Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
Photo by Andrea Piacquadio

Hello~

Apakah kalyan menonton YouTube atau mendengarkan Spotify saat bekerja? Aku sih yes, kadang anyep aja gitu rasanya kalau mesti terus-terusan mendengarkan suara netbook-ku yang berisik macem lagi potong rumput di lapangan 😅. Di post ini aku ingin membagikan playlist Spotify-ku, kali aja kalyan sedang mencari muzik azyik untuk didengarkan saat bekerja. Feel free to skip ya…

Belakangan ini aku lebih sering mendengarkan full album ketimbang mendengarkan kompilasi playlist yang kususun secara random berdasarkan taste-ku yang sporadis 😆 Nggak masalah apakah album pertamanya nggak semenarik album keduanya, atau vokalisnya bukan teteh skena. Kan kudedikasikan jam kerjaku hari ini hanya untuk mendengarkanmu wahai musisi tercinta… Yha~ semacam itulah 😄.

Ohya, list ini kususun berdasarkan intensitasku mendengarkan belakangan ini, jadi Sheila on 7, Taylor Swift, Yura Yunita, Tulus, Maroon 5 dan lagu-lagu TikTok minggir dulu wkwkwk 🤭.

REALITY CLUB

Apakah kalyan mendengarkan Reality Club? Please… say yes *maksa 😁.

Aku menemukan Elastic Heart secara nggak sengaja di Spotify, saat itu aku sedang mendengarkan random playlist yang berisi Vira Talisa, Camera Obscura, Adhitia Sofyan dan sisanya lupa lagi 😅. Semesta Spotify mengantarkan Elastic Heart padaku dengan yakin; bahwa aku akan selalu mendengarkannya sejak saat pertama kali dihantarkan. Well… itu benar, karenanya aku mulai mendengarkan Reality Club secara khidmat dan kesulitan untuk nge-skip playlist-nya.

Beberapa waktu lalu Anything You Want-nya Reality Club sempat jadi sound favorite-nya warga TikTok, aku sih yes ya… karena aku jadi bisa mendengarkan potongan lagunya setiap kali membuka TikTok. Album favorite-ku adalah What Do you Really Know? Maaf banget… tapi playlist-nya udah macem apotik tutup, nggak ada obat 😂. Please dengarkanlah Reality Club at least sekali sehari niscaya kalyan akan faham mengapa aku menaruhnya di urutan pertama.
 

BANDA NEIRA

Aku menemukan Banda Neira ini di masa-masa mengerjakan TA, terima kasih kepada entah siapa yang berbaik hati memasukkan lagunya ke hard disk bersamaan dengan Barasuara, Frau dan beberapa album indie yang namanya udah kulupa 😅. Tentcu, lagu favorite-ku saat itu adalah Sampai Jadi Debu, Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti dan semua mua mua muanya 😆.

Setiap kali mendengarkan Banda Neira saat Kukira masih punya waktu untuk menikmati karya mereka, nggak tahunya mereka malah bubar 🤭 Sampai sekarang aku masih follow mb Rara dan bertanya-tanya apakah beliau adalah titisan Summer Fin? Sebab berkali-kali doi bikin project bermusik, tetap bubar jua akhirnya 😅.
 

CIGARETTES AFTER SEX

Aku menemukan Cigarettes After Sex di salah satu blog post-nya Lucedale, yha~ aku memang rajin blog walking demi mendapatkan referensi buku, lagu dan hal-hal menarik dari blog. Sejak saat itu aku selalu memasukkan Cigarettes After Sex ke playlist yang kumiliki, jangan kegocek dengan nama band-nya yang kurang lazim ya 😅.

Meski lagu-nya terkesan less-effort sebab dinyanyikan dengan malas, kusuka liriknya yang manits dan terkesan tulus. Untukku, Cigarettes After Sex ini tipikal cozy song yang bikin pendengarnya nyaman sebab naratif, deskripsi terbaik untuk Cigarettes After Sex adalah nostalgic romantic. Setiap kali mendengarkan Cigarettes After Sex kadang aku merasa flashback ke masa lalu… yang nggak pernah kumiliki. 😂


LANA DEL REY

Aku menemukan Lana Del Rey di film The Great Gatsby (baca review-nya disini), untukku yang suka filmnya, suaranya mb Lana Del Rey ini melengkapi keindahan scene-nya (percaya deh… kalyan mesti nonton film The Great Gatsby at least sekali seumur hidup 😉). Setelahnya aku jarang menemukan mb Lana, sebab playlist-nya ketutupan mb TayTay yang mengisi hari-hari nganggurku 😅 Aku kembali menemukan mb Lana di TikTok saat Ratu Elizabeth mangkat sebab rerata videonya pake sound Young and Beautiful.

Entah di bagian mananya namun lagunya terdengar berbeda sejak pertama kudengarkan 10 tahun yang lalu, kusuka mb Lana yang artsy dan klasik macem time traveller lintas dekade. Aku pun setuju dengan salah satu diantara jutaan komentar yang bilang bahwa suaranya mb Lana ini: sounds like heaven but hurts like hell, doi humming aja udah bisa bikin kasuat-suat 😆 makanya heran dengan mb TayTay yang nggak mengoptimalkan skill-nya mb Lana.


***
 Adakah yang mau menambahkan?  
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Photo by Kyle Loftus

Hello~

Meski mendengarkan musik saat bekerja bisa meningkatkan mood, nggak jarang aku malah nggak fokus karena terhanyut dengan liriknya yang seakan-akan ngajakin ngobrol. Yha~ sometimes it doesn’t work on me. Tergantung situesyen… hati.

Aku lupa baca thread-nya di Twitter Land belahan mana, di thread tersebut dijelaskan bahwa salah satu alasan mengapa kita bisa lebih produktif bekerja saat berada di coffee shop adalah karena tingkat kebisingan yang pas yakni sekitar 70 desibel. Tingkat kebisingan dibawah 70 desibel dianggap terlalu rendah sehingga membuat kita mudah mengantuk, sedang tingkat kebisingan diatas 70 desibel dianggap terlalu tinggi sehingga membuat kita terganggu.

FYI aja sih ini haha

Salah satu playlist favorite-ku di Spotify adalah Iconic Soundtrack, kalau kau suka menonton film mungkin kau akan suka, tapi kalau nggak pun ya gpp sih. Yang kusuka dari playlist ini adalah mostly isinya adalah scoring dari film-film yang alhamdulillah udah pernah ditonton (meski nggak semua) jadi sambil mendengarkan aku bisa sekalian membayangkan scene-nya. Asyik sekali bukan?

Saat masih kecil aku sering ZBL dengan panitia Academy Awards atau acara semacamnya yang memiliki nominasi untuk Best Original Score, Best Sound Mixing, Best Sound Editing etc. Macem: yaudah sih langsung aja ke Best Actor/Actress, Best Supporting Actor/Actress, Best Picture etc, aku ingin menonton acara inti, nonton nyanyi-nyanyinya dan lihat artisnya pake baju apa. Saat itu masih belum faham mengapa kita perlu memberikan apresiasi untuk ‘suara-suara’ yang terdengar sama?

Later did I know… saat itu nalarku baru meletek, mohon dimaklumi ya pemirsa.

Waktu pun berlalu dan aku pun belajar untuk memahami bahwa scoring adalah bagian yang tak bisa terpisahkan dari sebuah film. Kalau soundtrack adalah lagu yang diciptakan/dipilih untuk mengiringi film maka scoring adalah suara-suara yang dikomposisikan untuk membangun suasana dalam film. Scoring adalah bagian dari soundtrack namun soundtrack bukanlah scoring. CMIIW wahai suhu.

My Heart Will Go On-nya Celine Dion adalah soundtrack film Titanic.
Barcelona-nya Giulia Y Los Tellarini adalah soundtrack film Vicky Christina Barcelona.
Wouldn’t It Be Nice-nya The Beach Boys adalah soundtrack film 50 First Dates.

Scoring adalah saat Robbie mengetik surat untuk Cece secara menggebu-gebu di film Atonement.
Scoring adalah saat anggota keluarga le Domas berlarian bersembunyi demi mempertahankan diri di film Hide and Seek.
Scoring adalah saat Hedwig terbang mengantarkan surat dari Hogwarts ke rumah keluarga Dursley di film Harry Potter and The Sorcerer Stone.
Scoring adalah saat Forest dan Jennie menghabiskan waktu bersama di atas pohon di film Forest Gump.

Terbayang nggak? Well… Kurasa scoring akan lebih mudah difahami kalau udah menonton filmnya.

Ada banyak komposer yang bisa ditemukan di Spotify *I like it *pake suara Curutnya Ria SW So far, komposer yang karyanya sering kudengarkan belakangan ini adalah Hans Zimmer, opa (yang beneran opa, bukan oppa) yang satu ini adalah komposer untuk film-film popular, macem: Interstellar, Gladiator, Pirates of The Caribbean etc. FYI, doi nggak mengerjakan semuanya sendiri ya, kadang featuring dengan composer lain yaini.

Kalau kalyan udah bosan dengan playlist yang itu-itu aja, coba sesekali dengarkan playlist Iconic Soundtrack, mungkin kalyan akan suka.

Playlist Spotify-nya nggak bisa auto play, jadi klik mandiri ya :)

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Post ini adalah appreciation post untuk Yura yang baru aja merayakan anniversary lagu Tenang 😄 Yha~ she is one of my fave. Tadinya aku ingin menulis tentang Emo Festival tapi udah keburu basi, eh post ini juga deng… udah dari kapan mandeg di draft folder 😅. Belakangan ini kegiatanku agak padat, ditambah memasuki musim hujan yang ada aku mager mulu, jadi ya baru bisa diperbaharui.

Aku memang nggak mengikuti perjalanan karirnya Yura pasca The Voice *entah season berapa 😅, hanya tahu selewat-selewat aja dari berita di internet. Bahwa Yura adalah nama panggung dari Yunita Rahman, bahwa Yura merilis single, bahwa Yura berduet dengan Glenn Fredly. And she’s got my attention… Single Cinta dan Rahasia sukses membuatku menoleh dan membuatku sadar akan eksistensinya ✨👌🏻.

Kupikir, suaranya Yura ini renyah ya, semakin lama didengarkan malah semakin asyik… makanya aku betah mendengarkan suaranya 😍. Selain itu aku suka bagaimana Yura mengeksekusi karyanya, ia meletakkan sebagian dari dirinya serupa Voldermort yang membagi dirinya melalui horcrux. She presented herself through her song, that’s why aku selalu merasa ikrib dengannya 😂.

Di album YURA, ini top 3 ku ya…
- Berawal dari Tatap
- Jester Suit
- Kataji

Bukan karena yang lain B aja ya melainkan karena ini yang paling ear catchy dan kuputar berulang-ulang mengikuti caranya si Mametz: repeat terus berhari-hari sampai rang-o-ang pada protes 💢🔨. Kurekomendasikan untuk dirimu yang bimbang memilih track di albumnya YURA.


Sejujurnya di awal Yura berkarir, aku kurang sreg dengan style rambutnya yang dibuat mambo 👩🏻‍🦱, mungkin saat itu Yura belum menemukan hair stylist yang klik ya jadi macem kurang pas aja gitu. Alhamdulillah fwen… saat ini Yura udah jadi duta shampoo, rambutnya tampak lebih tertata dan sesuai dengan bentuk wajahnya. Ma’acih Head & Shoulders.

Album Merakit adalah album yang turut menemaniku melalui fase nggak bisa tidur karena pikiranku yang terlampau liar, aku juga suka nontonin YouTube-nya dan membaca reply dari warga +62. So far menghangatkan siya namun nggak jarang malah membuatku makin overthinking karena nggak happy ending 🥺.

Aku lebih nyaman menikmati musik dengan santai, sambil rebahan, sambil ngemil atau sambil melakukan pekerjaan domestik rumah tangga, tapi nggak yang in depth banget, makanya aku hampir nggak pernah sengaja nonton konser atau gigs. Gimana ya… untukku nonton konser atau gigs itu mesti effort banget dan aku sadar diri hal-hal semacam itu nggak tercipta untukku 🤭.

Pada dasarnya aku memang homebody ygy… jadi ya sans aja.


Album Tutur Batin rilis dimasa pandemi dan kusuka semua lagunya, terutama lagu Tenang yang kurasa sesuai dengan situesyen saat itu yang serba panik. Makanya kumasukkan ke dalam post ini, biar kalyan pun mendengarkannya, eh udah mendengarkan belum? 

Selain lagu Tenang, yang menjadi favourite-ku Di album Tutur Batin tentcu adalah Sudut Memori dan Dunia Tipu Tipu, aku juga happy saat mendengarkan lagu Bandung. Well… aku suka semua lagunya Yura. Telingaku nyaman macem lagi dipukpukin di atas bean bag raksasa yang empuk...

Yha~ mungkin post-nya ini nggak sepanjang post-nya Taylor Swift atau post-nya Lady Gaga, karena draft post ini udah lama mandeg aku udah lupa point apa aja yang (dulu) ingin kumasukkan 🤭 maap ya guise… aku bahkan udah lupa draft post ini tercipta. Draft post-nya Maroon 5 di-skip dulu laya… Adam Levine tingkahnya menghadeh 😤, mungkin kuganti dengan Black Eyed Peas atau Emo Gen 😁.

❤️❤️❤️

*All pictures belongs to Yura and published in her IG.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hallo…

Selamat menunaikan ibadah Ramadhan yakawan, semoga di bulan penuh berkah ini kita tetap istiqamah ya… Kadang suka nggak kuwat akutu, e-commerce dan sponsored post adalah distraksi duniawi yang sulit dihindari selain emosi 😌.

Seperti byasa ini adalah salah satu draft post-ku yang mandeg sejak tahun lalu, tapi lupa mulu dilanjutin. Iye, sejak akhir tahun lalu load kerjaanku mayan banyak, jadi ya kerja… kerja… kerja. Kalau sebelumnya aku menulis post tentang mb TayTay, kali ini aku akan menulis post tentang Lady Gaga, lebih spesifiknya lagi MV-nya Lady Gaga 🥳.

Akhir tahun lalu Lady Gaga merilis MV-nya 911 di YouTube, jelaslah segera kutonton karena trending dan muncul mulu meski sudah di-refresh berkali-kali 😅. First impression-ku saat menonton MV-nya adalah; jirr… keren banget, tapi kok vibes-nya kaya kenal ya, macem The Fall-nya Tarsem Singh 🤩🤩.

Sebagai bagian dari BIN (Badan Intelijen Netizen ❤️) tentcu kulangsung search siapa di balik MV-nya Lady Gaga ini. Yha~ sesuai dugaanku, director-nya adalah Tarsem Singh, collabs penutup tahun yang mantips yaw 🫂. Ohya, 911 adalah salah satu lagu dari album Chromatica yang rilis September tahun lalu, menceritakan tentang pengalamannya dengan anti psychotic yang digunakan untuk mengontrol laju otaknya.

FYI. Tarsem Singh adalah director berkebangsaan India yang dikenal karena visualisasi surrealist-nya yang eye pleasure dan aesthetic. Tadinya kupikir Tarsem Singh adalah mix blood Indonesia X India 🤭, karena namanya yang too commons bagi sebagian penduduk Pulau Jawa. Siapanya Darsem maybe? 🙃.

Sejauh yang kutahu Tarsem Singh sudah membuat 3 film yakni; The Cell (2000), The Fall (2006) dan Immortals (2011), diantara ketiga filmnya favorite-ku adalah The Fall yang mana merupakan satu-satunya film Tarsem Singh yang pernah kutonton haha 😂Susah nyarinya guise…

Tentcu, aku suka The Fall karena visualisasi surrealist-nya yang eye pleasure dan aesthetic, alur ceritanya juga nggak kalah seru. Saat menonton The Fall kuyakin pasti butuh budget yang tinggi karena menggunakan setting asli yang tersebar di berbagai belahan dunia. Ohya, ada Bali loh ya disini 😉.


Sedang Lady Gaga, as we all know adalah mother monster yang dikenal karena selera fashion-nya yang ajaib ✨💃✨. Meski kadang suka bikin geleng-geleng kepala, kupikir Lady Gaga adalah salah satu artist yang all out dalam mengekspresikan dirinya. Heu… Tetiba kebayang aja gimana ribetnya stylish-nya setiap kali Lady Gaga ada acara 😅.

Dari nama dan kontur wajahnya bisa dipastikan ya kalau Lady Gaga adalah italiano. Sejujurnya, kupikir Lady Gaga dalam versi normal (no make up, no costume) cantik natural, kalau nggak percaya tontonlah A Star is Born. Unpopular opinion; aku kurang suka A Star is Born karena cerita dan soundtrack-nya B aja, satu-satunya alasanku nonton adalah Bradley Cooper 😘.


Nggak sekali dua kali Lady Gaga masuk worst dress list atau fashion disaster all the time, tapi tetap ya doi dinantikan oleh netizen PO BOX (dipoyox dilebox). Karena aku bukan Yudha yang faham istilah fashion dan ikutan nyemplung di dalamnya, bolehlah kusebut style-nya Lady Gaga dengan; versatile futuristic 😁. Intinya sih keren dan fun ✨👌🏻.

Pernah nggak sih membayangkan 2 orang tersebut (Lady Gaga X Tarsem Singh) collabs? Jujur, aku nggak pernah 🥲. Makanya amaze banget saat tahu MV 911 benar-benar di-direct oleh Tarsem Singh. Like, whaattt? 😮OMG OMG OMG. Lady Gaga bahkan menamai MV-nya dengan; 911 (movie film).

Yang membuatku yakin di 911 ada Tarsem Singh adalah metafora lintas kultur dan setting yang digunakan. Penutup mata berwarna merah dan horseman pernah digunakan di The Fall, begitu pun dengan padang pasir dan visualisasi para figuran yang menggunakan warna-warna bold nan eye catching.

Dari penelusuranku, saat membuat MV 911 Tarsem Singh terinspirasi oleh film The Color of Pomegranate karya Sergei Parajnov yang berasal dari Armenia. FYI. Di YouTube ada kok filmya, sayangnya masih berbahasa Armenia dan belum ada subtitle English-nya. Well… berhubung film adalah karya visual, maka cukuplah The Color of Pomegranate dinikmati menggunakan bahasa kalbu 😌.

Setelah menonton The Color of Pomegranate (menggunakan bahasa kalbu), aku sampai pada kesimpulan bahwa film ini sangat mempengaruhi Tarsem Singh dalam menentukan jalur taste-nya. Banyak scene dan komposisi yang diadaptasi dan diekstraksi Tarsem Singh dalam karyanya 😊.

Kalau dipikirkan labih jauh, kupikir keren juga Armenia bisa membuat film seperti ini di era 1960. The Color of Pomegranate adalah film bergenre avant garde yakni film eksperimental yang pure dibuat untuk merepresentasikan message creator-nya tanpa mesti khawatir dengan market 👍🏻.

Satu-satunya yang kusayangkan dari The Color of Pomegranate adalah teknologi yang digunakan belum secanggih saat ini. Karena keterbatasan teknologi, gambarnya agak buram dan warnanya nggak keluar, sayang banget kan padahal kostum dan setting-nya sudah keren (untuk ukuran era 1960).

Owkay… cukup long intro-nya. Markijut ke MV 911 😁.


MV 911 bercerita tentang Lady Gaga yang terbangun dalam realitas mimpinya pasca mengalami kecelakaan, realitas mimpinya merepresentasikan hal-hal yang berhubungan dengan kecelakaan tersebut seperti symbol dan lingkungan TKP.

Kalau pernah membaca buku yang berkaitan dengan sejarah dan perang salib seperti bukunya Dan Brown, pasti pernah menemukan line yang menjelaskan tentang metafora yang digunakan dalam karya seni seperti patung, lukisan dan literature. Di MV kita bisa menemukan banyak easter eggs yang berhubungan dengan metafora tersebut.

(disclaimer: aslinya ada banyak tapi di kurasi karena nggak sanggup kalau mesti memasukkan setiap detailnya).

Dalam beberapa literature markisa dikaitkan dengan fertility (kesuburan) namun dikaitkan pula dengan kematian, di awal MV diperlihatkan bahwa markisa berceceran di sekitar kaki Lady Gaga yang terluka, yang ditandai dengan anklet (gelang kaki) berwarna merah. Matanya menggunakan penutup karena Lady Gaga sedang tak sadarkan diri.

Kemudian muncul black horsemen (yang kupikir) merujuk pada kisah 4 horsemen dalam alkitab yang biasa dijadikan referensi dalam film. 4 horsemen ini adalah penanda setiap era yakni conquest (kuda putih), war (kuda merah) famine (kuda hitam) dan death (kuda kuning-hijau). Penunggang kuda hitam diceritakan membawa neraca keadilan, mungkin (dalam islam) fungsinya mirip hisab.

Update:

Ternyata horsemen-nya adalah bagian dari campaign New Mexico yang menjadi setting MV-nya. Maap ya guise, salah penafsiran, kukira horsemen yang ada di reklame adalah Zorro dari The Fall 🙏🏻.

Scene kemudian berpindah, dimana Lady Gaga bertemu dengan seorang pria yang bentukannya macem Khal Drogo membawa payung serta seorang wanita yang menggunakan kokoshnik membawa ular belang dengan tanda + berwarna merah di dadanya. Later did we know, mereka adalah paramedis yang berusaha membangunkan Lady Gaga.

Kemudian ada seorang pria yang berkali membenturkan kepalanya berulang kali, POV-nya membuat kita seolah-olah sedang menonton video TikTok 😅. Nyatanya ia adalah salah satu korban kecelakaan yang kepalanya terbentur kemudi. Kemudian ada seorang pria yang didandani bak Fir’aun, udah bisa dipastikan ya kalau doi pasti punya privilege, dan terbukti nyatanya ia adalah horang kayahahaha makanya dipakein ajudan 🥺.


Ada scene dimana Lady Gaga mengenakan aksesoris halo yang merepresentasikan saint, menandakan bahwa ia adalah karakter penting dalam realitas mimpinya. Ada momen dimana ia terbang namun ditarik Kembali, bisa dibilang itu adalah usaha untuk mengembalikan kesadaran Lady Gaga.

Sebenarnya masih banyak siya easter eggs-nya Cuma karena kusudah ngantux, maka kuakhiri dulu post-ku ini, Semoga Tarsem Singh collabs lagi dengan siapa kek haha Bolehlah kalau mau nge-direct The Alchemist, kutunggu loh ya… 😉.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hi... happy weekend everyone!

Kebetulan minggu ini Taylor Switf baru aja merilis album terbarunya yakni Folklore, nggak menyangka Taylor Swift akan seproduktif ini di masa pandemi wkwkwk 🤭 Sama seperti post-ku sebelumnya, post ini adalah draft post yang mandeg dari tahun lalu, di masa anget-angetnya Taylor Swift berantem dengan Scott Braun 🔥. 

Alasanku membuatku post ini adalah tak lain dan tak bukan karena aku suka Taylor Swift 😍, meski bukan fans garis kerasnya, bolehlah dibilang Swifties haha 😁 Sejak Avril Lavigne mulai nggak produktif kupikir aku mesti mencari idol baru sebagai inspirasi, saat itu Amy Lee dan Gwen Stefani sudah nggak asyik lagi 😅, kuingin idol yang masih OTW berkarya jadi aku punya waktu yang panjang untuk menikmati karyanya.

Pencarian idol calon inspirasiku ini cukup memakan waktu ya karena ada beberapa band yang kusuka tapi malah vacum (dan bubar) macem My Chemical Romance dan Paramore, palingan Maroon 5 yang (akhirnya) levelnya kusetarakan dengan Sheila on 7 sebagai band terbaik versi mancanegara ✨👌🏻. Meski sudah berumur mereka tetap produktif berkarya. ❤️ Adam Levine.


Saat kuliah aku mendengarkan mp3 (mp3 ya bukan 3gp 😌) Taylor Swift yang berjudul You Belong With Me dari album Fearless di mp3 player Widy yang bentuknya mirip Ipod tapi versi KW 😁. Kupikir lagunya cukup easy listening bagiku yang masih nggak tahu aliran musiknya mau ikut mazhab apa 🤔. Tapi sejak saat itu aku mulai kepo dengan Taylor Swift.

Kemudian aku menemukan MV-nya You Belong With Me di YouTube, kupikir MV-nya manits 🥰, punya ‘cerita’ dan yha~ masuklah bagiku yang (saat itu) masih menyukai teen romcom cetek macem Mean Girls dan Chasing Liberty 😋. In short way, aku baru benar-benar menyukai Taylor Swift saat melihat MV-nya. Thanks to Elan yang saban hari rajin banget nge-download-in MV dari YouTube, karenanya aku punya banyak MV Taylor Swift 🙇🏻‍♀️.

Selain Taylor Swift aku juga menyukai Katy Perry, aku menyukai Taylor Swift sama seperti aku menyukai Katy Perry. Mereka equal dalam banyak hal dan memiliki banyak hal menarik untuk dibagikan. Baik Taylor Swift mau pun Katy Perry memiliki ciri khas masing-masing dan muncul di era yang sama, jadi rasanya sulit memutuskan mana yang lebih kusukai 🤔. Yha~ aku juga punya MV-nya Katy Perry (masih dari Elan).

Meski terbilang memiliki hubungan yang suportif, Taylor Swift dan Katy Perry sempat berseteru gegara rebutan back dancer, dari situlah situasi mulai memanas. Puncaknya adalah ketika Taylor Swift merilis lagu Bad Blood yang dibalas Katy Perry merilis lagu Swish Swish. Beginilah musisi kalau berseteru, saling berbalas karya ✨👌🏻.


Terlepas dari perseteruannya di masa lalu akhirnya mereka berdua berbaikan di MV-nya Taylor Swift yang berjudul You Need To Calm Down. Senang sekali rasanya melihat mereka kembali bersama meski hanya berpelukan pake kostum couple (kentang goreng dan burger couple kan? Tinggal ditambah saus dan soda biar mantips 👍🏻).

Satu-satunya hal yang membuat Katy Perry nggak semenarik Taylor Swift adalah fakta bahwa Katy Perry menikah dengan Orlando Bloom 🙃 yang mana pernah kukecengin sejak berperan sebagai Will Turner di The Pirates of Carribean *netijen posesip buta 😎. Sebelum menikah dengan Orlando Bloom, Katy Perry pernah menjalin hubungan dengan John Mayer. Yap. JOHN MAYER. Astaga Neng Keti... *netijen makin posesip buta 😎.

Biar tambah ikrib...

Mari kita sebut Taylor Swift sebagai Tay Tay


Di tahun 2009 aku menonton MTV Video Music Awards yang disiarkan secara live di Global TV, gawl banget kan nonton MTV hehe 😁. Saat itu Tay Tay memenangkan kategori Best Female Video, sayangnya speech-nya Tay Tay diinterupsi oleh Kanye West yang mengatakan bahwa (videonya) Beyonce adalah yang terbaik. Tay Tay langsung cengo dong diperlakukan seperti itu, well... jangankan Tay Tay, lakita penonton pun dibuat cengo dengan kelakuan liarnya babang Kanye 😌.

Even mb Beyonce pun nggak percaya babang Kanye sebegitunya, yakin banget mb Beyonce alamat bakal nggak enak kalau ketemu Tay Tay. Yang paling kena getahnya adalah cameramen dan produsernya, untungnya mereka sigap mengatasi masalah ini dengan mematikan kamera dan menyiarkan ads dengan terburu-buru. Sumpah kasihan banget Tay Tay 😢, baru pertama kali menang awards langsung kena julid babang Kanye.

Tay Tay memiliki reputasi sebagai drama queen yang semangat banget membuatnya menjadi bahan pembicaraan, terakhir kupantau (aziggg 😋) Tay Tay berkicau tentang kebijakan Donald Trump. Frontal sih... tapi ya gapapa toh di US sana kan nggak main buzzer atau mamang Nasgor 😂.


Sebelum kasusnya dengan Scott Braun (bisa googling sendiri ya kalau kepo 😊), Tay Tay pernah berseteru dengan Apple Music sehubungan dengan royalti. Kupikir disini Tay Tay sudah memanfaatkan title influencer-nya dengan baik karena terbukti setelahnya pihak Apple memberikan royalti kepada musisi yang musiknya masih berada di masa trial. Sebelumnya (lagi) Tay Tay pernah memperseterukan hal yang sama dengan Spotify.

Salah satu ciri khas Tay Tay adalah menggunakan pengalaman pribadinya sebagai inspirasi dalam menulis lagu, nggak terhitung lagi berapa lagu patah hati, bucin dan ngarep yang pernah tercipta. Aku sih yes haha Mantan paling drama yakni Calvin Harris, bukan lagi berbalas pantone, yang ada mereka saling berbalas lagu. Kali ini This Is What You Came For vs I Did Something Bad. Tay Tay memang bucin guise... 🤭.

The next Madonna, maybe?


Mungkin ini statement yang too much ya, lebay. Tapi kupikir Tay Tay memiliki taji yang sama dengan Madonna. Kubilang begini karena baik Tay Tay dan Madonna faham benar bahwa karyanya akan lebih di-notice publik jika relate dengan isu dan tren terkini, kupikir itulah alasan mengapa Madonna bisa bertahan dan eksis hingga saat ini. Kalau Madonna ada di zamanku, mungkin aku akan menyukai Madonna sama seperti aku menyukai Tay Tay.

Banyak karya besar lahir dari kegelisahan. Dan, Tay Tay dan Madonna memilih untuk speak up lewat karyanya...

Madonna merilis Material Girl untuk menyuarakan opininya mengenai sifat materialistis, merilis Lika A Prayer untuk menyuarakan pemahamannya mengenai keyakinan, merilis American Life untuk menyuarakan kritiknya terhadap kehidupan masyarakat Amerika. 

Tay Tay merilis You Need to Calm Down untuk menyuarakan opininya mengenai isu LGBTQ, merilis The Man untuk menyuarakan kritiknya akan gender equality di dunia kerja, merilis Only The Young untuk menyuarakan kemungkinan adanya perubahan kalau anak muda mau berpartisipasi dalam politik. 

Disini bisa dilihat Madonna lebih condong akan unpopular opinion, sedang Tay Tay lebih condong akan popular opinion. Madonna cenderung mendapatkan kritik karena ke-unpopular opinion-nya karena saat itu baru dia yang berani untuk speak up, sedang Tay Tay cenderung mendapatkan penerimaan karena apa yang menjadi unpopular opinion pada masa Madonna telah menjadi popular opinion di masa kini.


Honorable mention to Madonna yang berani menjadi ‘tumbal’. Salute 🖖🏻.

Sebelumnya aku sudah pernah bilang kan kalau aku baru benar-benar menyukai Tay Tay saat melihat MV-nya. Sejauh ini MV favorite-ku adalah Blank Space, Style dan The Man versi animasi, kupilih 3 aja karena kalau disebutin semua mah jadinya ngabsen 😅. Album favorite-ku masih 1989.

Setiap Tay Tay merilis MV aku selalu menunggu ulasan easter egg-nya, biasanya sih The Insider yang paling gercep. Makanya aku juga menunggu Tay Tay merilis official MV-nya Folklore.

Meski banyak drama dan bucin mania mesti diakui bahwa Tay Tay adalah musisi yang bisa diperhitungkan, inspiratif dan berani speak up. Oh ya, pada dasarnya aku nggak terlalu fanatik akan mazhab musik tertentu, selama easy listening, punya meaning tertentu dan (kalau bisa) MV-nya eye pleasure aku pasti suka.

Terima kasih sudah membaca sampai selesai, kapan-kapan kubuat post tentang Maroon 5 😋.

Lestari
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
source
Setelah sedikit bernostalgia dengan ke-emo-anku di penghujung tahun lalu, aku mendapati sebuah MV yang direkomendasikan oleh YouTube untukku. 

Tadinya kupikir direkomendasikannya video ini adalah buntut dari keisenganku mencari pecahan scene-nya film The Great Gatsby. *Heu… Kadang suka kepikiran aja scene party-nya si Gatsby 😅

MV yang ku tonton adalah milik Scott Bradlee's Postmodern Jukebox, yang setelah ku tonton MV-nya lain bisa menyimpulkan bahwa mereka adalah band ke-vintage-vintage-an yang demen meng-cover lagu (atau, seperti yang mereka klaim adalah vintage style cover).

source

Pertama kali menonton aku cukup terpincut oleh aransemen musiknya yang bagiku sangatlah ajaib. Dimana musik beraliran pop digubah menjadi musik beraliran swing yang jazzy.

Sebelumnya aku pernah menemukan yang seperti mereka ini, namum bagiku yang mereka lakukan beneran niaattt banget. Terutama dari visualisasinya, kostum dan propertinya cociks 👌🏻 menyesuaikan dengan era musiknya.

Kupikir musiknya Scott Bradlee's Postmodern Jukebox ini not everyone’s cup ya, nggak semua orang bakal suka, sebab segmented. Tapi kalau aku sih yes… haha Menonton videonya merupakan hiburan bagiku, musiknya ear friendly dan terasa sreg aja 🤭.

source

Ketimbang vintage style cover aku lebih suka melabeli musik Scott Bradlee's Postmodern Jukebox ini sebagai music crossover, sebab mereka sanggup menggubah berbagai genre musik sesuai dengan karakter yang mereka bawakan.

Sedikit info (berdasarkan Wikipedia), Scott Bradlee’s Postmodern Jukebox atau yang biasa disingkat PMJ adalah sebuah kelompok musik yang dibentuk oleh Scott Bradlee's, seorang arranger dan pianis.

Scott Bradlee's Postmodern Jukebox merilis MV-nya via YouTube setiap 1 minggu sekali. Sering mengadakan tour, tapi masih belum tahu mampir di Indonesia kapan *heu Penyanyinya pada keren ya, ku suka semuanya, apalagi Haley Reinhart ❤️.

source
Kadang ada special appearance dari Sarah Reich, meski cangkeul liatin doi nge-tap dance, so far aku suka kalau ada dia 😉. Berasa makin rame aja haha Guest singer-nya juga okcey semua yaini 👌🏻.

Selain YouTube, Scott Bradlee's Postmodern Jukebox juga memiliki akun di Spotify, tapi sebab ku suka nontoninnya jadi lebih sering liat di YouTube ketimbang mendengarkan 'tok via Spotify.

So… kalau kau lagi mencari hal yang baru atau udah nggak tahu mau nonton apa di YouTube, coba deh sesekali mampir di akunnya Scott Bradlee's Postmodern Jukebox, kali aja bakalan suka juga ☺️

Peace ✌🏻 Love ❤️ and Gawl 🎧
Zalam zheyeng zelalu 💋

L
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates