Nonton di Bioskop

by - March 03, 2017

Ada beberapa alasan kenapa aku suka nonton di bioskop. Ingin menikmati dan menghargai karya para sineas. Memang senang menonton film. Janjian dengan teman. Quality time dengan inner circle. Lagi banyak waktu luang atau udah nggak tahu mau ngapain lagi. Dan dari semua alasan itu, aku lebih sering nonton di bioskop dengan teman, sesekali dengan keluarga atau kadang malah sendiri.

Seingatku, terakhir kali nonton di bioskop dengan pacar adalah waktu musim Twilight: Two Moon. Aku jelas exciting karena emang lagi kesengsem berat sama Edward Cullen yang super glowing itu, teman-temanku sudah duluan nonton karena aku belum selesai UAS.

Everything is fine sampai akhirnya dia berkomentar menanggapi komentarku tentang cerita di filmnya dengan “Mobilnya keren-keren ya ...”.

...

...

...

Sayup-sayup terdengar suara di dalam hati minta dibawain toa.

GGRRR ... JADI ... SELAMA INI KAMU NONTON APPAAA 😠? Apalah artinya Edward-Bella-Jacob kalau yang dilihat cuma mobilnya DOANG 😠?

Sejak saat itu. Aku enggan nonton di bioskop dengan pacar. KZL 😠😠😠

Throwing back to the past. Pertama kali nonton di bioskop adalah saat berumur ± 4 tahun dengan ayah, mama dan Widy di Bioskop Chandra, tak sampai setengahnya (film) kita terpaksa harus pulang karena Widy menangis gara-gara takut lampunya dimatikan, meski sebenarnya aku (+ ayah) sangat penasaran dengan kelanjutan kisah Si Kabayan dan Nyi Iteung 😶.

Seperti Bioskop Intan Garut yang hidup enggan mati tak mau, Bioskop Chandra Subang juga pernah berjaya, bedanya ia tak sanggup mengalami masa-masa sulit sehingga harus ditutup. Saat aku SMA masih terpajang poster handmade dari cat acrylic di billboardnya, namun kini Bioskop Chandra hanyalah bangunan terbengkalai di tengah kota.

Ketika SD belum afdhol rasanya kalau belum nonton Petulangan Sherina, aku juga ingin, tapi tidak dikabulkan orang tuaku setelah melihat antriannya yang mengular. Sebagai gantinya mama membelikan VCD bajakannya di depan BIP agar bisa ditonton berulang-ulang.

Aku  beruntung terlahir di saat yang tepat sehingga bisa menikmati masa remaja di era kebangkitan perfilman Indonesia, karena sedang dalam masa kebangkitan maka (artinya) ada banyak film ‘uji coba’ yang siap ditonton.

Bioskop Indonesia yang sepi penonton kembali merekah ketika Ada Ada Dengan Cinta dirilis, disusul oleh Eiffel i’m In Love dan beberapa film bergenre drama-komedi-romantis yang laris bak seblak Bandung. Sebut saja Me vs High Heels, 30 hari Mencari Cinta dan Jomblo.

Sebelumnya bioskop Indonesia hanya dihiasi oleh film-film serius karya Garin Nugroho atau film anak-anak musiman seperti Joshua Oh Joshua. Pernah ada masanya ketika film sejenis  Reinkarnasi (pernah denger nggak sih? 😫) yang dizaman sekarang ini merupakan footage movie dari program Dunia Lain ditayangkan demi mengisi kekosongan.

Ketika tinggal di Ma’had, satu-satunya hiburan adalah televisi milik bersama yang terletak di ruang makan. Saat itu, tayangan untuk remaja tidak jauh-jauh dari Planet Remaja yang peace, love and gaul, Inikah Rasanya yang dibintangi oleh Allysa Soebandono, Gilbert Marciano dan Nadia Vega atau Disini Ada Setan yang dibintangi oleh Lia Ananta, Thomas Nawilis dan Nagita Slavina.

Saat serial Disini Ada Setan dibuat versi filmnya, Beye, Icunk, Nurm dan gang Jupi (jurig tipi) lainnya tak luput dari godaan nonton di bioskop Intan, yang sebenarnya termasuk restricted area bagi para santri. Aku pun akhirnya bergabung dengan mereka karena ingin punya hiburan baru selain Mesjid Agung, Yogya dan Ceplak.

Di hari H, kita terlambat check out sehingga pintu gerbang Ma’had sudah dikunci Pak Satpam. Memanfaatkan moment ibadah shalat Jum’at, kita memilih untuk meloncati pagar di samping gerbang Ma’had lalu ngibrit sejadi-jadinya, takut ada pembina atau siapapun yang melihat. Padahal mah ya disana nggak ada siapa-siapa, satu-satunya yang melihat kelakuan kita cuma Allah SWT.

Ahh ... gejolak kawula muda memang tak terbendung ... 😏

Sejak saat itu, nonton di bioskop masuk ke dalam list hiburan di hari Jum’at setelah jajan di Ceplak, photobox di Yogya, beli stationary di Toko AA dan beli pulsa di Tri Cell. Kalau lagi ketitipan Deya, jangan lupa beli koran Bola di depan Mesjid Agung.

Kapan lagi kita bisa nonton di bioskop yang bisa milih sendiri seatnya? Bisa bawa f & b masing-masing? Bisa beli tiket di depan pintu studionya? Bahkan, (pernah) bisa masuk tapi nggak usah bayar karena filmnya udah keburu mulai.

Dimana lagi ada bioskop yang seatnya udah runtuh 1 row tapi tetep ada penontonnya? Dimana lagi bioskop yang ada warung di dalamnya? Dimana lagi lagi ada bioskop (lama) yang menayangkan film super HD, saking super HDnya kita bahkan bisa melihat ada bayangan orang lalu lalang di screennya.

Tapi keseringan nonton di bioskop Intan juga nggak baik loh 😉.

Salah seorang temanku yang berpacaran dengan temanku yang lain, sebut saja Adit dan Tita, suatu hari janjian moviedate di BIP. Entah karena kebiasaan atau memang sedang lupa. Setelah masuk ke dalam studio Tita langsung mencari seat mereka, sedangkan Adit, dengan santainya memilih seat sendiri dan duduk. Tita yang kesal menghampiri Adit sambil menggerutu “Dit, duduknya sesuai nomor atuh. Da ini mah bukan di Intan” kemudian canggung. 😓😌

Terkadang ya ... si Adit ini unpredictable ... 😋

Ketika nonton di bioskop menjadi lifestyle, maka muncul istilah baru.

Aku        : Dari mana Cong?
Pici         : Abis nonton Nyong.
Aku        : Nonton apa?
Pici         : Hajpur?
Aku        : Hah? Apaan Hajpur?
Pici         : Hantu Jeruk Purut

Syiittt! T-O-P-B-G-T ya istilahnya! 😚😚😚

Aku tidak terlalu suka menonton film horror di bioskop, selain karena bikin deg-degan, menonton film horror di bioskop cukup merugikan. Coba deh dipikirin, apanya  yang ditonton kalau setengah dari filmnya dilalui dengan merem? 😶.

Kebanyakan film yang ditayangkan di Bioskop Intan adalah film-film lokal. Namun karena hal itu, kita jadi sangat mengikuti perkembangan film Indonesia, mau rame atau nggak, semuanya pasti pernah ditonton. Termasuk film-film nggak penting yang rajin cari penonton dengan cerita yang horror-tapi-mesum atau komedi-tapi-cabul.

Kadang suka geli sendiri kalau ingat pernah request lagunya Acha-Irwansyah yang jadi OST. Heart di radio, sambil kirim-kirim salam ke teman seasrama. Isshhh ... aL4y beut ... 😤 Zamannya Melly Goeslaw jadi Ratu Soundtrack dan Duo Ratu (Maya & Mulan) masih akur. Tapi emang sih lagunya Melly Goeslaw enakeun, saking produktifnya hampir tiap bulan bisa keluar lagu baru.

Memasuki masa kuliah, aku jarang nonton di bioskop karena sibuk mengerjakan tugas (ehm). Nonton di bioskop adalah alasan belaka untuk ketemuan dengan teman segang yang berujung jadi curhat dan ngegossip, yang saking khusyunya sampai harus nginep.

Pernah. Saat kuliah sedang edan-edannya aku sempatkan untuk bolos (kuliah) demi nonton dengan Icunk, yang ternyata malah berkhianat dengan nonton duluan dengan Anshor dan Mexi. Apalah artinya pertemanan kita selama ini? Tau nggak sih gimana rasanya nonton sendirian? Anyep ~ tau ... 😣

Udah ah, to be continued ... tapi nggak tau kapan dilanjutinnya.

You May Also Like

0 comments

Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~