Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Sudahkah kalyan kembali nonton di bioskop? Atau masih betah nonton via link haram? 😁.

Seperti yang udah kalyan duga *sotoy film pertama yang kutonton di tahun 2025 adalah 1 Kakak 7 Ponakan (atau SaKaTuPo biar singkat) di mana lagi kalau bukan di Kings *angger. Aku nonton 1 Kakak 7 Ponakan ini di hari pertama penayangannya, karena hari kedua, ketiga, keempat dan seterusnya mah long weekend. Nggak kuku hamba kalau mesti berjibaku di antara riuhnya long-weekenders dan macet 😭.

Saat kalyan baca review-ku ini 1 Kakak 7 Ponakan udah nggak tayang di bioskop, tapi kalyan nggak usah khawatir karena 2-3 bulan mendatang kemungkinan filmnya tayang di layanan streaming legal. 1 Kakak 7 Keponakan ini tentcunya menghangatkan timeline-ku yang belakangan ini terasa nggak asyik, yha~ ada aja permasalahan sosial yang di-up setiap harinya.

ternyata last goodbye😭

1 Kakak 7 Ponakan ini becerita tentang Moko (Jerome Kurnia) seorang mahasiswa tingkat akhir yang tetiba ketiban tanggung jawab sebesar... rumah dan segala isinya 😅. Saat kakaknya Agnes (Maudy Koesnady) dan Atmo (Kiki Narendra) wafat, mau nggak mau Moko-lah yang mengambil alih tanggung jawab untuk keluarganya, yakni Woko (Fatih Unru), Nina (Freya JKT48), Ano (Nadif H. S.) dan si kecil Ima.

Sebagai fresh graduate yang idealisme masih meletup-letup tentcunya Moko mesti legowo meredam egonya untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Pun hubungannya dengan Maurin (Amanda Rawles) yang mesti bubar gegara udah nggak sejalan lagi, at this point aku merasa Moko udah mengambil keputusan yang tepat. Sebagai kepala keluarga tentcunya Moko sadar bahwa kini ialah yang menjadi tumpuan bagi keponakan-keponakannya.

tiba-tiba ngasuh budak

Di tengah ke-chaos-annya mengurus keluarga, mantan guru pianonya Pak Nanang (Ence Bagus) tetiba datang dan menitipkan anaknya Gadis 'Ais' (Kawai Labiba) untuk sementara waktu. Awalnya Moko menolak, namun akhirnya diterima juga sih hehe. Well... yang kupertanyakan adalah: gimana caranya Gadis pindah sekolah? Karena yang kutahu, saat ini pindah sekolah nggak semudah cocote Pak Nanang yang berjanji akan menjemput Ais secepatnya.

Waktu berlalu sampai kakaknya Osa (Niken Anjani) dan suaminya Eka (Ringgo Agus Rahman) pulang dari Australia dan tinggal bersama mereka. Kehadiran Osa dan Eka di rumah tentcunya bikin flow yang udah tercipta dan terpelihara mulai berantakan, apalagi sifat Eka yang agak julid (terutama saat menanyakan gaji) bikin audience gregetan pingin jitak 😤. Kerah tingginya itu lohhh... udah pro banget, macem cowok red flag di drakor.

fuyohhh~

Dirasa keadaan keluarganya udah settle, Moko pun memberanikan diri untuk memikirkan hidupnya. Ia mencoba peruntungannya sebagai arsitek, dan mendapatkan kesempatan untuk interview di kantornya Maurin. Eaaa... FYI. mereka nggak pernah putus ya, cuma break... hingga waktu yang nggak ditentukan 😅. Kalau aku jadi Maurin tentcunya Moko nggak akan kurekomendasikan, kagak mau hamba sekantor dengan mantan yang nge-ghosting hingga bertahun-tahun 😠.

Moko yang device-nya udah out of date akhirnya mendapatkan pinjaman laptop dari Maurin, dan sejak saat itu status break dalam hubungan mereka resmi berakhir. Bahkan Maurin mau-maunya mengajak Moko dan keluarganya untuk site visit sekaligus liburan tipis-tipis ke Anyer. Kalau aku jadi Maurin... wkwk. Alhamdulillah yaini... Setelah bertahun-tahun liburan via Google Maps akhirnya Moko dan keluarga bisa liburan beneran.


from this

to this

then to this

Saat liburan di Anyer ini tanpa sengaja Ais bertemu dengan kerabatnya, yang mana bikin Eka menyinggung keberadaan Ais sebagai outsider di keluarga mereka. Sebagai orang dewasa apa yang diomongin Eka memang make sense, poinnya sih OK cuma penyampaiannya sungguh sangat nggak ngenakin, apalagi ternyata mereka (para keponakan) belum benar-benar tertidur jadi weh perjalanan pulang ke rumahnya anyep.

Sebagai film adaptasi tentcunya ada banyak penyesuaian yang mau nggak mau mesti dilakukan, salah satunya adalah pemadatan cerita. Jujur, di awal aku cukup keteteran dengan alurnya karena terlalu cepat, tiba-tiba sidang, tiba-tiba di rumah sakit, tiba-tiba ngasuh budak. Apakah Moko melewatkan momen wisudanya gegera riweuh mengasuh Ima?

beberapa detik sebelum kejadian

Kita semua faham bahwa masa transisi adalah masa yang berat, scene Moko kesandung ember paska video call dengan Maurin adalah salah satunya. Gimana ya... ingin ketawa tapi watir 😅. Aku suka gimana manusiawinya karakter di 1 Kakak 7 Ponakan ini, yunow... semakin lusuh baju rumahan malah semakin enak dipakenya. Pun dengan scene masak pake bahan seadanya dan gercep makan remahannya yang nggak sengaja terjatuh, belum 5 menit... *ytta.

Sebagai kakak rumah tangga tentcunya aku merasa relate dengan kehidupan yang tetiba dijalani oleh Moko, I feel you... Namun sebagai lulusan FSRD tentcunya aku merasa bahasan mengenai arsitekturnya kurang dalem, macem make up doang. Scene Moko menjelaskan konsep family cottage-nya memang OK, setting dan property juga OK, sayangnya hal itu nggak berhasil menciptakan kemistri Moko sebagai Arsitek macem Ted Mosby di How I Meet Your Mother.

Well... Mungkin karena aku belum pernah nonton series-nya aku merasa feel-nya kurang dapet.

setrong banget ya Maurin pake baju lekbong di pantai 😅

Selain itu, aku kurang bisa mudeng nih hubungan Moko dan keluarga BESARNYA, apakah nggak ada satu pun kerabat yang berkunjung atau sesekali bertukar kabar? Kubilang begini karena orang Indonesia meski terkesan kepo rerata care dengan kerabat. Nggak adakah keluarga dari sayap Agnes atau Atmo yang memantau keadaan Woko, Nina, Ano dan Ima? Apakah Agnes dan Atmo adalah Hachi (yang) hidup sebatang kara hingga episode terakhirnya?

Scene saat Moko akhirnya menjemput keponakan-keponakannya yang tercerai berai gegara hasutan Eka memang terasa klise. Namun scene ter-mindblowing jatuh pada scene saat Moko dan Ano menyusun hebel pake acian tipis, cuy... kalyan tuh mau bikin tembok apa bikin konten? 😅Mana posisinya di tengah pula. Yaudalaya segitu juga alhamdulillah tim produksi bisa dapet izin shooting dari kepala site.

ada break ada KitKat *bukan ads *ytta

Meski kali ini Ringgo berperan sebagai karakter pembantu, namun damage-nya... beuhhh... bikin emosi jiwa 😤, apalagi saat ngontak Moko minta ini itu hadehhh... bisa diem nggak sih *pake nadanya Atun *ytta. Ternyata ada udang di balik bakwan ya pemirsa, Eka kabur meninggalkan Osa aja gegara usahanya tekor. Bhang-khek memang cowok penganut kerah tinggi 😥.

Untukku, 1 Kakak 7 Ponakan ini agak di bawah ekspektasi, nggak jelek cuma bukan seleraku aja *yakali Indomie😅. Kalau kalyan tertarik dengan film ber-genre romantisasi problematika hidup mungkin kalyan akan suka 1 Kakak 7 Keponakan ini, namun kalau kalyan berekspektasi sebegitu tinggi dan nggak relate dengan situasi yang dihadapi oleh Moko mungkin kalyan akan setuju denganku.

aku dan kau sad berjamaah

Di luar kekurangannya aku mesti mengakui bahwa semua cast-nya berusaha memberikan penampilan terbaik, Jerome mah nggak usah ditanya ya, gesture dan mimiknya udah mantips. Scene stealer di 1 Kakak 7 Ponakan ini tentcunya adalah Pop Ais, asli lucu banget... 😍 aku juga sedih saat Ais berusaha menahan tangis dan melambaikan tangan dari mobil yang membawanya pulang.

Oh ya,yang bikinku penasaran selama nonton adalah: 7 ponakan ini siapa aja sih?
Kakak - Moko
Ponakan 1 - Woko
Ponakan 2 - Nina
Ponakan 3 - Ano
Ponakan 4 - Ima
Ponakan 5 - Ais
Ponakan 6 - Osa
Ponakan 7 - Eka

Kalau benar begini urutannya. Noh, ponakan 7 biang keladi!

*all pictures were taken from @watchmen.id thread on Twitter
*ytta: yang tua-tua aja
*ytta: yang tau-tau aja

***  

Kalau kalyan merasa tulisanku menarik dan ingin menyemangatiku, boleh niya jajanin virtual... 😉.

Nih buat jajan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Telah sampailah kita di bulan Desember, dimana byasanya line up film di bioskop didominasi oleh film-film khas liburan. Tapi tetap yaa… karena Indonesian loves klenik thingy and everything in between, rasanya belum afhdol kalau nggak ada film horror yang rilis setiap bulannya. Kalau di bulan lalu aku nonton The Hunger Games: The Ballads of Songbirds and Snakes, maka di bulan ini aku nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-film. Film-nya udah masuk masuk watchlist sejak… aku masih pake Twitter 😂.

Sayangnya aku nggak menemukan jadwal tayang Jatuh Cinta Seperti di Film-film di bioskop Kings dan BIP, yha~ memang bukan market-nya 😅. Tadinya aku mau nonton di BEC atau (mentok-mentok) di Transmart setelah pulang kerja. Saat aku cuti Icunk mengabari bahwa ia dan Lisna gagal nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-film di bioskop Tasikmalaya karena udah nggak tayang. Saat OTW ke Bandung aku mencari bioskop terdekat yang menayangkan Jatuh Cinta Seperti di Film-film, dan (akhirnya) aku menemukannya di BTC yang dekat dengan pool travel.

Biar suasananya makin syahdu, kalyan bisa membaca post-ku sambil mendengarkan playlist yang kususun sesuai urutannya.


Ini adalah kali pertamaku nonton di BTC, kalau bukan gegera Jatuh Cinta Seperti di Film-film mungkin aku nggak akan pernah nonton di sini. Saat film dimulai studio hanya terisi 1/3-nya aja, kukira rang-o-rang yang menunggu bersamaku di lobby akan nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-film, ternyata mereka nonton 172 Days. Biar nggak terlalu panjang mari kita singkat judul filmnya jadi JCSDFF, karena aku masih belum faham mengapa rang-o-rang menyingkatnya dengan deesjeef 🤔.

Aku setuju sih dengan reviewer yang menyatakan bahwa JCSDFF ini adalah surat cintanya Yandy Laurens untuk dunia perfilman, karena filmnya memang film banget. Sebagai netizen yang suka nonton dan ngobrolin film meski pengetahuan teknisnya awur-awuran, aku bisa melihat bahwa JCSDFF ini adalah karya Yandy yang personal. At least… itulah yang kurasakan saat ayunan tangan Ringgo melebarkan frame dan membuat tone warna di filmnya berubah menjadi hitam putih.

Bagus saat menulis

Bagus saat ngomong ke printer yang bikin huru hara

Mungkin kalyan pernah nonton web series Sore, kalau belum nonton kalyan bisa nonton disini (ini link dari legal source ya bukan link haram). Setelah menonton web series-nya yang lain aku sampai pada kesimpulan bahwa: dunianya (Yandy) fantasi ya 😍 Amazed sekali rasanya saat tahu akhirnya ada sutradara yang menaburkan fantasi di karyanya * I like it * suara Curut.

Awal-awal tone warna filmnya berubah menjadi hitam putih aku merasa agak mual karena mataku butuh waktu untuk memprosesnya. Aku pun mempertanyakan kenapa sih setting-nya nggak dibuat lebih minimalis biar kita bisa lebih fokus? Kubilang begini karena ada beberapa scene yang menurutku terlalu ramai jadi tone warnanya nyaru sehingga aku gagal fokus. Ohya, penggunaan tone hitam putih di JCSDFF ini sekitar 80%-85% makanya saat tone warnanya kembali normal berasa dikasih nyawa. Yha~ I got the point 😉.

makin cool setelah pensiun jadi suami BCL

JCSDFF bercerita tentang Bagus Rahman (Ringgo Agus Rahman) seorang penulis film yang ingin mengungkapkan cintanya kepada Hana (Nirina Zubir) melalui film yang yang ditulisnya. Nah, Bagus memulai rencananya dengan pitching ide kepada produsernya, Yoram (Alex Abbad). Tektokannya bagus dan Yoram disini enak banget ya, apalagi saat ngobrolin gimmick sampah di gala premiere, berasa ikutan ghibah. Eh, gimmick minyak goreng ada di obrolan mereka nggak sih? *aku lupa 😅.

Setelah bertahun-tahun Bagus dan Hana tanpa sengaja bertemu di supermarket, mereka kemudian bertukar kabar dan ngobrol. Obrolan mereka nggak jauh berbeza laya dengan obrolanku dengan Icunk dan Deya kalau ketemu. Sampai Hana bilang: kenapa sih nggak ada film cinta untuk orang-orang seumuran kita? 🤔 Gini loh mb Hana… film cinta untuk orang-orang seumuran kita mah akan lebih banyak ngobrol-nya ketimbang action-nya, outfit-nya akan lebih casual karena nggak ada scene pake coat berbulu di yurop, cast-nya pun udah nggak sebening muda mudi jalur viral.

In other terms, film cinta untuk orang-orang seumuran kita kurang menjual dan syulit balik modal.


Saat Hana bilang: film cinta untuk orang-orang seumuran kita, aku langsung kepikiran Before trilogy. Before trilogy terdiri dari 3 film dengan linimasa linear yakni Before Sunrise (1995), Before Sunset (2004) dan Before Midnight (2013). Menceritakan tentang Jesse Wallace (Ethan Hawke) yang bertemu Celine (Julie Delpy) saat berlibur di Prancis. Aku udah pernah mencoba menulis review-nya tapi nggak sanggup euy… makanya kalyan nonton mandiri aja ya biar lebih khidmat 😉✨👌🏻.

Bagus pun meminta bantuan Selin (Sheila Dara) dan Dion (Dion Wiyoko) untuk mengeksekusi rencananya, eym… pasutri ini mengingatkanku pada Celine Tam finalisnya AGT. Keinginan Bagus yang ingin secepatnya bersama Hana ternyata nggak sejalan dengan keinginan Hana yang masih ingin menikmati dukanya paska kematian Deni (Donne Mulia). Hubungan pertemanan modus yang tadinya mengalir pun terancam bubar karena perbedaan persepsi mengenai: kapan waktu yang tepat untuk move on?



riset tapi modus

Selama film berlangsung aku sama sekali nggak merasa Bagus seakan-akan memaksa Hana untuk move on sampai scene Hana marah-marah setelah membaca script yang masih anget di printer. Aku merasa apa yang dilakukan Bagus adalah hal yang natural, kita pun akan melakukan hal sama dengan Bagus saat berhadapan dengan orang yang tengah berduka. Sayangnya, sebagai manusia kita sering lupa bahwa dalamnya lautan bisa diselami, namun dalamnya hati siapa yang tahu? Kita nggak akan pernah tahu bagaimana rasanya berduka sampai kita sendiri mengalaminya.

Saat tone warnanya kembali normal aku tersadar bahwa JCSDFF bukan filmnya Bagus, melainkan filmnya Hana. Sejak awal Bagus udah bilang bahwa Hana masih berduka paska kematian Deni, tapi kita nggak dikasih tahu bahwa Bagus punya cara sendiri untuk menunjukkan empatinya kepada Hana. Well… Di long take-nya Hana saat berantem dengan Bagus aku merasa kenapa sih Hana marahnya too much, emosi yang kutangkap macem emosinya istri durjana di meme yang seliweran di FYP, yang kalau ngomong ada penekanan kata-katanya.

aku suka Nirina di scene ini karena matanya berbinar-binar

original version

adaptation version

apa jadinya kalau Dion diganti jadi Darius :)

Pernah nggak sih kalyan nonton film di bioskop dan tetiba muncul potongan scene dari film lain di kepala, macem: oh, yang ini dari film ini, yang itu dari film yang itu. Nah, JCSDFF memberikanku hints dari beberapa film yang udah kutonton, sayangnya aku nggak bisa nge-spill scene atau filmnya karena udah lupa wkwk. Aku menulis post ini sejak bulan Desember namun baru bisa terselesaikan di bulan Januari. Lama banget ya jedanya, setahun… *annual joke.

Scene favourite-ku ada 2: yang pertama adalah scene saat Hana ikut ‘mati’ bersama Deni, yang kedua adalah scene drone-nya Siladara yang kewren. Saat Selin dan Dion mengantarkan Bagus ke rumahnya Hana jalanan yang mereka lalui cukup ramai, at least kita masih bisa melihat ada kendaraan yang melintas dan lampunya yang kelap kelip di kejauhan. Namun saat scene drone-nya Siladara jalanannya sepi banget, nggak ada satu pun kendaraan yang melintas, untukku ini agak mengganggu tapi isokey scene-ke tetap kewren kok 👍🏻.

teu puguh rarasaan 1

teu puguh rarasaan 2

Aku juga suka dengan karakternya Siladara di JCSDFF yang ‘akhirnya’ dibikin normal, bukan pelakor kek byasanya. Cucok laya dipasangkan dengan Dion yang dibikin rada lemot bahkan hingga akhir film 😆. Ohya, di JCSDFF ada Julie Estelle loh ya… siapa tahu kalyan pada kangen. Aku nggak akan menyebut JCSDFF ini sebagai film terbaiknya Yandy Laurens karena kuyakin ia membuat karya-karya terbaik lainnya. Aku lebih suka menyebut JCSDFF sebagai film-nya Yandy Laurens yang paling personal *untuk saat ini.

Selesai nonton aku jadi kepikiran: apaqa Yandy Laurens adalah mas-mas penulis di film Ruby Sparks.

Kita sama-sama tahu bahwa semua film ada market-nya, dan menurut kesusotoyanku nggak semua orang akan cucok dengan JCSDFF ini. Temanku nonton JCSDFF namun saat kutanya kesannya dan hal-hal menarik yang ia temukan di filmnya jawabannya datar-datar aja, nggak semenggebu-gebu aku saat merekomendasikan pada manteman sekalyan. Filmnya bagus, rame, kalau orang yang suka nonton pasti suka. Lahhh… dirimu apanan nonton. Ujung-ujungnya aku jadi merasa nggak enak udah jadi relawan buzzer JCSDFF 🤣.

Yha~ menemukan teman yang sama-sama suka nonton dan membahas filmnya like a pro *padahal kagak itu adalah salah satu rezeki yang patut disyukuri.

betcul begitu buibu?

See you at the next review…

All pictures were taken from @watchmen.id's Twitter thread.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Memasuki musim penghujan ini udah saatnya kita mempersiapkan pancaroba kit, anginnya nggak enak dan hujannya labil banget 🥲. Menuju tengah hari bisa dipastikan cuaca gloomy ala-ala, byasanya hujan tipis-tipis tapi kadang hujan lebat, makanya nggak heran kalau bis terlambat datang gegara banjir 🌊.

So far, aku udah melewatkan banyak film bagus… entah kenapa belakangan ini aku malay ke bioskop, ada aja alasan mengapa aku lebih memilih melewati hari dengan rebahan di kamar ketimbang pergi ke bioskop. Aku juga udah nggak terlalu mantengin drakor, series apalagi, yang kuinginkan hanyalah selimutan sambil menunggu hujan reda 🤭.

Minggu lalu sepulang ngantor aku mampir ke BEC dulu karena ada yang mesti diurus, begitu urusanku kelar eh malah hujan, bukan hujan tipis-tipis ya melainkan hujan lebat. Ketimbang menunggu di bus stop aku memilih untuk menunggu di Gramedia sambil melihat-lihat buku kali aja yang menarique. Bahkan sampai aku bosan pun, bis yang kutunggu masih belum datang dan hujan masih belum reda.

Yha~ kadung udah kesini, kupikir nggak ada salahnya kalau nonton dulu sebelum pulang, toh pada akhirnya aku nggak akan pake bis yekan. Sambil jalan ke BEC aku mengecek film yang jam tayangnya dekat, beruntung masih tersisa 1 seat di row tengah untuk Mencuri Raden Saleh. Kalau nonton di bioskop aku selalu mengusahakan seat yang sejajar dengan screen, biar nggak siwer.

Flashback dikit niya. Saat kuliah aku dan Icunk pernah nonton Harry Potter di BIP karena tiketnya OTS kita kebagian seat pinggir agak depanan dikit. Bukan pengalaman yang menyenangkan ya karena selama nonton kita duduknya mesti miring karena nggak sejajar dengan screen, mana kepalanya mesti nenggak pula. Pulangnya kita pusing dan kompak sakit leher 😂.

Salah satu hal yang menyebalkan dari menonton di bioskop adalah penanyangan trailer sebelum filmnya dimulai. Eh, ini khusus trailer film horor ya. ZBL banget pokoknya kalau jalan lewat screen pas di bagian jump scare, rasanya ingin “hap!” langsung duduk di seat. Berasa dikejar-kejar aja gitu 😂 Sebelum film Mencuri Raden Saleh dimulai hanya ada1 trailer yang ditayangkan yakni Jagat Arwah. Kalau melihat visualisasi lelembutnya yang dibuat beragam aku sih tertarik tapi tetap ya nggak berani nonton sendiri 😱.

lukisan yang dimaksud

Untuk mempersingkat intro, marki-view Mencuri Raden Saleh…

So far, film bertema heist yang menurutku masih okcey untuk ditonton masihlah trilogy Ocean dan Italian Job, sedang untuk series-nya Money Heist. Jadi ya standarku adalah mereka ini. Seingatku, Mencuri Raden Saleh udah di-sounding 1-2 tahun sebelumnya, yang sayangnya karena pandemi mesti tertunda. Sejujurnya aku agak skeptis, khawatir kalau filmnya anyep karena tema heist ini adalah tema pendatang baru.

Mencuri Raden Saleh ini bercerita tentang komplotan amatir yang dipaksa keadaan untuk mencuri lukisan Raden Saleh. Adalah Piko (Iqbaal Ramadhan) dan Ucup (Angga Yunanda) pasangan bromance yang seringkali dicemburui oleh Sarah (Aghniny Haque). Piko adalah seorang mahasiswa semester akhir yang BU karena ingin membuka kembali kasus yang menjerat bapake (Dwi Sasono), ia nyambi dengan menduplikasi lukisan dan menjualnya melalui Ucup seorang so-called hacker.

balap mobil duls

Anggaplah mestakung, suatu hari Ucup dan Piko ditawari oleh Dini (Atiqah Hasiholan) seorang kurator seni untuk menduplikasi lukisan Raden Saleh yang berjudul: Penangkapn Pangeran Diponegoro. Si buyer yang kemudian diketahui sebagai Permadi (Tyo Pakusadewo) yakni mantan presiden Indonesia memberikan tantangan untuk menukarkan lukisannya Piko dengan lukisan aslinya.

Tenang pemirsa… Ucup cs hanya diminta merekrut member dan menyusun rencana cangkangnya aja, master plan-nya mah udah disiapkan oleh Permadi. Beliau sadar yaini eksekutornya adalah krucils tanpa pengalaman. Maka dimulailah sesi belanja member… *sesi penting-nggak-penting sekaligus sesi pengenalan skill. Ada Sarah pacarnya Piko, Gofar (Umay Shahab) dan Tuktuk (Ari Irham) kakak beradik beda emak dan Fella (Rachel Amanda).

Gofar dan TukTuk

Yang kurasakan saat menonton film bertema heist, kebanyakan film lebih memperlihatkan betapa ‘wah’nya cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, kadang objek yang dicurinya malah tampak B aja alias yagitu weh. Kita disibukkan dengan detail remeh-temeh hingga mengesampingkan esensi dari filmnya sendiri. Sebagai penonton, aku cukup mendapatkan informasi mengenai lukisan Raden Saleh dari narasinya Piko.

Kupikir keputusan membuat eksekusi rencana mereka berantakan sangatlah tepat, sebagai newbie yang baru nyemplung rasanya too good to be true kalau rencana mereka sampai berhasil. Memang, nothing is impossible tapi ya nggak realistis. Selalu ada kali pertama untuk semua hal bukan? Dan komplotan pencuri amatir ini mesti belajar dari kesalahan mereka.

Piko dan Sarah, pasangan BU

Kalau ada yang kusuka dari Mencuri Raden Saleh itu adalah keputusan Angga Sasongko mengoptimalkan cast yang segitu-gitunya. Kubilang begini karena di film bertema heist yang pernah kutonton, rerata dalam satu komplotan hanya 2-3 orang yang benar-benar dipake sisanya hanya cameo belaka yang membuat pembagian porsinya jadi nggak balance.

Kita semua faham bahwa Serabi original dengan topping oncom dan telur itu udah nikmeh dari kodrat, namun saat ditambah topping lainnya macem abon, mayones, ayam rica atau ayam teriyaki rasanya malah bikin bingung. Too much dan kehilangan esensinya. Inilah yang kurasakan ketika menoton Mencuri Raden Saleh, paruh pertama memang mengasyikkan, namun di paruh kedua aku merasa ada tekanan untuk memasukkan sub-cerita lain yang membuatnya bercabang 🌴.

Piko tanpa Pikopi

Paruh kedua kutandai dengan bebasnya Tuktuk dari penjara, momen dimana mereka menyusun rencana balasan atas kekalahannya. Semuanya terasa begitu cepat sampai aku nggak yakin Piko sempat mengajukan perpanjangan cuti kuliah.

Kalau ada yang membuatku ZBL itu adalah flirting-nya Ucup ke Fella, cringe cringe hadeh gimana gitu, mana konsisten dari awal sampai akhir. Aku nggak tahu apakah karakter Ucup memang dibuat flirty, tapi ya… jangankan merasa tergugah yang ada aku il-feel duluan. Yha~ aku bukan market-nya Ucup 🤣. Yang kukecengin di film Mencuri Raden Saleh hanyalah Aghniny Haque.

ishhh... 


Ohya, sejauh yang kurasakan product placement-nya film mencuri Raden Saleh cukup matang, sponsor-nya reliable dan nyambung dengan kebutuhan cerita. Kecuali… Fullo 🤔. Kurasa scene Gofur dan Fella rebutan Fullo udah cukup mewakili product placement-nya, namun scene Gofur ngemil Fullo berkardus-kardus sukses membuat iman teguncang. Macem… Gofur tuh faham nggak sih kalau ingin kenyang mah makan nasi bukan ngemil Fullo? Yakin ngga ‘kan spaneng? 🤣.

Di pestanya Permadi, Sarah tetiba coy dengan cowok yang nggak jelas juntrungannya namun mau-maunya ikutan gelut. Yang ada di otakku: Hey… dia siapaaa? Asli, nggak ada intro tetiba coy begini bikin aku KZL, tapi lalu kusadar apakah ada rencana terselubung untuk membuat sekuel film Mencuri Raden Saleh? Tapi kalau boleh menyarankan mending dibikin series-nya aja, biar writer-nya ada kesempatan untuk mengeksplorasi karakter dan membenahi naskah.

yu cakep banget

To be honest, kurasa akan lebih baik kalau Permadi menjadi mantan pejabat ketimbang mantan presiden. Toh, pejabat masa kini bisa mengoleksi barang antique bahkan memindahakan gapura taman safari ke ruang kerja adalah mungkin. Untuk ending-nya terasa kurang nendang siya dan aku khawatir mereka ketabrak lagi karena berhenti di tengah jalan.

Mencuri Raden Saleh adalah film yang menyenangkan dan menarik untuk didiskusikan dengan teman, untuk kekurangannya mungkin bisa ditambal di sekuelnya tahun depan *yamasa nggak ada sekuel 😉.

***

Pictures were taken from the Watchmen ID.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello…

Ada info penting niya bagi kalyan yang sering membaca post review film ala kadarnya di blog ini, akhirnya… setelah sempat ke-pause selama 2 tahun gegara pandemi, aku kembali nonton di Ubertos haha 😆 Yha~ that’s it. Itulah kabar penting yang ingin kusampaikan kepada kalyan. Dan teruntuk sobi nonton Ubertos yang udah pecah kongsi, yuk nonton di bioskop lagi, nonton via smartphone mah kurang puas 🥲.

Tadinya aku dan Icunk ingin nonton Top Gun: Maverick karena review-nya menjanjikan, tapi mon maap nggak jadi karena setelah kucek di via M-Tix di Ubertos Top Gun: Maverick udah nggak ada. Karena kita mager ke MIM (Metro Indah Mall) jadilah Top Gun: Maverick diganti menjadi Ngeri-Ngeri Sedap karena Opung Luhut menitikkan air mata saat menontonnya 😁. Juwara benget laini reviewer-nya.

Keyword: Opung Luhut - air mata

KKN di Desa Penari nggak masuk list ya karena Icunk udah nonton duluan dan review-nya: nggak rame! Srimulat: Hil yang Mustahal Babak Pertama 50:50 karena nggak yakin akan suka meski dulu aku suka nonton di TV. Jurassic Worlds: Dominion okcey tapi setelah baca review-nya kita mundur padahal film ini yang menghabiskan layar di Ubertos 😌.

Aku sengaja nggak membaca atau menonton in depth review film Ngeri Ngeri Sedap karena nggak mau terpapar spoiler, kalau review selewat macem testimoni atau rentetan retweet-nya Futih aku juga lihat tapi nggak di-klik. Sebagai netizen BM aku juga ingin dikejutkan, aku ingin menikmati alur ceritanya tanpa mesti berimprovisasi dengan imajinasi yang tercipta karena spoile ✨👌🏻


Film Ngeri Ngeri Sedap ini bercerita tentang sebuah keluarga disfungsional (well… most of family were dysfunctional isn’t? 😉) yang terdiri dari Bapak Domu (Arswendy Beningswara), Mak Domu (Tika Panggabean), Domu (Boris Bokir), Sarma (Ghita Bhebita), Gabe (Lolox) dan Sahat (Indra Jegel). Disfungsional disini maksudnya adalah ketika anggota keluarga nggak berfungsi atau berperan sebagaimana mestinya.

Cerita dibuka dengan scene Pak Domu dan Mak Domu yang kangen dengan anak-anaknya yang merantau, entah apa pertimbangannya namun Pak Domu dan Mak Domu ini nggak pake smartphone, makanya suaranya di loudspeaker mulu. Dari scene tersebut kita jadi tahu bahwa 3 anak Pak Domu dan Mak Domu merantau ke Pulau Jawa yang bahkan sejak sebelum pandemi pun udah nggak pulang kampung lagi.

Kemudian cerita berpindah pada pertemuan keluarga Pak Domu, keluarganya berencana mengadakan pesta adat dan neneknya (ibunya) berharap cucu-cucunya bisa datang. Pak Domu dan Mak Domu bersepakat untuk berakting akan bercerai dengan harapan Sarma akan menyampaikan situesyen maha darurat ini kepada anak-anaknya yang lain, yha~ Pak Domu dan mak Domu hanya ingin anak-anaknya pulang 😂.

Orang tua mana yekan yang nggak kangen anaknya? Mak Domu jelas-jelas kangen, berkali-kali menyatakan namun berkali-kali dikecewakan. Scene yang lekat karena dalam keseharian kita bisa dengan mudahnya menemukan bapak yang mendikte ibu saat bertelponan. Pak Domu juga kangen, tapi yagitu… kepalang gengsi macem tipikalan bapack-bapack pada umumnya.


Yang kurasakan, sebagai orang Asia kita terbiasa dengan konsep keluarga dimana ayah adalah seorang bread winner sehingga hal-hal diluar hal tersebut adalah urusan ibu. Kupikir itulah mengapa kita selalu memiliki gap dengan ayah karena ayah hanya hadir pada saat-saat tertentu, nggak stand by mulu macem ibu. Ditambah lagi kita menganut budaya patriarki dimana lelaki berada setingkat diatas wanita.

Kedekatan orang tua dan anak memang nggak bisa diukur dari seberapa banyak interaksi atau seberapa lama bersama, namun entah bagaimana gap itu tercipta. Kebanyakan dari kita akan merasa lebih fleksibel ketika bersama ibu ketimbang bersama ayah? Yha~ karena ibulah yang mengisi gap yang nggak mampu diisi ayah, dengan kata lain ibu lebih banyak bersama anak-anaknya sehingga bonding-nya pun lebih luwes.

Nah, anak-anak Pak Domu dan Mak Domu ini enggan pulang karena Pak Domu kerap me-review pilihan hidup mereka yang dianggap melenceng dari pakem. Domu yang menjalin kasih dengan orang Sunda, Gabe yang menjadi entertainer dan Sahat yang mengabdikan diri di Jawa. Sebagai orang tua tentu Pak Domu menginginkan yang terbaik untuk anak-anak dan keluarganya, sayangnya Pak Domu kurang luwes dalam mem-bridging cita-cita luhurnya, makanya yang ada pada nasteung duluan 😅.


Di paruh pertama kita akan melihat kekocakan Pak Domu dan Mak Domu saat meyakinkan Sarma bahwa mereka akan bercerai, yap, Sarma adalah perantara di keluarga mereka. Scene favorite-ku tentcu adalah scene Mak Domu berakting mau kabur sambil membawa tas, untungnya Sarma datang kalau nggak mati gaya nih ditanya Pak Pendeta 🤣. Di awal sampai pertengahan kita akan dibuat tertawa-tawa menyaksikan senyum simpul Tika Panggaben terkembang saat goals-nya tercapai 🤭.

Mengawali paruh kedua kita akan merasakan tensi ketegangan mulai naik, terutama saat Gabe diciutkan Pak Domu di pesta adat. Puncaknya… otentcu… long take-nya Sarma yang kewren itu 💯. Sejujurnya aku kurang sreg dengan rotasi lakon di long take ini karena menurutku too teatrikal: Pak Domu marah dibalas Domu – jeda – Pak Domu marah dibalas Sahat – jeda – Pak Domu marah dibalas Gabe. Mungkin tujuannya agar adil tapi untukku sih kurang natural, tapi balik lagi ya mungkin style-nya memang begitu 🤔.

Kemudian kurva melandai 😁 dan kita akan dibuat ikutan galau saat Mak Domu memilih pulang ke rumah orang tuanya, tapi disini Sahat berhasil menstabilkan suasana dengan berbicara kepada Pak Domu. Scene ketika Pak Domu tinggal sendirian di rumah mengingatkanku pada scene keluarga piramida di Sky Castle, hampir tiap hari makan mie, cucian menumpuk dan sepi yang mennghampiri.


Menurutku memorable scene di film Ngeri Ngeri Sedap bukanlah scene saat Pak Domu muncul dari balik tirai acaranya 🎪 Gabe melainkan saat Pak Domu datang ke rumah ibunya dan diberi makan. Mengingatkan bahwa kita akan selalu menjadi anak-anak di hadapan orang tua 🥺. A little gesture that matters. Seperti saat Mak Domu membelikan sandal dan kaos di pasar, dan keukeuh membagi satu porsi untuk semua. Waktu seakan terhenti di mana memori itu tinggal.

Menuju akhir aku merasa sedang fast forward video YouTube, saking cepetnya jadi bingung dan bertanya-tanya. Pak Domu tahu dari mana alamat calon istrinya Domu, tempat kerjanya Gabe dan tempat tinggalnya Sahat? Begitu pun dengan Sarma, aku penasaran banget apa yang dilakukan Sarma pasca udah nggak lagi jadi pi-en-eis? Sampai bisa menjawab “udah nggak lagi” saat Pak Domu menanyakan pekerjaannya.

Aku tahu tuak yang diminum gengannya Pak Domu hanyalah properti belaka, tapi why warnanya mirip dengan sari lemon yang kuminum hampir tiap hari, kan aku jadi tersugesti niya~ 😌 Meski ending-nya bisa ditebak, aku suka bagaimana film Ngeri Ngeri Sedap ini menjaga mood audience dengan damai, at least kita diberikan jeda pasca long take-nya Sarma 😊.

Kalau Opung Luhut menitikkan air mata, kita mah kebanjiran 🌊, air matanya menggenang karena masker-nya tearss resistant. Sialnya, aku hanya membawa tissue basah huhu ~ Bukannya kering yang ada wajahku jadi makin basah karena kuseka sekalian 🤣 Saking fokusnya nonton + berseka aku nggak ngeh Icunk membawa tissue kering 😅.

Aku nggak akan membahas tentang gimana Bataknya film Ngeri Ngeri Sedap ini karena yaudalaya… khatam. Namun aku mesti bilang bahwa film Ngeri Ngeri Sedap ini kualitas gambarnya okcey, saking jernihnya jadi berasa pake green screen. View Danau Toba bagus banget kek ads-nya Traveloka. Kontur alamnya keren dan bikinku ingin kesana 😊.

Anyway… film Ngeri Ngeri Sedap ini okcey ya, layak ditonton apalagi dengan keluarga, dan please jangan lupa bawa tissue *kering.

in Pecel Lele I trust 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sebulan yang lalu aku mendapatkan giveway dari @watchmenID x Go Play berupa free access selama sebulan, yang sebenarnya merupakan promosi dari rilisnya Perempuan Tanah Jahanam di Go Play.

Thank you @watchmenID
Thank you Go Play
Thank you semesta ✨👌🏻 tumben nggak nikung 🤭

Jadi, digunakan untuk nonton apa free access-ku?

Saiyo Sakato

Gegara series ini smartphone-ku dibajak mama wkwkwk 😁 Mamaku sampai gemay dan ngedumel sendiri nontonin perseteruan Uni Mar dan Nita rebutan Saiyo Sakato. Sayangnya, sinyal internet di rumah Mbah nggak begitu stabil jadi nontonnya mesti agak delay. Mamaku bilang ceritanya bagus nggak kaya sinetron di TV 🤭.

Perempuan Tanah Jahanam

Sebagaimana tweet-ku, tadinya ku berencana untuk menonton Perempuan Tanah Jahanam bersama keluarga, tapi ternyata nggak ada yang mau haha Jadi tetep aja aku nontonnya sendiri 😅. Gimana ya... kupikir Perempuan Tanah Jahanam ini ceritanya nanggung, horror bukan, thriller bukan, tapi misterinya nggak nyampe 🤔. So far... aku menikmati menonton filmnya.

Wiro Sableng

Kupikir keputusanku untuk nggak menonton film Wiro Sableng di bioskop adalah keputusan yang tepat, karena filmnya bagiku agak ‘kriuk' 🍃. Mungkin gegera Vino-nya juga kali ya... apeu. Alur ceritanya kurang rapi dan nggak rame aja haha 🤣 Selama nonton aku malah nungguin Sherina, please kasih dia role...

Shy Shy Cats

Nonton Shy Shy Cats ini berasa nonton ulang 30 Hari Mencari Cinta 😁 Kalau 30 Hari Mencari Cinta adalah kehidupan kuliahnya Nirina, maka Shy Shy Cats adalah kehidupan pasca kuliahnya Nirina. Kusuka role-nya Titi Kamal yang meski (masih) tertindas namun dibuat lebih realistis, pas aja gitu... nggak menye-menye once 😅.

Pretty Boys

Meski aku adalah penonton (kurang) setianya geng Desta – Vincent – Hesty – Enzy + Onad (kadang-kadang) di Tonigt Show, Pretty Boys feel-nya malah nggak nyampe sama sekali. Danilla Riyadi okcey tapi (masih) datar-datar aja, aku malah kepikiran kalau Danilla Riyadi ini adalah versi indie-nya Marcella Zalianty 🤭. FYI. Aku Cuma sanggup nonton 1/3 filmnya, sisanya... bhay!!! ✋🏻

Tunnel

Kalau kau bingung mau nonton series apa (selain series Korea) di Go Play aku merekomendasikan series berjudul Tunnel. Tunnel (terowongan) merupakan adaptasi dari series Korea berjudul sama yang bercerita tentang kasus pembunuhan berbalut konsep (lagi-lagi) time travel. 

Di tahun 1989 seorang polisi bernama Tigor (Donny Alamsyah) menyelidiki kasus pembunuhan mutilasi untuk ritual, setelah melalui serangkaian kejadian Tigor berakhir di sebuah terowongan yang membuatnya terlempar ke tahun 2019. Tigor kemudian bertemu dengan temannya yang bernama Aryo (Verdi Soleman) yang ternyata sedang menyelidiki kasus serupa.

Menonton series Tunnel ini sensasinya seperti menonton drama 90an, setting-nya niat banget guise... 👌🏻 Begitu juga dengan pemilihan cast dan dialog. Aksen Batak Tigor pun nggak kalah meyakinkan, kupikir ini adalah penampilan terbaiknya Donny Alamsyah. Sejauh ini aku jarang menemukan Donny Alamsyah menjadi main cast, kalau pun pernah aku belum nonton hehe 😅 lebih sering nonton sebagai supporting cast.

Karena Tunnel adalah serial adaptasi maka ceritanya sudah ‘jadi’ yang membuatku terkesan adalah eksekusinya yang rapi disesuaikan dengan setting yang Indonesia banget. Pemilihan kota Yogyakarta sebagai TKP kupikir sudah tepat ya, tadinya kukira tunnel yang digunakan adalah tunnel di Taman Sari ternyata buat sendiri dong 🥺 hehe

Setelah menonton series Tunnel kujadi kepikiran apakah mungkin perjalanan lintas dimensi bisa terjadi? Apakah ini alasan mengapa pada beberapa kasus penemuan jasad korban nggak bisa dikenali? Dan orang yang tetep hilang sampai entah kapan. 

Anyway... terlepas dari berbagai kekurangannya Tunnel adalah series yang mesti kau tonton di Go Play.

***

Di Go Play ada banyak tontonan series dan non series yang seru, untukku yang provider internetnya pake Telkomsel adanya Go Play ini menghibur sekali yaini 🤣.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Source: IG Joko Anwar

Bulan lalu Bang Jokan (ikrib ye... 😁) merilis podcast-nya via Twitter, tentunya nggak butuh waktu lama bagiku untuk langsung caw mendengarkan haha 🏃🏻‍♀️💨.

Yay! Akhirnya list podcast-ku bertambah 😊. Kini aku punya opsi lain selain Makna Talks, Thirty Days of Lunch, Opini Tengah Malam dan Rapot. (Well... sebenarnya ada beberapa podcast yang cukup menarik tapi yang paling sering kudengarkan ya mereka-mereka yang kusebutkan tadi, sisanya mah cuma selewat-selewat aja 😅).

Senang juga ya rasanya bisa mendengarkan cerita-cerita dari balik layar ☺ apalagi yang meng-interview adalah Jokan yang notabene berada di circle pertama perfilman. Jadi obrolannya bisa santuy macem ngobrol dengan teman nongkrong (yaiyalah haha 🤣), point-nya jelas dan yang paling penting asik aja didengarkan 😆.

Sampai saat ini Jokan suda meng-interview beberapa sutradara yang dirangkum dalam program #Retrospective, selain mengulas karya-karya yang pernah dibuat Jokan juga membedah proses kreatif yang terjadi behind the scene, ternyata ribet juga ya bikin film 🤭.

Sejauh ini #Retrospective yang menarik perhatianku barulah #Retrospective #2 Upi, yang lain nggak dipilih bukan karena filmnya nggak bagus atau apalah, lebih ke alasan personal aja sih. Yha~... aku tumbuh dengan film-filmnya Upi 🥰 (yang saat itu masih pake embel-embel Avianto 😁), masa-masa menyenangkan dimana perfilman Indonesia mulai merekah, yang artinya ada banyak stok film ujicoba dalam berbagai genre 😌.


Kalau dari obrolannya dengan Jokan, kupikir Upi adalah orang yang cukup idealis, ia tipikal orang yang akan berusaha gigih mendapatkan keinginannya. Sebelum ‘basah’ di film, Upi suda lebih dulu menggarap beberapa video klip yang agak dark. Ia berangkat dari penulis skenario dan memulai debutnya sebagai sutradara di film 30 Hari Mencari Cinta yang sukses membuatnya dilirik berbagai PH.

Gokil juga mendengarkan usahanya mendapatkan funding, kalau biasanya sutradara lain akan berusaha untuk lebih ‘menyesuaikan’ dengan keinginan investor, Upi malah sebaliknya. Nodong 🔫. Macem, please kasih gue duit untuk merealisasikan mimpi (film) gue 😝. Tapi memang disini sih gilanya Upi, ia bisa meyakinkan investor untuk memberikan funding dan meminta kebebasan penuh akan filmnya. 

Source: IG Upirocks

Beberapa film sukses besar, sedang sisanya nggak sukses sama sekali haha 🤣 Ngakak bangetlah setiap kali Upi menyebut Red Cobex, sisa-sisa kegetirannya masih terasa... segar 😁. Macem dikasih tugas yang nggak disuka tapi mesti dikerjain, jadinya dicengcengin mulu sama diri sendiri. Namanya juga hidup... masih butuh cuan kan? #eh.

Beginilah dilema pekerja kreatif 😅. 

Saat kuliah, dosenku pernah berkata bahwa: desainer, arsitek, film maker dan orang-orang yang bekerja di bidang seni egonya tinggi, semakin tinggi egonya semakin tinggi usahanya, makanya sulit bagi kita untuk bisa berkolaborasi bersama,  yang ada gontok-gontokkan duluan 😅. Nggak tahu kenapa, aku tetiba ingat dan merasakan perkataan dosenku di obrolannya Upi.

Kerja mesti dari hati ❤️. Itu memang benar karena kalau nggak sesuai suda pasti hasilnya amburadul apalagi kalau ada tekanan atau request ini itu yang membuat mood berantakan. Suda pasti... gagal. Disini Upi mengakui secara blak-blakan bahawa ada beberapa project yang kurang disukainya, yang berimbas pada buruknya kualitas film yang dihasilkannya.

So far, Upi telah menghasilkan belasan film dan beberapa diantaranya menjadi favorite Kita semua 😊.

Film Upi favorite-ku yang pertama tentcu adalah 30 Hari Mencari Cinta. Selain karena ada Sheila on 7 yang mengisi soundtrack-nya, temanya yang ciwik banget cocoklah untuk anak-anak sekolahan macemku yang hiburan mingguannya jajan majalah Gadis 😅. Sumpah saking sukanya dengan film 30 Hari Mencari Cinta aku sampai bela-belain beli DVD original-nya dong...

Source: Wikipedia

Film Upi favorite-ku yang kedua adalah... eh bentar, Rangga & Cinta, Habibie & Ainun dan Dilan & Milea minggir dulu sanahhh! Radit dan Jani mau lewat 😏 Sebagai couple favorite-ku, level bucinnya Radit dan Jani ini suda tingkat mind blowing, dimana makan pake cinta dan hidup sesuai passion adalah hal yang amazing. Astagfirullah... kesederhanaannya bikin goblok. Inginku misuh-misuh tapinya leuv 😘.

Source: Wikipedia

Film Upi favorite-ku yang ketiga adalah  Realita, Cinta dan Rock ’n Roll. Kupikir film ini adalah film yang paling Upi banget, hampir setiap scene-nya seolah-olah menunjukkan personal taste-nya Upi, yang bergejolak, meletup-letup, sedikit ceroboh, penuh gaya namun tetap edgy haha 🤣 Salah satu yang kusuka dari film ini adalah soundtrack-nya yang dinyanyikan oleh Ipang yakni Bintang Hidupku (tapi yang lain juga ear catchy kok 😊).

Source: Wikipedia

Film Upi (yang bukan favorite-ku) tapi ku rekomendasikan untuk ditonton:
1. Serigala Terakhir (update: ada series-nya 😁)
2. Sweet 20
3. My Stupid Boss

Dan Sri Asih yang lagi OTW.

Hampir di setiap filmnya Upi melibatkan Vino, tadinya kupikir gegara Vino adalah salah satu aktor yang sedang naik daun (pada masanya). Tapi setelah kupikirkan lagi hampir semua karakter yang Vino bawakan hampir mirip satu sama lain, yang cakep tapi rebel, selengean tapi so sweet, banyak bacot dan bersuara sengau. Ya. seakan-akan karakternya memang tercipta untuk Vino 😁. Nggak heran juga sih, karena ternyata Vino memang seleranya Upi. LOL.

Fix niya, podcast-nya Jokan adalah salah satu yang kutunggu-tunggu tiap minggunya. Semoga konsisten 👍🏻.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates