Ramadan selalu menyisakan cerita, entah itu cerita sedih, cerita bahagia atau cerita agak kurang penting macem post ini. Kalau Ramadhan tahun lalu aku disibukkan dengan videographer wanna be life be like dan proyek ambisius membuat paper flowers ala Pinterest. Ramadan tahun ini aku sok sibuk dengan YCIFI dan agak senewen karena banyak hal.
Yawla... senewen.😏
Mostly, karena banyak hal tidak berjalan sebagaimana mestinya. (But hey) this is lyfe ~ You can’t got everything...
Aku kayanya mulai senewen sejak ditinggal kabur ART, seriously... ART-nya kabur. Makanya dulu aku pernah mayah-mayah di Twitter, ingin banget ngomong kasar cuma orangnya nggak jadi followers, kan percuma udah berapi-api tapi dianya sendiri malah nggak pernah tahu. 😒
Nggak ada harta yang diambil, ya mungkin karena di rumah juga nggak ada apa-apa kali ya... Satu-satunya yang dia ambil adalah kunci rumah, nah itu masalahnya, kunci rumah yang dia ambil sepaket sama kunci-kunci lainnya, ya kunci pintu samping, ya kunci rolling door garasi, ya kunci-kunci gembok pager.
Mama jelas stress karena merasa kehilangan dayang-dayang, aku apalagi... Selain karena masih sering bolak balik Bandung karena YCIFI, ditinggal kabur ART berasa dikhianati. Aku mesti mengurusi tetek bengek rumah tangga termasuk merawat mama lagi. Kan... Kan... Kan... Jadi sulit kemana-mana.
Ishhh... KZL 😠😠😠
Yaudahlah ya... semoga dapet ART lagi ntar. Yang lebih baik, yang lebih hidéng, yang lebih care dan yang paling penting yang nggak akan kabur. Anyone?
Ramadan tahun ini nggak sempet ikutan bukber karena grup WA angkatannya keburu rusuh, agak memalukan memang ya rusuh hanya karena bukber, tapi... sudah terjadi. Sekalinya bukber tandingan adalah dengan Icunk, itu juga mendadak dengan pertimbangan weekday nggak akan seramai weekend. Ternyata ya... orang-orang berfikir sama, kita bahkan sampai ditolak oleh 3 tempat dengan alasan penuh, padahal ini Cibiru lohh... baru menjelang jam ½ 5 sore... dan bukan tempat yang kekinian. OMG... 😟
Kita akhirnya terdampar di rumah makan Sunda (selain Ampera) yang owner-nya turun tangan melayani tamu saking hectic-nya, meski masaknya agak lama kita sih seneng-seneng aja karena jadi bisa nge-ghibah. Aduh ghibah... berasa masih di DA hehe Setelah adzan maghrib berkumandang baru bisa nge-ghibah + nge-godin. Bener-bener ya... Godaan syaithon yang terkutuk...
Menjelang Lebaran Bi Kenda (yang dulu suka beres-beres di rumah sebelum ada ART) menyempatkan mampir setelah berobat ke Puskesmas di dekat rumah. Kemudian curhat tentang suaminya (Pak Kenda) yang lebih memilih untuk menghabiskan hari tuanya dengan judi togel bersama para tukang becak di gang depan rumah ketimbang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Err... Masih musim ya judi togel? Dikirain cuma online doang... 😢 Sebagai anak yang pernah tumbuh bersama mereka, aku turut merasa sedih dan tak habis pikir mengenai jalan hidup yang dipilihnya. But however semua kembali pada diri masing-masing sih, tapi semoga Pak Kenda bisa mendapatkan hidayah di Ramadan ini ya...
Seminggu sebelum Lebaran Widy ditabrak pengendara motor di daerah Cibiru saat dalam perjalanan pulang berobat dari klinik. Ia sendiri nggak menuntut si penabrak karena ia pikir yang menabrak juga belum tentu bisa bertanggungjawab, diem mulu sih nggak mau ngomong, yaudah lah ya namanya juga musibah.
Aku diberitahu sehari setelah kejadian, tadinya aku pikir ia cuma kecelakaan nggak parah macem baret-baret atau lebam-lebam, nyatanya malah lebih parah. Ia minta dijemput di kostannya, nggak as soon as possible sih, tapi tetep aja panik...😨😨😨 Mama jelas nggak bisa dikasih tahu, ayah dikasih tahu tapi reaksinya malah sama kaya si penabrak, diem mulu, shock kali ya... atau memang udah nggak peduli.
Aku lantas meminta sepupuku untuk menjemput Widy di Bandung, selain karena sudah mulai arus mudik, kalau nyetir malem nggak kelihatan jalannya... 😭 Perjalanan ke Bandung kali ini termasuk yang paling sunyi. Hampir setengah perjalanan gelap karena mati lampu, belum lagi kabut tebal di daerah Dayang Sumbi (sekitar main gate Gunung Tangkuban Perahu) orang-orang juga nggak tahu pada kemana, bener-bener sepi. Ketika sampai Terminal Ledeng barulah ketemu orang-orang, kemudian macet sampai Cibiru.
It wasn’t easy to maintain 2 people with their habits.
H.U.F.T.
(skip)
Kalau biasanya menjelang Lebarang kita membeli bunga yang dijual berjejeran di sepanjang trotoar depan Chandra, sekarang mah nggak dong, karena nggak ada yang nganterin... eeaaa... motor jelas rusak, mobil disimpan di rumah Mbah karena kunci rolling door garasi belum sempet diganti. Tahh... Tahh... Tahh... hasil perbuatan siapa itu hah !!! 😠😠😠
(Masih) KZL.
Wacana mudik yang sebelumnya sempat didiskusikan secara serius mesti batal karena banyak hal lainnya (meski sebagian adalah yang diatas ini *heu). Kecewa juga sih nggak jadi mudik, karena kan memang udah lama nggak mudik. Apa kabar feed IG yang udah gersang ini haha 😊😊😊
Kata mama: “Coba ya kalau mama udah punya menantu, nanti bisa diajak mudik...“
Mah... mendingan sewa driver kali ah, kita kan mudiknya bukan ke Garut apa Tasikmalaya macem orang-orang, tapi ke Solo terus ke Surabaya terus lanjut ke Bali. Kalau masih sanggup kita bisa terus lanjut ke Lombok terus lanjut ke NTT terus lanjut ke NTB terus lanjut ke Maluku, nanti Lebaran Haji (Idul Adha) kita sholat sunnah-nya di lapangan PT. Freeport di Papua. Gimana? Sanggup?
Kata mama dalam hati: “Kalau nggak sanggup... Ya shangguuupiinnn...”
😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
Selamat Lebaran.
Mbak Nonon ~
Note : nggak nerima salam selain salam tempel