, yaitu Kim Do Jin (Jang Dong Gun) seorang arsitek, Im Tae san (Kim Soo Ro) seorang kontraktor, Choi Yoon (Kim Min Jong) seorang pengacara dan Lee Jung Rok (Lee Jong Hyuk) owner Mango Six (café).

Kalau F4 adalah gang anak muda, kaya dan berbahaya yang diendorse orang tuanya, maka mereka ini adalah F40 haha Kebalikan dari F4, ahjussi ini paruh baya, memiliki karir yang baik dan gemar ngeceng. Sedikit mirip dengan The Loft, namun dengan versi yang lebih kocak dan santai.


Karena bekerja di bidang yang sama, Kim Do Jin dan Im Tae San menjadi partner dan membuka perusahaan kontraktor. Suatu hari tanpa sengaja ia bertemu dengan Seo Yi Soo (Kim Ha Neul) seorang guru etika SMA and fallin’ at the first sight. Sayangnya, guru Seo ini naksir dengan Im Tae San yang menjadi teman main baseballnya.

Nah, Im Tae San yang nggak ‘ngeh’ kemudian berpacaran dengan Hong Se Ra (Yong Se Ah), seorang  pegolf professional yang menjadi teman serumah guru Seo. Kim Do Jin dan guru Seo kembali dipertemukan oleh insiden salah satu anak didiknya, Kim Dong Hyub (Kim Woo Bin).

Diantara temannya Choi Yoon adalah yang paling kalem, ia masih berduka atas kematian istrinya dan fokus di pekerjaannya. Adik Im Tae San yaitu Im Meari (Yoon Yi Ji) diam-diam naksir dengan Choi Yoon sejak duduk di bangku sekolah, ia sering curhat dengan guru Seo yang saat itu menjadi wali kelasnya.

Satu-satunya yang settled adalah Lee Jung Rok, ia menikahi Park Min Sook (Kim Jung Nan) seorang wanita kaya raya yang memiliki usaha di bidang properti. Meski sudah menikah Kim Jung Rok tetaplah seorang playboy, setiap kali ketahuan selingkuh istrinya selalu mengancam akan menceraikannya dan membuatnya jatuh miskin.

Karena usaha Kim Do Jin dan Im Tae San berada di wilayah kekuasaan istrinya Lee Jung Rok, maka mau tak mau mereka semua harus bahu membahu menutupi aib Lee Jung Rok. All for one and one for all.

Di tengah perjalanannya untuk settle: Kim Do Jin dan guru Seo yang memutuskan untuk berpacaran (officially), Im Tae San dan Hong Se Ra yang akan menikah meski masih sering putus nyambung, Choi Yoon dan Im Meari yang berusaha mendapatkan restu Im Tae San serta Lee Jung Rok dan Park Min Sook yang sedang memperbaiki hubungan. Muncul seorang anak lelaki bernama Colin (Lee Jong Hyun) yang mencari tahu siap ayah kandungnya.


Colin adalah anak dari Kim Eun Hee (Park Jo Mi), wanita yang pernah jadi kecengan ahjussi F40. Meski masing-masing pernah menyukai Kim Eun Hae, ayah kandung Colin adalah misteri. Siapa diantara ahjussi tersebut yang menjadi ayah kandung Colin?

Dengan datangnya Colin dan misteri siapa ayah kandungnya, hubungan ahjussi F40 dengan pasangannya mulai goyah, mereka mempertanyakan siapa diantara pasangannya yang menjadi ayah kandung Colin.

Mungkin karena tokoh utamanya adalah paruh baya, maka penonton tidak akan disuguhi adegan menye-menye tapi klise. Secukupnya. Walau tokoh utamanya terdiri dari 4 orang, pembagian porsinya balance jadi tidak terfokus pada satu orang saja. Then, ahjussi F40 ini kece-kece hehe lebih kece ketimbang oppa-oppa cantik (^.^)


FYI. The most interesting part di A Gentleman’s Dignity ini adalah teaser di setiap awal episode, konyol dan menghibur.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Kalau masih ada yang  mengeluh gambarnya masih belum bagus padahal toolsnya udah keren, coba deh ganti kertasnya.

Meski tergolong artpaper, tidak semua kertas cocok digunakan untuk sketching. Untuk watercolor kertas yang digunakan biasanya lebih tebal dan empuk karena harus bisa menyerap banyak air, sedangkan untuk marker, pen atau pencil yang termasuk golongan kering (dry)menggunakan kertas yang lebih tipis dan licin.

Aku mulai mengenal berbagai jenis pewarna dan kertas  serta berbagai teknik penggunaannya ketika kuliah. Diantaranya adalah cat air (water color), cat minyak (oil color), cat poster (gouache), pensil warna (coloring pencil), tinta (ink), crayon (oil pastel), soft pastel, charcoal, dan marker. Kertasnya  menggunakan kertas Concord, kertas Linen, kertas Canson, kertas Kalkir, kertas Roti dan kertas Padalarang.


Namun karena akses yang terbatas aku kini memilih untuk menggunakan sketch book, selain karena terlihat rapi dan praktis sketch book juga mudah ditemukan di toko stationary. Berbeda dengan  membeli kertas ukuran A0 di Balubur, meski harganya jauh lebih murah bawa pulangnya itu lohh ... ribet.

Then, setelah mencoba beberapa sketch book dari berbagai brand, aku masih merasa kurang puas karena produknya kurang ‘pas’. Ada sih beberapa yang memang bagus dan sesuai standar, selainnya tidak sesuai dengan spesifikasi yang tertera di packagenya. FYI. Tidak semua sketch book dengan embel-embel watercolor benar-benar cocok untuk watercolor.

Karena hal itu aku mencari option lain mengenai sketch book yang sesuai untuk sketching. Based on my research on IG hehe kebanyakan illustrator atau sketcher menggunakan moleskine untuk sketch booknya.

Moleskine Pacman edition (Google.com)

Moleskine?   
        
Moleskine adalah salah satu produk stationary asal Italia yang menjadi acuan note book atau journal saat ini karena desainnya yang classic. Pada awalnya moleskine digunakan untuk para penyair, thinker dan artist sejak era Van Gogh, yang artinya moleskine sudah ada sejak ±2 abad yang lalu, that is why moleskine mengusung tagline “legendary notebook”.

Mengikuti perkembangan zaman, moleskine kini hadir dengan desain cover yang lebih luwes dan hype. Seperti Doraemon, Hello Kitty, Star Wars, Avenger, Disney, Batman etc. Harganya? Tergantung ukuran sih ... tapi tetep ya ... termasuk mahal, untuk ukuran pocket sizenya saja harganya diatas Rp. 200.000 dan itu bukan yang limited edition.

Karena harganya yang lumayan itu jadilah aku mencari second option, setelah mencari-cari (termasuk ngepoin IG para sketcher) akhirnya aku menemukan scribble book yang diproduksi oleh Area 52, sebuah local brand asal Bandung.

Untuk saat ini ada 4 jenis scribble book yang ditawarkan oleh Area 52 Studio, yaitu scribble note, scribble book classic, scribble book watercolor dan scribble book multipaper.


Karena ingin mencoba semua coloring tools yang aku punya, aku akhirnya memilih scribble book multipaper.

BTW. Area 52 juga berkolaborasi dengan local artist merilis limited edition scribble book, bedanya dengan scribble book biasa adalah ilustrasi yang terdapat di halaman depannya.

Kalau sering feed walking di IG pasti tahu lah ... @toolkit04 (Andhika Nugraha), @iqbal_amirdha (Mochamad Iqbal Amirdha) dan @coretannino (Nino Puriando) . Yap. @toolkit04 adalah salah satu illustrator Indonesia yang berprestasi, salah satu karyanya adalah comission artwork untuk meet and greet Linkin Park fan base di Jerman.


So far aku cukup excited menantikan scribble book dikirim ke rumah dan setelah dicoba hasilnya pun tidak mengecewakan. Watercolor papernya sesuai dengan pakem waktu kuliah dulu hehe...

Finnaly arrived :) 

💓 the words

Back pocket + trading card inside

OK. Yang dibawah ini baru permulaan X) sisanya lanjut di @virtualholyday ya...

First sketch...
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Kadang suka heran dengan cowok masa kini, nggak mau kenalan dibilang sombong, nggak mau ngasih nomor handphone dibilang sombong, nggak mau ngasih tahu chatting id dibilang fakir kuota. Jirr ... Berat banget ya hidup di masa harta, tahta dan kuota kaya sekarang ...
FYI. I have a scanner on my eyes. Kalau sekiranya nggak penting-penting amat atau presentase kemungkinan bakalan lanjut apa nggaknya rendah, ya mending dicut dari awal. Tahu kenapa? Karena hidup terlalu singkat untuk dijalani dengan orang yang salah.
I don't give a sh*t. I give a statement.
And please ... be a smart guy. Sekarang kita hidup di zaman mana sih? Udah jelas ngeadd chatting ID yang pake nama asli, MASIH NANYA “ini Lestari yah?” Hedehh ... yakali admin olshop gak ketahuan namanya siapa.
Yang suka kirim kata-kata sok puitis buatan sendiri atau copas dari quote di group chat ... maaf anda tidak lolos di tahap ini, silahkan mencoba lagi di lain kesempatan. Bukan bermaksud untuk menyepelekan ya, tapi dengan standar bacaan dan diskusi berkepanjangan tentang segala hal “Plis deh lo pikir gue anak SMA yang seneng banget disekilin macem Zaskia Gothik?”
BTW. Kita hidup di zaman mana sih?
Yang suka background check pasti tahu aku ini pernah tinggal di pesantren, tapi ya namanya juga manusia yang tidak luput dari salah dan lupa, gak semuanya pelajaran bisa diingat kali. Seiring pilihan hidup dan waktu yang berlalu ... mungkin hanya sepersekian persen yang diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Oh, kamu lulusan pesantren ya? Pinter dong Bahasa Arabnya? Suka ngisi ceramah dimana? Belajar Sharaf juga gak? Emang dulu belajar kitab kuning yang mana? Bisa baca arab gundul kan? Kapan-kapan mau diajarin Nahwu lah ... Selama di pesantren udah belajar apa aja? Eh, kalau kelasnya dipisah berarti gak kenal cowok dong? (-_-) Emang bisa ya pacaran di pesantren?
Waktu di pesantrennya dulu masaknya pake batu ya? (eitss, pasti yang ini nyangkanya pesantren kobong deh ... ) Emang pesantrennya dulu bebas banget ya? Pantesan bajunya sekarang nggak syar’i ... Kok ada ya pesantren kaya gitu? Dimana-mana juga pesantren mah harus prihatin, masak sendiri, nyuci sendiri, ngambil air sendiri, jemur kasur sendiri, kalau udah beres ngaji bantu-bantu ustadznya ngurus kebon sama ngasih makan kambing.
Yaawla ... Kita hidup di zaman mana sih?
Minggu pertama datang pake motor, ingin ngajak jalan. Tapi dicuekin karena ingin nonton The Maze Runner di FOX. Minggu kedua datang pake mobil, ingin ngajak jalan. Tapi dicuekin karena ingin nonton Hunger Games di FOX. Minggu ketiga datang pake mobil yang lebih baik dari minggu kemarin, ingin ngajak jalan. Tapi dicuekin karena ingin nonton Captain America - Civil War. Minggu keempat? BYE!
Menonton (expired) premiere movie di FOX sambil ngemil keripik pisang lebih menarik ketimbang ngobrol nonsense sambil makan makanan yang nggak ngenyangin.
Things doesn’t impress me. But people does.
BBB (Basa Basi Busuk) pada umumnya diawali dengan “Non, apa kabar?” kemudian “Sombong ya udah lama gak ada kabar ...”. Ketika chat hanya dibalas secukupnya tapi curhat ke temennya usahanya tidak membuahkan hasil.
Please ... Kita hidup di zaman mana sih broh?
Chat nggak dibalas, masih ada sms. Sms nggak ditanggepin, masih ada telepon. Telepon direject, masih ada Skype. Skype diignore, masih bisa kali kesini. Nggak kepikiran ya? hahaha Kalau Cuma sms atau chat mah si Mimin juga bisa meur ...
Eh, kita hidup di zaman mana sih?
(>.<) : Lagi apa?
(^.^) : Hmm ...
(>.<) : Ganggu gak?
(^.^) : Iya ganggu.
(>.<) : Emang lagi ngapain?
(^.^) : Lagi sibuk.
(>.<) : Sibuk?
(^.^) : Sibuk.
(>.<) : ???
(>.<) : ???
(>.<) : ???
(>.<) : Sibuk apa?
(^.^) : “click” *block this user
Peka dikit napa? Sibuk itu statement keleusss ...
Chat nggak dibalas malah ngadu ke orang tua. Syamvahhh. Pernah mikir nggak sih kalau chatting itu adalah komunikasi 2 arah, It’s only you and me, only ya bukan between. Emangnya chatting di group, semua orang bisa ikutan nimbrung.
Ada yang kecewa karena hanya ditanggapi seadanya, lantas sombong “Yang mau sama aku juga banyak”. Please, don’t fooling yourself with your ... ehm .. dumbness. Lah situ kalau emang laku ngapain ngechat sini?
Kita hidup di zaman mana sih? *flat face bukan flat earth
Some peoples think I’m so hard.
...
...
...
Yes. I did.
Ya iyalah. I couldn’t give someone a shortcut hanya karena dia (misal) kenal dengan orang tuaku, dengan saudara/saudariku atau dengan temanku. Semua orang memiliki kesempatan yang sama. Karenanya juga aku harus bersikap fair.
Bukannya membandingkan, tapi kalau yang yang lain mampu, why don’t you? Dan kalau memang tidak ingin dibandingkan, don’t make me ...



I’m Daryl Nixon. I don’t fall easily.
x
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Status sosial seseorang bisa dilihat berdasarkan akun sosial medianya, semakin keren akun sosial medianya maka akan semakin keren pula hidupnya, setidaknya itulah yang memotivasiku untuk jadi social media junker. Berbagai macam social media pernah aku sambangi, dari yang sedang hype sampai yang ecek-ecek.

Katakanlah Friendster, Facebook, Fupei, Plurk, Temanster (serius ... ini pernah ada), Zello, Twitter, E-Buddy, Path dan lain-lainnya yang aku lupa namanya pernah  oprek. Mau penting atau nggak harus punya akunnya, I want peoples know I was there.

Tapi itu dulu ya ... Sebelum akhirnya aku sendiri gerah.

Salah seorang temanku, yang aku follow akun Twiternya dengan tulus ternyata tidak pernah follback. 

Well ... mungkin ia sibuk atau nggak ‘ngeh’ dengan user name yang aku pakai. Itu hal yang biasa kan? Yang tidak biasa adalah dia juga tidak follback teman-temanku sekalian, satu-satunya teman seangkatan yang difollback olehnya adalah mantan kecengannya.

Kecengan yang sebenarnya nggak ngecengin dia *sigh

Kelihatannya receh banget ya bete gara-gara nggak difollback. But give me a reason why you should to choose for not follback me. Mungkin dia gengsi. Mungkin dia khawatir. Mungkin dia takut. Kalau  suatu saat nanti kita keceletot dan mengumbar aib masa lalunya. #eh ...

OK, I’ll considering about that  hehehe

Salah seorang lainnya berusaha menutupi masa lalunya dengan tidak mencantumkan nama sekolah yang telah memberinya gelar,  entah itu sengaja atau tidak, terselip harapan netizen (yakali artis) won’t notice. Bagi yang tidak tahu mungkin tidak akan menjadi masalah, tapi bagi yang tahu ... pasti mengangkat alis, dilanjut dengan ekspresi *smirk kalau nanti bertemu.

BTW, the more you hiding, the more we seeking.

Ketika masih kecil aku suka menonton beauty pageant di televisi, demi melihat wanita dengan standar 
3 B (brain, beauty, behaviour) melenggang di atas catwalk itu aku bahkan rela begadang. Dan diantara semua pemenang beauty pageant tersebut, ada salah satu jawaban finalis yang membuatku terkesan sampai saat ini.

Pada tahap grand final semua finalis mendapatkan pertanyaan yang sama “if your life was a movie, which part of the movie would you rewatch or remove? Please answer and give a reason?”

Finalis pertama menjawab “I want to rewatch the happiest part of my life, the family part because I love them so much and I want to make it stay forever”.

Finalis kedua menjawab “I want to watch the happiest part and remove the saddest part because everybody deserved to be happy, no one want to have the sad part of their life”

Finalis ketiga menjawab “I want to watch from beginning, I don’t want to rewatch or remove any part because no matter how happy I am or how sad I am, it is my life”.

Tentu saja semua juri setuju untuk memberikan gelar beauty pageant kepada finalis ketiga yang berasal dari Russia, selain memiliki 3 B ia juga memiliki pandangan yang realistis.  

Setiap orang berhak menentukan jalan hidupnya msing-masing, terserah mau menjalani hidup yang seperti apa atau dengan cara yang bagaimana. Terserah ... Namun, menghilangkan salah satu part (dalam hidup) tidak akan lantas membuat hidup seseorang menjadi sempurna. Perfect is imperfection.

Kadang aku bingung ‘ada apa sih dengan orang-orang ini?’

Kalau dulu kita menggunakan social media untuk bersosialisasi, yang pure untuk mencari teman dan menemukan teman lama, kini social media bergeser ke arah sebaliknya, menunggu untuk ditemukan. In viral lyfe you could be anything you want to be, termasuk pencitraan atau bahasa kekiniannya self(ish) branding.

Di pelajaran Sejarah SD, ada istilah kasta yang digunakan dalam masyarakat Hindu, kasta sendiri adalah tingkatan atau golongan orang-orang dengan spesifikasi tertentu dalam tatanan masyarakat. Kasta ditentukan berdasarkan family root (nenek moyang) dan bersifat permanen, yang artinya adalah takdir.

Seperti fashion cycle yang berulang, kasta kini muncul dalam bentuk yang lebih borderless. Orang sudah bisa memilih di kasta mana ia akan berada, mau low class, middle class atau high class sekalipun bisa ... tergantung check in dan photography sensenya.

Masih temanku, ia mewanti-wanti agar aku tidak mengetag fotonya yang (menurutnya) nggak cantik dengan alasan khawatir distalking gebetan atau rivalnya, ia juga memintaku menghapus tag pada semua fotonya dengan alasan yang sama. Hell ohh ...

Satu-satunya alasan yang reasonable kenapa ia melakukan hal seperti itu versiku, adalah karena ia juga melakukan hal yang sama pada gebetan atau rivalnya. Membanding-bandingkan dan mencari celah ‘nggak siap jepret’ yang diyakininya sebagai cela sosial.

Ia juga menggunakan fitur fake GPS untuk check in palsu, nonton film bajakan di kosan berasa lagi nonton premiere di bioskop, makan di warteg depan gang berasa lagi makan di cafe terhits seBandung raya. Yaelahh Mbak ... beban gengsinya berat bener ...  


So, never judge someone based on their social media account, mungkin itu hanya pencitraan ...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Ketika curhat penghujung tahun lalu adalah urusan “beli mobil dulu apa rumah dulu?”, maka curhat awal tahun ini dibuka dengan keresahan ala living on denial-nya Francis Lim. Belum lagi urusan birthday trip sekaligus bachelorette trip-nya Pici yang terancam gak jadi karena bridesmaid-nya absen ngurusin nikahannya sendiri.

Mungkin bagi sebagian orang tua yang anaknya masih single (and enjoying their life happily) adalah beban jika harus mengatakan: ya... nanti kalau sudah waktunya pasti menikah kepada pemirsa sekalian yang senang menonton kehidupan orang lain. Mereka yang bangga dan mengomentari sana sini karena anaknya menikah tepat waktu sesuai standar sosial. 

Eh, tapi gimana kalau anaknya nggak menikah tepat waktu? Apakah jawabannya: ya... nanti kalau sudah waktunya pasti menikah juga?

Just a question. Orang lain bahagia karena kita bahagia? Atau kita bahagia karena orang lain bahagia?

Pernah gak sih kepikiran, kalau ternyata kita nggak akan pernah hidup bahagia kalau bukan (menjalaninya) dengan orang yang diinginkan? Pernah gak? How if I’m not happy as I should be... why should I forced to be happy because it’s what peoples expect from me? I’m happy because I want to not because to.

Tapi balik lagi sih, it’s a life decision. Memilih untuk tidak bahagia juga adalah pilihan. There is a doubt on everything. Termasuk dalam memilih pasangan hidup. Kaya travelling, bukan kemana tujuannya tapi dengan siapa. Nah, untuk yang udah nikah, tahu dari mana pasangan yang sekarang itu jodoh? Yakin beneren jodoh? 😁.

***

“Cis, what made you fell in love with Inez? Apa karena elo itu udah punya karier? Udah punya green card? Dan lo butuh Inez sebagai pelengkap hidup lo, Cis?” Berondong Sisi.

“Hhhhmmm...”

“I think you are on denial, Cis... Elo ngerasa kalo elo tuh mesti move on dari seseorang... Dari what’s her name? Retno?” Lanjut Sisi.

“Si... Hhhhmmm...”

“Semua orang tahu betapa elo hancur... Berkali-kali pula... Oleh Retno. Dan kita semua happy melihat elo jatuh cinta lagi dengan orang lain. Menikah dengannya. Moving on. But if you’re having doubts... Well”

“...“

“Apakah lo sudah bener-bener move on dari masa lalu lo?”

Good question.

“You’re not in love, Cis... You just like the idea of falling in love with Inez”

“...”

“Membuat lo mengira bahwa elo sudah move on dari masa lalu lo”

Good point.

“Apa sih diem aja ?!? Respon kek!”

Semua yang dia katakan, menohok. Aku melayangkan pandanganku ke orang-orang di New York yang lalu lalang. Bertanya dalam hati apakah hidup mereka sebegini complicated. Angin meniup daun-daun yang mulai gugur, apakah angin itu bisa memberikan jawaban pada Sisi? No.

“Hhhhmmm... Gue gak ngerti mesti ngomong apa, Si. Kayaknya apa yang elo omongin itu bener semua... I just like the idea of falling in love... Hhhhmmm... With someone else.”

Untuk perasaanku terhadap Inez, aku memang bebal. Ini bukan kali pertama Sisi mengingatkanku. Sambil menerawang aku memperhatikan interior tempat ini. Sudah pukul sepuluh pagi tapi orang-orang masih saja mengantre dari tadi untuk menikmati berbagai sandwich atau cold cuts seperti salami, turkey atau roast beef dari delicatessen yang sudah terkenal sejak tahun 1888 ini.

“Can we please change the subject?”
“Can you please control your destiny?”

***

We always question life, but can life question us?

Can life question you?

***

Mengapa peluk diketatkan, sedang hati tak sampai
(Sapardi Djoko Damono)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ▼  2017 (76)
    • ▼  Jan (10)
      • Living On Denial
      • A Fake (Virtual) Life 2
      • Kita Hidup di Zaman Mana sih?
      • Pilah Pilih Sketch Book
      • A Gentleman's Dignity
      • Triad
      • A Crazy Little Things Called Love
      • Surat Urang Jang Maneh
      • Work Smart, Play Hard, Running Faster.
      • Pocket
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ►  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ►  Apr (1)

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates