Cerita Lebaran
Happy Eid Mubarak everyone! 🙏🙏🙏
Lebaran tahun kita lebih
banyak stay di rumah karena mama dan
Widy yang lagi sakit, nggak bisa pergi
jauh-jauh juga karena orang-orang pada mudik dan menuh-menuhin jalan di Subang.
Yang tadinya niat mau ngabuburit sambil nyari ta’jil di sisa Ramadhan ini bisa jadi malah terjebak macet dan
berbuka sebelum sampai di rumah.
Malam takbiran nggak jauh
berbeda dengan malam-malam biasanya yang sepi dan anyep, nggak tahu juga ya
kenapa tahun ini nggak ada gerombolan anak-anak dan remaja yang ngebangunin
sahur keliling kompleks pake mobil sambil pukulin galon dan rebutan ngomong di
toa. Saking sepinya, suara nafas juga kedengeran haha .... nggak deng ... suara bersin.
Scene Mama dan Widy rebutan channel TV
antara sinetron sejuta umat Dunia Terbalik atau tayangan non syar’i Running Man
cukup menghibur, masing-masing keukeuh
dengan hiburan versi masing-masing sampai akhirnya (keduanya) memilih untuk
anteng mainin smartphone.
Aku sih yes ... karena akhirnya remote kembali ke tanganku haha 😆
Lalu lintas di feed IG dan timeline Twitter di malam takbiran lancar jaya, sebentar-sebentar refresh, sebentar-sebentar refersh, sebentar-sebentar refresh. Mostly adalah joke’s
receh dan meme’s lucu untuk
menghadapi pertanyaan maha genggeus generasi millennials #kapannikah.
Di masa lampau, adalah
hal yang lumrah untuk mengirim sms ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri dengan
prolog basa-basi macem “ketika tangan tak mampu berjabat ...”, kemudian send to many ... tapi lupa mengganti
nama pengirimnya. Hihi😑😉😉
Kini ucapan Selamat Hari
Raya Idul Fitri cukup dengan posting
foto keluarga dan menulis caption,
kalau mau lebih seru bisa upload
insto ala Mbak Dian yang baru tamat ditonton keesokan harinya. Nggak ngerti
juga apa nge-love foto statement di IG sudah termasuk ngucapin
Selamat Hari raya Idul Fitri apa nggak?
Padahal dulu seneng
banget ya rasanya telepon-teleponan dan saling kirim chat secara personal cuma
buat ngucapin Selamat Hari Raya Idul Fitri. Milihin ucapan yang terbaik dari yang
terbaik di inbox untuk di copy paste hehe dan rajin mantengin handphone untuk membalas ucapan Selamat
Hari Raya Idul Fitri yang datang murudul
ketika baru kebagian sinyal.
Ehm ... Karena di rumah
nggak ada yang mau masak, hampir semua makanan di-supply dari rumah Mbah dan rumah Emih, keduanya kompak kasih opor
ayam + ketupat dan sambal goreng kentang. So s... Everything would be okay ... 😆
Semakin tahun Lebaran
semakin sepi ...
Mungkin karena
orang-orangnya lagi pada mudik ya ... jadinya malam takbiran nggak seasyik dulu.
Tante Marie dan Nisa seperti
biasanya mempersiapkan keperluan untuk ibadah Hari Minggu, keluarga muda
seperti tetangga sebelah dan tetangga depan rumah yang nggak tahu nama
lengkapnya siapa udah mudik duluan ke rumah mertua, sedangkan orang Korea yang
ngontrak di depan rumah junga nggak ada, kemungkinan hijrah ke hotel biar ada yang ngurusin atau main ke Cikarang biar
nggak kesepian.
Mungkin cuma Keluarga Ade
di paling ujung yang stand by di
malam takbiran, mereka akan bergantian memastikan ibunya menggunakan headset karena suka jantungan setiap
kali mendengar suara petasan dan kembang api, bahkan pernah pingsan karenanya.
Lingkungan rumahku
termasuk yang agak spooky
karena banyak rumah kosong. Anak-anak sekolah menjuluki rumahku sebagai rumah
hantu sebab Tante Kun di loteng pernah mengerjai tukang nasi goreng. Ohh ...
pantes ya ... kalau ada motor yang kebetulan melintas di malam hari, begitu
lewat depan rumah suka langsung ngebut. I
see ... I see ...
Aku baru tahu ketika
mengajak teman-teman ke rumah untuk membuat video and yes ... they are very surpised
... Nggak nyangka selama ini aku tumbuh dan tinggal di rumah hantu. Kadang suka
kepikiran, orang Korea yang ngontrak di depan rumah tahu nggak ya rumah yang
sekarang ditempatinya udah kosong selama lebih dari 10 tahun? Haha
Sejak mama sakit lokasi sholat Ied yang biasanya di alun-alun
pindah ke mesjid kompleks, dibandingkan dengan tahun lalu, tahun ini mu’min-nya
berkurang banyak. Entah karena alasan apa tapi sholat Ied kali ini lebih sepi
dari biasanya.
Tahun ini nggak ada acara
sungkem ala-ala minta restu nikah. Lupa ... 😅
Then, kita pergi ke rumah Mbah di Dawuan, bersilaturahmi dengan tetangga yang
nggak mudik dan makan-makan. That’s it,
semua susunan acara Idul Fitri selesai sebelum adzan Dzuhur, sisanya ...
leyeh-leyeh dan ngemil syantique. Kenyataannya, persiapan Idul Fitri lebih
melelahkan ketimbang Idul Fitrinya sendiri.
Well ... Bila melihat kuantitas, keluarga kita bukan termasuk keluarga besar
yang dalam caption foto IG dituliskan
“Ini baru 1/4nya” atau “Ini baru 40%nya loh”, tapi mungkin saja kalau disatukan
dengan keluarga lainnya yang seakar (family
roots).
Untuk mengusir kebosanan makan
opor ayam + ketupat dan sambal goreng kentang, kita akhirnya ngeliwet dan bakar
ikan di samping lapangan.
Happy double tapping into the lovely post on Instagram
They stole the spotlight :) |
The official theme of Idul Fitri mandatory picture this year was 'merem'. |
Keluarga |
Sebenar-benarnya behind the scene, muka-muka nggak siap jepret :p |
Calon makanan |
No caption needed. |
(^.^') |
Mbak & Mama |
0 comments
Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~