Image Analysis
Image analysis (bacanya: aii-mejh einelay-seizh) atau yang dalam terjemahan Bahasa
Indonesianya adalah analisa gambar merupakan materi pembuka di Basic Fashion Course. Image analysis adalah core point dalam membuat
konsep desain (design concept), yang
nantinya akan menentukan dan mempengaruhi design
secara keseluruhan. Image analysis
bisa didapatkan dari market research
atau pure berdasarkan inspirasi designer yang bersangkutan.
Sebelumnya, aku pernah
mempelajari tentang image analysis
saat kuliah. Meski tak jauh berbeda, image
analysis yang digunakan saat kuliah (tentu) berbeda dengan image analysis yang digunakan di ranah fashion. Lain cabang ilmu, lain pula
metodenya. Pada Desain Produk, secara
umum ada 4 image board yang (sering)
digunakan ketika mendesain suatu produk, namun karena belum jelas apa produk
yang akan dibuat maka perlu dibuat image
chart yang bertujuan untuk menentukan aktivitas mana yang akan
difasilitasi.
Diatas ini adalah contoh image board untuk produk organizer dengan studi kasus Komunitas
Backpacker Bandung. Berdasarkan image
chart, user melakukan aktivitas
mencatat atau menulis pada saat menyusun itenary
(private-active), mencatat bahan kuliah (active-group) dan menulis draft blog (group-passive). Produk yang dipilih adalah organizer karena memiliki intensitas
penggunaan yang lebih banyak dibandingkan produk lainnya.
Life style board adalah gambar-gambar yang menunjukkan aktivitas user yang berhubungan dengan Komunitas Backpacker Bandung secara langsung (direct) adalah gathering, yang biasanya dilaksanakan di café atau tempat nongkrong oleh peserta gathering yang didominasi oleh mahasiswa/i.
Mood board adalah gambar-gambar yang menunjukkan mood, spirit atau ambience dari aktivitas yang menjadi centre point Komunitas Backpacker Bandung yaitu travelling with low budget a.k.a backpacking. Gambar yang dipilih menunjukkan hal-hal yang menjadi soul bagi backpacker.
Styling board adalah gambar-gambar yang menunjukkan produk-produk yang digunakan user dalam keseharian maupun ketika backpacking. Gambar yang dipilih merupakan gambaran user secara pesonal yang dipilih secara acak (random) di Komunitas Backpacker Bandung.
Usage board adalah gambar-gambar yang menunjukkan produk-produk kompetitor (pembanding) dari organizer yang tersedia di pasaran. Gambar yang dipilih sudah disesuaikan dengan kepribadian user berdasarkan styling board.
***
Jika elemen visual design adalah dot (titik),
line (garis), shape (bentuk), color
(warna), texture (tekstur) dan space (ruang), maka elemen visual fashion adalah color, texture, silhoutte (kesan garis / bayangan) dan finishing (penyelesaian). Elemen
visual fashion lebih compact dibandingkan
elemen visual dalam design karena sudah ‘dipadatkan’.
Silhoutte pada elemen visual
fashion mencangkup dot, line, shape dan space,
sedangkan finishing lebih mengarah
pada hal-hal yang bersifat teknis seperti teknik pengerjaan dan proses
pengerjaan. Jika image analysis pada
Desain Produk ditujukan untuk mengetahui produk apa yang harus dibuat, maka image analysis pada fashion
adalah kelanjutannya karena produknya sendiri sudah jelas. Fashion. Mencangkup semua produk yang dikenakan dan beserta
turunannya yang bersifat visual.
Untuk membuat image analysis diperlukan gambar-gambar
yang mendukung serta mengarah pada design
concept. So, kita diminta untuk
mencari majalah fashion bekas seperti
Vogue, Bazaart, Elle atau Natgeo atau majalah apapun yang memiliki
gambar-gambar artistik dengan hi-resolution.
Ingat ya harus yang bekas! Karena kalau yang baru mah mahal 😂
Kalau nggak punya majalah
fashion yang bekas, bisa mencari di
bursa buku bekas Jl. Dewi Sartika di daerah Kalapa yang jadi tempat ngetem
angkot jurusan Kalapa-Ledeng atau Kalapa-Cicaheum. Disana hanya ada sedikit
pilihan majalah fashion bekas import dengan stock paling banyak 2 eksemplar per edisi.
Kenapa harus majalah fashion import? Bukan majalah fashion
lokal? Karena majalah fashion import lebih banyak memuat full page
advertisement ketimbang majalah fashion lokal. Ya kan? Coba deh dilihat
lagi ... Kalau majalah fashion lokal
biasanya balance antara gambar dan font, sehingga mengganggu gambar, jadinya
agak kurang bisa ‘dinikmati’ 😏.
Setelah mendapatkan
penjelasan mengenai image analysis dan diberikan pengarahan
tentang bagaimana caranya membuat mood
board, kita lantas diminta untuk
membuat 5 mood board dari majalah yang kita beli sebelumnya. Nah. Mulai puyeng kan...
***
Sreettt... Sreettt...
Sreettt... Suara kertas dirobek 😒.
Kapan lagi coba merobek
majalah kalau bukan demi tugas? Kalau bukan karena tugas aku juga tak mau, yang
ada malah disampulin 😊. Sebenarnya nggak perlu
merobek secara membabi buta, cukup seperlunya saja. Nah. Itu dia masalahnya...
gambar apa yang diperlukan? Kalau Cuma merobek gambar yang dinilai bagus dan
terlihat artistik, ya itu mah semajalaheun atuh...
Untuk mempermudah, coba
deh lihat-lihat dulu isi majalahnya, nggak usah sambil dibaca juga nggak
apa-apa yang dilihat gambarnya saja. Setelah ditelaah coba cari satu gambar
yang akan menjadi highlight,
pertimbangkan juga aspek-aspek pendukungnya seperti tekstur atau tone warnanya.
Lalu pandangi... dan
temukan unsur elemen visual apa saja yang ada pada gambar tersebut. Setelah itu
lalu cari lagi gambar lain yang menurut istilah Ripong mah masih ‘satu nafas’
dengan gambar yang menjadi highlight.
Nah... ini nih yang menjadi momok bagi kita semua. Sulit untuk menemukan
gambar yang masih ‘satu nafas’ di majalah, apalagi kalau gambar di majalahnya
cuma sedikit.
Aku dan Farah sampai
harus balik lagi ke Jl. Dewi Sartika demi mencari majalah lainnya. Di tengah
hari yang terik benderang itu, kita memilih-milih (lagi) majalah based on their page, dibuka satu-satu
per-halaman, dicocok-cocokin dengan gambar yang sudah ada sambil mikir ‘ini
nyambung nggak ya?’.
Ketika sampai di rumah. Eh,
mood board malah berubah total! 😠😠😠.
Kalau membuat mood board
hanya mengandalkan majalah ya seperti itu, dipilih yang bahannya paling banyak
bukan yang paling bagus. Lain lagi kalau membuat (digital) mood board menggunakan Pinterest, pasti
ketemu deh yang ‘satu nafas’.
Kenapa kita tidak
menggunakan Pinterest? Yang pastinya lebih mudah, murah dan cepat. Mmhhh... Simple, karena gambarnya bisa
dimanipulasi, untuk mendapatkan tone
warna yang sesuai antara satu gambar dengan gambar lainnya kan bisa diedit dulu di Corel atau Photoshop #eh sorry sorry kebiasaan kuliah 😉. Selain itu keywordnya
cukup sulit karena tidak semua gambar memiliki penamaan yang spesifik.
Next 👉mood board
0 comments
Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~