Jika film Slumdog
Millionaire membawa penonton menyusuri kehidupan kelas bawah di India sana,
maka Queen of Katwee adalah versi Afrikanya. Yap! Queen of Katwe adalah film
yang mengisahkan tentang perjuangan Phiona Mutesi dari seorang penjual jagung
yang buta huruf hingga menjadi seorang calon grandmaster catur di Uganda.
Menyesuaikan dengan
kultur dan budaya Afrika yang identik dengan tone color yang bold dan bright, film Queen of Katwe ini
menyuguhkan visual yang kaya sekaligus
kontras pada saat yang bersamaan, tidak bermaksud rasis, tapi film ini
benar-benar memiliki taste yang
begitu kental.
Di awal film diceritakan
bahwa Robert menerima pekerjaan paruh waktu sebagai pelatih sepakbola sambil
menunggu panggilan pekerjaan (yang full
time). Melihat animo anak-anak yang
rendah terhadap sepakbola, ia menanyakan pada anak-anak tersebut alasan kenapa
mereka Cuma menonton saja alih-alih ikut berlatih. Mereka bukannya tidak
tertarik, melainkan hanya tidak ingin terluka karena berobat adalah sesuatu
yang mewah.
Menyikapi permasalahan
tersebut, Robert Katende kemudian berinisiatif untuk mengajak mereka berlatih
catur alih-alih berlatih sepak bola. Kebanyakan anak-anak yang ikut berlatih
catur adalah anak-anak putus sekolah atau membantu perekonomian keluarga dengan
berjualan, karenanya Robert memberikan bubur gratis untuk menarik minat
anak-anak.
Harriet
adalah seorang janda dengan 4 orang anak yang harus dihidupi, beruntung ketiga
anaknya yaitu Night, Phiona dan Brian bersedia membantunya berjualan jagung di
pasar, sedangkan anaknya yang terkecil yaitu Richard masih balita.
Suatu hari Phiona
membuntuti Brian yang sering kabur setelah selesai berjualan, ia melihat Brian
masuk ke tempat anak-anak berlatih catur. Karena tidak mengerti apa-apa Phiona
mengamati dari luar, Robert yang melihat kehadirannya lantas menyuruhnya masuk.
Anak-anak yang merasa terusik karena Phiona belum mandi kemudian mengejeknya
sehingga terjadi perkelahian, Robert berhasil melerai mereka dan memberi Phiona
bubur.
Keesokan harinya Phiona
datang lagi ke tempat anak-anak berlatih catur, tentu saja ia mandi dulu sebelumnya.
Robert menyuruh Gloria agar mengajarkannya catur, meski menggerutu Gloria mengajarkannya
cara bermain catur, hal yang baru bagi Phiona karena sebelumnya ia bahkan belum
pernah mengecap pendidikan di sekolah.
Then, Phiona dan Brian memiliki kegiatan baru setelah selesai berjualan yaitu
berlatih catur, kadang di malam hari pun mereka berlatih catur menggunakan
tutup botol di depan rumah.
Seperti gadis pada
umumnya Night menjalin hubungan dengan pemuda setempat bernama Theo. Harriet yang
tidak ingin Night bernasib sama dengan gadis-gadis di lingkungannya mengancam
Theo agar tidak mendekati Night, namun Night malah memilih untuk meninggalkan keluarganya
demi hidup bersama dengan Theo (hidup bersama disini bukan kawin lari ya tapi
kumpul kebo). Meski demikian Night selalu menyempatkan diri untuk mengobrol
dengan Phiona atau sekedar menengok adik-adiknya.
Karena berlatih catur
dengan tekun Phiona bisa mengalahkan Benjamin yang saat itu dianggap paling
‘jago’ diantara anak-anak lainnya. Melihat potensi dalam diri Phiona, Robert
kemudian membimbingnya dan meminta istrinya mengajari Phiona membaca agar bisa
membaca buku-buku mengenai catur.
Robert mengikutsertakan
anak-anak bimbingannya untuk mengikuti kompetisi catur tingkat sekolah, karena
baru pertama kali mengikuti kompetisi Benjamin sempat mogok dan ciut nyalinya, Robert
pun turun tangan untuk menyemangati anak-anak. Tak disangka-sangka mereka
akhirnya menjadi juara pertama kompetisi catur.
Meski telah memenangkan
kompetisi catur, tidak serta merta merubah nasib anak-anak tersebut, mereka
tetap menjalani hiidup seperti biasanya dan berlatih catur.
Ketika sedang berjulan
Brian tertabrak sepeda motor sehingga harus dirawat di rumah sakit, karena
tidak memiliki uang Harriet membawa Brian kabur dari rumah sakit, ketika sampai
di rumah mereka dihadapkan pemilik rumah yang menagih uang sewa, karena tak
mampu membayarnya mereka diusir dan hidup di jalanan.
Harriet akhirnya sanggup
menyewa rumah bagi keluarganya, mereka kemudian pindah ke tempat baru dengan
bersuka cita. Suatu hari hujan deras turun dan mengakibatkan banjir, Harriet,
Phiona dan Brian bergegas pulang karena khawatir akan Richard yang dititipkan
kepada Night. Benar saja, Night meninggalkan Richard sendirian dan pergi
bersama Theo, beruntung Richard bisa selamat dan tidak terbawa arus.
Karena keberhasilannya
memenangkan kompetisi catur tingkat sekolah lalu, Robert diminta untuk
mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti kompetisi catur ke Sudan. Robert
mendatangi Harriet untuk meminta izin agar Phiona mengikuti kompetisi catur ke
Sudan, awalnya Harriet menolak namun setelah diberikan pengertian dan kemungkinan
Phiona akan mendapatkan pendidikan ia akhirnya luluh.
Robert membawa 3 orang
anak bersamanya yaitu Phiona, Benjamin dan Ivan. Mereka terbang ke Sudan
untuk mengikuti kompetisi catur dan lagi-lagi mereka menjadi juara pertama.
Ada yang berubah sejak
Phiona kembali dari Sudan, ia tak lagi melakukan pekerjaannya serajin dulu dan
bermalas-malasan. Harriet yang khawatir kemudian menemui Robert agar memberikan
Phiona pengertian bahwa ia tidaklah sespesial ketika memenangkan kompetisi,
ketika sampai di rumah ia harus kembali ke kehidupan nyata dan hidup seperti
sebelumnya. Harriet mengancam Robert jika sikap Phiona tidak berubah maka ia
tidak akan mengizinkannya untuk berlatih catur dengannya.
Phiona terbuai dengan
kemenangannya sehingga lupa bahwa ada awan di atas awan, ia meminta Robert
mendukungnya untuk ikut serta dalam kompetisi catur di Russia, ia ingin menjadi
seorang grandmaster catur. Karena sikapnya
yang terlalu percaya diri, ia tak sanggup untuk menghadapi pecatur dari Kanada
dan memilih untuk menyerah ketimbang kalah.
Kekalahannya di Russia
membuatnya tersadar bahwa masih banyak hal yang tidak ia ketahui, dan sesuai
dengan janji Robert dulu Phiona dan Brian bisa bersekolah. Butuh lebih dari
sekedar pengertian dan kesabaran bagi Robert untuk bisa terus membimbing
anak-anak bermain catur, namun karena ketekunannya itu ia berhasil membawa
harum Uganda di dunia melalui catur.
Saat ini Phiona adalah salah
satu calon grandmaster catur dan Robert
sedang mengembangkan program catur-nya di seluruh Uganda. And yes ... Queen of Katwe is
based on true story, you can googling if you want ...
Salah satu hal tak yang
tak terlupkan dari Queen of Katwee ini adalah aksen khas Lupita Nyong’o sebagai
Harriet ketika menggeram ‘hhmmm ...’ dengan gestur pongah dan tatapan menilai. Mungkin
di Uganda menggeram seperti itu adalah hal yang wajar namun disini akan tampak provokatif
seperti ‘siap menerkam’.
Queen of Katwe merupakan
film yang worthed to watch karena
kisahnya yang inspiratif dan memanjakan visual J So ... stay tune on Fox channel movie! Bulan ini Queen of Katwe masuk ke jajaran film premiere jadi pasti akan sering
ditayangkan.