Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Beberapa hari yang lalu di Twitter sempat ada yang minta di-spill screenshot film favorite di Letterboxd kali aja ada yang bisa masuk watch list. Saat mengecek akun Letterboxd aku jadi teringat lagi dengan draft post film Everthing Everywhere All At Once yang nggak kelar-kelar ini 😅. Aku udah bikin sejak, errr... beberapa tahun yang lalu gitu ya, sibuk banget ya akuteh *alasan 😅. Untuk saat ini film Everything Everywhere All At Once masuk dalam list film favorite-ku, bersama Amelie, The Fall dan Grand Budapest Hotel.

Kalau kalyan sering nonton film-filmnya MCU mungkin udah nggak asing dengan istilah multiverse, apalagi kalau kalyan mengikuti perjalanan The Avengers udah pasti khatam yekan 😁. Kupikir momen pamuncak multiverse ini udah selesai di The Avengers: End Game (review), selanjutnya tinggal beberes sisanya alias nyapu-nyapu. Maaf banget niya namun aku udah di tahap nggak excited nonton film dan series-nya MCU karena ceritanya yang bantet (gagal mengembang).

Bahkan Doctor Strange in The Multiverse of Madness (review) yang digadang-gadang lebih complicated kurang berhasil membawakan kegilaan yang tercipta dari multiverse. Kurasa MCU mulai bergairah lagi melalui Deadpool & Wolverine (review), yha~ Spiderman: No Way Home (review) mah ada di Sony Pictures ya. Secara MCU-lah yang memperkenalkan konsep multiverse, maka apa pun yang ke-multiverse-multiverse-an dianggap berhubungan dengan MCU.

So, adakah film multiverse yang non MCU?
Ada ✨👌.

Lemi introdusyu tu...

Everything Everywhere All At Once

Everything Everywhere All At Once

Everything Everywhere All At Once

Everything Everywhere All At Once

Everything Everywhere All At Once

Everything Everywhere All At Once

Everything Everywhere All At Once

Sejujurnya aku menyesal nggak sempat nonton Everything Everywhere All At Once di bioskop, jadi pengalaman nontonnya terasa kurang shahih. Everything Everywhere All At Once ini cuma mampir sebentar di Kings dan BEC makanya nggak keburu nonton, tapi isokay laya... 😅. Kalau biasanya aku nonton di smartphone sambil ngemil, minum dan melakukan berbagai hal nggak penting, kali ini aku fokus mantengin biar nggak ketinggalan detail penting ✨👌.

***

Everything Everywhere All At Once terbagi menjadi 3 bagian, yang selalu dimulai saat Evelyn berada di meja kerjanya yang dipenuhi nota.

Everything

Evelyn Wang (Michelle Yeoh) dan suaminya Waymond Wang (Huy Quan) adalah pasangan paruh baya yang memiliki bisnis laundromat. Hubungan mereka belakangan ini memang sedang buruk, bahkan terancam kandas. Kedatangan bapake Evelyn yakni Gong Gong (James Hong) yang nggak merestui pernikahan mereka untuk Chinese New Year tentcunya bikin situasi makin rumit. Dan fakta bahwa anak mereka, Joy Wang (Stephany Hsu) come out akan hubungannya dengan Becky (Tallie Medel) bikin Evelyn merasa 'kacau' 💥.

Di tengah segala kekacauan ini, Evelyn dan Waymond mesti menemui Deirdre (Jamie Lee Curtis) untuk memperpanjang izin usaha landromat mereka di IRS (Internal Revenue System). Di tengah perjalanan tetiba Waymond bersikap aneh dan memberikan seperangkat device serta instruksi nyeleneh untuk Evelyn. Setelah mengalami beberapa kejadian di luar nalar, Waymond memberi tahu Evelyn bahwa ada universe lain selain universe yang ia tinggali saat ini.


Everywhere

Saat Evelyn melakukan hal nyeleneh dan mengaktifkan mode verse jump di device-nya tetiba doi berpindah universe, tentcu nggak semua verse jump-nya mulus kadang ada aja 'kesalahan' yang bikin doi nyasar. Selain bisa berpindah jiwa dan raga antar universe, Evelyn juga bisa meng-install special skill yang dimiliki oleh Evelyn dari universe lain. Tadinya kukira musuh Evelyn adalah Deirdre si auditor, ternyata malah Jobu Tupaki yang merupakan Joy dari universe sebelah yang memburu Evelyn di semua universe.

Bagi Evelyn semua universe yang disinggahinya merupakan perwujudan manifestasi what if dari pilihan hidupnya. Macem, apa yang akan terjadi kalau doi nggak bersama Waymond, apa yang akan terjadi kalau doi menekuni hobby nyanyinya, apa yang akan terjadi kalau doi nurut kepada ayahnya. Kurang lebih seperti itu laya... Di antara semua universe, aku paling suka saat Evelyn dan Joy menjadi batu di planet kosong karena akhirnya mereka ngobrol meski cuma pake teks 😂.


All At Once

Setelah mengalami hari yang absurd dan menegangkan di berbagai universe akhirnya Evelyn menemukan kedamaiannya. Evelyn bisa melihat perjalanan antar universe-nya sebagai perjalanan untuk menemukan dirinya yang 'hilang', baik itu karena beralih peran (sebagai istri dan ibu) atau karena kesibukannya mengurus laundromat dengan Waymond. Kurasa Evelyn hanya butuh validasi untuk semua pilihan hidupnya, we always need more time to accept yekan 😉.


***

Ada banyak hal yang kusuka dari Everything Everywhere All At Once ini salah satunya adalah kemampuan kru untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Alih-alih bikin mata ketiga ala Doctor Strange, dengan penuh kesadaran kru menempelkan mata-mataan yang suka dipake crafting di dahinya Evelyn dons. Saking iconic-nya mata-mataan ini, Letterboxd sampai bikin icon khusus untuk lamannya Everything Everywhere All At Once.

Sebagian universe yang disinggahi Evelyn mengambil referensi dari film, macem The Matrix, Ratatouille, dan Sauron-nya The Lords of The Ring. Untukku Everything Everywhere All At Once ini adalah film yang liar dan fancy, a complete package untuk khow-khow sekalyan yang menginginkan tontonan seru. Meski ber-genre sci-fi comedy tetap ada sisipan drama keluarganya kok, jangan lupa siapkan tisu ya pemirsa.

Dengan budget $20 M dan 5 orang kru kurasa nggak berlebihan kalau kubilang MCU seharusnya insecure, cuy... mereka bikin Doctor Strange in The  Multiverse of Madness terasa B aja. Jari-jari sosis yang lunglai, mata bagel dan ledakan confetti hanyalah sebagian dari kemeriahan yang ditawarkan oleh multiverse-nya Evelyn. Kalau kalyan ingin nonton film yang seru di akhir pekan kurekomendasikan Everything Everywhere All At Once ini. Perlu diingat, bagimu taste-mu bagiku taste-ku, selera kita bisa bisa aja nggak.



***

Everything Everywhere All At Once memenangkan 7 dari 11 nominasi di Academy Awards 2023 untuk katagori:

Best Picture 🏆
Best Director - Daniel Kwan, Daniel Scheinert 🏆🏆
Best Actress - Michelle Yeoh 🏆
Best Supporting Actor - Ke Huy Quan 🏆
Best Supporting Actress - Jamie Lee Curtis 🏆
Best Original Screenplay - Daniel Kwan, Daniel Scheinert 🏆
Best Film Editing - Paul Rogers 🏆
Best Supporting Actress - Stephanie Hsu (nominee)
Best Original Score - Son Lux (nominee)
Best Costume Design - Shirley Kurata (nominee)

So, even though you have broken my heart yet again, I wanted to say, in another life, I would have really liked just doing laundry and taxes with you.
Waymond Wang

***

Pictures were taken from IMP Awards website.

Kalau kalyan merasa tulisanku menarik dan ingin menyemangatiku, boleh niya jajanin virtual... 😉
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

How was your day? Hari-hariku belakangan ini kalau nggak kena hujan ya kena macet 😅. Beberapa hari sebelum mulih udik aku memutuskan untuk nonton Dark Nuns di bioskop untuk terakhir kali karena aku nggak tahu kapan bisa nonton film lagi. Di Subang udah ada bioskop sih, tapi tahu sendiri laya kalau di rumah bawaannya mager mulu, jangankan pergi ke bioskop, pergi ke warung aja udah effort banget ini.

Kabar Song Hye-kyo dan Jeong Yo-been bekerjasama udah santer terdengar sejak tahun lalu dan fakta bahwa keduanya pernah jadi lawan main Song Jong-ki tentcunya bikin netizen makin bersemangatz 🔥. Song Hye-kyo pernah jadi lawan main Song Jong-ki di Descendants of The Sun, sedang Jeong Yo-been pernah jadi lawan main Song Jong-ki di Vicenzo. Song-Song couple memang berakhir di pelaminan namun bubar jua di perjalanan.

Song Jong-ki... ada yang ngomongin nih *cepu 😂

Tadinya aku maju mundur mau nonton Dark Nuns, bisi nggak rame hehe. Yang review Dark Nuns tuh sebenarnya banyak namun entah kenapa terasa seadanya aja, mungkin tenggelam gegara hype-nya1 Kakak 7 Ponakan kali ya😅. Oh ya, aku nonton Dark Nuns ini sepulang kerja di Transmart Buah Batu, ketimbang hulang huleng kena macet di TMP yekan... toh sampai rumahnya tetap malam.

Dark Nuns ini bercerita tentang eksorsisme yakni prosesi pengusiran roh jahat dari inangnya (manusia, benda atau ruang), semacam ruqyah untuk warga katolik laya. Kalau kalyan udah pernah nonton The Exorcist (1973), The Conjuring (2013) atau The Nuns (2024) nah, kurang lebih seperti itulah eksorsisme. To be honest aku lebih suka Constantine (2005) karena ada Keanu Reeves-nya wkwk.

ditutup dulu matanya ya nak

Film dibuka dengan scene sus Junia (Song Hye-kyo) turun dari mobil dan... nyebats 🤯 sedang di dalam kamar, pastor Andrea (Huh Joon-ho) mulai kepayahan menghadapi Hee-joon (Moon Woo-jin) yang kerasukan. Yadeh... kita faham kok, writer-nim ingin menunjukkan bahwa sus Junia ini kewren nggak ada duwa, yang tetap slay di tengah kekacauan dan nggak bergeming meski diancam oleh roh jahat 😎.

FYI, untuk melakukan eksorsisme, eksorsis (orang yang melakukan eksorsisme) mesti mencari tahu nama roh jahat yang merasuki inangnya, makanya di awal ada sesi interview. Biasanya roh jahat tersebut akan nge-spill clue-nya tipis-tipis, tapi seringnya sih pada pick me, ingin banget ditanya-tanya 😅. Kalau molor begini biasanya pastor atau suster akan menggertak, mau diguyur pake air suci atau dibakar pake doa? 😱.

keduanya effortless beauty

saat sus Junia dan sus Michaela nggak sengaja menjadi saksi kematian orang tuanya Hee-joon

Setelah prosesi pengusiran roh jahat, orang tua Hee-joon membawanya ke rumah sakit karena kondisi fisiknya yang lemah. Yaiyalah leuleus... secara kerasukannya berhari-hari😅. Saat berada di rumah sakit Sus Junia menemukan bahwa roh jahat tersebut belum benar-benar meninggalkan Hee-joon. Sus Junia pun bertemu dengan sus Michaela (Jeon Yeo-been) dan pastor Paolo (Lee Jin-wook) untuk mendiskusikan pengusiran roh jahat (ulang).

Dari dialog antar karakter aku mengangkap bahwa ada lembaga khusus yang mengatur eksorsisme dan untuk melakukannya diperlukan sertifikasi khusus. Nah, sus Junia ini nggak memenuhi kualifikasi untuk jadi eksorsis gegara masa lalunya yang kelam, padahal doi jago banget. Di Dark Nuns ini yang memenuhi kualifikasi untuk jadi eksorsis adalah pastor Andrea, masalahnya doi udah 'dikerjain' duluan makanya nggak bisa jadi tendemnya sus Junia.

dukun tradisional Koriya 

sus Junia dan sus Michaela lagi meruwat Hee-joon yang masih kesurupan di laut
tyda faham apakah mereka pada bawa baju ganti atau pakee baju yang itu-itu aja seharian

Jadilah sus Junia PDKT ke pastor Paolo dan sus Michaela, awalnya sus Michaela menolak namun kartu tarotnya terus menerus mengarahkannya pada kasus Hee-joon. Mereka berdua membawa Hee-joon (tanpa sepengetahuan pastor Paolo) ke salah satu dukun kenalannya sus Junia dan melakukan ritual pengusiran roh jahat. Melihat durasi yang masih lama, kita udah bisa mendugong bahwa ritual pengusiran roh jahat ini nggak berhasil.

Di point ini aku merasa usaha writer-nim untuk mengawinkan konsep eksorsis dan perdukunan Koriya nggak berjalan mulus. Pasalnya, kita semua faham bahwa keduanya berdiri tegak dan nggak perlu acara kawin silang untuk membuktian bahwa kedua konsep ini bisa loh jalan bareng... Untukku, semua hal di Dark Nuns ini digarap dengan sangat apik, alur cerita yang make sense, sinematografi yang indah, akting cast-nya cakep dan setting-nya yang OK.

Kekurangannya cuma 1, konsepnya nggak kawin euy.

buseddd... yu cakep bener mb 😍

sayangnya doi nggak tertarik hehe

Kukira scene eksorsis di gereja adalah scene puncak di Dark Nuns ini, ternyata masih ada dongs... Selama nonton aku sempat beberapa kali merem gegara ngeray dengan ekspresinya Hee-joon yang lagi kesurupan. Atmosfir yang dibangun terasa gloomy dan mencekam, apalagi saat mereka otw ke gereja. Aku sampai mengira scene anjing mati adalah bagian dari mimpi-mimpinya sus Junia, ternyata beneran ceunah...

Selama nonton aku penasaran dengan stok air sucinya para eksorsis, apakah bikin sendiri atau diimpor macem air zamzam?

Oh ya, sepanjang durasi Dark Nuns ini berusaha mengoptimalkan rule of the thirds, satisfying banget laya... Apalagi kalau kameranya lagi fokus ke sus Junia, buseddd... aging gracefully. Micro expression-nya sus Michaella pun bikin terhanyut, yha~ di antara semua karakter yang ada di Dark Nuns, kurasa karakter sus Michaella ini adalah yang paling mewakili audience. Terima kasih kepada Ae-dong (Shin Jae-hwi), tanpa kendang-mu scene eksorsis Dark Nuns ini terasa'hambar'.

sus Junia dan sus Michaela berlarian membawa air suci ke gereja terbengkalai 
sumvah, takut banget mereka ketemu roh jahat karena cuacanya tetiba berkabut

sus Junia dan sus Michaela saat meminjam pusaka gereja pusat untuk eksorsismenya Hee-joon
sampai film berakhir aku masih kepikiran gimana sus Michaela menjelaskan pada gereje pusat bahwa pusaka gereja yang dipinjam udah terbakar bersama roh jahat 😅

Sejujurnya ending Dark Nuns ini terasa flop, yaudah weh gitu aja. Memang derajat manusia lebih tinggi ketimbang makluk ghaib, namun penggambaran karakater sus Junia yang terkesan agung ini bikinku mempertanyakan point yang ingin disampaikan. Scene sus Junia menghampiri kobaran api dengan segenap deritanya bikinku mikir, ini tuh kiasan apa memang ceritanya dibikin begini? Kagak realistis soale😅.

Kalau dibandingkan dengan film horor lintas genre lainnya, Dark Nuns ini memang agak kurang. Kurasa satu-satunya yang bikin kita pergi ke bioskop adalah the power of Song Hye-kyo. Ayo ngaku wkwk.

Dark Nuns adalah sekuel dari The Priest (2015), makanya ada scene pendeta Choi (Gang Dong-won) ini

***

* pictures were taken from @watchmen.id thread on Twitter

***  

Kalau kalyan merasa tulisanku menarik dan ingin menyemangatiku, boleh niya jajanin virtual... 😉.

Nih buat jajan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments




Hello~

Saat scrolling TikTok aku menemukan potongan video dari film yang bikinku penasaran, Kirsten Dunst muda banget masa… Setelah searching aku menemukan judul filmnya, yakni The Virgin Suicides yang dirilis pada tahun 1999 dan di-direct oleh Sofia Coppola. Yha~ Sofia Coppola adalah anake dari bapake Francis Ford Coppola yang bikin The Godfather. The Virgin Suicides adalah film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Jeffrey Eugenides yang dirilis pada tahun 1993.

Saat mencari trailer The Virgin Suicides di YouTube aku malah menemukan filmnya 😅, mungkin karena filmnya udah lama dan bukan blockbuster jadi kualitasnya pun nggak begitu OK. Untuk nonton di smartphone masih nyaman laya namun untuk nonton di laptop atau tablet so pasti pecah-pecah. Untuk versi legal-nya kita bisa nonton di aplikasi streaming (nggak semuanya ada, tapi aku lupa yang mana) makanya aku skip opsi ini karena lagi nggak subscribe.

***


The Virgin Suicides ber-setting pada tahun 1970an, saat Ronald Lisbon (James Wood) dan Sara Lisbon (Kathleen Turner) pindah ke Grosse Pointe, Michigan. Mereka memiliki 5 orang anak perempuan (yang kemudian disebut Lisbon Sisters) yang dididik dengan keras dan agak kaku sesuai dengan kepercayaan yang dianut. Mereka adalah Therese – 17 tahun (Leslie Hayman), Mary – 16 tahun (A. J. Cook), Bonny – 15 tahun (Chelsea Swain), Lux – 14 tahun (Kirsten Dunst) dan Cecilia – 13 tahun (Hanna R. Hall).

Kepindahan Lisbon Sisters ini segera menjadi hal yang diperbincangkan di lingkungan kompleks, termasuk tetangga mereka yakni sekumpulan anak laki-laki yang diam-diam ngecengin 😁. Yha~ sebagai tetangga mereka hanya bisa melihat Lisbon Sisters dari jauh dan menerka-nerka apa yang mereka lakukan setiap harinya. Orang tua Lisbon Sisters sangat membatasi pergaulan anak-anak mereka, yang mana membuat mereka agak terisolir baik di rumah dan sekolah.

Untuk meredakan ketegangan paska percobaan bunuh diri Cecilia, orang tua Lisbon Sister mengadakan pesta ulang tahun dan mengundang tetangga di sekitar. Sayangnya, Cecilia masih dalam kondisi yang kurang baik dan memutuskan untuk bunuh diri dengan melompat dari jendela. Semua orang yang hadir tentcunya shick shack shock, nggak terkecuali saudari-saudarinya yang mengira bahwa adiknya akan senekat itu.


Setelah kepergian Cecilia, orang tua Lisbon sister berusaha untuk lebih longgar terhadap Lisbon Sister. Mereka mengundang beberapa anak laki-laki ke rumahnya bahkan mengizinkan Lisbon Sister pergi ke pesta prom bersamanya. Tentcunya Lisbon Sister happy dongs… karena ini kali pertama orang tuanya membebaskan dan mendukung mereka melakukan hal-hal yang remaja normal lakukan 👌.

Sayangnya saat itu Lux agak terbawa suasana dan menghabiskan malam bersama Trip Fountain (Josh Harnett), sumvah sampai film berakhir aku nggak faham mengapa Trip malah meninggalkan Lux di lapangan, bukannya dibangunin dulu biar pindah? Menurut kesusotoyanku, Trip nggak siap dengan hubungan jangka panjang dengan Lux karena orang tuanya terlalu strict, nggak asyik aja gitu 😅.

Setelah kejadian Lux-Trip orang tua Lisbon Sister kembali ke template awal dengan versi yang strict. Lisbon Sister berhenti sekolah dan menghabiskan waktunya di rumah dan satu-satunya hiburan hanyalah majalah yang dikirimkan via pos. Orang tua Lisbon Sister terlalu kolot untuk memahami bahwa anak-anak mereka sedang mengalami fase akil baligh, bukan terpengaruh setan.


Saat orang tua The Lisbon Sister membuang vinyl, buku dan printilan-nggak-penting-tapi-ingin-punya, anak-anak tetangga menemukan salah satu journal yang tercecer. Mereka kemudian ‘berbaik hati’ mengabarkan keadaan di luar sana dengan cara memperdengarkan lagu via telepon. Kagak faham hamba mengapa mereka nggak pada ngobrol aja sih… ah bocil! 😪.

Pada suatu malam The Lisbon Sister mengundang mereka ‘main’ ke rumah, jelaslah mereka pada excited dan prepare ini itu. Ada gila-gilanya Lisbon Sister mempersembahkan momen menjemput ajalnya kepada mereka yang saban hari nonton A Day In My Life-nya Lisbon Sister pake teropong. Dengan sansnya satu persatu Lisbon Sister melakukan aksi bundir di depan mereka, 

Sezuzurnya aku menemukan di mana menariknya film The Virgin Suicide ini, konfliknya nggak yang deep gimana gitu dan klimaksnya kurang optimal. Semuanya serba nanggung. Mungkin karena ini film lama dan kita memang diposisikan sebagai penonton yang disuapi materi oleh narator, in the end aku nggak bisa mendapatkan chemistry-nya gimana aja review-ku kali ini 😁.

Aku nggak merekomendasikan The Virgin Suicide ini kepada kalyan yang mendambakan film yang asique, tapi kalau kalyan kelewat gabut bolehlah nonton 😉.

*The Virgin Suicides poster taken from IMP Award and the rest were taken from Pinterest randomly.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Rasanya baru beberapa bulan yang lalu aku nonton The Guardians of The Galaxy Vol. 3 ternyata udah setahun lebih ya… dan Marvel masih gini-gini aja 😅. Setelah Avengers: End Game kurasa konsep multiverse udah nggak asyik lagi, apakah kalyan merasakan hal yang sama denganku? Aku bahkan nge-skip beberapa series Marvel karena alur ceritanya yang repetitif bikinku nggak bergairah.

Yha~ kupikir nggak semua superheroes cocok mengambil peran di multiverse, ada beberapa yang layak anteng berada di timeline-nya sendiri. Karenanya aku sangat berharap Deadpool & Wolverine bisa mengisi kenggak bergairahan ini dengan konsep anti-hero-nya, serius deh… aku ingin kembali merasakan keseruan nonton film di bioskop 😉.

Deadpool & Wolverine

Saat Marvel merilis info terbaru dari Deadpool & Wolverine aku tetap excited sih 😆 apalagi saat trailer yang pake lagu Like A Prayer-nya Madonna dirilis. Menurutku, film di MCU yang punya playlist kece hanyalah The Guardians of The Galaxy dan Deadpool, sedang sisanya B aja. Kalyan suka playlist yang mana?.

Aku nonton Deadpool & Wolverine sepulang kerja di Kings, nggak usahlah ngide nonton di BEC atau BIP karena pulangnya makin jauh *janlup ea… aku udah jadi warga kabupaten 😅. Di Transmart Buah Batu ada kok Deadpool & Wolverine namun jam tayangnya nanggung. Mungkin karena weekdays audience-nya dikit, aku bahkan mendapatkan satu row utuh untuk diriku sendiri.

Happy birthday Al 😊

Deadpool & Wolverine dibuka dengan opening yang keren, sama sekali nggak mengira bahwa Bye Bye Bye-nya Nsync bisa bangkit dari kubur. Aku suka bagaimana credit dan cast-nya ditampilkan di sela perkelahian Deadpool (Ryan Reynolds) dan TVA (Time Variance Authority). Pun dengan Wolverine (Hugh Jackman) versi adamantium yang bikinku kepikiran: apa jadinya duet vibranium dan adamantium? 🤔.

Sezuzurnya aku sama sekali nggak yakin Ryan Reynolds-lah yang berada di balik kostum berwarna merah super ketat itu, di Deadpool 2 doi pake dancer soale…

Eh iya, sebelum nonton Deadpool & Wolverine ada baiknya kalyan nonton dulu

X-Men (2000)
X-Men 2 (2003)
X-Men: The Last Stand (2006)
X-Men Origins: Wolverine (2009)
X-Men: First Class (2011)
X-Men: Days of Future Past (2014)
Logan (2018)

Deadpool (2016)
Deadpool 2 (2018) review

Avengers: Infinity War (2018) review 
Avengers: End Game (2019) review 

Loki (2021-2023)

Tapi kalau nggak keburu juga gpp kok, paling bingung si fulan atau si fulanah ini dari universe yang mana 😁.

Seperti yang kita tahu, Avengers dibangun oleh the original six yakni Iron Man (Tony Stark), Captain America (Steve Rogers), Thor, Hulk (Bruce Banner), Black Widow (Natasha Romanoff) dan Hawkeye (Clint Barton). Dalam perjalanannya the original six dan S.H.I.E.L.D (Strategic Homeland Intervention, Emforcement dand Logistic Division) berhasil mengumpulkan superheroes sebanyak yang kita lihat di Avengers: End Game. Pertanyaannya:

KENAPA DEADPOOL NGGAK BERGABUNG DENGAN AVENGERS?
Karena Deadpool adalah karakter yang berada di X-Men universe yang IP-nya dimiliki oleh 20 Century of Fox. Di masa pailitnya 20 Century of Fox menjual Deadpool dan X-Men pada MCU, yha~ sekarang tahu kan kenapa Deadpool ngeceng-cengin mulu 20 Century of Fox? 😂. Selain itu, Deadpool memiliki visualisasi yang mirip dengan Ant Man (Scott Lang) dan Spiderman (Peter Parker), kalau mereka semua disatukan sepertinya bakal nyaru.

FYI. MCU menjual Spiderman pada Sony Pictures, makanya filmnya nggak ada di Disney+.

Dengan kembalinya X-Men maka terbuka pula kesempatan MCU untuk menciptakan benturan semesta lainnya. Sezuzurnya aku agak khawatir sih dengan konsep multiverse ini, bisa jadi ke depannya nggak akan ada film superheroes yang ‘normal’. Sebagai gantinya kita hanya akan mendapatkan spin off dan turunanannya dan berusaha memahami bagaimana semua hal bisa terjadi. 

anzaiii... kuat ka ngajungkel kitu 😅

Sabretooth yang pernah jadi musuhnya Wolverine

KALAU X-MEN SUDAH DIMILIKI OLEH MCU, MENGAPA WOLVERINE BARU MUNCUL?
Kalau kalyan mengikuti X-Men mungkin faham positioning-nya Wolverine yang memilih untuk nggak terikat dengan X-Men, jadinya macem freelance gitu sih 😂. Wolverine pun memiliki perjalanannya sendiri namun malah metong *svmpah ini part paling menjengkelkan 😢. Karenanya MCU butuh momen yang tepat untuk menghidupkan karakter Wolverine *sotoy banget yaini.

Wolverine sengaja belum dimunculkan karena MCU belum memiliki kandidat actor sebaik Hugh Jackman yang udah memerankan Wolverine selama 18 tahun. MCU ingin Wolverine versi Hugh Jackman, dan solusi terbaik untuk memunculkan Wolverine versi Hugh Jackman adalah dengan membuat Wolverine tampil di film crossover non Avengers yakni Deadpool.

musuh baru bernama Paradox

aging like fine wine

KEMBALINYA WOLVERINE X-MEN
MCU udah nge-spill kembalinya X-Men di Deadpool 2, meski scene-nya nggak terlalu jelas (karena ada kemungkinan ganti cast) scene tersebut di-shoot di X-Mansion. Di Deadpool X Wolverine kita akan melihat beberapa mutant yang hijrah ke MCU termasuk variannya Professor X yang tinggal di The Void, yakni Cassandra Nova (Emma Corin). Kupikir Cassandra Nova adalah villain yang OK ya, sayang kalau mesti dibuang begitu aja.

tetap botak meski berbeda universe

bangkainya Ant-man

SIAPA SUPERHEROES FAVORITE MASA KECILMU?
Deadpool & Wolverine membawakan kita nostalgian wave tsunami yang nggak terkira, terlebih saat Johnny (Chriss Evans), Elektra (Jennifer Garner) dan Blade (Wesley Snipes) muncul. Benar apa kata Arya di review-nya, nonton Deadpool & Wolverine bikin kita mengingat lagi siapa superheroes favorite di masa kecil.

Kalau kita seumuran pasti ingat kartun X-Men pernah di tayangkan di... RCTI gitu ya *lupa 😅. Superheroes favorite-ku adalah Storm karena doi bisa memanipulasi cuaca dan bisa terbang. Yha~ Kevin Sorbo (Hercules) dan Xena (Lucy Lawless) adalah demigod ya jadi nggak masuk hitungan superheroes 😁. Di komiknya, setelah Storm kehilangan kekuatannya ia menikah dengan T'Challa dan menjadi ratu Wakanda *multiverse lagi niya.

bukan doi ya... 😅

BROMANCE YANG SENGGOL BACOK BACOT
Seperti yang kita tahu Deadpool ini banyak bacot, apa-apa diomongin termasuk nyepuin Johnny Storm (Chriss Evans) yang bikin Casaandra Nova mengulitinya seketika 😂. Sedang Wolverine hemat omong dan menanggapi segala sesuatunya dengan serius, makanya ia jengkel banget saat tahu Deadpool mengakalinya. Sezuzurnya aku puas banget saat Wolverine menghajar Deadpool tiap ada kesempatan 👍.

aku jengkel banget sama Wolverine yang chaebol 😂

jirrr... si Johnny nggak ada tukad-tukadnya 😨 

DEADPOOL-VERSE
Di Spiderman: No Way Home kita menemui 3 Spiderman macem di meme, di Deadpool & Wolverine kita menemui Deadpool dan semua variannya, termasuk Nicepool, Ladypool, Hawkeyepool dan Dogpool. Scene baku hantam Deadpool & Wolverine vs Deadpool-verse juga bikin ngakak ya, apalagi saat Deadpool-verse-nya bangkit dari mati suri.

Hello Upper East Siders... gossip girl here...

***

Meski materinya agak sesak dan berantakan aku mesti bilang bahwa Deadpool & Wolverine ini adalah film yang sangat menghibur, terutama bagi kalyan yang udah mengikuti film/series-nya MCU. Sepanjang nonton aku banyak tertawa 😁dan mungkin bikin penonton lain terganggu, maaf ya… tapi kalyan pada faham nggak sih filmnya? 🤔 Dari tadi hening soale 😅.

Di scene serah terima Honda Oddissey (yang dicengcengin mulu tapi akhirnya disayang 😁) terselip nama Betty. FYI, Betty adalah nama anake Ryan Reynolds dan Blake Lively, sekaligus judul lagunya Taylor Swift yang menjadi bestie mereka. Well… kuharap MCU segera mengeksekusi Gambit ya, Channing Tatum udah bertahun-tahun di-ghosting mulu nih.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Kalau sebelumnya aku nonton sendiri kali ini aku nonton bareng dengan… *drum roll 🥁… teman kantor… *masih drum roll 🥁. Wacana nonton bareng ini muncul saat kita ngobrolin Inside Out 2 yang beberapa hari lagi akan tayang, ketimbang nonton sendiri-sendiri kenapa nggak nonton bareng aja yekan? Huhu… Terharu akutu… setelah sekian lama nonton sendiri akhirnya aku nonton bareng 😅. Oh ya… kita memilih nonton di Kings atas dasar efisiesinsi waktu.

Saat tahu Pixar & Disney memilih Inside Out sebagai film musim panasnya tahun ini aku jelas excited. Sezuzurnya aku nggak tahu gimana kelanjutan hubungan Pixar dan Disney saat ini, apakah masih bersama atau malah pecah kongsi *seperti yang kita (aku aja sih 😂) harapkan. Seperti yang kita tahu, setiap tahunya Pixar hanya merilis 1 film demi menjaga orisinalitas sedang Disney yang… you know-lah… ngawur-ngawur sekuel demi meraup cuan. 

Untukku, momen para mainan mengantar kepergian Andy berangkat kuliah di Toy Story 4 adalah farewell manits yang menutup perjalanan animasi Pixar. Namun Disney yang visioner malah berencana merilis Toy Story 5 tahun di 2026, sianjirrr… watir ih karakternya udah pada over exploitation 😢. Pertanyaanku, apakah kelak akan ada Inside Out 3,4,5 dan seterusnya? Yha~ Inside Out adalah franchise yang benar-benar empuk, terlebih belakangan ini Pixar dan Disney belum punya kojo baru untuk dieksploitasi 😁.

Sebagian dari kita masih teguh menahan diri untuk memboikot hal-hal yang berafiliasi dengan Israel, termasuk menahan diri untuk nggak nonton filmnya Disney. Yha~ hanya karena aku nonton Inside Out 2 bukan berarti pro Israel ya, there always 2 sides of everything… 😅 aku nonton Inside Out 2 untuk membiayai creative team-nya Pixar biar bisa tetap berkarya, syukur-syukur bisa segera cabs dari Disney. FYI aja sih ini mah haha

***


Biar lebih nyaman *karena intro-nya terasa kurang nyaman 😅 ku bikin highlight-nya aja ya…

KARAKTER YANG BERKEMBANG
Inside Out (2015) bercerita tentang Riley Andersen (Kaitlyn Dias) yang baru aja pindah dari Minnesota ke San Francisco karena pekerjaan ayahnya. Di film ini kita diajak untuk mengintip apa yang terjadi di control room-nya Riley saat ia beradaptasi di situasi dan lingkungan baru. Nah, Inside Out 2 (2024) bercerita tentang (Kingston Tallman) yang kini beranjak remaja dan mulai mengalami pubertas. Tenang manteman, meski statusnya adalah sekuel kalyan tetap bisa menikmati Inside Out 2 meski belum sempat nonton Inside Out.


KARAKTER YANG DATANG
Seiring bertumbuhnya Riley maka berkembang pula emosinya, kalau di Inside Out hanya ada 5 emosi yakni Joy (Amy Poehler), Sad (Phyliss Smith), Disgust (Liza Lapira), Anger (Lewis Black) dan Fear (Tony Hale), di Inside Out 2 ada 4,5 emosi baru yakni Anxiety (Maya Hawke), Envy (Ayo Edibiri), Embarassment (Paul Walter Hauser), Ennui (Adele Excharcopoulos) dan Nostalgic (June Squibb). Yha~ Nostalgic belum saatnya muncul, namun kehadirannya menghangatkan hati kita semua 😍.


CORE MEMORY
Selama ini control room dikendalikan oleh 5 emosi secara bergantian, mereka bekerja sama menciptakan core memory terbaik untuk Riley. Suatu hari alarm pubertas berbunyi, alarm tersebut bikin situasi kacau karena tetiba control room-nya di-upgrade dan di tengah kebingungan ini datang emosi-emosi baru yang berusaha mengekspansi panel control. Kedatangan mereka tentcunya bikin memory core-nya Riley berubah yang mana bikin Joy dan Anxiety bersitegang.


IMAGINATION LAND
Kali ini giliran 5 sekawan yang terdepak ke Imagination Land, mereka pun berusaha kembali ke Headquarter demi menyelamatkan core memory-nya Riley. Kalau kalyan pernah nonton Soul mungkin akan merasa familiar dengan color tone-nya Imagination Land. Oh ya, memory orbs yang gelundungan di track-nya mengingatkanku pada orbs-nya kodok Zuma 😂kalyan pada ngeh nggak? 😂. Scene brainstorm (yang beneran brainstorm) di Inside Out 2 bikinku ngakak karena relate banget 😁.



BEAUTY IN DIVERSITY
Sezuzurnya, aku sih yes ya dengan konsep diversity (keberagaman) yang diterapkan oleh Disney, namun belakangan ini aku merasa Disney udah kebablasan. Black washing yang mewarnai film Disney bikinku jengah, yamasa Ariel yang bule tetiba jadi Tia Dalma *masih nggak terima 😭. Di Inside Out 2 kurasa konsep diversity udah diterapkan dengan baik ya, ada Grace (Grace Lu) yang mewakili Asia, Bree (Sumayyah Nuriddin-Green) yang mewakili Afrika, Valentina Ortiz (Lililmar) yang mewakili Amerika Latin dan mb-mb ber-hijab yang kulupa namanya.


VISUALISASI YANG MANUSIAWI
Dibandingkan dengan Inside Out kurasa Inside Out 2 memiliki kualitas visual yang lebih OK dan manusiawi. Aku suka bagaimana Riley dibiarkan berjerawat dan memiliki freckles macem remaja pada umumnya. Shoot di scene Riley dan manteman main hockey pun keren ya… gerakan para karakternya natural dan dinamis. Oh ya… aku juga suka scene saat Riley dan menteman ngobrol di mobil, emosi-emosi merea pada su’udzhon yaini 😂.


FAVORITOS
Di Inside Out 2 ini entah mengapa aku lebih attach pada karakternya Disgust yang ternyata love language-nya adalah act of service 😍. Yha~ ada scene dimana doi merapikan dress-nya Joy dan melakukan berbagai hal kecil yang kalau selewat mah nggak akan terlihat. Aku suka bagaimana setiap emosi divisualisasikan, termasuk mata Envy yang berbinar-binar macem kita saat nonton video Duta menyanyikan lagu Rumit di mobil 😁 dan Ennui yang seakan nggak memiliki tulang leher saking magernya.




I CAN’T STOP ANXIETY
In the end… dari Inside Out 2 ini kita jadi tahu bahwa anxiety nggak bisa dihentikan dan itu adalah hal yang normal.


COCOKLOGI TEORI KONSPIRASI
Saat scroll TikTok aku menemukan video yang membahas teori konspirasi Inside Out X Toys Story. Menurutnya kontur wajah Andy mirip dengan kontur wajah bapake Riley, selain itu ada beberapa barang Andy yang dimiliki oleh Riley. So… apakah Andy dan Riley adalah saudara tiri? Apakah bapake Riley meninggalkan keluarganya demi membangun keluarga baru dengan emak Riley?


***

Meski nggak seasyik Inside Out, kurasa Inside Out 2 ini OK ya 💖.

Pictures were taken from the @watchmen.id thread on X.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Setelah menunggu selama… beberapa hari 😅 akhirnya Cine Crib merilis review Furiosa: A Mad Max Saga, jujur niya aku khawatir banget filmnya flop karena film sebelumnya Mad Max: Fury Road bagus banget 😍. Aku memang nggak mengikuti franchise-nya Mad Max (1979, 1981, 1985) tapi aku pernah nonton Mad Max: Fury Road (2015) via TV kabel saat masih stay di rumah dan sangat terkesan. Blown my mind 🌟. Untukku, Mad Max: Fury Road adalah versi gurun dari Waterworld (1995), eh udah pada nonton belum?.

Flashback dikit niya…


Mad Max: Fury Road adalah film dystopia – survival dengan setting padang pasir paska runtuhnya peradaban dunia dalam berita. Saat sedang melintas Max Rockatansky (Tom Hardy) ditangkap oleh war boy yang dipimpin oleh Immortan Joe (Hugh Keays-Byrne) yang ingin mengambil darahnya untuk menyelamatkan Nux (Nicholas Hoult). Ia dibawa oleh Nux saat mengejar Imperator Furiosa (Charlize Theron) yang membawa kabur war rig dan 5 istri Immortan Joe yang sedang hamil ke Green Place of Many Mother.

Yang bikin Mad Max: Fury Road mind blowing adalah konsep dystopia-nya yang ngadi-ngadi, bayangkan… gimana pliketnya tinggal di gurun pasir sambil war wer wor memperebutkan bensin dan reparasi motor 😂. Pasukan berani matinya Immortan Joe: tuyul-tuyul anemia yang saking absurd-nya membawa band untuk mengiringi pertempuran. Sumvah, ini scene terepik dan gila sepanjang film, eddins banget laya pokoknya mah. I like it *suara Curut.

Potongan scene terminblowon:


Saat nonton Mad Max: Fury Road aku penasaran banget dengan sosok Furiosa yang effortlessly keren aja gitu 😍, kok bisa doi pake tangan prostetik dan nggak berubah jadi tuyul anemia padahal tinggal di Citadel 🤔. Nah, untuk menjawab pertanyaan netizen macemku ini, Warner Bros merilis Furiosa: A Mad Max Saga yang dibagi menjadi 5 chapter dengan timeline yang linear. Tenang pemirsa… kalyan bisa mengikuti Furiosa: A Mad Max Saga meski belum pernah nonton Mad Max: Fury Road.

Chapter 1: The Pole of Inaccessibility
Chapter 2: Lesson from the Wasteland
Chapter 3: Stowaway
Chapter 4: Homeward
Chapter 5: Beyond The Vengeance

Saat kalyan membaca review ini tentcunya Furiosa: A Mad Max Saga udah nggak tayang di bioskop, tapi tyda mengapa karena kuyakin kelak akan ditayangan di layanan streaming atau jaringan link haram 😏. Aku pun nonton Furiosa: A Mad Max Saga ini di hari terakhir penayangannya XXI BIP (CGV BEC dan Kings udah duluan turun layar). Aku nggak menyarankan kalyan nonton Furiosa: A Mad Max Saga sambil makan karena banyak adegan yang bikin jantung ciut dan eneg 😟.

Biar lebih nyaman membacanya, marki-view berdasarkan chapter-nya.

Chapter 1: The Pole of Inaccessibility

Di Mad Max: Fury Road, Furiosa dan Max berusaha kembali ke kampung halamannya di Green Place of Many Mother. Nah, di Furiosa: A Mad Max Saga kita akan diperlihatkan bagaimana Furiosa (Alyla Brownie) kecil diculik oleh segerombol raiders yang ingin mempersembahkannya pada Dementus (Chriss Hemsworth). Ibunya, Mary Jabassa (Charlee Fraser) berusaha menyelamatkannya namun nggak berhasil , sejak saat itu Furiosa menjadi bagian dari gerombolan Dementus dan dianggap anak 😅.

Dementus adalah salah satu dari sekian gerombolan yang berusaha menguasai sumber daya di universe-nya Mad Max. Kurasa Chriss Hemsworth cukup bersenang-senang menjadi Dementus yang nggak konsisten dan agak sengklek, entah mengapa namun aku merasa doi masihlah Thor namun di universe lain. Kematian ibunya yang tragis bikin Furiosa kecil trauma yang pada akhirnya bikin doi jarang ngomong, saking jarangnya rang-o-rang sampai mengiranya bisu.

Furiosa dan Valkyrie di Green Place of Many Mother

tyda berbeza

Chapter 2: Lesson from the Wasteland

Ada 3 sumber daya penting yang diincar oleh Dementus, yakni air (Citadel), bensin (Gastown) dan peluru (Bullet Farm). Tadinya Dementus berniat mengambil alih Citadel, namun begitu tahu tuyul-tuyul anemia-nya mengabdi begitu taat pada Immortan Joe ia mundur. Juwara banget laini production designer-nya bisa-bisanya kepikiran bikin motor Dementus ala chariot romawi, mana pake parasut merah pula 😂. Dementus pun bersiasat mengambil alih Gastown dan bernegosiasi dengan Immortan Joe untuk berbagi suplai.

Saat itulah Immortan Joe meminta Furiosa dan The Organic Mechanic (Angus Sampson) sebagai bagian dari negosiasi. Immortan Joe berniat menjadikan Furiosa sebagai istrinya dan menempatkannya di harem bersama istrinya yang lain. Furiosa pun kabur dan menjadi war boy macem tuyul-tuyul anemia, doi bertugas di workshop Citadel sebagai mekanik untuk membangun war rig yang digunakan untuk membawa suplai antar pangkalan (sumber daya).

Immortan Joe yang udah kena ISPA akut

Immortan Joe bersama anak-anaknya: Rictus Erectus (Nathan Jones) dan Scrotus (Josh Helman) serta perdana menteri ala kadarnya: The People Eater (John Howard).

Chapter 3: Stowaway

Furiosa merencanakan pelariannya dengan menyusup ke war rig yang dikendarai oleh Praetorian Jack (Tom Burke) yang akan mengantarkan suplai ke Gastown. Untuk mengantisipasi serangan gerombolan, war rig didampingi oleh konvoi war boy yang sebenarnya kurang berguna karena mudah metong wkwkwk😂. Benar aja ya… saat gerombolan menyerang war rig para war boy berguguran satu persatu tapi aku suka sih effort mereka yang no kaleng-kaleng saat menjemput ajal 👍👍👍.

Furiosa pun akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya dan membantu Jack menghalau gerombolan dan mengamankan war rig. Nggak usahlah kalyan tanya kemana para war boy, karena bahkan yang stay di dalam tanki pun metong. Kepikiran banget ya bikin biker-nya pake parasut wkwkwk Jack dan Furiosa sampai di Gastown yang ricuh gegara Dementus kagak becus 😤 bukannya sadar yang ada doi malah ngajak war wer wor Immortal Joe. Hadehhh…

from this

to this

Chapter 4: Homeward

Kembali ke Citadel, Furiosa naik jabatan menjadi Praetoria setara dengan Jack. Saat nonton Mad Max: Fury Road aku sempat mengira Imperator Furiosa adalah nama asli Furiosa ternyata Imperator adalah nama jabatannya macem Praetoria. Immortan Joe menyuruh Jack dan Furiosa ke Bullet Farm demi mengamankan stok amunisi untuk persiapan melawan Dementus. Entah karena kekurangan stok apa gimana, konvoi war rig hanya didampingi sedikit war boy, eh… ternyata Dementus udah sampai lebih dulu.

Jack dan Furiosa pun nggak luput dari serangan Dementus yang tsadesss… eh doi sekarang ganti pake mobil, berasa nonton Monster Cars Show yaini. Di chapter ini kita akan perlihatkan sebab-sebab Furiosa pake tangan prostetik, kagak kuku hamba 😭… apalagi saat Jack disiksa padahal mereka baru beres kecelakaan. Di scene kejar-kejaran antara Furiosa dan gerombolan Dementus, nyelip scene yang kayanya adalah Max Rockatansky dengan mobil birunya di atas tebing.

nggak jadian kok gaes…

mobil barunya Dementus

Chapter 5: Beyond The Vengeance

Perang antara Dementus dan Immortan Joe berlangsung selama 40 hari, yha~ sekalian tahlilan siya ini mah 😅. Selama itu Furiosa bikin tangan prostetik di workshop dan mempersiapkan mental untuk memburu Dementus. Di puing-puing peperangan ada dongs itu si band pengiring perang, tapi nggak main juga sih haha 😁. Sebagai gantinya, ada scene konduktor gibliks yang memimpin… derit? deru? desing? motornya gerombolan Dementus. Anjaiii… berasa keren sendiri banget ya doi 😁😁😁.

Setelah 40 hari akhirnya Furiosa keluar rumah *yukata masa idah? 😅 dan memburu  Dementus hingga ujung gurun. Nggak ada yang tahu apa yang terjadi di antara Furiosa dan Dementus, kabar yang beredar hanyalah spekulasi karena Furiosa kembali ke mode bisu 🙊. Sejak perang berakhir Furiosa naik jabatan menjadi Imperator dan menculik 5 istri Immortan Joe yang sedang hamil pake war rig, selanjutnya kalyan bisa nonton Mad Max: Fury Road 😊.

Furiosa di persimpangan jalan Garut dan Tasikmalaya

tangan prostetik Furiosa nggak bisa dipake nge-print ya, tintanya udah mau abis

***

Aku setuju dengan review-nya Cine Crib yang bilang bahwa meski ceritanya masih kurang OK dibanding Mad Max: Fury Road, Furiosa: A Mad Max Saga adalah film yang menghibur dan fans service-nya juwara ⭐⭐⭐. Action-nya udah pasti kewren ya, kapan lagi kita nonton scene menjelang ajal semenyenangkan ini. Sayangnya, war boy dan biker-nya kurang banyak euy, nggak yang diawur-awur macem di Mad Max: Fury Road.

Aku cukup menyayangkan Dementus yang dibikin terlalu sans dan kurang capable untuk menguasai sumber daya dan memimpin Gastown. Macem tanggung aja gitu, padahal doi berpotensi menjadi musuh yang tsadesss… 😏. Aku nggak punya karakter favorite karena semua karakternya OK dan punya gaya yang asique, terutama simbah Wiki The History Man (George Shevtsov) yang merangkap sebagai narator.

Furiosa dan simbah Wiki

Dementus's chariot

Yang bikinku nggak habis thinking adalah production designer-nya yang mantips 👍, semua hal dipikirkan dengan baik terutama kendaraannya yang gils itu. Kalyan yang tertarik pada otomotif mungkin akan lebih memperhatikan kendaraannya ketimbang alur ceritanya. Aku lebih suka kendaraan di universe-nya Mad Max ketimbang universe-nya Fast and Furious karena lebih modifikasinya lebih ngadi-ngadi 😅. Kalau kalyan penasaran dengan kendaraan yang dipake di Furiosa: A Mad Max Saga mungkin kalyan akan tertarik membaca artikel ini.

Oh ya, Furiosa: A Mad Max Saga adalah prekuel dari Mad Max: Fury Road, sebagai franchise yang menjanjikan kuyakin kelak akan ade sekuel atau prekuelnya mengingat Mad Max trilogy sebelumnya terdiri dari 3 film. Di credits terselip potongan scene dari Mad Max: Fury Road, buseddd… Rosie Huntington-Whiteley dan Zoe Kravitz cakep banget siy…😍.


The movie posters were taken from the IMP Awards website
The rest of the pictures were taken from the @wathcmen.id thread on X
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (14)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (1)
    • ►  Apr (2)
    • ►  Jun (3)
    • ▼  Jul (2)
      • The 13th Years Of (modern) Slavery
      • Sore: Istri Dari Masa Depan

SERIES

Book Annual Post Quaranthings Screen Shopping Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates