Hello~
Setelah berbulan-bulan nggak nonton di bioskop akhirnya aku ke bioskop lagi, apalagi kalau bukan gegara The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes. Meski kutahu nantinya film ini akan tersedia di layanan streaming kurasa akan lebih menyenangkan kalau menontonnya di bioskop, beda aja gitu feel-nya. Layar bioskop yang luas nggak bikinku pabeulit antara nonton filmnya atau baca teksnya.
Sayangnya, The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes hanya ditayangkan di Cinema XXI jadi ya mau nggak mau aku mesti nonton ke BIP. Aku nonton di weekdays karena khawatir di weekend tetiba line up filmnya udah berubah. Tahu sendiri yekan, warga +62 lebih antusias nonton film-film horror yang saban hari diceng-cengin Cine Crib. Selain itu aku ingin nonton dengan khidmat tanpa mesti jengkel perkara orang tua sableng yang membawa anaknya nonton film R+13.
Pulang ngantor aku langsung caw ke BIP pake TMP, rutenya udah aman dan bisa dilewati soalnya tadi pagi ada kebakaran yang cukup besar di daerah Pecinan Lama yang mana merupakan rute regular-nya TMP. Sesungguhnya aku nggak faham mengapa studio Cinema XXI AC-nya kini nggak dingin, aku sampai melepas parka gegara kepanasan padahal byasanya AC-nya Cinema XXI bisa bikin masuk angin.
Mari kita throwback ke… 11 tahun yang lalu, saat The Hunger Games baru aja dirilis.
WHERE IT BEGAN
Di weekend basah (saat hujan turun sesuai skema pergantian musim) mama mengajakku dan Widy untuk quality time sekalian bertemu dengan temannya di Ciwalk. Karena bingung mau ngapain akhirnya kita memutuskan untuk nonton The Hunger Games, mengikuti rekomendasinya Ichi. Yaudalaya… akhirnya kita berempat nonton The Hunger Games polosan tanpa terpapar spoiler.
Mon maap… The Hunger Games bukan film untuk anak-anak, bukan pula film untuk orang tua wkwk Untuk anak muda pada masanya *macem kita tentcunya The Hunger Games masih OK, namun untuk orang tua kurang cocok sebab bikin kaget dan banyak scene yang Afgan, mana kita nontonnya agak depanan. Beruntung kita berdua nggak kena omel perkara salah pilih film 😅.
Sejak saat itu aku mengikuti sekuelnya The Hunger Games sebagaimana aku mengikuti The Twilight Saga dan Divergent. Aku menonton semua filmnya di bioskop, makanya kalau nonton The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes via layanan streaming (nanti) feel-nya nggak akan nyampe. Heran juga mengapa filmnya cepat bocor, di TikTok potongan scene (yang bukan trailer) udah berkali-kali masuk FYP.
THE HUNGER GAMES TRILOGY
The Hunger Games adalah film yang diaptasi dari trilogy karya Suzzane Collins, ada 3 buku yang dirilis yakni: The Hunger Games, The Hunger Games: Catching Fire dan The Hunger Games: Mockingjay. Untuk The Hunger Games: Mockingjay dipecah menjadi 2 parts, sehingga dibutuhkan waktu 4 tahun untuk menyelesaikan trilogy-nya. sebagaimana yang terjadi pada Harry Potter and The Dealthy Hallows.
The Hunger Games bercerita tentang permainan mematikan dimana semua pesertanya saling membunuh untuk memenangkan permainan. Setting The Hunger Games adalah sebuah negara dystopia bernama Panem yang dipimpin oleh president Snow. Pusat pemerintahannya bernama Capitol yang ‘hidup’ di atas sokongan ke 12 distrik di bawahnya. Nggak usah ditanya seberapa jauh kesenjangan yang tercipta karena Capitol vs 12 distrik lainnya udah macem: aku pure blood – kamu mud blood.
Distrik 1 – Luxury
Distrik 2 – Masonry
Distrik 3 – Technology
Distrik 4 – Fishing
Distrik 5 – Power
Distrik 6 – Transportation
Distrik 7 – Lumber
Distrik 8 – Textiles
Distrik 9 – Grain
Distrik 10 – Livestock
Distrik 11 – Agriculture
Distrik 12 – Mining
Setiap tahun Panem mengadakan The Hunger Games sebagai upaya mass control dimana setiap distrik mengirimkan 2 utusannya (1 laki-laki, 1 perempuan) yang dipilih melalui undian di Reaping Day. Semua anak yang mengikuti Reaping Day berusia 12-18 tahun, nggak ada pengecualian atau pun pengampunan bagi mereka yang mangkir.
Cerita bermula dari distrik 12, saat Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) mengajukan diri secara sukarela untuk menggantikan adiknya Primrose Everdeen (Willow Shields) yang terpilih pada Reaping Day di tahun pertamanya. Katniss dan Peeta Mellark (Josh Hutcherson) adalah tribute dari distrik 12 yang akan mengikuti Hunger Games ke 74 di Capitol, mereka dimentori oleh Haymitch Abernathy (Woody Harrelson) dan Effie Trinket (Elizabeth Banks).
Meski setiap distrik mengirimkan 2 tribute hanya ada 1 orang yang akan menjadi pemenangnya, to be honest… The Hunger Games memang timpang sejak awal. Distrik-distrik yang kaya mempersiapkan anak-anaknya dengan berbagai latihan yang akan membantunya saat menjalani Hunger Games. Sedang distrik-distrik kere, boro-boro memikirkan persiapan yang ada anak-anaknya pada kelaparan dan sakit-sakitan.
Singkat cerita Katniss dan Peeta memenangkan Hunger Games ke 74 dan kembali ke distrik 12. Sialnya, di tahun berikutnya mereka mesti mengikuti Hunger Games Quarter Quell yakni Hunger Games special edition yang diadakan setiap 25 tahun. Bhang-kek memang haha Katniss, Peeta dan tribute sekutunya kemudian bergabung dengan rebellion (pemberontak) di bawah Alliance yang dipimpin oleh president Alma Coin (Juliana Moore) di distrik 13.
Aku nggak akan me-review film The Hunger Games trilogy ya karena pasti panjang banget… sampai sini aja udah lebih dari 750 kata. Sezuzurnya aku heran mengapa nggak pernah bikin post tentang The Hunger Games padahal doi adalah trilogy favorite-ku. Tribute favorite-ku adalah Johanna Mason (Jena Malone) dan Finnick Odair (Sam Claflin), BTW kalyan bisa baca post-ku tentang film Sam Claflin yang Me Before You disini.
Kalau kalyan ingin nonton The Hunger Games trilogy-nya bisa dicek niya layanan streaming kesayangan kalyan (termasuk jaringan link haram) harusnya sih udah ada. Kalau kalyan ingin baca buku fisik bisa dicari di Gramedia atau pinjam ke teman yang punya, sedang versi PDF-nya bisa dicari di IPusnas atau Shopee.
THE HUNGER GAMES: THE BALLADS OF SONGBIRDS & SNAKES
Karena belum membaca bukunya, aku belum bisa membandingkan keakurasiannya atau part mana aja yang nggak ada filmnya. Di The Hunger Games: Mockingjay part 2 Finnick nge-spill seculas apa president Snow dalam meraih dan mempertahankan kekuasaannya. Nah, The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes ini adalah film yang menceritakan turning point-nya president Snow sebelum menjadi pemimpin Panem.
Coriolanus (Coryo) Snow (Tom Blythe) adalah seorang anak cerdas yang kehilangan kejayaan keluarganya pasca kematian ayahnya Crassus Snow saat terjadi pemberontakan di distrik 12. Coryo tinggal bersama neneknya (Finnoula Flaganan) dan sepupunya Tigris Snow (Hunter Schafer) di rusun, meski hidup ala BPJS Coryo berhasil mendapatkan nilai terbaik di akademi dan digadang-gadang akan mendapatkan Plinth Prize.
Sayangnya, tahun ini ada peraturan baru dimana Plinth Prize hanya bisa didapatkan melalui Hunger Games, semua siswa di tahun terakhir akademi mesti menjadi mentor bagi semua utusan distrik. Entah bagaimana sistem pengundiannya, namun Coryo berakhir menjadi mentor bagi Lucy Gray Baird (Rachel Zegler) tribute dari distrik 12.
FYI
Lucy Gray bukanlah warga asli distrik 12, ia adalah bagian dari kaum Covey yakni kaum pemusik yang nomaden. Keterlibatannya di Hunger Games terjadi karena cinta segitiganya dengan Billy Taupe dan Mayfair Lipp (Isobel Jesper Jones) yang mengingatkanku pada filter IG, errr… 10 tahun yang lalu. Pada ngeh nggak sih? di The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes, Suzzane Collins menamai karakternya dengan nama warna?
Secara timeline, The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes ini statusnya adalah prekuel dari The Hunger Games trilogy, that’s why arena-nya masih terbilang sederhana dan tribute-nya masih asal comot. Kasian banget… begitu sampai nggak dimandiin atau di papantes dulu, langsung ditaruh di kandang macem di kebun Binatang dengan keadaan salatri.
Coryo yang memang BU berusaha keras untuk membuat Lucy Gray menjadi pemenang Hunger Games, meski mesti melakukan kecurangan. Beruntung Coryo beneran cerdas jadi doi bisa mengusahakan tribute-nya melewati Hunger Games dan menjadi pemenangnya. Tentcu ceritanya nggak berakhir disini, masih ada paruh kedua yang terasa bagai epilog karena klimaksnya udah dikeluarin duluan.
Scene Hunger Games-nya nggak begitu mendebarkan macem trilogy-nya, tapi gpp laya kan kita jadi tahu sesederhana apa arena-nya. Kalau Hunger Games-nya Katniss udah pake mutt, Hunger Games-nya Lucy Gray pake makhluk eksperimentalnya Dr. Volumnia Gaul (Viola Davis) yang kagak eling. Di masa itu Dr. Gaul-lah sedang mengembangkan Jabber Jay di labnya.
FYI
Jabber Jay adalah burung eksperimen yang ditujukan untuk merekam percakapan para pemberontak, lambat laun para pemberontak faham kemampuan Jabber Jay dan sengaja memberikan informasi palsu. Capitol yang kecele karena kegagalan proyeknya kemudian melepaskan Jabber Jay ke alam liar, dan Jabber Jay yang kawin dengan Mockingbird menghasilkan Mockingjay. That’s why, di masa depan Mockingjay menjadi simbol perlawanan.
Pertanyan selanjutnya,
APAKAH CORYO DAN LUCY GRAY SALING CINTA?
Well… meski banyak scene yang menunjukkan ketertarikan diantara keduanya, kurasa mereka hanya memanfaatkan momen aja alias symbiosis mutualism. Coryo membutuhkan Lucy Gray untuk memenangkan Hunger Games, Lucy Gray membutuhkan Coryo untuk selamat dari Hunger Games. Coryo yang naif akan cinta karena ngambis demi menaikkan derajat keluarga pada akhirnya menyadari bahwa: doi lebih butuh power ketimbang cinta.
HAHAHA
Mau ngatain: makan tuh power tapi nggak jadi. Doi makan power bisa jadi president cuiii… Lakita, makan cinta kenyang kagak, capek iya *astaghfirullah *bukan aku
Aku lebih bisa merasakan chemistry-nya Coryo dan Tigris ketimbang Coryo dan Lucy Gray, kemungkinan karena Tigris adalah orang yang tumbuh bersamanya dan selalu ada untuknya. Aku juga suka dengan chemistry-nya Coryo dan teman-teman akademinya terutama Clemmensia Dovecote (Ashley Liao) yang terkena ‘flu’. Bertanya-tanya apakah mereka tahu Coryo beneran misqueen atau hanya sarkas belaka?
BESTIE YANG MEREPOTKAN
Tadinya kukira Sejanus Plinth (Josh Rivera) adalah saingannya Coryo, kubilang begini karena namanya Janus. Di mitologi Yunani Janus adalah dewa yang memiliki 2 muka (depan dan belakang), karenanya Janus menjadi Januari yang membuka tahun sebab ia bisa melihat ke masa depan dan masa lalu. Kurasa Suzanne Collins memilih nama Sejanus untuk ngasih kisi-kisi pada kita bahwa: jangan mau jadi bestie-nya.
Pernah nggak sih kalyan bertanya-tanya mengapa rerata horang kaya bisa menjadi filantropis? Dibesarkan dengan privilege tentcunya membuat mereka lebih mudah untuk memaknai kehidupan dan itulah yang terjadi pada Sejanus. Sialnya, emosi Sejanus belum terkembang sempurna, yang mana membuat Coryo mesti membereskan kekacauan yang diciptakannya.
Sumvah aku KZL banget saat Sejanus muncul di kereta yang sama dengan yang Coryo naiki, macem… bjirrr… ngapain sih ngikut segala. Sejanus yang dibesarkan dengan privilege tentcu nggak faham bahwa idealismenya terasa indah karena berada di lingkungan yang nyaman. Ketimbang menjadi beban Coryo, kenapa Sejanus nggak mengikuti karir bapake dan memberontak di saat yang tepat sih? Ujung-ujungnya manggil emak yekan.
Selama nonton The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes sezuzurnya daku salah fokus pada Coryo karena fitur wajahnya mengingatkanku pada Tom Felton aka Draco Malfoy. Aku juga setuju dengan netizen bilang bahwa Coryo yang botak mirip Eminem saat masih muda, apalagi saat ia menjadi peacekeeper dengan dog tag di lehernya.
JADI, APA YANG MENJADI TURNING POINT-NYA CORYO?
Scene dimana Coryo memburu Lucy Gray di hutan tentcu adalah halusinasinya, sekaligus representasi dari perasaannya yang awur-awuran. Moment ketika Coryo memilih kembali ke Capitol ketimbang kabur bersama Lucy Gray adalah moment saat Coryo menyadari bahwa ternyata nggak enak banget jadi generasi geprek haha Ada tanggung jawab yang menunggu, ambisi yang menggebu-gebu dan kesempatan yang nggak datang 2 kali.
Nggak ada yang tahu bagaimana Nasib Lucy Gray selanjutnya, apakah Coryo benar-benar membunuhnya di hutan, apakah Jendral Hoggs menangkap dan menyiksanya, apakah Lucy Gray berhasil kabur ke selatan, apakah Lucy Gray bersembunyi dan berganti identitas. Apakah Lucy Gray terpeleset dan tenggelam di danau. Yang kutahu… Lucy Gray telah bebas.
aku, saat tahu biaya sewa bulan depan mau naik |
FAVORITOS
Diantara semua tribute kostumnya Lucy Gray paling eye catching, bagus sih… tapi agak lebay aja gitu, aku malah lebih suka kostumnya Lamina (Irene Boehm) yang kagak neko-neko tapinya OK. Aku sukaaaa seragam akademinya Coryo yang berwarna merah ini, cutting-annya cakep banget dan desainnya unisex. Aku udah Googling namun nggak menemukan warna merah apa yang dipake, tadinya kupikir ini Crimson Red, tapi kadang agak gelap macem Bloody Red, please semesta algoritma kasih aku pencerahan…
yang mana coba? |
BEST OF THE BEST
Kalau kalyan mengikuti The Hunger Games trilogy kalyan mesti banget nonton The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes ini, tapi kalau nggak mengikuti pun gpp karena ceritanya nggak parallel banget. Semua lagunya Lucy Gray dinyanyikan oleh Rachel Zegler secara live, makanya ada beberapa part yang terdengar agak cringe. Eh iya, Lucy Gray adalah penyanyi original lagu The Hanging Tree yang dinyanyikan Katniss di propo pemberontakannya, makanya begitu president Snow mendengarnya langsung jauh panineungan wkwkwk.
Kurasa kali ini Lionsgate berhasil menghidupkan franchise yang pernah hype di masanya, nggak ada yang mengira prekuelnya akan sebagus ini. Dulu aku mengikuti The Hunger Games trilogy karena visualisasi dystopia-nya nyampe, konsep distriknya matang, aturan Hunger Games-nya jelas, atmosphere yang diciptakannya cukup gelap untuk market remaja dan Katniss adalah Jennifer Lawrence.
FYI
Jennifer Lawrence pernah dikritik fans-nya The Hunger Game karena dianggap terlalu tua dan gemoy, memang… tapi kita nggak bisa membayangkan aktris lain menjadi Katniss yekan.
Di bawah ini adalah list film The Hunger Games yang dari yang (menurutku) OK banget ke yang OK aja.
1. The Hunger Games: Catching Fire (2013)
2. The Hunger Games (2012)
3. The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes (2023)
4. The Hunger Games: Mockingjay Part 1 (2014)
5. The Hunger Games: Mockingjay Part 2 (2015)
Terima kasih udah membaca sampai akhir, hari ini kalyan udah membaca post yang tersusun dari lebih 2000 kata. Keeps the good work… Semoga kalyan bisa lebih banyak membaca ketimbang scrolling TikTok.
Propo – istilahnya Plutarch Heavensbee untuk propaganda.
All the pictures were taken from Lionsgate's social media.