Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
www.pexel.com 

If the last year's resolution theme was Work Smart, Play Hard and Running Faster, this year (2018) the resolution theme is gonna be ...

...

...

...

Jeng! Jeng! Jeng!

...

Self(ish) Branding!

Yha~... it’s the post title 😁

Before continuing to the 2018 resolution theme, let’s review how far my resolution working on the last year.

When technology makes life easier, there is a chance of impossible things. I want to be a smart worker on the minimax concept, it means a huge result without too much effort hahaha How it become? By skills. So... I should gain skills until being an expert.

So far I don’t have any significant gaining skill progress except finishing the How To Build A Sustainable Fashion Business course in Coursera and joining the YCIFI Basic Design Course batch 2 which is held at ITB for ± 4 months. It was my highest reach in 2017.

What I got from YCIFI Basic Design Course in batch 2 is a new perspective on the design area, fashion design. I’m very enjoying the course because it reminds me of the early year of my product designer wanna-be life on campus, I feel alive (again) 💞. It really makes my mind blowing and blooming 💖. Also ... I learnt so many things about fashion design, including how to sew a shirt. Yay!!! 😎

Since I’m jobless, I spent time mostly in the virtual (and immortal) life called the internet, so... what I’ve got? Because my daily (eh, weekly) routine is writing I tried to take care of my blog, I learnt how to increase my blog traffic by writing good content (for me it’s good enough) and how to get an adsense on my blog which is success applied 😊

This is the best part, play hard. When travelling I always wondered that everything seems different and interesting from another angle. It brightens me because I’m on fire. No matter where is the destination, I wish to travel a lot.

Last year I travelled often but it was not for vacation or holiday, it was for accompanying my mother to the place that issued can help her. What a thought journey for me and my family because we spent a big money to do that thing. I don’t say it’s useless but please think first before acting 😐

My farthest destination was Yogyakarta as last year, visiting Ana’s and spent my free time in Mirota / Hamzah Batik, the only thing I didn’t satisfy about is my travelling partner haha 😏 My sister didn’t like travelling as I did and we end up by arguing, maybe later I’ll find a travel mate that loves to explore the city by walking around or by public transportation and didn’t mind to taking a lot of pictures of me. Don't you mind? 😉

FYI. I’d like to write ‘nice to sea you’ rather than ‘vitamin sea’ on the Instagram caption.
Eym... I’m still into it, wanna join? 💃

Dear God. I wish... no, I request... a travel life partner who lives passionately, like Mario & Dita (^.^)
Still in progress hehe

Running faster means I should prepare myself to pursue my lost behind, the hiatus is very bothered me because it has taken so much more time than it should be. There is a leap year of my lifeline. I want to be equal and more, even if it means I should work harder than others... twice or thrice.

I can’t deny that the hiatus took so long but finally, I found the reasons behind it, yes, everybody has their own destiny but not everybody lets anybody know how they survived 🙇🙇🙇

My jobless life officially ends up this year, I still feel amazed at how I broke people’s perceptions about people like me, they think I should be giving up to find a dream job and focusing only on marriage life preparation like others.

I’m 27 to 28 years old and jobless almost for 3 years but somebody throws a chance to be unpredictable, a chance that I won’t be missed. So here I’m ... ready for the next enchanting journey ... 😍

So, that’s all my not-so-detailed 2017 resolution recap, most of them are successful or at least close to what I expected but the rest is still on the way to pick up.

Let’s move to self(ish) (re)branding

Why the resolution theme should be self(ish) branding? Isn’t there any other term or words that can describe the meaning clearly? Well... self(ish) branding covered what I mean, I think couldn’t find other terms or words that would deliver my meaning exactly than self(ish) branding.

Self(ish) branding is my personal term for self-branding or renewing me or metamorphoself or anything you can name it about developing the new me as I want to, I added (ish) because it’s all about me, only about me and yeah... it’s full of statements.

Since my life isn’t going so well and ruined it several times, I can’t do what I really wanna do or at least I am interested in without any doubts of people that think their arguments are right instead of being netizens. Seems my life and death depend on people’s common standards 😔😓

My unstable emotions get worse and affected people’s presumptions, sometimes their version is tremendously insane and great at one time. But on the other side I realize that I couldn’t control people’s minds, feelings or opinions without being involved, what I’m gonna do next is to drive theirs, and that’s why I choose self(ish) branding for the resolution.

Then... What?

All this time I had an interest and curiosity about many things but still had boundaries to make it real, wish later I could find a way to do it. I also had... let says... a mini project 😉 I’ll share it with you soon!

Maybe I would do a little bit of internet manners change haha

What I do next might be out of my habit, but believe me, just because I rarely do doesn’t mean I’m not interested or curious, maybe I’m too lazy to admit that I loved it. See... people change, so with you *eh

Since I am still on the way to finding the capable one (as Kookie haha) I’m on filtered mode, so... I’ll cut everybody whose out of my requirement yha~~~ no, I’m not kidding. I just wanna live my life, so let me... get what I want! 😂😂😂😂😂

Que sera... 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Menyambut libur natal yang bablas sampai libur tahun baru ini aku memutuskan untuk pulang ke rumah ketimbang sok-sokan ikutan macet demi menyambangi destinasi kekinian, eh nggak gitu juga sih ... sebenernya karena ditinggal kengkawan segengs liburan ke Semarang 😂

Icunk, Medus, Deya dan Anis kalap nyari tiket kereta di waktu-waktu mepet, setelah semua printilan ticketing + staying beres mereka baru ingetlah aku nggak ikutan, yha~ teman macam apfah kalyan ini hah? 😂😂😂

Arus balik dari Subang ke Bandung terpantau lancar tapi ngesot, jangan harap bisa merasakan ademnya Lembang ya karena Lembang macetnya nggak shantay. Udah tengah hari, smartphone lowbat, jam-jamnya makan siang ehh ... mobil di depan mogok nggak kuat nanjak 😓. Apalah artinya liburan kalau nggak kena macet ye kan? 😏

Jalur alternatif Maribaya-Dago yang biasanya lancar jaya kemarin mandek, untungnya kita pake motor jadinya bisa rada dipersingkatlah macetnya hehe Menimbang istirahat di Punclut hanya sekedar angan-angan di musim liburan seperti ini, kita akhirnya meneruskan perjalanan sampai ke Dago dan (ujung-ujungnya) malah melipir ke Little Wings Café.


Little Wings Café bukan café baru atau café yang lagi nge-hits ya,malah bisa dibilang Little Wings Café ini adalah café lama karena sudah ada sejak zaman aku kuliah. Lokasinya di daerah Cigadung Dago, kalau dari arah bawah (Suci atau Kanayakan) lurus terus ke atas setelah pertigaan Borma Pahlawan sedangkan kalau dari arah atas (Dago dan sekitarnya) tinggal mengikuti jalan, setelah lapangan golf.

Eh, jangan keliru ya Little Wings Café ini letaknya di bangunan kolonial 3 lantai bercat pink, kalau bangunan joglo yang letaknya pas banget di main entrance adalah Bakmi Yogya, meski masih satu kompleks keduanya beda manajemen *yakali perusahaan haha 😁 Oh iya, nggak usah khawatir motor atau mobil kepanasan karena area parkirnya di berada di bawah pepohonan yang rimbun.

Main entrance

Di Little Wings Café semua lantai berfungsi sebagai tempat makan, karena areanya sendiri nggak terlalu luas dan furniture-nya banyak jadi terkesan sesak. Beberapa diantaranya adalah furniture jadul yang meski ramping tetep bulky sehingga kalau mau lewat mesti melipir dulu. 

Interior ambience-nya lebih ke ekletik ketimbang shabby chic, karena ada beberapa bagian yang udah direnovasi menyesuaikan zaman dan artwork taste-nya (yang ditempel di dinding) lebih mengarah pada aliran kontemporer atau realis.


Selain interior ambience-nya, yang tak kalah menarik dari Little Wings Café ini adalah printilan-printilannya yang unik. Konon, printilan-printilan tersebut didapatkan owner-nya ketika sedang berkeliling dunia, jadi ya kayanya konsepnya semacam mini museum gitulah 🤔.

Saat kita kesana keadaannya lumayan sepi, well ... mungkin karena memang udah lewat jam makan kali ya. Sambil nungguin waitress-nya datang kita liat-liat buku crafting (iya, liat doang tapi nggak bisa baca karena berbahasa Jepang 😌) mostly bukunya adalah buku-buku import dengan topik yang cociks, yha~ gimana dong ... jadi betah kan ... 😍😍😍

Checked in place

Kita memilih stay di lantai 2 karena sepi dan cozy, ini sih yang paling penting, biar nggak keganggu dan mengganggu. Soalnya di lantai 1 lagi ada semacam teamwork briefing dan di lantai 3 lagi ada prewedding photo session 💑.

Karena kita lebih fokus dengan ke-cozy-annya jadi makannya nggak kerasa hehe Mungkin ini yang disebut dengan standar ... biasa aja sih ... tapi tempatnya enak ada angin sepoi-sepoi yang bikin ngantuq 😪

dan ada Totoro ...

Menyoal taste, Little Wings Café termasuk standar yang intinya adalah enak tapi biasa aja ... ya gimana aja rasanya kaya di café sejenis, Cuma memang tempatnya nyaman untuk ngademin kepala apa ngobrol dengan temen, cocok juga untuk ngerjain tugas atau bahkan untuk sekedar menghabiskan waktu.

Ya ... kapan-kapan kesana lagi deh, baca bukunya belum tamat *heu 😋

Memantau arus balik liburan

Bentar, instastory dulu :p




Salty pumpkin soup 

Little Wings Cafe
🏠 Jl. Cigadung Raya Barat No.2, Cigadung, Kec. Cibeunying Kaler, Kota Bandung
⏰09.00-23.00 (hari Senin tutup)

Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Wahai kawan-kawan seperK-Dramaan, setelah sempat mendekam di kamar selama ± semingguan akhirnya ku tamat nonton Reply 1988 haha Sebagaimana penonton yang lagi susyah-susyahnya move on, aku masih sering kepikiran dan kadang rewatch sambil makan. Eh, masih wajar kan ya? Kalian juga gitu kan?

Reply 1988 adalalah instalment ke 3 dari Reply series, yang terbaru setelah Reply 1997 dan Reply 1994 produksi TVN. Sebelumnya aku pernah mencoba nonton Reply 1994 namun gagal di 2 episode awal karena bagiku ceritanya kurang menarik.

Setiap kali ngobrolin K-Drama dengan temen pasti adalah yang ujung-ujungnya nyangkut ke Reply 1989, katanya sih lebih rame daripada Reply 1997 dan Reply 1994. Wah? Masa? Hmm ... Hawa-hawanya sih menjanjikan yha~ ... Nggak perlu waktu lama untuk mencari raw file serial Reply 1988 ini karena ternyata Widy dan Melan punya.

Hanya butuh hitungan menit untuk menyadari bahwa serial Reply 1988 ini pirame-eun haha secara garis besar serial Reply 1988 menceritakan tentang kehidupan anak-anak kompleks Ssangmun-dong yang berteman sejak kecil, mereka adalah Sung Duk Sun (Hyeri),  Kim Jung Hwan (Ryo Jun Wul),Taek (Park Bo Geum), Sung Sun Woo (Go Kyung Po) dan Yoo Dong Ryong (Lee Dong Hwi).

Menonton serial Reply 1988 mau tak mau kita pasti akan diajak kembali ke masa lalu, dimana kita masih bisa merasa aman, betah dan nyaman meski tanpa smartphone atau internet. Maklum ya saat itu kompor gas pun terbilang barang mewah, rice cooker belum ditemukan, mesin cuci masih jarang (eh, apa malah belum ada?) tapi bersyukur ya pada punya telepon di rumahnya.

Kehidupan bertetangga ala Reply 1988 adalah salah satu hal yang menurutku paling dirindukan, saling bertukar makanan sebelum jam makan atau sekedar merajang sayuran di depan rumah merupakan pemandangan yang lazim. Saking rukunnya dengan tetangga sudah seperti keluarga, menitipkan anak sehari dua hari pun sudah tak segan, lebih borderless ya karena kita bisa datang kapan saja bahkan ikutan makan haha

Ada 5 keluarga yang menjadi fokus di Serial Reply 1988 ini, mereka adalah;

Sung Dong Il dan Lee Il Hwa
Keluarga ini tinggal di basement rumah keluarga Jung Hwan karena terlilit hutang akibat tertipu, Sung Dong Il bekerja sebagai manajer di Bank Hanil sedangkan Lee Il Hwa menjadi IRT, mereka memiliki 3 orang anak yang pertama adalah Sung Bo Ra (Ryoo Hye Young) mahasiswi jurusan Matematika Universitas Seoul yang meski galak tapi cerdas dan baik hati, yang kedua adalah Sung Duk Sun siswi SMA yang terlalu menikmati hidupnya sampai bodoh dan yang ketiga adalah Sung No Eul (Choi Sung Won) siswa SMP yang selalu jadi objek penderita.

Kim Sung Kyun dan Ra Mi Ran
Bisa dibilang keluarga ini adalah yang paling tajir di kompleks setelah memenangkan lotere, Kim Sung Kyun memiliki toko elektronik sedangkan Ra Mi Ran adalah IRT, mereka memiliki 2 orang anak yang pertama adalah Kim Jung Bong (Ahn Jae Hong) yang masih berusaha masuk universitas meski sudah gagal ± 6 kali dan Kim Jung Hwan siswa cerdas yang memiliki kepribadian cool.

Kim Sun Young dan ?
Setelah suaminya meninggal dalam kecelakaan pesawat Sun Young harus membesarkan kedua anaknya sendirian, ia menjadi IRT karena masih memiliki anak yang mesti diurus. Meski hubungan dengan mantan mertuanya kurang baik, ia merasa beruntung karena memiliki dua orang anak yang nggak neko-neko yaitu Sun Woo dan Jin Joo, pokoknya sibling goals banget lah yah hehe

Ko Gil Dong dan ?
Sebagai single parent Ko Gil Dong sebenarnya merasa agak kesulitan untuk mengurus anaknya Taek, namun jarang ditampakkan karena kepribadiannya yang pendiam dan tertutup.  Ia memiliki toko watch & jewelry yang sepi karena memang nggak pernah keliatan ada yang datang, sedangkan Taek adalah seorang atlet Baduk (permainan sejenis catur) berprestasi.

Yo Jae Myung dan Yoo Ji Soo
Meski termasuk geng Ssangmundong, intensitas kemunculan keluarga ini (orang-tua) bisa dihitung dengan jari. Mungkin karena keduanya sama-sama sibuk ya, Yo Jae Myung adalah dekan sekolah dan  Yoo Ji Soo adalah agen asuransi jadinya Dong Ryong hidupnya agak terbengkalai haha terlepas dari kelakuan sengkleknya, Dong Ryong adalah wadah curhat bagi teman-temannya.

Mungkin pada penasaran ya kenapa mesti banget tahun 1988? Kenapa nggak tahun 1989 atau tahun 1990? Emang ada apa sih di tahun 1988? Well ... Tahun 1988 adalah tahun penting di sejarah Korea Selatan karena untuk pertama kalinya Korea Selatan menjadi tuan rumah olympiade, pencapaian yang luar biasa sebab selama ini Korea Selatan hanya dikenal sebagai partner gencatan senjatanya Korea Utara.

Di tahun 1988 Korea Selatan digambarkan belum ada apa-apanya dibandingkan sekarang, lah~ apalah Endonesia kalau gitu mah T.T Setidaknya menurutku Korea Selatan di tahun 1988 sudah termasuk canggih, karena ... kamar belajar yang lampunya bisa nyala pake kartu itu sungguh luar biayasaa yha~  eh nggak tahu juga sih kalau yang tinggal di kampung mah hehe

Euforia Olympiade Seoul yang menjadi starting point Reply 1988 ditampilkan dengan Duk Sun yang menjadi pembawa  bendera kontingen Madagascar dan jalanan yang lengang karena semua orang menonton seremoni pembukaan Olympiade di TV atau mendengarkan di radio. Adem yha~~~

Diantara mereka berlima Cuma Taek yang nggak nerusin sekolah (maklum ya atlet zaman dulu) karenanya Duk Sun dan Dong Ryong yang emang dari dasarnya nggak suka belajar sering iri. Taek sebenernya nggak lemot apa gimana sampe nggak nerusin sekolah tapi karena emang udah ketemu passion-nya apa.

Di Reply 1988 ini sekolah cowok sama sekolah cewek dipisah kaya di pesantren jadinya Duk Sun nggak punya cerita di sekolah dengan Jung Hwan, Sun Woo dan Dong Ryong. Besties-nya Duk Sun adalah Wang Ja Hyung (Lee Se Young) dan Jang Mi Ok (Lee Min Ji) yang nantinya jadi love interest Jung Bong.

Biasalah yah ... kelakuan ciwik-ciwik zaman SMA mah ngapain lagi selain jajan gawl sepulang sekolah sama ngeceng. Disapa cowok dikit langsung di cie ... ciee ... cieee ... semacam ekspektasi yang terlalu membumbung tinggi. Diantara semua scene, yang tersengklek adalah scene dimana Ja Hyung dan Mi Ok sok-sokan nekat manjat pager yang ternyata tinggi (((TERNYATA TINGGI))).

Witing tresno jalaran soko kulino ...

Tadinya kupikir Sun Woo naksir Duk Sun tapi ternyata nggak, untunglah ... sebab sayang aja ya kalau Sun Woo sampai naksir Duk Sun, too good to be true. Persaingan diam-diam antara Jung Hwan dan Taek merebut hati Duk Sun juga bikin nyesek, eh ... aku bukan #JungHwanTeam apalagi #TaekTeam tapi emang ya keragu-raguan itu sifatnya menyesatkan.

Aku malah lebih suka #SunWooXBoRa karena mereka pacarannya kinyis-kinyis haha Meski di episode-episode awal Bo Ra ini digambarkan tempramen dan senggol tabok, tapi lama-kelamaan Bo Ra mulai melunak dan keliatan sifat aslinya. Mungkin pengaruh pacar juga kali ya ... Oh iya, scene Sun Woo dan Bora tercyduk emak-emak kompleks bikin ngakak lah.

Reply 1988 bukan sekedar cerita cinta anak-anak kompleks Ssangmun-dong atau gosipannya emak-emak di siang hari, lebih luas karena cakupannya adalah satu kompleks. Ketimbang masuk genre romance drama Reply 1988 lebih cocok masuk ke genre drama keluarga, ada kalanya satu episode hanya fokus kepada satu keluarga (+ intrik) jadi kita bisa mengenal masing-masing keluarga.

Kalau dipikir-pikir, sebenernya bukan Cuma anak-anak saja yang punya geng, emak-emak sama bapak-bapak juga nggak mau kalah lah ... disaat anak-anak mereka ngumpul di basecamp (kamar Taek) orang tua mereka juga ngumpul dan mabu’ *ehe

Kehidupan bertetangga ala Reply 1988 adalah sebenar-benarnya sosialisasi, say Hi sambil nyapu jalan atau sengaja bertamu sambil ngobrol ngalor ngidul adalah hal yang lumrah, sedangkan rapat (katakanlah) RT adalah momen yang tidak boleh dilewatkan. Sekarang mah boro-boro ... jangankan ikutan rapat, ketua RTnya yang mana aja nggak tau *heu

Terlepas dari pro dan kontra netyzen mengenai second lead (fe)male character  dan #JungHwanTeam vs #TaekTeam  bagiku semua cast serial Reply 1988 adalah first lead character, karena semua karakter memiliki porsi yang balance. Makanya nggak masalah juga kan kalau di ending-nya yang nikah bukan Duk Sun tapi Bo Ra.

Udah lah ya ... pokoknya serial Reply 1988 ini adalah serial K-Drama yang wajib kamu tonton (secara maraton) haha



Aigoo ... Kim Sajang!!!
...
...
...

Mbeeekkkkk ...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

I found this challenge on Twitter around September-November on people’s timeline, then I decide to join this challenge for my self, yes, nobody invite me *heu I’d rather to share my 30 Day Song Challenge using blog than Twitter to make sure you (yes, you!) can read the list easily and ... because scrolling down my Twitter timeline would  takes time hehe

Day 1 – A song you like with a color in the tittle : Blue Moon by Billie Holiday
Day 2 – A song you like with a number in tittle : 1985 by Bowling For Soup
Day 3 – A song that reminds you of summertime : Welcome to My Paradise by Steven and The Coconut Tree
Day 4 – A song that remind you of someone you’d rather forget : Biar Menjadi Kenangan by Reza and Mazaki Ueda
Day 5 – A song that needs to be played loud : Girlfriend by Avril Lavigne
Day 6 – A song that makes you wanna dance : Shake It Off by Taylor Swift
Day 7 – A song to drive to : radio playlist
Day 8 – A song about drug and alcohol : Lets Get This Party Started by Pink, so ... there aren’t a party without drug and alcohol rite?
Day 9 – A song that makes you happy : Haven’t Met You Yet by Michael Bubble
Day 10 – A song that makes you sad : Just A Feelings by Maroon 5, eh actually every happy song would be heard meaningless when I’m sad.
Day 11 – A song you never get tired of : Sheila on 7 songs :p I’m very into it!
Day 12 – A song from your preteen years : Dunia Belum Berakhir by Shaden
Day 13 – A song you like from the 70s : Raindrops Keep Falling On My Head by BJ Thomas
Day 14 – A song you’d love to be played at your wedding : Perfect by Ed Sheeran, also Akad by Payung Teduh because my mom love this song and I’m very sure she would request it.
Day 15 – A song you like that’s a cover by another artist : I’m Not Your Toy by La Roux covered by Gloria Jessica
Day 16 – A song that’s a classic favorite : Takkan Terganti by Kahitna
Day 17 – A song you’d sing a duet with someone in karaoke : Dear Future Husband by Meghan Trainor
Day 18 – A song from the year you were born : 90s? It’s Wannabe by Spice Girls
Day 19 – A song that makes you think about life : Yogyakarta by Katon Bagaskara, well ... this song makes me think how if I moving to Yogyakarta and living there? Sounds good right?
Day 20 – A song that has many meanings to you : You by Ten 2 Five because this song is hits on my latest junior high school and remind me about the best things of my long-lasting friendship.
Day 21 – A song you like with a person’s name in the tittle : Kirana by Dewa 19
Day 22 – A song that moves you forward : Empire State of Mind by Alicia Keys
Day 23 – A song you think everybody should listen to : Give It To You by Eve and Sean Paul
Day 24 – A song by a band you wish were still together : Uptown Girl by Westlife
Day 25 – A song you like by an artist no longer living : Untukku by Chrisye
Day 26 – A song that makes you want to fall in love : Sampai Jadi Debu by Banda Neira
Day 27 – A song that breaks your heart : The Only Exception by Paramore and All I Ask by Adele
Day 28 – A song by an artist whose voice you love : Dari Hati by Club 80s
Day 29 – A song you remember from your childhood : Betapa Ku Cinta by Siti Nurhaliza and Amigos X Siempre by Martin Ricca and Belinda Peregrin Schul okay, I should admit ... I skip my English class just for watch the last episode, did you you?
Day 30 – A song that reminds you of yourself : Changing by John Mayer

Thanks for read my list, I think do list challenge like this is quite fun, maybe later I will share another list challenge.


Peace, Love and Gawl!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Pasti diantara kalian pernah ada yang ngalamin ketemu temen lama entah itu di jalan, di resepsi atau di reuni, dia (temen tsb) berusaha untuk kembali dekat dengan cara yang menurut ukuran zaman sekarang ‘agak annoying’. Kalau sebatas nge-chat atau comment di IG kayanya masih wajar ya meski kadang kita masih suka males bales karena crispy *heu, tapi lain lagi ceritanya kalau dia udah datang ke rumah dan ngasih-ngasih hadiah tanpa sebab yang jelas.

Semacam “apa sih maunya?”.

Mungkin sebagian orang akan beranggapan yang berlalu biarlah berlalu, kalau pernah ada salah atau kenangan di masa lalu, yaudahlah... nggak usah dibaperin lagi toh masa lalu nggak bisa dirubah, yang ada sekarang mikirinnya masa depan hehe Nah, sedangkan sebagian lagi masih belum bisa move on dan setia pada masa lalu, sekalinya ketemu langsung baper sebaper-bapernya.

Ada banyak alasan kenapa kita kita masih suka baper, cinta yang belum usai, naksir yang diem-diem, kesel yang berkepanjangan atau amarah yang tak berkesudahan, well ... intinya, baper adalah akibat dari urusan-urusan yang belum selesai. Kadang suka kepikiran kok ada ya orang yang masih bisa survive dengan urusan yang belum selesai itu? Beresin kek, setahun dua tahun mah wajar tapi kalau sampai belasan tahun atau malah berpuluh-puluh tahun; “situ sehat?”, “apakabar hatinya?” *eh

Gimana kalau ternyata temen kita masih merasa baper padahal kitanya udah mantap move on? Bingung juga yha~ karena nggak mungkin dong kita mengorbankan apa yang sudah dimiliki saat ini demi masa lalu orang lain, tapi ... lebih nggak mungkin lagi untuk mengontrol perasaan seseorang pada kita. Ya?

*Pasti pada mikir dulu sebelum jawab “ya”


The Gift adalah salah satu film yang menjadikan masa lalu sebagai ‘alasan’ kenapa urusan yang belum selesai bisa menjadi duri di kemudian hari. Bukannya menakut-nakuti, namun terkadang orang sanggup melakukan hal-hal mengerikan dan nggak reasonable atas nama masa lalu yang masih belum usai.

Simon Callum (Jason Bateman) dan Robyn Callum (Rebecca Hall) adalah sepasang suami istri yang baru saja pindah dari Chicago ke Los Angeles, mereka tinggal di kawasan suburb dekat kampung halaman Simon. Sehari-hari Simon bekerja sebagai kontraktor sedangkan Robyn tinggal di rumah karena masih dalam proses pemulihan pasca keguguran.

Suatu hari mereka bertemu dengan Gordon “Gordo” Moseley (Joel Edgerton) teman SMA Simon saat sedang berbelanja di mall. Adalah suatu kesopanan untuk berbasa basi, namun basa basi tersebut ditanggapi dengan serius oleh Gordo, Setelah pertemuan tersebut Gordo rajin menghadiahi Simon dan Robyn, meski tanpa ada maksud apa pun lama-kelamaan mereka merasa risih, terlebih lagi saat Simon mengetahui Gordo sering mengunjungi Robyn saat ia tak ada.

Puncaknya adalah ketika Simon menyalahkan Gordo lantaran anjingnya hilang, ia mengancam Gordo agar tidak mendekati keluarganya lagi. Di masa-masa tenang itu Robyn akhirnya hamil (lagi), mereka menjalani kehidupan yang normal sampai suatu hari Robyn menanyakan perihal Gordo kepada kakak iparnya (kakak Simon). Meski tidak berteman akrab, Simon pernah menyelamatkan Gordo saat SMA.

Disini Robyn mulai kepo, ia mencari tahu tentang Gordo dan hubungannya dengan Simon di masa lalu lewat temannya Simon. Apa yang ia temukan selanjutnya lebih mengejutkan, rahasia kelam antara Simon dan Gordo membuat Robyn mempertanyakan seberapa jauh ia mengenal Simon.


Awalnya kupikir The Gift adalah film drama atau apalah yang nggak rame-rame banget, ini juga nggak sengaja nonton karena nggak ada film yang menarik di TV. Padahal The Gift adalah film ber-genre psycho thriller, bukan ber-genre drama apalagi ber-genre comedy romantic seperti yang tersirat di judulnya dan yang paling penting nih twist ending-nya bener-bener bikin hati mencelos “jirr... KZL”

Dalam review-nya My Dirt Shirt menuliskan bahwa; The Gift mengaburkan batas antara karakter  protagonis dan antagonis. That’s true! Kita akan dibuat bingung sebingung-bingungnya, sebenernya siapa sih karakter yang jahat dan siapa karakter yang baik, well... jangan siya-siyakan waktu untuk menebak-nebak karena masing-masing karakter memiliki point of view dengan porsi kekuatan yang balance.

FYI. The Gift bukan film dengan unsur LGBT ya, Simon dan Gordo nggak pernah saling naksir apa gimana di masa lalu, masalah utamanya lebih ke arah habit. Ya itu sih... yang namanya habit kalau nggak dibenerin bakalan berlanjut sampai tua atau sampai kena tulah hehe Sweet revenge-nya Gordo nggak akan pernah terjadi kalau saja Simon mau berdamai dengannya. Dengan masa lalunya.

The Gift membuatku lumayan tersadar *ehe kalau mau nikah mesti background check dulu, kalau perlu hire PI haha Karena kita nggak pernah tahu kan sekelam apa masa lalu seseorang. Makanya nih kelen-kelen, para kids zaman now mesti baek-baek ya di internet, siapa tau nanti ada yang scrolling down sampai ke dasar timeline.

The Gift memang nggak seperti film ber-genre psycho thriller lainnya yang setting dan ambience berpotensi menimbulkan ketegangan. The Gift lebih casual namun dieksekusi secara lugas. So... bagi kalian yang ingin coba-coba menonton film ber-genre psycho thriller namun males tegang tontonlah The Gift. Ringan tapi menusuk. Yha~

You think you’re done with the past but the past is not done with you
(Gordo The Weirdo)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Justice League rilis di Indonesia sekitar 2 minggu setelah Thor: Ragnarok, gambling juga ya DC ini *ehe 😏 Well ... nyatanya 2 minggu belum cukup untuk menyingkirkan euphoria Thor yang meriah. Digadang-gadang akan keren, Justice League hadir untuk menjawab tantangan publik mengenai The Avengers versi DC dengan anyepnya... 😐

Okay, dengan melempemnya... 😫

Pembagian porsi karakter yang kurang balance memberikan kesan bahwa yang menjadi partner hanyalah Batman a.k.a Bruce Wayne (Ben Affleck) dan Wonder Woman a.k.a Diana Prince (Gal Gadot), sedangkan The Flash a.k.a Barry Allen (Ezra Miller), Cyborg a.k.a Victor Stone (Ray Fisher), Aquaman a.k.a Arthur Curry (Jason Mamoa) adalah sidekick-sidekick berbakat yang menanti untuk ditemukan.

Pemaparan latar belakang karakter Justice League tidaklah diperlukan jika DC sudah memiliki film-film teaser, tapi nggak ngaruh juga sih toh ada banyak plot hole yang menganga terbuka minta banget disumpel 😪. Hubungan rumit antara Batman vs Superman a.k.a Clark Kent (Henry Cavill) yang seharusnya menjadi scene pergulatan batin maha serius malah membuat karakter Batman keliatan baperan, nggak asyik nih, dikit-dikit inget... *eh 😥

Justice League bercerita tentang bumi yang kembali disambangi Steppenwolf (Ciaran Hinds) setelah menerima panggilan dari mother box yang mirip tesseract  yang disembunyikan oleh 3 bangsa besar yang pernah menghalanginya (menguasai bumi) ratusan tahun silam, yaitu Amazon, Atlantis dan manusia.

Nggak seru kan ya kalau musuhnya nggak punya pasukan, nah pasukannya Steppenwolf ini berwujud serangga atau sejenis peranakan silangnya yang dinamai Parademons. Parademons jugalah yang bertugas untuk memantau serta mencari mother box, baru setelah ketemu Steppenwolf datang dan ngambil sendiri mother box-nya.

Meski sudah bersatu menjadi Justice League, mereka (superhero) sudah kewalahan menghadapi Steppenwolf dan antek-anteknya, mereka kemudian berusaha membangkitkan Superman karena hanya Superman-lah yang sanggup mengalahkan Steppenwolf.

Ehm. Premis yang familiar yha~... Sebab Optimus Prime pun sudah pernah dibangkitkan Sam Witwicky demi mengalahkan The Fallen. Tapi kita ngerti kok, DC ingin menunjukkan bahwa Superman adalah superhero penting di DC Universe makanya di film Batman Vs Superman: Dawn of Justice doi dimatiin dulu biar kitanya girang kaya pas liat Barbossa dihidupin lagi Tia Dalma di film Pirates of The Carribean, padahal mah yah... Hmm... 😶

Moment kebangkitan Superman kayanya emang beneran bikin baper Batman deh... Disaat Justice League berusaha menenangkan Superman yang bingung “Aku dimana? Aku siapa? Aku apa?” 😢Batman malah ngilang dan datang terakhir, disini aku curiga jangan-jangan dari tadi Batman ngeliatin Superman dari jauh sambil mengelus dada dan mengusap air mata di pojokan. Terharu. 

Aku nggak begitu faham ya kenapa hubungan Batman dan Superman bisa segitunya, dulu enggan nonton film Batman Vs Superman: Dawn of Justice karena review-nya nggak asyik. Henry Cavill bener-bener sesuai dengan penggambaran Superman di komiknya, dagu belah, wajah mulus, rambut rapi (dengan sehelai dua helai yang menjuntai) dan senyum Pepsodent, pokoknya ganteng versi 80’s. Cuma ya itu karena komik banget wajahnya jadi berasa apa ya... fana haha 😂😂😂

Scene Superman dan Lois Lane (Amy Adams) di ladang jagung kayanya nggak penting-penting amat yha~ karena fake! Those CGI isn’t worked well. Sunset tidaklah sedramatis itu ... 😔

Batman adalah otak di balik Justice League seperti Iron Man yang menjadi backup utama Avengers, bedanya dengan Iron Man Batman bekerja sendiri tanpa dukungan pemerintah atau ARGUS. Scene terbaik Batman di film ini adalah saat ditanya oleh The Flash; “what is your super power again?” yang dijawabnya dengan; “I’m rich”.

Alright... No caption needs sir...

Mungkin seharusnya bukan Batman Vs Superman: Dawn of Justice, tapi Batman Vs Iron Man: Damn It Just Ice. Ketika drama rebutan batu akik resmi tamat dan DC banyak project tapi butuh pengembangan ide cerita.

Sumvah ini ya yang jadi MUA artist-nya Wonder Woman juara bangetlah, nggak ada istilah make-up retak apa luntur meski udah gulang-guling kesana kemari. Teuteup gorgeous meski udah kena tabok berkali-kali, yawla sebenernya Wonder Woman itu manusia apa bukan sih? Kok mulus terus *eh *gagalfokeus

The Flash adalah Spiderman versi DC, sama-sama masih muda, geek dan banyak omong 😁 Karena kekuatan The Flash adalah kecepatan maka scene-nya kebanyakan slow motion, nah slow motion scene inilah sumber joke’s Justice League.

Tadinya kupikir Cyborg ini adalah musuh Justice League 😏 Bentukannya masih belum sempurna karena doi masih labil, karakternya emang keren sih bisa connect ke internet tanpa harus ada sinyal wifi , jadi bisa stalking sampe ke dasar samudra *eh calon-calon infocemen  neeh ...

Dan yang terakhir ada Khal Drogo haha Tau nggak sih dulu pas tau ada karakter DC yang namanya Aquaman yang kepikiran malah ... apa coba? Deny manusia ikan haha dibilang duyung bukan dibilang manusia juga bukan kan ya?

Hal yang agak genggeus menurutku adalah super power yang dimiliki para superhero, apa semua yang jadi superhero mesti bisa terbang? Kalau loncat jarak jauh sih pasti tapi ini mah terbang loh ... terbang! The Flash juga kaya yang ambigu, sebenernya kekuatannya kecepatan atau petir sih? atau emang kilatan petir?

Kalau ada yang tanya “bagus nggak Justice League?” aku pasti bilang “bagus” tapi kalau pertanyaanya dilanjut dengan “bagusan mana sama Thor: Ragnarok?” yha~ jelaslah Thor: Ragnarok lebih unggul. Kalau diliat-liat penggunaan tone color di filmnya DC lebih gloomy dan serius sedangkan Marvel lebih warm dan atraktif.

Persaingan antara Marvel dan DC ini agak mirip-mirip ya dengan Alfamart dan Indomaret, maksain berdampingan biar costumer membandingkan *ehe Nggak tahu ya tapi menurutku Marvel vs DC  mulai slek sejak Chris Evans yang berperan sebagai Johny Storm di film Fantastic Four ‘dicuri’ Marvel untuk berperan sebagai  Steve Rogers di film Captain America.

Sayangnya DC nggak segercep Marvel yang langsung ‘melempar’ superhero-nya satu-persatu ke market. Ketimbang mengikuti Marvel yang membuat film-film teaser yang berakar pada The Avengers, DC malah membuat Suicide Squad yang (bagiku) terasa ‘dangkal’ dan maksain banget nyaingin. Semacam; YANG PENTING ADA DULU DEH.

Untuk film bertema superhero Justice League nggak jelek-jelek amat, lebih bagusan (daripada Suicide Squad) malah meskipun plot hole bertebaran,  Cuma ya itu jangan pernah nginget-nginget film Marvel pas nontonnya haha

Susyeh kan bok! 😂😂😂
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Meski bukan fans Marvel garis keras aku cukup mengikuti film-film superhero-nya Marvel,  sejak jantung Tony Stark masih berdetak dan Piper masih jadi sekretaris sampai kini Thor pake helm. Ketika Marvel mengumumkan judul film Thor terbaru adalah Ragnarok, yang kepikiran malah game online yang pernah populer di masa kuliah; Ragnarok online.

Eym... seriously? Game online-nya si Thor? 😕

Kalau mau terus sotoy; “Emang game online The Avengers yang di Facebook udah nggak ada yang mau maen yha~?” 😏

Thor: Ragnarok adalah film Thor ketiga setelah Thor (doang) dan Thor: The Dark World, sekaligus film kesekian diantara film-flm superhero Marvel lainnya yang bakal bikin capek kalau diketik satu persatu. Dalam mitologi Nordik (Norwegia, Swedia dan sekitarnya) keluarga besar Thor adalah dewa-dewi yang diimani oleh bangsa mereka dan Ragnarok adalah doomsday prophecy yang dipercayai akan mengakhiri kehidupan dewa dewi tersebut.

Singkat cerita, Odin (Anthony Hopkins) wafat meninggalkan Thor (Chriss Hemsworth) dan Loki (Tom Hiddlestone) yang masih shock menghadapi kenyataan adanya anak lain selain mereka. Seperti drama keluarga masa kini, anak yang tidak diakui itu datang tepat saat si ayah meninggal dan langsung meminta jatah warisan tanpa ingin memikirkan nasib anak-anak yang lain. Anak sulung Odin ini adalah Hela (Cate Blanchett) si dewi kematian yang diasingkan karena ambisinya.

Thor dan Loki ‘ditendang’ dari Asgard dan terdampar di planet bernama Sakaar, karena terjatuh di koordinat yang berbeda Thor dan Loki terpisah (lagi). Thor ditangkap dan dijadikan budak oleh Scrapper 142 (Tessa Thompson), sedangkan Loki disambut dengan meriah oleh Grandmaster (Jeff Goldwin), tadinya kupikir Grandmaster ini adalah Taneleer Tivan (Benecio Del Toro) kolektor yang sempat dititipi infinity stone oleh Lady Sif (Jaimie Alexander). Maklum ye gaya mereka berdua sungguh sangat ke-Capitol-Capitol-an 💅💇💋

Padahal Scrapper 142 aslinya adalah Valkyrie terakhir yang selamat saat pertempuran besar dengan Hela, kerjaannya saat ini mirip-miriplah dengan Peter Quill (Chris Pratt) eh, jangan-jangan mereka pernah kerja bareng yha~ 👏 ia menikmati hidupnya dengan mabu’mabu’an dan ‘main’ dengan Hulk (Mark Ruffalo). Scene ‘kayaknya gue kenal deh ...’ antara mereka berdua juga kocak parah 😎.
Scene doi turun dari kapal dalam keadaan teler jurdun bangetlah 😂 mana diulang lagi 😂 gibliks 😹😹😹.

Banyak yang me-review kalau scene gladiator Thor X Hulk adalah scene terbaik, itu udah pasti ya, apalagi di saat Loki komentar “that’s what I feel... ” 😋. Hulk yang sebelumnya hilang kontak dengan anggota Avengers terdampar di planet Sakaar dan amnesia lama karena terjebak di ‘dalam’ Hulk. Sebagai anggota paksa tim Revengers, Hulk adalah satu-satunya yang tidak memiliki hubungan dengan Hela

Kalau di film Marvel sebelumnya Loki digambarkan sebagai pembuat onar, di film Thor : Ragnarok diperlihatkan bahwa meski culas dan sarkas Loki masih punya nurani, hubungannya dengan Thor yang awet tapi rajet menjadi lebih manusiawi, lebih bersaudara (meski adopsi). Banyak scene dan joke’s yang menunjukkan kalau ada chemistry diantara mereka berdua, versi su’udzon-nya ya... Loki pasti punya rencana jahat cadangan, nggak mungkin juga dong Loki melewatkan tesseract begitu aja saat mencari Kepala Surtur 😏.

Sebenernya ya kekuatannya Hela parah gila, ia sanggup membangunkan pasukannya dan Fenrir (piarannya) dari kematian. Di satu sisi Hela ini jahatnya kebangetan namun di sisi lain ia adalah pewaris sah takhta Asgard dan ingin meneruskan legacy-nya Odin, ia dihilangkan dari sejarah Asgard karena sejarah hanya ditulis oleh bangsa yang menang *faedah dengerin omongan Pici 😉.

Di masa lalu Odin memang pernah berambisi menguasai semesta, namun melihat Hela yang semangat banget membantai musuh-musuhnya tanpa ampun membuatnya berfikir ulang mengenai tujuannnya, genosida tidak akan membuatnya menjadi pemenang melainkan menjadi pecundang. Demi mencapai tujuan (baru)nya Odin mencampakkan Hela dan mengabdikan dirinya menjaga semesta demi menebus dosa masa lalunya. Disini baru deh kepikiran, jangan-jangan turning point-nya Odin adalah saat menemukan baby Loki, bisa jadi ... 😉

Pencitraan nyaman ala Odin akan sempurna kalau Hela tidak pernah kembali dari pengasingan, sayangnya... Hela datang disaat yang paling tepat. Thor yang sama sekali tidak berminat menduduki takhta Asgard VS Loki yang sekalipun berminat menduduki takhta Asgard namun kepentok dengan statusnya yang Cuma adopsi. Tanpa perlu perseteruan rumit ala Games of Thrones, Hela menang telak 👑.

Matinya 3 warriors (minus Lady Sif) cukup membuat KZL. Siapa lagi yang bisa diandalkan Thor di Asgard? Disinilah diperlihatkan betapa pentingnya Heimdall (Idris Elba), kalau nggak ada Heimdall mungkin Hela udah mindahin isi neraka ke Asgard. Scene Heimdall nolongin anak-anak Stark di hutan bener-bener nyentil serial Games of Thrones yha~. Coba deh hitung berapa jumlah anak-anaknya? Terus urutin gender-nya... Ya kan? Ternyata anak-anak Stark selama ini diurus Heimdall *heu

Yang bertugas sementara menggantikan Heimdall adalah Skurge (Karl Urban), karirnya yang mandek menjadikannya pengabdi Hela yang sama sekali nggak loyal. Tadinya kupikir yang berperan sebagai Skurge adalah aktor yang udah sering jadi penjahat, eh pas nyari daftar cast-nya ternyata Karl Urban yang kece, yha~ musynah syudah harafanque melihatnya jadi tim sukses Avengers.

Banyak perubahan pada Thor, bukan Cuma dari segi penampilannya namun juga karakternya, kalau di film-film sebelumnya karakter Thor hampir selalu digambarkan dengan; agak serius dan berwibawa, di Thor: Ragnarok Thor ini... ae lah... macem jokes receh umat Twitter. Recyehh .. serecyehh-recyehhnya cyn... 🤣🤣🤣

Di awal-awal film kita disuguhi breathtaking scene; Mjolnir hancur. Bete juga ya ngebayangin Thor nggak sakti lagi tanpa palunya, sempet kepikiran Thor harus berserah diri seperti di film pertama supaya Mjolnir bisa kembali utuh dan balik lagi. Ternyata nggak gitu ya, ada alasan kuat mengapa Mjolnir mesti dihancurkan. Well... julukan Hammer’s God syudah so yesterday, lebih cucok Thunder God ⛈. Sepertinya Taiki Waititi ingin menunjukkan kalau Thor memang benar-benar dewa meski tanpa senjata, yes, tools hanyalah perantara skills.

Doctor Strange (Benedict Cumberbatch) yang muncul sebagai cameo di awal film sudah menunjukkan progress yang signifikan dalam mempelajari mystical art. Skill-nya sudah berkembang dan terlihat fasih saat menggunakan kekuatannnya,  yang mana mau tak mau membuatku berfikir ; jangan-jangan nih... sekuelnya lagi digarap 😆

Selain menjadi produser Taiki Waititi juga mengisi suara Korg, alien batu revolusioner yang menjadi teman sejenak Thor, tak sulit untuk membedakan mana yang benar-benar memiliki sense of humor mana yang tidak. Dari tone suaranya sudah bisa ditebak ia adalah tipikal orang yang kocak haha sotoy...

Soundtrack-nya Thor: Ragnarok adalah Immigrant Song yang dipopulerkan oleh Led Zeppelin, pernah juga jadi soundtrack-nya film The School of Rock. Makanya tiap kali ada lagu ini yang kebayang malah si Dewey Finn (Jack Black) lagi nyanyi-nyanyi sok asyik di panggung. Eh, udah pada nonton belum The School of Rocks?

Meski masih agak sulit untuk menyebut Thor: Ragnarok tanpa embel-embel online di belakangnya ⌣, Thor: Ragnarok ini adalah film yang paling berwarna diantara film-film superhero Marvel lainnya. Lebih menghibur karena banyak jokes, terlalu banyak malah, tapi bagus sih karena kita bakal lebih banyak ketawa ketimbang ikutan pusing mikirin “ini gimana cara matiin si Hela?” *yakali TV 😳.

Bukan Marvel namanya kalau nggak ada linked credit, bukan Marvel juga namanya kalau nggak ada spekulasi. Karena semua film superhero Marvel sambung menyambung menjadi satu, maka selalu ada spekulasi mengenai siapa yang bakalan ketemu siapa di film selanjutnya atau superhero mana yang akan difilmkan? Meski sebenarnya kita semua udah tahu ya inti dari film superhero Marvel adalah satu galaxy rebutan batu akik .

In the end...
Me are me...
You are you...

(Thor to Loki in the lift)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ▼  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
      • Thor: Ragnarok
    • ▼  Dec (6)
      • Justice League
      • The Gift
      • 30 Day Song Challenge
      • Reply 1988
      • Little Wings Café
      • Self(ish) Branding
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ►  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ►  Apr (1)

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates