Photo by Ryutaro Tsukata |
Adakah disini yang weekend-nya mantengin Twitter? Aku sih yes 😂. Ada aja yang baru setiap harinya, dari sepal sepil asmara, affiliates genggeus sampai hashtag jual diri muncul silih berganti. Yang terbaru, eym… nggak baru-baru amat sih adalah bahasan tentang proyek kurang tepat guna di era kepemimpinanya Ridwan Kamil.
Semua ini dimulai saat @kozirama mempertanyakan fungsi dari Teras Cihampelas yang udah nggak jelas fungsinya (dan malah ada wacana untuk membuat volume 2-nya 🤔), as always, ada @ms.enci yang siap menjawab. Ini bukan kali pertama mereka berbalas mention, udah berkali-kali tapi nggak yang sampai heboh macem @outstandjing kemarin.
OK, introduction dulu ya…
@kozirama adalah akun dari owner @kozi.kofie aku tahu dia karena pernah membaca blognya tentang ceritanya saat membangun Kozi, karena merasa tweet-nya asyik aku pun follow akunnya. Seingatku, dulu dia sering sharing tentang Kozi dan suka dukanya buka cabang baru, namun beberapa tahun terakhir @kozirama lebih sering sharing tentang kritik menggelitik untuk Bandung.
Aku nggak pernah follow @mrs.enci tapi karena dia berbalas mention dengan @kozirama kadang tweet-nya muncul sendiri di timeline. Sejujurnya aku kurang faham posisinya @mrs.enci ada dimana, apakah sebagai PR, apakah sebagai simpatisan, apakah sebagai stafsus. Karena bahkan sampai post ini di-publish pun dia nggak menjawab, netizen udah bertanya loh ya tapi nggak digubris. Aku nggak tahu serahasia apa posisinya atau seberbahaya apa jobdesk-nya namun kuyakin akan ada saatnya netizen nge-spill.
Eh iya, post-ku kali ini bukan hate post atau penggiringan opini ya, hanya post byasa dengan bahasan yang nggak byasa. Sotoy banget nih ah… padahal yang baca blog ini kalyan doang 😁. Percayalah… Aku hanya melakukan tugasku sebagai netizen yang merekap berita hangat di Twitter, kalau ada yang kurang nyaman dengan post-ku ini silahkan baca post-ku yang lain 🤭 kali aja lebih menarik.
Sebagai member Sunda Empire yang udah tinggal di Bandung selama bertahun-tahun dan follow akunnya @kozirama. Aku hanya ingin bilang bahwa point utama dari kritik menggelitiknya @kozirama bertujuan untuk meningkatkan awareness kita sebagai citizen (bukan netizen) yang sebenarnya paling memiliki hak untuk mengkritisi kebijakan publik yang dilakukan oleh pemerintah. Untuk hal ini aku setuju dengannya yang berkali-kali mengingatkan bahwa sebagai citizen kita mesti rewel, toh itu kerjaan mereka 😌.
Saat pemilu, para calon pemimpin kan pitching sana sini memaparkan visi misi, adu konsep dan pencitraan. Sebagai citizen kita pasti memilih calon pemimpin yang pitching-nya paling OK dong, yang paling mampu meyakinkan kita bahwa dirinya mampu menjadi pemimpin. Ketika kinerjanya nggak sesuai dengan pitching-nya saat pemilu, citizen itu berhak untuk mengaudit dan mengevaluasi kinerjanya. Ada tanggung jawab yang mesti diselesaikan sebelum masa jabatan berakhir.
Mungkin karena terbiasa dengan system pembelajaran 1 arah yang pasif, kita terbiasa dengan komunikasi 1 arah sehingga komunikasi 2 arah macem diskusi itu masih canggung untuk diapliaksikan. Namun seiring waktu berlalu, kita beradaptasi dan berusaha menciptakan tatanan lingkungan yang ideal untuk ditinggali.
…
Bentar, aku stuck…
Kita melipir ke Prancis aja ya 😊.
Akhir-akhir ini Prancis sering banget huru hara yekan, dikit-dikit demo, dikit-dikit protes, dikit-dikit boikot. Ada apa dengan Prancis? Yang jawab: ada Adit dan Tita, fix kita seumuran. Aku lupa siapa yang bilang tapi kalau suatu negara sering demo artinya negara tersebut ‘sehat’ karena artinya citizen-nya faham bahwa mereka adalah oposisi yang akan mengingatkan pemimpinnya untuk on the right track.
Di negara Asia, raja (pemimpin) acakali dianggap sebagai titisan dewa yang mesti diagung-agungkan dan disembah, sehingga keturunanya diperlakukan luar biasa karena dianggap ‘berbeda’. Dia pure blood, kita mud blood. Sedang negara Eropa, raja dianggap sebagai manusia byasa sehingga bisa dibunuh, dilengserkan atau diasingkan kapan pun. Revolusi Prancis tercipta karena ketidakpuasan rakyat pada ancient regime, yang mengakibatkan Prancis mengganti system pemerintahan dari monarki ke republik yang diperintah oleh rakyat.
Eitsss… kejauhan.
Kembali ke Bandung.
Sebagai citizen yang lebih sering ngedumel di Twitter (*yang nantinya dihapus lagi), kurasa kita memang butuh rang-o-rang macem @kozirama dan @outstandjing yang memposisikan dirinya sebagai oposisi. At least, kita butuh rang-o-rang yang mewakili sambatan citizen yang nggak mau terlibat pertikaian virtual, you know… bala-balanya gragas, apalagi kalau udah dibawa ke platform sebelah, ngerayyy…
Menuju 2024 yang tinggal 6 bulan lagi, kuyakin bahasan politik udah bikin jengah, pun dengan pencitraan-pencitraan para kepala daerah yang udah berada di tahap: naon sih maneh… 🤨