Sejak akhir tahun 2018
lalu list film-film yang akan tayang
di tahun 2019 sudah lalu lalang di timeline-ku,
nggak sabar juga ya menunggu Avengers 4: End Game, Lion King dan Fantasatic
Beast and Where To Find Them 3 rilis 😘. Sedang untuk film lokalnya aku menunggu Keluarga
Cemara, Gundala (yang kabarnya akan dibuat universe
seperti MCU) dan Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas 😘.
Tanpa berniat untuk melupakan
film Aquaman dan Spiderverse yang katanya keren namun nggak sempat ditonton sebab
keburu libur panjang. Aku mengawali tahun 2019-ku dengan menonton film Keluarga
Cemara.
Aku dan Icunk menonton
film Keluarga Cemara ini di minggu pertama penayangannya (dimana lagi kalau
bukan di Ubertos 😅), namun atas dasar kemalasan yang menjadi-jadi dan keinginan
untuk memaparkan spoiler di dalam review. Maka... reviewnya agak ditangguhkan dulu yaw haha ... 😌
Bisa dibilang hari minggu
adalah hari sakralnya anak-anak era 90an, sebab rata-rata kanal televisi
menayangkan program untuk anak-anak. Pokoknya ya dari bangun tidur sampai
tengah hari kartun semua 💋, saking banyaknya kita sering gonta-ganti kanal setiap
kali ada iklan dan nggak jarang malah kelupaan mindahin balik 😉 Ohya paling
sebel deh kalau ada program tinju di RCTI 😂.
Saat itu kita sangat
dimanjakan sekali .. sehingga kita pun nggak berkeberatan untuk menonton
serial GNOTA atau Anak Seribu Pulau yang digagas oleh pemerintah. Eh, kalau
lagi geje suka menelepon 153 nggak sih? 😮 Meski sudah didengarkan berkali-kali, sering
merasa bersalah aja gitu kalau nggak mendengarkan mb operatornya bercerita
sampai selesai 😂😂😂.
Nggak usah ditanyalah
sesejahtera apa keseharian anak-anak era 90an 😊. Ada Tralala Trilili dan ABC program
musik merangkap infotainment untuk
anak-anak. Ada Cinta Clarita, Maria Belen, Amigos X Siempre (yang episode
terakhirnya membuatku bolos les). Ada film vampire
China yang cast-nya itu-itu aja dan
ada Keluarga Cemara... Kalau mau dewasaan dikit ada serial Lupus dan Olga
Sepatu Roda.
Keluarga Cemara adalah
serial televisi keluarga yang diadaptasi dari cerita pendek karya Arswendo
Atmowiloto, potret kesederhanaan Keluarga Cemara ini bagaikan cerita
pendek di buku Pendidikan Bahasa
Indonesia terbitan PT. Sarana Panca Karya 👌. Sederhana sekali... hanya
menjelaskan peristiwa yang terjadi saat ini tanpa ada penjelasan latar belakang
peristiwa. Present tenses tanpa embel-embel past tenses.
Adalah Abah (Adi Kurdi)
dan Emak (Novia Kolopaking & Ema Waroka) serta ketiga anaknya Euis (Ceria
Hade), Cemara ‘Ara’ (Anisa Fujianti) dan Agil (Puji Lestari). Pasca usaha Abah
kolaps mereka tinggal di cottage
minimalis dengan kamar mandi outdoor
yang airnya luber jadi empang.
Sehari-hari Abah bekerja sebagai tukang becak sedang Emak membuat opak yang dijajakan
Euis di terminal Sukabumi.
FYI. Keluarga Cemara ini sudah
menerapkan sustainable living loh ... 🌱
Serial Keluarga Cemara
ini tayang di sore hari, jam-jamnya sekolah TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an).
Meski ceritanya sederhana selalu terselip pesan moral di setiap episodenya, hal
yang maya pada dari tayangan masa kini. Selain itu, serial Keluarga Cemara
berhasil menanami benak kita dengan esensi tentang keluarga melalui lirik theme song-nya. “harta yang paling berharga... adalah keluarga...” 👌.
Salah satu episode serial
Keluarga Cemara yang (sejauh ini) masih kuingat adalah saat Ara ingin memiliki
kempis (botol minum) seperti teman-teman di kelasnya. Setelah menatap nanar
Pipin and the gank yang
ngeceng-cengin mulu dari sebrang jalan, terus Ara pulang ke rumahnya sambil asruk-asrukan lewat sawah. Sedih banget lah ini... 😭
Tadinya Abah dan Emak
nggak mau membelikan Ara kempis sebab nggak ada budget, tapi Emak enggak tega apalagi saat nggak sengaja mendengar
Ara curhat ke Agil “temen-temen pada punya kempis ...” 😞. Demi menyenangkan Ara,
alhasil Emak pun mengkredit kempis ke Ceu Salmah yang sering mampir say Hi ke Emak. Besoknya Ara girang
banget ke sekolah bawa kempis.
Untuk film Keluarga
Cemara tadinya aku cukup merasa skeptis sebab nggak semua yang di-remake feel-nya bisa dapet, apalagi Keluarga Cemara ini adalah serial yang
bisa dibilang legend. Berkaca dari
yang sudah-sudah, film yang menjual tema nostalgia biasanya malah beresiko terjun
bebas dan ambyar begitu saja, ya mungkin sebenarnya memang nggak perlu dibuat film
layar lebarnya juga sih 😁.
Yhahaha~ namanya juga
usaha ... 😛
Sedari wacana Film
Keluarga Cemara ini menuai respon yang cukup beragam dari warga Twitterland. Pokoknya,
banyol-banyol-konyol deh ini. Dari mulai Abah menjadi driver Go-Jek dan Emak punya online
shop Opak (biar Euis nggak perlu
kepanasan jualan ke terminal) sampai Ara dan Agil yang mainin plushie dan slime. Monang akutu bacainnya haha 😂😂😂
Sebagai film bertema keluarga
yang menjual nostalgia kupikir Yandy Laurens ini berhasil mengadaptasikan film
Keluarga Cemara ke masa kini. Penyesuaian yang dilakukannya nggak terlalu berlebihan
dan terasa pas. Jadi ya... meski alur ceritanya digubah, intisarinya masih
tetap sama.
Berbeda dari serialnya,
film Keluarga Cemara ini mengambil setting
waktu lebih awal yakni saat Abah dan Emak mesti kehilangan hartanya. Part yang sama sekali nggak pernah
diceritakan di serialnya ya... kita pun nggak pernah tahu kan bagaimana
kehidupan keluarga Abah sebelumnya. Tahu-tahu jadi tukang becak weh...
Sedangan film Keluarga
Cemara lebih menceritakan tentang turning
point sebuah keluarga yang sempat
mempertanyakan makna dari keluarga itu sendiri.
Sebagaimana realita kaum
urban masa kini dimana Abah (Ringgo Agus) adalah satu-satunya bread winner , tentunya Abah mesti mengesampingkan ego dan mengorbankan
banyak hal demi menghidupi keluarganya. Namun mirisnya, dalam hal ini yang
menjadi korban malah keluarganya sendiri yakni Emak (Nirina), Euis (Zara JKT86)
dan Ara (Widuri).
Banyak hal yang sudah
Abah lewatkan termasuk menonton dance
performance-nya Euis, yang meski
masih dongkol tetap berusaha berpikir positif. Sayangnya, kali ini Abah kembali
melewatkan hari penting Euis sebab mengurusi proyeknya yang bermasalah akibat
iparnya Kang Fajar (Ario Wahab).
Abah pun memboyong
keluarganya ke rumah masa kecilnya di daerah Bogor, untungnya seolah sedang
libur jadi nggak perlulah kita ikut-ikutan memikirkan Euis dan Ara akan bolos
apa putus sekolah 😛. Rumahnya Abah adalah tipikal rumah di film-film horror yang
dibangun di era kolonial, halamannya
luas, jauh dari jalan raya, zona tropis (sering hujan), propertinya usang dan
tampak menyeramkan haha
Terbiasa dengan dengan
segala kemudahan tentunya Abah dan keluarganya mesti beradaptasi di lingkungan
yang baru, kebayang dong gimana anyepnya jam-jam sholat Isya disana, kalau nggak suara motor ngebut ya suara
tonggeret sama jangkrik. Butuh perjuangan untuk menyamakan frekuensi sinyal provider, mana nggak ada colokan di
pohonnya 😢.
Demi menghidupi
keluarganya Abah beralih profesi menjadi kuli bangunan, namun nggak lama ya
sebab Abah akhirnya lebih memilih menjadi driver
Go-Jek sesuai dengan prediksi netyzen. Euis dan Ara pindah sekolah, Emak juga
jualan opak kok cuma belum buat online
shop-nya 😛. Beruntung, banyak tetangga
Abah yang mau membantu termasuk teman masa kecilnya Romli (Abdurrahman Arif) dan Ceu Salmah (Asri
Welas) si tukang kredit loba ceta 💃.
Kupikir judul Keluarga
Euis lebih cocok ketimbang Keluarga Cemara sebab Euislah yang merasakan betul
degradasi kehidupan keluarganya, si Ara mah
hanya sebagai pemanis sebab masih kanak-kanak. Kalau nantinya Keluarga Cemara
dibuat sekuelnya, Keluarga Euis ini adalah prekuel yang ajeg, seenggaknya kita
jadi tahu kan kenapa bisa ada Agil 😳
Hal semacam baju kertas
untuk potong rambut dan menyisakan makanan untuk anggota keluarga yang belum
pulang membuat kita merasa sedang berada di tengah-tengah keluarga, sesuai
dengan tagline-nya “kembali ke
keluarga”.
Saat Abah marah-marah
sama Euis terselip kata-kata yang lumayan ngegas “kalau kata Abah nggak ya
nggak, ngerti nggak?... ngerti nggak?... ngerti nggak?” eh ada anak kecil
yang nyahut dong “nggak!” sambil ngegas juga jawabnya HAHAHAHAHA sumpah ini
satu studio pada ngikik tapi dipelanin suaranya.
Si Abah mah ya... ditipu iparnya sabar, mendadak
misqueen masih sabar, kecelakaan kerja masih juga sabar. Barulah saat bertemu
dengan keluarganya kesabaran itu mendadak habis dan meledak di akhir-akhir. Nggak
adil memang... sebab Euislah yang paling kena getahnya. Namun perlu diingat Abah
juga manusia... 🙏 Segitu juga Euis mah nggak misuh-misuh minta dibeliin kuota.
Banyak yang berpendapat
bahwa Ceu Salma dan Romli adalah scene
stealer di film Keluarga Cemara ini,
itu sudah pasti ya. Namun bagiku scene
stealer di film Keluarga Cemara ini
adalah... eteh-eteh nasi rames + gorengan yang dihutangi Romli haha Bisaanlah udat adatna, satu kali take lagi 😂😂😂😂😂
Seakan menjawab
pertanyaan penonton “Euis itu nama panggilan” kita sih possitive thinking bisa
jadi kan nama asli Euis adalah Aisyah, kepleset dikit jadi Euis *haha maksa banget
lah ini... ya nggak Cunk?
Teman-teman barunya Euis
juga nggak kalah seru, scene
nyanyi-nyanyi sambil diiringi gitar ini lawasnya level Dilan. Ada Rindu (Yasamine Jasem), Deni (Kafin Sulthan), Andy (Joshia Frederico)
dan Ima (Kawai Labiba). Saat masih bocah Kafin pernah perform
di acara kampus, sebab selain memang menggemaskan dan beneran bagus suaranya
doi adalah anaknya dosenku. Maka saat melihatnya di film Keluarga Cemara ini,
duh... berasa tuwir banget yhahaha... 😂😂😂
Pemilihan cast untuk film Keluarga Cemara
terbilang pas ya... Ringgo dan Zara ada sedikit miripnya, Nirina dan Widuri
pun ada sedikit miripnya. Kalau sebelumnya aku melihat Ringgo ini sebagai
babanya Bjorka, setelah menonton film Keluarga Cemara ini aku melihat Ringgo
sebagai sosok yang berbeda dan kupikir Abah adalah salah satu penampilan
terbaiknya Ringgo (selain Agus di film Jomblo).
Tanpa perlu
melebih-lebihkan, film Keluarga Cemara ini adalah salah satu film terbaik
tentang keluarga (yang sejauh ini pernah kutonton). Nggak usah menunggu sampai hari
raya untuk bisa menontonnya di televisi, kalau masih belum turun layar
tontonlah di bioskop, nggak rugi kok 😊