Dari semua film tentang zombie yang pernah ditonton, kelima film ini bisa dibilang adalah yang paling menghibur. Menghibur, karena tidak seseram The Walking Dead yang memang digarap secara serius dengan make up yang super duper realistic, atau World War Z yang membuat merinding gara-gara tsunami zombie.
Berbeda dari film tentang zombie lainnya yang mengedepankan tentang wabah zombie dan how to survive, ke 5 film tentang zombie ini menghadirkan cerita yang lebih fresh meski ada beberapa part yang sedikit agak konyol. Setidaknya, kesan seram zombie bisa tercover oleh alur ceritanya yang menyorot sisi lain dari zombie.
And here they are ...
Warm Bodies (2013)
Pernah gak sih kepikiran kalau zombie itu penyakit dan bisa nantinya bisa sembuh?
Ketika suatu hari Julie (Teresa Palmer) dan kawan-kawannya ditugaskan untuk mencari obat-obatan di zona berbahaya yang dihuni zombie, ia tanpa sengaja bertemu dengan R (Nicholas Hoult) ketika diserang oleh sekawanan zombie.
Berbeda dari zombie lainnya, R ini agak manusiawi, maksudnya ia masih memiliki sifat-sifat dasar manusia yang tersisa. R membawa Julie ke tempat tinggalnya, memberinya makan dan menunjukkan musik kesukaannya. Sayangnya, R nggak bisa ngomong, bisa sih tapi kaya yang gagap, ia juga berusaha untuk terus berdekatan dengan Julie. Intinya, R jatuh cinta kepada Julie, Julie pun sama.
Ada 2 tipe zombie di film ini, yang pertama adalah zombie yang memakan manusia (seperti R) dan yang kedua adalah zombie yang memakan keduanya yaitu manusia dan zombie. Nah, zombie tipe kedua inilah yang berbahaya, mereka berdua sempat dikejar-kejar dan berhasil menyelamatkan diri ke zona aman.
Ayah Julie yang ternyata adalah pemimpin di zona tersebut tentu tidak menyukai R, namun Julie berusaha meyakinkan ayahnya bahwa zombie bisa berubah kembali menjadi manusia, hanya saja mereka butuh waktu.
Life After Beth (2014)
Menceritakan tentang Zach (Dane DeHaan) yang sedih berkepanjangan setelah kematian pacarnya Beth (Aubrey Plaza) dalam sebuah kecelakaan hiking. Ia merasa bersalah karena tidak menemani Beth hiking sehingga ia pergi sendirian.
Suatu hari Zach melihat Beth datang ke tempat kerjanya, awalnya ia mengira sedang berhalusinasi karena masih keingetan Beth. Ternyata bukan hanya ia saja yang bisa melihat Beth, orang tua Beth pun membenarkan perihal ‘kebangkitan’ anaknya dari dalam kubur.
Sebagai zombie, Beth tentu saja memiliki kekurangan yaitu sikapnya yang agak kurang smooth dan sering melakukan gerakan yang terpatah-patah.
Beth yang posesif sering menuntut Zach untuk menyatakan cintanya, hal yang sering diabaikan oleh Zach karena ia menganggap Beth yang sekarang adalah zombie bukan pacarnya yang dulu. Meskipun sebenarnya ia senang Beth kembali lagi di sisinya, Zach menyadari bahwa Beth sudah tiada.
Kemudian, seiring waktu berlalu satu persatu zombie mulai bangkit dari kubur, kembali kepada keluarga mereka dan menimbulkan banyak kekacauan. Zach menyadari bahwa awal kekacauan berasal dari Beth, ia kemudian mencari cara untuk mengembalikan keadaan seperti semula.
Cooties (2015)
Jika biasanya yang menjadi zombie adalah orang dewasa, kali ini kebalikannya, yang menjadi zombie adalah anak-anak. Penyebabnya adalah cooties (kuman) yang terdapat pada chicken nugget yang disajikan dalam menu makan siang siswa/siswi di salah satu sekolah dasar di kota Fort Chicken.
Mr. X (Elijah Wood) adalah seorang guru pengganti, ia sebenarnya bercita-cita menjadi penulis novel namun karena kekurangan dana ia magang di sekolah tersebut. Disana ia bertemu dengan teman masa kecilnya yaitu Mrs. Lucy dan beberapa guru lainnya.
Di halaman sekolah, anak-anak yang sedang bermain dikejutkan oleh salah satu siswi yang mencakar temannya. Temannya yang dicakar kemudian berubah menjadi zombie dan mencakar teman-temannya yang lain.
Anak-anak yang berubah menjadi zombie kemudian menyerang guru-guru dan orangtua yang datang menjemput. Jika biasanya orang yang digigit zombie akan menjadi zombie, dalam film Cooties ini hanya anak-anak saja yang menjadi zombie sedangkan orang dewasa tidak (mati). Karena ternyata cooties hanya menjangkiti orang-orang yang belum mengalami pubertas.
Guru-guru dan siswa/siswi yang berhasil selamat kemudian menggunakan berbagai macam benda untuk bisa kabur dari sekolah melewati kepungan anak-anak zombie.
Zombieland (2009)
Ohio Colombus (Jesse Eiseberg) berhasil melarikan diri dari kota yang sudah terinfeksi zombie, dalam perjalanannya ia bertemu dengan Tallahase (Woody Harrelson) yang juga seorang survivor.
Mereka melanjutkan perjalannya dan berhenti di salah satu swalayan karena Tallahase ingin Twinkie. Mereka bertemu dengan Wichita (Emma Stone) dan Little Rock (Abigail Breslin) kakak beradik penipu yang membawa pergi mobil Ohio dan Tallahase. Namun karena suatu kejadian mereka semua bersepakat untuk melanjutkan perjalanan bersama-sama.
Karena hari sudah gelap mereka memutuskan untuk tinggal di properti milik Bill Murray, yang tanpa sengaja tertembak oleh Ohio. Ohio dan Tallahase kemudian menyusul Wichita dan Little Rock yang kabur ke taman bermain yang pernah dikunjungi saat masih bersama orang tuanya dulu.
Seperti zombie pada umumnya yang tertarik pada cahaya dan bebunyian, kedatangan Wichita dan Little Rock ke taman bermain menjadi boomerang. Mereka terjebak di salah satu wahana permainan dengan zombie yang menunggu dibawahnya.
Walking Deceased (2015)
Jika Scary Movie adalah film yang memparodikan beberapa film horror populer seperti The Ring, World War Z dan Paranormal Activity, maka The Walking Deceased adalah versi zombienya. Film The Walking Deceased memparodikan beberapa film zombie populer seperti The Walking Dead, Warm Bodies dan Zombieland.
Seorang sheriff (Dave Sherridan) terbangun dari koma dan menemukan bahwa dunia telah berubah, wabah zombie hanya menyisakan sekelompok umat manusia yang masih bertahan hidup.
Selain karakter sheriff yang mirip dengan Rick dari serial TV The Walking Dead, beberapa karakter lainnya adalah Romeo yang mirip dengan R dari film Warm Bodies dan Brooklyn yang mirip dengan Wichita dari fim Zombieland.
Mereka yang selamat kemudian mencari Safe Haven, sebuah peternakan yang kabarnya belum terkontaminasi oleh zombie. Bahkan ketika akhirnya sampai disana pun mereka harus berhadapan dengan zombie-zombie dari tetangga peternakan. Hingga pada suatu hari pemerintah menemukan vaksin untuk zombie dan menyebarkannya melalui air.
Beberapa bulan yang lalu
aku mengunjungi toko buku, dari deretan majalah yang dipajang ada satu majalah
yang judulnya menarik perhatianku, Celebrate Your Weirdness dari KaWanku yang
mengangkat issue bullying di kalangan remaja. I’m not a teenager anymore, tapi nggak ada salahnya juga kan baca?
Absolutely
“Both”
Aku cukup beruntung
menghabiskan masa sekolah tanpa gangguan social
media semacam Ask.Fm atau Instagram, wajar saja, pada saat itu social media paling keren yaitu My Space dan Friendster baru saja muncul.
Jadi, bully hanya dilakukan secara verbal dan (sedikit) fisik. Sindir
menyindir adalah hal yang biasa, namun membalas sindiran adalah keharusan. Ada
harga diri yang mesti dibela.
Tinggal di asrama itu intensitas
bullynya lebih tinggi karena hampir
semua kegiatan dilakukan dalam satu lingkungan. Mau pergi ke kelas di bully, mau pergi ke ruang makan di bully, mau baca buku di perpustakaan di bully, mau pergi jajan di bully, mau pergi sholat ke musholla di bully sampai mau mandi pun di bully.
Berada dalam rantai
terendah ekosistem, tentu saja membuatku dan teman-teman seangkatan jadi
sasaran empuk senior. Awalnya kita diam karena tidak ingin berurusan dengan
senior, tapi lama-kelamaan kita kesal dan balik membalas mereka.
Karena hal itu juga kita mesti
berurusan dengan pembina dan wali kelas, dimusuhi senior karena dianggap nggak sopan dan beringas. Tapi akhirnya
dengan self defense yang konsisten dan cukup extreme, kita akhirnya malah menjadi angkatan yang ditakuti.
We only bullying if bullied. Yang nggak
mah biasa aja ...
Tapi ya, selama masih
junior pasti ada saja yang dipermasalahkan senior, meski sebenarnya nggak penting-penting amat. The way we dressed, the way we talk, the way we walk, the way we live
is so matter with them. Kadang kesannya sampai mencari-cari kesalahan.
Biar apa? Biar kita tahu
mereka itu senior. Ya kan?
Ada 2 alasan kenapa senior
sering membully kita:
1. Karena kita emang songong
2. Karena kita enggak temenan
Karena sesongong-songongnya teman tetaplah teman.
Salah satu hal yang
membuat kesal adalah ketika harus jalan sendirian melewati sekawanan senior,
duh ... berasa lagi diincer sama Piranha, siap dimangsa. Setiap langkahnya pasti
diikuti tatapan sinis yang menunggu perbuatan salah, meski nggak ada apa-apa tetap saja merasa risih.
Padahal secara personal mereka sebenarnya baik kok, apalagi kalau lagi ujian semester. Untuk menghindari kerjasama atau kecurangan saat
ujian, pihak sekolah mengatur tempat duduk untuk 3 kelas, yang artinya
mengharuskan junior dan senior duduk berdampingan.
Disitulah simbiosis
mutualisme terjadi, junior dan senior yang biasanya saling serang menjadi partner karena butuh bantuan. Saat masih
menjadi junior aku sering diberi bantuan oleh senior, begitu juga sebaliknya
kelak. Sayangnya, ketika ujian semester berakhir maka berakhir pula masa tenang
bullying.
Satu-satunya alasan
kenapa kalau bullying harus banyakan adalah karena nggak berani kalau sendirian.
Percayalah ... Guru BK
baru dihire ada saat aku kelas 2 SMA,
mungkin pembina dan wali kelas sudah cukup kawalahan menghadapi tingkah laku
siswa/siswinya yang mengikuti perkembangan zaman.
Memanfaatkan acara
sekolah, seniorku membuat nominasi “The Weirdeist Person of The Year”, aku dan
salah seorang temanku dinominasikan bersanding dengan juniorku yang juga
dianggap weird. Demi apalah ini ... aku
menemukan kartu nominasinya terselip di tumpukan properti acara dan menyobeknya.
Ya ... ada banyak alasan
kenapa aku dianggap weird dan bullyable (selain 2 alasan diatas). Aku
memiliki kehidupan yang berbeda dari mereka, aku memiliki fashion taste yang berbeda dari mereka, aku memiliki kesukaan yang
berbeda dari mereka, aku memiliki lingkungan yang berbeda dari mereka, aku
memiliki penampilan yang berbeda dari mereka. Intinya aku berbeda dari mereka.
So?
What?
JUST
BECAUSE MY SINS ARE DIFFERENTLY THAN YOURS, DOESN’T MEAN I'M WRONG !!!
Aku bisa menghandle semua bullyan karena sadar aku juga terlibat didalamnya, namun yang paling
membuatku kesal adalah di bully untuk
kesalahan yang tidak pernah ku perbuat.
Gimana rasanya diomongin hampir satu
sekolahan dan dibully karenanya? Seems
the world against me. Kaya dikudeta. Ketika semua orang
tahu sedangkan aku tidak tahu apa-apa adalah moment terngenes, seakan-akan
aku adalah manusia tersabar yang perlu diperingatkan dengan cara dibully.
We all knew, selalu ada frienemies dalam
setiap pertemanan. Bahkan antar teman pun bisa saling membully. Tergantung orangnya juga sih.
Aku dan salah seorang
temanku pernah ditolak masuk eskul (atau klub) karena dianggap tidak memiliki skill. Nyali kita kandas karena ditanya
“Emang kamu bisa apa?”.
Meski awalnya kesal ½
mati karena pertanyaan tersebut, lama-lama kita menyadari bahwa mengutuki orang
yang mengatakannya tidak akan menghasilkan apa-apa, malah membuat semakin
terpuruk. Kemudian, karena rasa sakit hati yang mendalam kita bertekad dan termotivasi
untuk memiliki skill yang bisa
dibanggakan agar tidak dianggap remeh.
Kalau dibandingkan dengan
teman yang lain kita termasuk kategori yang biasa-biasa saja, nggak pintar, nggak cantik, nggak alim,
nggak populer dan nggak gimana-gimana. Nggak ada yang menonjol. Tapi disitulah
keuntungannya, orang tidak akan terlalu notice
sehingga kita bisa leluasa mengeksplore minat dan bakat.
Berbagai macam kegiatan kita
jajal demi mencari skill, dari yang
penting sampai nggak penting sama
sekali. Dalam perjalanannya kita akhirnya menemukan skill yang dirasa cocok untuk diri kita masing-masing,
mengembangkannya dan jadi eksis karenanya.
Melampaui pertanyaan “Emang kamu bisa apa?”. What doesn’t kill me, makes me stronger.
Temanku Maya pernah
bilang “ada 3 macam orang di dunia ini, yang pertama adalah menang-kalah yaitu orang menang tapi
sebenarnya dia kalah dan yang kedua adalah kalah-menang
yaitu orang yang kalah tapi sebenarnya dia menang, Mbak harus jadi yang ketiga menang-menang yaitu orang yang menang
karena dia layak untuk menang”.
I’d fought for it.
Tak peduli sekesal atau
senasteung apa, selama masih ada
teman yang peduli dan mau membantu, bullier
hanyalah angin lalu. Selalu ada penghiburan. Tapi kalau emang nggak ada yang mau
menghibur, cukuplah dengan menghibur diri sendiri.
Scream Queens adalah
serial televisi horror (+ a
little bit comedy) yang menceritakan tentang misteri yang menghantui rumah persaudaraan
Kappa Kappa Tau. Ditayangkan pertama
kali pada September 2015, Scream Queens cukup menyedot perhatian penonton yang
penasaran melihat acting perdana Ariana Grande.
Selain mengangkat tema
yang populer, Scream Queens juga menghadirkan jajaran aktris dan aktor muda
yang sedang naik daun. Diantaranya adalah Emma Roberts yang pernah bermain
sebagai Nancy Drew, Abigail Breslin yang lebih dulu dikenal sebagai Little Miss
Sunshine dan yang terakhir ada Tavi Gevinson seorang fashion
blogger.
Rumah persaudaraan Kappa Kappa Tau (KKT) dipimpin oleh Chanel Oberlin (Emma Roberts) dan minionnya yaitu Chanel #2 Sonya Herfmann (Ariana Grande), Chanel #3 Saddie Swenson (Billie Lourd) dan Chanel #5 Libby Putney (Abigail Breslin).
Karena kecerobohannya
Chanel tanpa sengaja membunuh Ms. Bean pengurus rumah KKT, mereka lantas
menyembunyikan jenazah Ms. Bean di ruang pendingin. Ketika sudah dirasa aman
mereka kembali ke ruang pendingin dan mendapati jenazah Ms. Bean hilang.
Ada yang berbeda di tahun
ini, ketika sedang mengadakan inisiasi calon anggota muncul maskot kampus
mereka The Red Devil yang membunuh salah satu calon anggota KKT. Tak sampai
disitu, The Red Devil juga membunuh Chanel #2 dan meneror seisi rumah KKT.
Dekan Cathy Munsch (Jamie
Lee Curtis) lalu meminta bantuan jasa keamanan Denise Hemphill untuk menjaga
rumah KKT. Ternyata bukan hanya rumah KKT saja yang diteror oleh The Red Devil,
tetangganya yaitu rumah Dickie Dollars Scholar (DDS) yang dipimpin oleh Chad
Radwell yang juga kekasih Chanel juga diteror oleh The Red Devil.
Grace Gardner (Skyler
Samuels) anggota KTT dan Pete Martinez (Diego Boneta) anggota DDS berusaha mengungkap
siapa The Red Devil, berdasarkan bukti-bukti yang ada The Red Devil mengarahkan
mereka pada misteri kematian yang terjadi 20 tahun yang lalu di rumah KKT.
Ketika keadaan semakin
parah muncul Gigi Chadwell mantan presiden rumah KKT, ia juga adalah kekasih Wes
Gardner, ayahnya Grace yang menjadi professor di Universitas Wallace. Dekan
Munsch menambah anggota kemanan dengan Shondell Washington.
Selain Zayday Williams
(Keke Palmer) yang berusaha untuk menjadi pemimpin rumah KKT, ada Hester Ulrich
(Lea Michele) yang menjadi Chanel #6 dan beberapa nama lain yang tidak perlu
disebutkan karena akhirnya meninggal.
The Red Devil membunuh
satu persatu anggota rumah KKT dan DSS hingga hanya bebrapa orang saja yang tersisa.
Scream Queens season 1 ini berakhir
dengan terungkapnya siapa The Red Devil dan bagaimana akhirnya Chanel dan kawan-kawannya
berakhir di rumah sakit jiwa.
Aku lebih memilih punya rumah daripada punya mobil. Karena bagiku rumah lebih dari sekedar tempat tinggal atau tempat menyimpan barang-barang. Rumah adalah tujuan. Ketika pulang, orang akan menanyakan “dimana rumahnya” bukan “dimana mobilnya?”.
Sama seperti yang lain aku juga suka travelling
karena travelling makes me on fire. Tapi
ketika berada rumah aku tidak ingin kemana-mana, mager kelas berat, bahkan keinginan travelling yang menggebu-gebu bisa hilang seketika ketika berada
rumah.
So, ask me before I come home.
Aku bukan seorang yang perfeksionis, tapi aku selalu suka jika segala hal
dilakukan dengan benar. Tidak harus sempurna, namun benar.
Buku yang sudah dibaca dikembalikan lagi ke dalam rak. Baju yang sudah
disetrika harus dimasukkan ke dalam lemari. Sepatu yang sudah digunakan
dimasukkan lagi ke dalam dusnya. Kursi yang tergeser dikembalikan lagi ke
posisi semula.
Seperti auditor, aku memastikan
semua hal berada pada tempat yang semestinya.
Ternyata, tidak semua orang sanggup menghadapi kelakuanku. Mama
menganggapku pelit karena menolak meminjamkan gunting kertas untuk membuka
minyak goreng. Widy menganggapku freak
karena menyusun baju di lemari sesuai gradasi warna. Sarmidut menganggapku galak
karena mengharuskan ia menggantung sapu setelah dipakai. Yang lain menganggapku
‘nggak santai’ karena mencabut charger ketika sudah selesai dipakai.
Sebagai industrial designer aku
sadar betul bahwa setiap produk memiliki maintenance,
bagaimana cara menggunakannya, bagaimana cara merawatnya, bagaimana cara
menyimpannya. Di balik setiap produk ada orang-orang yang telah bekerja keras
membuatnya, memikirkannya dan mengusahakannya, maintenance adalah cara termudah untuk menghargainya.
Meskipun secara hukum kepemilikan berpindah sejak produk tersebut dibeli user dan user berhak menggunakan produk tersebut tidak sesuai dengan
peruntukannya. Kenyataannya, tidak semua user
peduli akan maintenance karena maintenance sering dianggap sebagai hal
yang remeh.
Aku suka menyusun baju sesuai gradasi warna, yang gelap berada di bawah dan
yang terang berada di atas. Membaginya berdasarkan material dan jenisnya.
Adalah skill untuk bisa menyusun baju
seperti di rak department store.
Aku suka merapikan buku berdasarkan tinggi dan warnanya, menyampulinya
dengan plastik mika, menempelkan label harga di kiri atas buku dan menuliskan
namaku beserta tanggal membelinya di kanan atas buku halaman pertama.
Aku suka menata Tupperware yang berserakan, menamainya dengan inisial nama mama
atau namaku menggunakan spidol marker
permanent sambil berharap sabun cuci
piring tidak akan membuatnya luntur.
Aku suka membereskan kain yang dibeli ketika bepergian, memilah-milah mana
yang harus segera dijahit atau disimpan. Membuka lipatannya untuk mengetahui
lebar dan motifnya secara keseluruhan.
Aku suka memasukkan kue kering ke dalam toples menjelang hari Lebaran,
melihatnya berjejer rapi di atas meja berdampingan dengan bunga yang dirangkai
habis-habisan dengan mama.
Aku suka membaca guide book atau instruction note dari
barang yang baru dibeli, penting untuk mengetahui seluk beluk produk tersebut.
Aku tidak harus mencarinya ketika dibutuhkan karena kemungkinan sudah terbuang.
Aku suka membuang barang yang sudah tak terpakai, mengecek expired date (tanggal kadaluarsa),
mengecek kualitasnya dan mengecek intensitas pemakaiannya. Mama tidak perlu
tahu kapan aku membuangnya.
Aku suka merapikan kantong keresek yang didapat ketika berbelanja,
memisahkannya berdasarkan ukuran, karena lebih mudah mengambilnya ketika butuh
dan juga terpengaruh isu go green.
Kadang aku harus menghabiskan waktu lebih banyak karena mengurusi hal-hal
semacam itu, namun aku tidak berkeberatan selama masih mampu dan punya waktu.
Mungkin sebagaian orang menganggapku freak
karena terlalu concern terhadap
hal-hal remeh nan tak penting. Tapi bagiku semua itu adalah solusi. Aku
memiliki masalah distraksi (distracted
: terganggu) oleh hal-hal visual semacam
itu, even a tiny little things means a
lot.
Seperti polusi visual, ketika
melihat hal yang tidak sesuai dengan semestinya aku akan merasa kesal dan
meledak-ledak, lebih kesal ketimbang melihat Goeffrey menghukum pancung Lord
Stark di muka umum.
Untuk meredam emosi biasanya aku akan langsung membereskannya, menunggu
orang lain melakukannya akan menambah masalah. Aku sering tidak merasa yakin
orang lain akan melakukannya sebaik diriku. Serius.
Aku juga sering memikirkan bagaimana hidupku kelak, aku tidak ingin menjadi
majikan freak yang semena-mena, tapi
aku juga belum sanggup membayangkan bagaimana histerisnya ketika melihat lemari
baju yang berantakan.
I need another distraction ....
Mungkin aku akan membuka jasa membereskan lemari seperti mahasiswa di China
atau membuat vlog berupa daily life hack,
how to folding your clothes neatly, how to arranging cookies atau how to cleaning up your room in 5 minutes.
Atas nama rumah dan segala isinya beserta maintenancenya. I’m not a
freakish, I’m just a somebody whom enjoyed to stay at home and living in it.
I’m a homebody.
A freakin’ awesome homebody.
“Gimana dong
Non... ingin punya rumah tapi ingin juga punya mobil”
“Rumah emang
penting, tapi ingin punya mobil biar bisa jalan-jalan”
“Ya Allah... kesel
gini lihat timeline Path akhir tahun isinya jalan-jalan semua”
“Beli rumah, mobil mah
bisa nyusul”
“Ingin punya mobil...”
“Rumah aja deh...”
“Mobil...”
“Rumah...”
“Tau nggak sih Non, harga mobil sekarang nggak
beda jauh sama harga rumah”
“Makanya beli rumah”
“Umur segini orang lain udah pada punya rumah sama mobil”
“Mereka suka update
di socmed gitu Non”
“Balik lagi ke Twitter sist”
“Adem”
Somebody has told me about the secret of human
life, it is the birth, the death and the soulmate. Everyone would die, but not
everyone could find the soulmate. The death slipped between the birth and the
soulmate, because only death could break the fate. That is why every marriage
promises end by “... until the death separate us ...”.
Beberapa hari yang lalu
Picirili menelepon, tidak seperti biasanya yang langsung bertanya “Nyong ... keur naun?”
sambil cekikikan setelahnya, kali ini ia memberi jeda dan menghela nafas
sebentar sebelum akhirnya bilang “Nyong ... Miftah meninggal ...”
...
...
...
Zonk!
Aku baru tahu dia adalah
temanku ketika mendengar pengumuman di musholla,
anggota IRM yang bertugas menyampaikan bahwa seorang santri baru baru saja
kehilangan ibunya. Nama yang sama juga tertera pada kertas ucapan bela sungkawa
yang ditempel oleh tim Mading di depan asramaku.
Karena santri putra dan
putri hidup terpisah, aku baru tahu mukanya dengan jelas ketika rapat panitia
acara Cerdas Cermat, bergabung di divisi paling rese se-Darul Arqam. PubDekDok (Publikasi, Dekorasi dan
Dokumentasi).
Berada di divisi
PubDekDok yang harus selalu stand by
dari awal sampai akhir acara membuat kita sering meeting, sok-sokan ngobrolin
dekorasi padahal nanti ujung-ujungnya minta disalamin. Tapi karena sering meeting itu kita jadi berteman dan ngobrol OOTT.
Ia ingin disebut Micah
atau Hanamicah seperti Hanamichi di komik Slam Dunk. Aku baru mengerti kenapa
ia ingin sekali disamakan dengan Hanamichi ketika menonton animenya di kampus,
konyol dan sama sekali nggak keren
haha
Meskipun sering roaming Micah termasuk orang yang
bertanggungjawab, at least ia masih
menyempatkan meeting denganku
mewakili anak buahnya yang ngacir
semua ke lapangan basket. Memberitahu hari ini mereka ada latihan untuk
persiapan turnamen, karenanya ... untuk sementara tanggungjawab divisi
PubDekDok diserahkan kepadaku.
Damn! *smirk
As a nice teammate, I agree
with him. But, only in one condition
... semua kerjaan PubDekDok harus beres pas acara. Nggak mau tau gimana caranya.
Dan ... nggak tau gimana caranya juga,
semua kerjaan PubDekDok bisa beres sebelum acara dimulai d(^o^)b Yeaayyy !!! We’re a team. A teammate.*baru deh diaku jadi partner
Bahkan ketika pada
akhirnya kita semua lulus, urusan PubDekDok menjadi tanggungjawab Micah dkk
yang jadi anak buahnya, kita mah
bagian marah-marah dan sensi-sensi aja ... sering complain meski sebenarnya nggak
penting-penting amat.
But he made it, itulah yang terpenting. Doesn’t
matter how messed the condition, as long as it is done you had a great work!
Kadang suka kepikiran, kalau yang ngerjainnya cuma Micah dan Jajang terus
yang lain ngapain aja? Nongkrongin sambil ngomentarin? Apa pura-pura nggak
tahu? Wallahu a’lam bisshawab ...
BTW, It has been a decade ago ...
Micah lefted us. Ia tersengat aliran listrik
ketika sedang mengganti lampu di rumahnya, tak ada yang tahu persisnya kapan,
ia baru diketemukan adiknya pada pagi hari. Picirili tidak bisa hadir ke
pemakamannya, namun ia menghiburku yang mendadak sedih dengan mengatakan bahwa temanku yang lain ada untuknya.
It was hurt to imagine how if my dearest friend
left me as Micah did. Officially 6 tahun hidup bareng, makan bareng, tidur bareng,
jajan bareng, ngeceng bareng, mandi bareng, ngebully bareng, apa-apa bareng but suddenly left.
Aku selalu mengira kita semua
akan menua bersama-sama, melewati setiap fase
kehidupan dengan sesekali ketemuan
untuk curhat, menghadiri reuni yang
diadakan 10 tahun sekali sambil menonton slide
show berisi kelakuan bodoh tapi fakta yang cukup memalukan. I wish so ...
Di akhir teleponnya
Picirili bilang “Nikah aja nunggu giliran ... Ya mati juga nunggu giliran”.
You can erase someone from your mind
but getting them out of from your heart is another story (Eternal Sunshine of the Spotless Mind)
I spent my days by doodling, at this time I used Corel
Draw not Power Point as usually. As I said before, practices makes perfect ... I drew Newt
Scamander, Jacob Kowalski and Goldstein sisters for fun. Actually, I want to draw the beasts from Fantastic
Beasts and Where To Find Them, but there
is only a few of reference pictures and most of them had a small resolution, so
... it’s delayed.
Maybe I would like to draw in watercolor version.
Social media nowadays is very helping, you could
know about somebody personalities just by checking their social media content.
I’m not a stalker because they posted what they want me to see, the people whom
think their life was spying is the real stalker.
Let me tell you, a personal background check and a
friend personal background check is showed from where they were, a pictures and
a places they are checking in is showed how the way they want people seeing
them or what they want to be, a videos and a shared links is showed what they
are interesting about, a chats and comments under pictures showed how they are
lived.
Peoples whom gaved love on Instagram
doesn’t always really love the pictures, sometimes they are only appreciated.
Peoples whom does loving you is always checking your account even you posted
nothing.
Peoples prefer to update their Instagram story
than a reguler Instagram post just
because they could see who was seen the post. As simple as remove it later.
Don’t blame someone who rarely share their love
life on social media, no matter how much the tagged pictures or mentioned
comments. Maybe it’s a hidden statement of an open invitation ‘I’m still available,
come to get me baby!’. The truth is they are (still) waiting the right person that
worth to post.
Do you still checking your Twitter? If
you found someone whom like tweeting in ‘your time’ and keep retweeting about
theirselves until spamming your timeline, don’t worry ... nowadays it called a
self(ish) branding. They are just need you to notice their existence.
Path? Ohh ... a good choice social waving check
hehe You don’t need to post a lot like Twitter or spammed, just be carefull to get dumped from inner circle.
But, if you really really really want to know
about somebody, just check their blog or website. You would know their mind, a
sort of daily live report in writings.
What is the most interesting things on Instagram
artist gallery? The tools!
I followed many peoples on Instagram, kebanyakan adalah artists, sketchers, designers and doodlers. My only reasons is to find
out the sketchs reference and tools reference, ya semacam gallery shopping gitu lah ...
Then, if you are KEPO enough to scrolling up/down the
recent coment of that artist post, pasti ada aja yang nanya ‘mbak ini pake
cat apa?’, ‘merknya apa?’, ‘belinya
dimana?’, ‘kalau sama cat (you name it)
enakan yang mana?’ and so on.
Lemme tell you, ada 3
jenis cat yang lazim digunakan artists,
cat air (water painting), cat minyak
(oil painting) dan gouache. Diantara ketiga jenis cat tersebut yang
paling sering ditanyakan adalah gouache, well
... istilah gouache masih terdengar asing dan memang baru belakangan ini hype.
So,
apa gouache itu?
Gouache adalah officially name dari cat poster.
Serius.
Gouache atau cat poster
adalah cat berjenis opaque (solid)
yang kental dan memberikan efek padat sehingga mampu menutupi permukaan (surface), sedangkan cat air adalah cat
berjenis transparent (menerawang)
sehingga perlu beberapa kali sapuan untuk mampu menutupi permukaan.
Gouache dibuat dalam
bentuk cairan padat (pasta) dan dikemas dalam botol atau tube, untuk menggunakannya gouache harus dicampur dengan air.
Tingkat kekentalan (thickness)
gouache hampir sama dengan cat acrylic,
bedanya gouache bisa luntur jika terkena air.
Nah, untuk artist seperti @ayankcempaka dan
@monsterbuaya gouache yang digunakan adalah gouache impor. Agak sulit juga untuk
mendapatkannya. Selama ini gouache yang banyak digunakan (terutama untuk
jurusan desain) adalah gouache Sakura.
Gouache Sakura memiliki
standar kualitas yang paling baik (kata dosen Nirmanaku dulu), at least
gouache Sakura cocok untuk digunakan pada art paper
seperti kertas Linen, kertas Concord, kertas Gloria atau kertas Canson.
Sejak gouache hype di Instagram muncul beberapa merk baru, diantaranya adalah Collen.
Salah satu alasan atau memang satu-satunya alasanku untuk mencoba gouache
Collen adalah harganya yang cukup murah.
Harga gouache Sakura
perbotolnya adalah ± Rp. 15,000, sedangkan harga gouache Collen perbotolnya
adalah ± Rp. 6,500 (S), ± Rp. 12,000 (M)
dan ± Rp. 15,000 (L).
Untuk berhemat, biasanya
orang akan membeli warna primer (warna yang tidak bisa didapatkan dari warna
lain) yaitu kuning, merah dan biru. Warna
lainnya seperti oranye, ungu atau hijau bisa didapatkan dengan mencampur
warna primer tersebut.
Setelah dicoba, gouache
Sakura lebih mudah dimix warnanya,
sedangkan gouache Collen agak sulit dimix
karena thicknessnya sulit dikontrol.
Mungkin karena sebelumnya terbiasa menggunakan gouache Sakura yang warnanya lebih
clear, aku agak kurang sreg dengan hasil colormixnya gouache Collen yang agak butek-butek gimana gitu ...
Mungkin nanti aku harus trial and error dulu ngemixnya (^.^)
Sakura
|
Collen
|
|
Price
|
«««
|
««««
|
Color mix
|
««««
|
«««
|
Color choice
|
««««
|
««««
|
Color intensity
|
««««
|
«««
|
Thickness
|
««««
|
«««
|
Texture
|
«««
|
«««
|
So far, baik gouache Sakura maupun gouache Collen sama-sama memiliki keunggulan
dan kelemahan. Mengenai kualitas gambar yang dihasilkan, itu tergantung dengan skill masing-masing (^.^) tools
hanyalah media.
Practices makes perfect!
I tried to designing a package of medicine box,
just in case someday I need to design that :p hehe I starting by designing a Polyjuice
box. Polyjuice? Have you heard about it before? Then, if you are a Harry Potter fans
or at least ever watch the movie in TV, you should be know what it is Polyjuice.
So. Why I decided to designing Polyjuice box
rather than anything else?
It’s simple, because a couple days ago I watched The Fantastic Beast and Where to Find Them, Newt Scamander’s
suitcase remind me about Mad Eye
Moody suitcase, he is trapped inside
suitcase because his enemy need his body part to made a Polyjuice.
In
Harry Potter world Polyjuice was known a
potion that would change someone appearance into whatever they like, peoples
just need to adding someone body part such as hair, nail or blood to Polyjuice.
I’m using green as a main color of icon because
green identically with potion and monster, why monster? Because sometimes there
is an accident caused by Polyjuice, peoples whom adding the wrong body part to Polyjuice
would ended up in hospital for malfunction case. Also, the Polyjuice itself is
has a green color.
The eye of icon represent the first impression of
people whom seeing their first appearance after drink Polyjuice. Like peeking
in the key hole, curious and carefully.
I also added 4 main character of The Fantastic Beast and Where To Find Them as a face reference.
Fantastic Beasts and
Where To Find Them adalah film adaptasi dari buku yang berjudul sama karya J.K.
Rowling, aslinya, buku tersebut adalah buku pelajaran milik Harry Potter ketika
bersekolah di Hogwarts. Buku Fantastic Beasts and
Where To Find Them dirilis pertama kali pada Februari 2002 oleh PT. Gramedia
Pustaka Utama, mengikuti kesuksesan buku Quidditch Dari Masa Ke Masa yang sudah
lebih dulu rilis.
Dalam bukunya, Fantastic
Beasts and Where To Find Them menceritakan tentang berbagai macam makhluk gaib
dalam dunia sihir, berikut coretan komentar Ron Weasley sebagai pemilik kedua
buku tersebut. Sedangkan filmnya menceritakan tentang petualangan Newt
Scamander seorang magizoologist muda ketika
sedang berada di New York.
Ketika Newton Artemis
Fido Scamander atau yang lebih dikenal dengan Newt Scamander datang ke New York,
tanpa sengaja koper yang dibawanya tertukar dengan Jacob Kowalski, seorang no-mag
(no magic atau muggle’s, yaitu
orang-yang tidak memiliki kemampuan sihir sedikitpun).
Saat itu pemerintah New
York sedang berupaya untuk mengungkap insiden misterius yang meresahkan
masyarakat, Kementrian Sihir pun ikut menyelidiki insiden tersebut, terlebih
lagi karena Grindelwed (penyihir hitam yang keji) yang telah kabur dari Azkaban
belum ditemukan. Di sisi lain ada Perkumpulan Salem (semacam LSM) yang gencar berorasi
dengan tujuan untuk meningkatkan awareness
masyarakat New York akan bahaya sihir.
Perkumpulan Salem
dipimpin oleh seorang nyonya tua yang mengadopsi anak-anak yatim piatu yang
dipekerjakan untuk membagikan selebaran anti sihir. Diantaranya adalah Credence
seorangan anak laki-laki berusia belasan tahun yang agak pendiam dan Modesty
seorang anak perempuan followernya
Ny. Salem.
Sudah bisa diduga, ketika
Kowalski membuka koper Scamander, hewan-hewan yang berada di dalamnya ikut
berhamburan. Dibantu Porpentina Goldstein (his
wife soon to be, eh spoiler :p)
seorang mantan auror yang ditemuinya ketika mengejar Niffler, Scamander mencari
Kowalski untuk mendapatkan kembali kopernya.
Porpentina membawa Scamander
dan Kowalski ke rumahnya, dan ... Kowalski yang memang seorang pembuat roti
terpesona kepada Queenie Goldstein yang juga gemar memasak. Scamander kemudian
mengajak Kowalski untuk masuk ke dalam kopernya (Mad Eye Moody suitcase, remember?) untuk menunjukkan apa yang sebenarnya ia lakukan.
So awesome!!! Isi kopernya lebih keren
daripada New York dan segala isinya, if
you know what I mean hehe The most
interesting part is the partition, sekat yang membatasi setiap geografi dan
hewan-hewan yang tinggal di dalamnya tampak nyata, ya iyalah ... It’s magic, anything can happen.
Setelah melihat isi koper
Scamander, Kowalski setuju untuk mencari hewan-hewan yang kabur. Di saat yang
bersamaan, Henry Shaw seorang calon pemimpin New York dibunuh oleh sihir misterius.
Porpentina lantas membawa
Scamander dan Kowalski ke Kementrian Sihir untuk diadili, namun nyatanya Mr.
Graves malah menghukum mereka karena menemukan obscurus (parasit yang menempel
pada penyihir muda) yang diduga sebagai sumber insiden di dalam koper
Scamander.
Queenie yang mengetahui
hal tersebut kemudian membebaskan mereka dan membantu menemukan sisa hewan yang
kabur. Wait ... it’s not the end. Sihir misterius yang meneror New York kembali
muncul dan memporak porandakan hampir seluruh kota. So? What are you waiting for?
Dengan pengembangan
cerita yang luar biasa seru hehe tentu saja Pottermore berharap David Yates
selaku sutradara akan mengadaptasi buku J.K. Rowling lainnya. Well ... harus diakui, Fantastic Beasts
and Where You Find Them adalah spin off yang keren (melebihi film aslinya
:9) seperti The Hobbits triology yang
merupakan spin off dari The Lords of The Rings triology.
Pertanyaannya adalah :
buku J.K. Rowling mana lagi yang akan diadaptasi ke layar lebar?
Bagi yang belum pernah membaca
atau menonton Harry Potter tidak perlu khawatir, alur cerita Fantastic Beasts
and Where You Find Them ini mudah dimengerti dan bisa diikuti oleh muggle’s hehe
BTW, yang jadi Newt Scamander ini remind
me of Caleb Cavanaugh nya Pretty Little Liars. Iya gak sih?
The effect is so cooooolllll !!!
FYI. Fantastic Beasts and
Where You Find Them is the 1st movie me and mom watched after her sickness, the first time (again) she went
to the mall and cinema. Actually she pick ‘Ibu, Maafkanlah Daku’ but she lost after we (me and her coworkers)
pick Fantastic Beasts and Where To Find Them. Sorry mom, I can’t deny J.K. Rowling’s tempations, she put a spells on me J