Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Selamat Sore... 😊

Kuyakin akhir-akhir ini di timeline kalyan sering muncul konten based on personal pov tentang film Sore: Istri Dari Masa Depan. Yha~ timeline-ku juga begini kok, sampai bingung mau baca yang mana dulu 😅. Kalyan udah nonton filmnya belum? Aku udah 😉, dan terpukau dengan alur ceritanya yang sungguh mempesona, bahkan setelah keluar dari studio pun aku masih bengong dengan ending-nya yang ajegile 😭.

Aku nonton Sore: Istri Dari Masa Depan ini di Sams Studio Subang *heu di hari kedua penayangannya, hari pertama mah jadwalku cuci baju ya, nggak bisa diganggu 😁. Tadinya aku udah khawatir Sore: Istri Dari Masa Depan nggak dapet slot studio karena di aplikasi doi berada di urutan terakhir line up 'segera tayang'. Mungkin karena aku nonton di jam nanggung, hanya ada 4 penonton di studio.

Sebelum lanjut membaca, cek dulu playlist-nya siapa tahu ada lagu favorite kalyan.


Sekitar 7-8 tahun yang lalu Tropicana Slim merilis web series berjudul Sore: Istri Dari Masa Depan di Youtube, ada 9 episode dengan rata-rata durasi 12 menit. Web series ini bercerita tentang Sore (Tika Bravani) yang kembali ke masa lalu demi menyelematkan Jonathan 'Jo' (Dion Wiyoko) yang meninggal gegara diabetes. Yaps. Menurut ngana ngapain Tropicana Slim bikin web series kalau Jo penyakitnya koreng? 😅.

Seingatku, quote-nya yang: "Tahu nggak kenapa senja selalu menyenangkan? Kadang ia merah merekah bahagia, kadang ia hitam gelap berduka, tapi langit selalu menerima senja apa adanya" sering di-retweet di Twitter. Dengan segala kelebihannya kurasa wajar kalau Sore: Istri Dari Masa Depan ini mendapatkan atensi dan bikin heboh netizen yang memang butuh asupan tontonan 'sehat'.

Tika Bravani sebagai Sore di web series-nya

Bahkan hingga bertahun-tahun setelahnya, web series Sore: Istri Dari Masa Depan ini masih sering di-mention di obrolan seper-circle-an. Tyada tanding, tyada banding ✨👌. Setelahnya ada Mengakhiri Cinta Dalam 3 Episode (2018) dan Yang Hilang Dalam Cinta (2022), namun keduanya tetap nggak bisa mengalahkan fantasi liar ketemu jodoh yang penuh effort macem Sore: Istri Dari Masa Depan.

Saat tahu Sore: Istri dari Masa Depan akan dibikin versi filmnya, sejujurnya aku khawatir filmnya hanya akan jadi versi extended dari web series-nya. Well... Kurasa semua hal punya 'tempat' masing-masing, kalau nggak klop yang ada malah flop, sayang aja gitu... secara versi web series-nya bagus banget. Eh iya, atas nama efisiensi mari kita menyingkat Sore: Istri Dari Masa Depan ini dengan Sore Idaman.

sinematografi mah nggak usah ditanya, kewren 😍 scene ter-favorite sepanjang durasi

Sore Idaman ini (masih) bercerita tentang Sore (Sheila Dara) yang kembali ke masa lalu demi menyelamatkan Jonathan 'Jo' (Dion Wiyoko) yang meninggal. Memang nggak dijelaskan secara gamblang apa penyakitnya, yang pasti bukan diabetes sih karena nggak ada product placement-nya Tropicana Slim Stevia di film 😅. Kemungkinan Jo meninggal gegara life style yang awur-awuran di masa muda.

Tentcunya ada beberapa penyesuaian yang dilakukan demi pengembangan cerita, macem penambahan karakter dan setting yang berpindah dari Italia, ke Kroasia (+Finlandia, +Jakarta). Sore Idaman ini dibagi menjadi 3 part yang ditandai dengan teks sub-judul besar di layar, bertuliskan Jonathan, Sore dan Waktu. Jujur niya, scene lapisan es yang retak bikinku su'udzon filmnya bakal sad ending 😅.

masih ancang-ancang sih, tapi kita udah tahu doi mau ngomong apa

Apa yang akan kalyan lakukan saat terbangun di pagi hari dan mendapati Sheila Dara menyapa "Hai... aku Sore, istri kamu dari masa depan".

ekspresi doi saat bangun tidur konsisten banget 😁

Kuyakin sebagian netizen tentcunya akan pasrah dan senang disapa begini, lain halnya dengan Jo yang kaget setengah mati dan mengira Karlo (Goran Bogdan) mengerjainya. Bukannya jengkel karena nggak dikenali, Sore malah tersenyum dan mengikuti Jo bertemu dengan Elsa (Lara Nekić). Saat Sheila Dara ngomong cas cis cus pake bahasa Kroasia aku amazed, wow... niat banget ya, doi belajar berapa lama sampai lancar begitu.

Slow but sure, Sore akhirnya mampu meyakinkan Jo bahwa ia adalah istri dari masa depan dan memperbaharui life style-nya Jo. Sayangnya Sore lupa bahwa Jo pun butuh waktu untuk beradaptasi dengan life style yang baru dijalaninya, hal ini bikin Sore jengkel dan mengkonfrontasi Jo. Di tengah pertengkaran Sore tetiba mimisan dan bilang "kita mulai dari awal lagi ya".

Hah?

Hah??

Hah???

*ini bukan lagi niup keong ya 😂.

berlarilah seakan-akan lagi ditemplokin Sheila Dara

coba tebak, apa yang akan mereka lakukan setelah berolahraga? 

yap, makan sotoy

berapa lapis? ratusan... *ytta

Melihat Sore melakukan hal yang sama berulang kali dan lirik lagu yang terdengar getir bikinku frustasi seketika 😭. Ya Allah... ternyata selain istri di sinetron Indosiar kini ada Sore yang kesabarannya udah melewati batas nalar. Kalau aku mah so pasti bakal langsung ngereog da, lagian sih udah dikasih tahu berkali-kali tetap ngeyel, jadi diulang-ulang terus kan capekkk... * yha~ aku memang nggak Sore-able siya.

Time loop ini mengingatkanku pada film Happy Death Day, dimana karakter utamanya akan terus 'mati' sampai ia mengetahui siapa pembunuhnya. Nah, kurasa Sore ini mayan pasrah dengan urutan to-do-list-nya jadi kurang mengeksplor kemungkinan lain, makanya doi nggak tahu ada postcard bundle di lemari. Tapi ya namanya juga proses, mungkin Sore pun butuh waktu untuk bisa memahami semua ini.

ceritanya lagi deep talk

saking deep-nya malah nyesek 😢

sejujurnya aku bingung sih, kok bisa Marko mempekerjakan Sore tanpa ID dan paspor padahal doi statusnya WNA.
Sore tetiba punya smartphone tapi nggak dipake untuk menghubungi keluarga di Indonesia biar dijemput.
eh iya... ini kan dunia fantasi, apa pun bisa terjadi.

Saat Sore memutuskan untuk 'hidup' dengan bekerja di butiknya Marko (Livio Badurina) aku jadi kepikiran, kenapa sih doi nggak mencoba untuk melanjutkan hidup? Toh kalau pun nggak berhasil pada akhirnya doi akan kembali terbangun di samping Jo dan menyapa "Hai... Aku Sore, istri kamu dari masa depan". Dengan waktu yang doi punya apakah doi nggak kepikiran untuk melakukan hal liar dan sedikit berbuat onar? *astagfirullah... pikiranku 😅.

Kurasa point utama dari Sore Idaman ini adalah semua effort akan siya-siya kalau kita sendiri nggak ada kesadaran untuk berubah. Ketimbang menyelamatkan Jo, kurasa akan lebih baik kalau Sore menyelamatkan dirinya dulu, secara doi sering mimisan yekan😁. Setiap Sore mimisan selalu terdengar detak jantung, mungkinkah loop ini tercipta tatkala Sore nggak bisa mengontrol emosinya?

gegera Sore Idaman aku jadi tahu Agung Hapsah masih hidup 😊

meme-able: melihat kenaifanmu 

Kalau kalyan suka nonton film bertema waktu macem time travel, time loop atau time split, mungkin kalyan faham dengan istilah realitas. Realitas adalah garis linear yang tercipta dalam suatu kurun waktu mencakup masa lalu, masa, kini dan masa depan. Ketika realitas ini terganggu akan tercipta garis waktu alternatif yang akan menciptakan realitas baru, inilah yang disebut multiverse.

Pertanyaannya, Sore ini ada di realitas mana? wkwk.

Di film sempat disinggung bahwa Arktik nggak memiliki zona waktu, kalau kalyan meyakini bumi bulat tentcunya faham bahwa bumi memiliki poros. Semua garis bujur yang membagi zona waktu di berbagai belahan bumi akan bertemu di satu titik, kutub utara dan kutub selatan. Karena kedua kutub ini menjadi titik pertemuan semua zona waktu maka kedua kutub tersebut nggak memiliki zona waktu resmi.

kayanya Dion Wiyoko kurang cocok sama angin Kroasia deh, vibe-nya macem baru bangun tidur mulu 😅

another photo trend is coming...

makan?

Setelah menyelami berbagai fan theory, kupikir waktu di Yandyverse ini macem TVA (Time Variance Authority) di MCU yang bertugas menjaga stabilitas waktu. Saat Sore datang ke Artik dan napak tilas ke carbon print-nya Jo tanpa sengaja ia memasuki timeline-nya Jo dan 'hidup' sana. Loop yang diciptakan oleh Sore ini adalah realitas cacat yang diburu oleh waktu, makanya begitu Sore ditemukan oleh waktu terjadi anomali di mana hari berlalu dengan cepat.

Menurutku "Hai... Aku Sore, istri kamu selamanya" adalah kata-kata farewell dari Sore sebelum kembali ke realitasnya aja sih bukan mantra pamungkas. Meski nggak berhasil menuntaskan misinya, Sore berhasil meninggalkan jejak di timeline-nya Jo, that's why ada siluet doi di salah satu fotonya Jo. Pada akhirnya, bisa dibilang alam bawah sadar Jo yang udah di-training oleh Sore yang akhirnya menuntun doi merubah life style-nya.

Sore outfit-nya cakep-cakep 😍

tapi aku paling suka yang ini, terasa pas aja gitu untuk karakter Sore

Tabrakan realitas ini tentcunya bikin masa depan berubah, mereka berdua bertemu bukan di nikahan Cindy melainkan di exhibition-nya Jo. BTW, "Kok fotonya aneh ya?" itu Sheila Dara banget ya 😂.Momen saat mereka berjabat tangan dan seketika montasenya tumpah ruah bikin hati membuncah saking emosionalnya. Kurasa mereka berdua bisa saling terkoneksi karena apa yang udah mereka alami itu nyata.

Sumvah, aku nungguin banget line "Hai... Aku Jo, suami kamu dari masa depan" macem di web series-nya, ternyata kagak ada coy... 😢.

Percayalah... nonton Sore Idaman di bioskop itu lebih cucok ketimbang nonton di personal device, karena pengalaman nontonnya akan terasa sangat berbeza. Nggak masalah kalau kalyan belum pernah nonton versi web series-nya, kuyakin kalyan akan penasaran dan mencarinya 😁. Perlu diingat, bagimu taste-mu, bagiku taste-ku. selera kita bisa sama bisa aja nggak.

Last but not least, two thumbs up untuk pemilihan soundtrack yang ear catchy dan memorable ini.

scene paling lawak 😂

***
Di bawah ini adalah list film yang menurutku relate dengan film Sore Idaman, mungkin bisa masuk watch list kalyan.
Mr. Nobody (2009)
Kimi no Na wa (2016)
Happy Death Day (2017)
Loki (2021)
Everything, Everywhere Here All At Once (2022) review
Deadpool & Wolverine (2024) review

Untuk post yang terkait dengan Yandyverse bisa di baca di link ini ya.
Keluarga Cemara (2018)
Jatuh Cinta Sepeti di Film-Film (2023)
1 Kakak 7 Ponakan (2024)

***

Pictures were taken from @watchmen.id thread on Twitter

Kalau kalyan merasa tulisanku menarik dan ingin menyemangatiku, boleh niya jajanin virtual... 😉

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Sudahkah kalyan kembali nonton di bioskop? Atau masih betah nonton via link haram? 😁.

Seperti yang udah kalyan duga *sotoy film pertama yang kutonton di tahun 2025 adalah 1 Kakak 7 Ponakan (atau SaKaTuPo biar singkat) di mana lagi kalau bukan di Kings *angger. Aku nonton 1 Kakak 7 Ponakan ini di hari pertama penayangannya, karena hari kedua, ketiga, keempat dan seterusnya mah long weekend. Nggak kuku hamba kalau mesti berjibaku di antara riuhnya long-weekenders dan macet 😭.

Saat kalyan baca review-ku ini 1 Kakak 7 Ponakan udah nggak tayang di bioskop, tapi kalyan nggak usah khawatir karena 2-3 bulan mendatang kemungkinan filmnya tayang di layanan streaming legal. 1 Kakak 7 Keponakan ini tentcunya menghangatkan timeline-ku yang belakangan ini terasa nggak asyik, yha~ ada aja permasalahan sosial yang di-up setiap harinya.

ternyata last goodbye😭

1 Kakak 7 Ponakan ini becerita tentang Moko (Jerome Kurnia) seorang mahasiswa tingkat akhir yang tetiba ketiban tanggung jawab sebesar... rumah dan segala isinya 😅. Saat kakaknya Agnes (Maudy Koesnady) dan Atmo (Kiki Narendra) wafat, mau nggak mau Moko-lah yang mengambil alih tanggung jawab untuk keluarganya, yakni Woko (Fatih Unru), Nina (Freya JKT48), Ano (Nadif H. S.) dan si kecil Ima.

Sebagai fresh graduate yang idealisme masih meletup-letup tentcunya Moko mesti legowo meredam egonya untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Pun hubungannya dengan Maurin (Amanda Rawles) yang mesti bubar gegara udah nggak sejalan lagi, at this point aku merasa Moko udah mengambil keputusan yang tepat. Sebagai kepala keluarga tentcunya Moko sadar bahwa kini ialah yang menjadi tumpuan bagi keponakan-keponakannya.

tiba-tiba ngasuh budak

Di tengah ke-chaos-annya mengurus keluarga, mantan guru pianonya Pak Nanang (Ence Bagus) tetiba datang dan menitipkan anaknya Gadis 'Ais' (Kawai Labiba) untuk sementara waktu. Awalnya Moko menolak, namun akhirnya diterima juga sih hehe. Well... yang kupertanyakan adalah: gimana caranya Gadis pindah sekolah? Karena yang kutahu, saat ini pindah sekolah nggak semudah cocote Pak Nanang yang berjanji akan menjemput Ais secepatnya.

Waktu berlalu sampai kakaknya Osa (Niken Anjani) dan suaminya Eka (Ringgo Agus Rahman) pulang dari Australia dan tinggal bersama mereka. Kehadiran Osa dan Eka di rumah tentcunya bikin flow yang udah tercipta dan terpelihara mulai berantakan, apalagi sifat Eka yang agak julid (terutama saat menanyakan gaji) bikin audience gregetan pingin jitak 😤. Kerah tingginya itu lohhh... udah pro banget, macem cowok red flag di drakor.

fuyohhh~

Dirasa keadaan keluarganya udah settle, Moko pun memberanikan diri untuk memikirkan hidupnya. Ia mencoba peruntungannya sebagai arsitek, dan mendapatkan kesempatan untuk interview di kantornya Maurin. Eaaa... FYI. mereka nggak pernah putus ya, cuma break... hingga waktu yang nggak ditentukan 😅. Kalau aku jadi Maurin tentcunya Moko nggak akan kurekomendasikan, kagak mau hamba sekantor dengan mantan yang nge-ghosting hingga bertahun-tahun 😠.

Moko yang device-nya udah out of date akhirnya mendapatkan pinjaman laptop dari Maurin, dan sejak saat itu status break dalam hubungan mereka resmi berakhir. Bahkan Maurin mau-maunya mengajak Moko dan keluarganya untuk site visit sekaligus liburan tipis-tipis ke Anyer. Kalau aku jadi Maurin... wkwk. Alhamdulillah yaini... Setelah bertahun-tahun liburan via Google Maps akhirnya Moko dan keluarga bisa liburan beneran.


from this

to this

then to this

Saat liburan di Anyer ini tanpa sengaja Ais bertemu dengan kerabatnya, yang mana bikin Eka menyinggung keberadaan Ais sebagai outsider di keluarga mereka. Sebagai orang dewasa apa yang diomongin Eka memang make sense, poinnya sih OK cuma penyampaiannya sungguh sangat nggak ngenakin, apalagi ternyata mereka (para keponakan) belum benar-benar tertidur jadi weh perjalanan pulang ke rumahnya anyep.

Sebagai film adaptasi tentcunya ada banyak penyesuaian yang mau nggak mau mesti dilakukan, salah satunya adalah pemadatan cerita. Jujur, di awal aku cukup keteteran dengan alurnya karena terlalu cepat, tiba-tiba sidang, tiba-tiba di rumah sakit, tiba-tiba ngasuh budak. Apakah Moko melewatkan momen wisudanya gegera riweuh mengasuh Ima?

beberapa detik sebelum kejadian

Kita semua faham bahwa masa transisi adalah masa yang berat, scene Moko kesandung ember paska video call dengan Maurin adalah salah satunya. Gimana ya... ingin ketawa tapi watir 😅. Aku suka gimana manusiawinya karakter di 1 Kakak 7 Ponakan ini, yunow... semakin lusuh baju rumahan malah semakin enak dipakenya. Pun dengan scene masak pake bahan seadanya dan gercep makan remahannya yang nggak sengaja terjatuh, belum 5 menit... *ytta.

Sebagai kakak rumah tangga tentcunya aku merasa relate dengan kehidupan yang tetiba dijalani oleh Moko, I feel you... Namun sebagai lulusan FSRD tentcunya aku merasa bahasan mengenai arsitekturnya kurang dalem, macem make up doang. Scene Moko menjelaskan konsep family cottage-nya memang OK, setting dan property juga OK, sayangnya hal itu nggak berhasil menciptakan kemistri Moko sebagai Arsitek macem Ted Mosby di How I Meet Your Mother.

Well... Mungkin karena aku belum pernah nonton series-nya aku merasa feel-nya kurang dapet.

setrong banget ya Maurin pake baju lekbong di pantai 😅

Selain itu, aku kurang bisa mudeng nih hubungan Moko dan keluarga BESARNYA, apakah nggak ada satu pun kerabat yang berkunjung atau sesekali bertukar kabar? Kubilang begini karena orang Indonesia meski terkesan kepo rerata care dengan kerabat. Nggak adakah keluarga dari sayap Agnes atau Atmo yang memantau keadaan Woko, Nina, Ano dan Ima? Apakah Agnes dan Atmo adalah Hachi (yang) hidup sebatang kara hingga episode terakhirnya?

Scene saat Moko akhirnya menjemput keponakan-keponakannya yang tercerai berai gegara hasutan Eka memang terasa klise. Namun scene ter-mindblowing jatuh pada scene saat Moko dan Ano menyusun hebel pake acian tipis, cuy... kalyan tuh mau bikin tembok apa bikin konten? 😅Mana posisinya di tengah pula. Yaudalaya segitu juga alhamdulillah tim produksi bisa dapet izin shooting dari kepala site.

ada break ada KitKat *bukan ads *ytta

Meski kali ini Ringgo berperan sebagai karakter pembantu, namun damage-nya... beuhhh... bikin emosi jiwa 😤, apalagi saat ngontak Moko minta ini itu hadehhh... bisa diem nggak sih *pake nadanya Atun *ytta. Ternyata ada udang di balik bakwan ya pemirsa, Eka kabur meninggalkan Osa aja gegara usahanya tekor. Bhang-khek memang cowok penganut kerah tinggi 😥.

Untukku, 1 Kakak 7 Ponakan ini agak di bawah ekspektasi, nggak jelek cuma bukan seleraku aja *yakali Indomie😅. Kalau kalyan tertarik dengan film ber-genre romantisasi problematika hidup mungkin kalyan akan suka 1 Kakak 7 Keponakan ini, namun kalau kalyan berekspektasi sebegitu tinggi dan nggak relate dengan situasi yang dihadapi oleh Moko mungkin kalyan akan setuju denganku.

aku dan kau sad berjamaah

Di luar kekurangannya aku mesti mengakui bahwa semua cast-nya berusaha memberikan penampilan terbaik, Jerome mah nggak usah ditanya ya, gesture dan mimiknya udah mantips. Scene stealer di 1 Kakak 7 Ponakan ini tentcunya adalah Pop Ais, asli lucu banget... 😍 aku juga sedih saat Ais berusaha menahan tangis dan melambaikan tangan dari mobil yang membawanya pulang.

Oh ya,yang bikinku penasaran selama nonton adalah: 7 ponakan ini siapa aja sih?
Kakak - Moko
Ponakan 1 - Woko
Ponakan 2 - Nina
Ponakan 3 - Ano
Ponakan 4 - Ima
Ponakan 5 - Ais
Ponakan 6 - Osa
Ponakan 7 - Eka

Kalau benar begini urutannya. Noh, ponakan 7 biang keladi!

*pictures were taken from @watchmen.id thread on Twitter
*ytta: yang tua-tua aja
*ytta: yang tau-tau aja

***  

Kalau kalyan merasa tulisanku menarik dan ingin menyemangatiku, boleh niya jajanin virtual... 😉.

Nih buat jajan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Telah sampailah kita di bulan Desember, dimana byasanya line up film di bioskop didominasi oleh film-film khas liburan. Tapi tetap yaa… karena Indonesian loves klenik thingy and everything in between, rasanya belum afhdol kalau nggak ada film horror yang rilis setiap bulannya. Kalau di bulan lalu aku nonton The Hunger Games: The Ballads of Songbirds and Snakes, maka di bulan ini aku nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-film. Film-nya udah masuk masuk watchlist sejak… aku masih pake Twitter 😂.

Sayangnya aku nggak menemukan jadwal tayang Jatuh Cinta Seperti di Film-film di bioskop Kings dan BIP, yha~ memang bukan market-nya 😅. Tadinya aku mau nonton di BEC atau (mentok-mentok) di Transmart setelah pulang kerja. Saat aku cuti Icunk mengabari bahwa ia dan Lisna gagal nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-film di bioskop Tasikmalaya karena udah nggak tayang. Saat OTW ke Bandung aku mencari bioskop terdekat yang menayangkan Jatuh Cinta Seperti di Film-film, dan (akhirnya) aku menemukannya di BTC yang dekat dengan pool travel.

Biar suasananya makin syahdu, kalyan bisa membaca post-ku sambil mendengarkan playlist yang kususun sesuai urutannya.


Ini adalah kali pertamaku nonton di BTC, kalau bukan gegera Jatuh Cinta Seperti di Film-film mungkin aku nggak akan pernah nonton di sini. Saat film dimulai studio hanya terisi 1/3-nya aja, kukira rang-o-rang yang menunggu bersamaku di lobby akan nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-film, ternyata mereka nonton 172 Days. Biar nggak terlalu panjang mari kita singkat judul filmnya jadi JCSDFF, karena aku masih belum faham mengapa rang-o-rang menyingkatnya dengan deesjeef 🤔.

Aku setuju sih dengan reviewer yang menyatakan bahwa JCSDFF ini adalah surat cintanya Yandy Laurens untuk dunia perfilman, karena filmnya memang film banget. Sebagai netizen yang suka nonton dan ngobrolin film meski pengetahuan teknisnya awur-awuran, aku bisa melihat bahwa JCSDFF ini adalah karya Yandy yang personal. At least… itulah yang kurasakan saat ayunan tangan Ringgo melebarkan frame dan membuat tone warna di filmnya berubah menjadi hitam putih.

Bagus saat menulis

Bagus saat ngomong ke printer yang bikin huru hara

Mungkin kalyan pernah nonton web series Sore, kalau belum nonton kalyan bisa nonton disini (ini link dari legal source ya bukan link haram). Setelah menonton web series-nya yang lain aku sampai pada kesimpulan bahwa: dunianya (Yandy) fantasi ya 😍 Amazed sekali rasanya saat tahu akhirnya ada sutradara yang menaburkan fantasi di karyanya * I like it * suara Curut.

Awal-awal tone warna filmnya berubah menjadi hitam putih aku merasa agak mual karena mataku butuh waktu untuk memprosesnya. Aku pun mempertanyakan kenapa sih setting-nya nggak dibuat lebih minimalis biar kita bisa lebih fokus? Kubilang begini karena ada beberapa scene yang menurutku terlalu ramai jadi tone warnanya nyaru sehingga aku gagal fokus. Ohya, penggunaan tone hitam putih di JCSDFF ini sekitar 80%-85% makanya saat tone warnanya kembali normal berasa dikasih nyawa. Yha~ I got the point 😉.

makin cool setelah pensiun jadi suami BCL

JCSDFF bercerita tentang Bagus Rahman (Ringgo Agus Rahman) seorang penulis film yang ingin mengungkapkan cintanya kepada Hana (Nirina Zubir) melalui film yang yang ditulisnya. Nah, Bagus memulai rencananya dengan pitching ide kepada produsernya, Yoram (Alex Abbad). Tektokannya bagus dan Yoram disini enak banget ya, apalagi saat ngobrolin gimmick sampah di gala premiere, berasa ikutan ghibah. Eh, gimmick minyak goreng ada di obrolan mereka nggak sih? *aku lupa 😅.

Setelah bertahun-tahun Bagus dan Hana tanpa sengaja bertemu di supermarket, mereka kemudian bertukar kabar dan ngobrol. Obrolan mereka nggak jauh berbeza laya dengan obrolanku dengan Icunk dan Deya kalau ketemu. Sampai Hana bilang: kenapa sih nggak ada film cinta untuk orang-orang seumuran kita? 🤔 Gini loh mb Hana… film cinta untuk orang-orang seumuran kita mah akan lebih banyak ngobrol-nya ketimbang action-nya, outfit-nya akan lebih casual karena nggak ada scene pake coat berbulu di yurop, cast-nya pun udah nggak sebening muda mudi jalur viral.

In other terms, film cinta untuk orang-orang seumuran kita kurang menjual dan syulit balik modal.


Saat Hana bilang: film cinta untuk orang-orang seumuran kita, aku langsung kepikiran Before trilogy. Before trilogy terdiri dari 3 film dengan linimasa linear yakni Before Sunrise (1995), Before Sunset (2004) dan Before Midnight (2013). Menceritakan tentang Jesse Wallace (Ethan Hawke) yang bertemu Celine (Julie Delpy) saat berlibur di Prancis. Aku udah pernah mencoba menulis review-nya tapi nggak sanggup euy… makanya kalyan nonton mandiri aja ya biar lebih khidmat 😉✨👌🏻.

Bagus pun meminta bantuan Selin (Sheila Dara) dan Dion (Dion Wiyoko) untuk mengeksekusi rencananya, eym… pasutri ini mengingatkanku pada Celine Tam finalisnya AGT. Keinginan Bagus yang ingin secepatnya bersama Hana ternyata nggak sejalan dengan keinginan Hana yang masih ingin menikmati dukanya paska kematian Deni (Donne Mulia). Hubungan pertemanan modus yang tadinya mengalir pun terancam bubar karena perbedaan persepsi mengenai: kapan waktu yang tepat untuk move on?



riset tapi modus

Selama film berlangsung aku sama sekali nggak merasa Bagus seakan-akan memaksa Hana untuk move on sampai scene Hana marah-marah setelah membaca script yang masih anget di printer. Aku merasa apa yang dilakukan Bagus adalah hal yang natural, kita pun akan melakukan hal sama dengan Bagus saat berhadapan dengan orang yang tengah berduka. Sayangnya, sebagai manusia kita sering lupa bahwa dalamnya lautan bisa diselami, namun dalamnya hati siapa yang tahu? Kita nggak akan pernah tahu bagaimana rasanya berduka sampai kita sendiri mengalaminya.

Saat tone warnanya kembali normal aku tersadar bahwa JCSDFF bukan filmnya Bagus, melainkan filmnya Hana. Sejak awal Bagus udah bilang bahwa Hana masih berduka paska kematian Deni, tapi kita nggak dikasih tahu bahwa Bagus punya cara sendiri untuk menunjukkan empatinya kepada Hana. Well… Di long take-nya Hana saat berantem dengan Bagus aku merasa kenapa sih Hana marahnya too much, emosi yang kutangkap macem emosinya istri durjana di meme yang seliweran di FYP, yang kalau ngomong ada penekanan kata-katanya.

aku suka Nirina di scene ini karena matanya berbinar-binar

original version

adaptation version

apa jadinya kalau Dion diganti jadi Darius :)

Pernah nggak sih kalyan nonton film di bioskop dan tetiba muncul potongan scene dari film lain di kepala, macem: oh, yang ini dari film ini, yang itu dari film yang itu. Nah, JCSDFF memberikanku hints dari beberapa film yang udah kutonton, sayangnya aku nggak bisa nge-spill scene atau filmnya karena udah lupa wkwk. Aku menulis post ini sejak bulan Desember namun baru bisa terselesaikan di bulan Januari. Lama banget ya jedanya, setahun… *annual joke.

Scene favourite-ku ada 2: yang pertama adalah scene saat Hana ikut ‘mati’ bersama Deni, yang kedua adalah scene drone-nya Siladara yang kewren. Saat Selin dan Dion mengantarkan Bagus ke rumahnya Hana jalanan yang mereka lalui cukup ramai, at least kita masih bisa melihat ada kendaraan yang melintas dan lampunya yang kelap kelip di kejauhan. Namun saat scene drone-nya Siladara jalanannya sepi banget, nggak ada satu pun kendaraan yang melintas, untukku ini agak mengganggu tapi isokey scene-ke tetap kewren kok 👍🏻.

teu puguh rarasaan 1

teu puguh rarasaan 2

Aku juga suka dengan karakternya Siladara di JCSDFF yang ‘akhirnya’ dibikin normal, bukan pelakor kek byasanya. Cucok laya dipasangkan dengan Dion yang dibikin rada lemot bahkan hingga akhir film 😆. Ohya, di JCSDFF ada Julie Estelle loh ya… siapa tahu kalyan pada kangen. Aku nggak akan menyebut JCSDFF ini sebagai film terbaiknya Yandy Laurens karena kuyakin ia membuat karya-karya terbaik lainnya. Aku lebih suka menyebut JCSDFF sebagai film-nya Yandy Laurens yang paling personal *untuk saat ini.

Selesai nonton aku jadi kepikiran: apaqa Yandy Laurens adalah mas-mas penulis di film Ruby Sparks.

Kita sama-sama tahu bahwa semua film ada market-nya, dan menurut kesusotoyanku nggak semua orang akan cucok dengan JCSDFF ini. Temanku nonton JCSDFF namun saat kutanya kesannya dan hal-hal menarik yang ia temukan di filmnya jawabannya datar-datar aja, nggak semenggebu-gebu aku saat merekomendasikan pada manteman sekalyan. Filmnya bagus, rame, kalau orang yang suka nonton pasti suka. Lahhh… dirimu apanan nonton. Ujung-ujungnya aku jadi merasa nggak enak udah jadi relawan buzzer JCSDFF 🤣.

Yha~ menemukan teman yang sama-sama suka nonton dan membahas filmnya like a pro *padahal kagak itu adalah salah satu rezeki yang patut disyukuri.

betcul begitu buibu?

See you at the next review…

All pictures were taken from @watchmen.id's Twitter thread.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Memasuki musim penghujan ini udah saatnya kita mempersiapkan pancaroba kit, anginnya nggak enak dan hujannya labil banget 🥲. Menuju tengah hari bisa dipastikan cuaca gloomy ala-ala, byasanya hujan tipis-tipis tapi kadang hujan lebat, makanya nggak heran kalau bis terlambat datang gegara banjir 🌊.

So far, aku udah melewatkan banyak film bagus… entah kenapa belakangan ini aku malay ke bioskop, ada aja alasan mengapa aku lebih memilih melewati hari dengan rebahan di kamar ketimbang pergi ke bioskop. Aku juga udah nggak terlalu mantengin drakor, series apalagi, yang kuinginkan hanyalah selimutan sambil menunggu hujan reda 🤭.

Minggu lalu sepulang ngantor aku mampir ke BEC dulu karena ada yang mesti diurus, begitu urusanku kelar eh malah hujan, bukan hujan tipis-tipis ya melainkan hujan lebat. Ketimbang menunggu di bus stop aku memilih untuk menunggu di Gramedia sambil melihat-lihat buku kali aja yang menarique. Bahkan sampai aku bosan pun, bis yang kutunggu masih belum datang dan hujan masih belum reda.

Yha~ kadung udah kesini, kupikir nggak ada salahnya kalau nonton dulu sebelum pulang, toh pada akhirnya aku nggak akan pake bis yekan. Sambil jalan ke BEC aku mengecek film yang jam tayangnya dekat, beruntung masih tersisa 1 seat di row tengah untuk Mencuri Raden Saleh. Kalau nonton di bioskop aku selalu mengusahakan seat yang sejajar dengan screen, biar nggak siwer.

Flashback dikit niya. Saat kuliah aku dan Icunk pernah nonton Harry Potter di BIP karena tiketnya OTS kita kebagian seat pinggir agak depanan dikit. Bukan pengalaman yang menyenangkan ya karena selama nonton kita duduknya mesti miring karena nggak sejajar dengan screen, mana kepalanya mesti nenggak pula. Pulangnya kita pusing dan kompak sakit leher 😂.

Salah satu hal yang menyebalkan dari menonton di bioskop adalah penanyangan trailer sebelum filmnya dimulai. Eh, ini khusus trailer film horor ya. ZBL banget pokoknya kalau jalan lewat screen pas di bagian jump scare, rasanya ingin “hap!” langsung duduk di seat. Berasa dikejar-kejar aja gitu 😂 Sebelum film Mencuri Raden Saleh dimulai hanya ada1 trailer yang ditayangkan yakni Jagat Arwah. Kalau melihat visualisasi lelembutnya yang dibuat beragam aku sih tertarik tapi tetap ya nggak berani nonton sendiri 😱.

lukisan yang dimaksud

Untuk mempersingkat intro, marki-view Mencuri Raden Saleh…

So far, film bertema heist yang menurutku masih okcey untuk ditonton masihlah trilogy Ocean dan Italian Job, sedang untuk series-nya Money Heist. Jadi ya standarku adalah mereka ini. Seingatku, Mencuri Raden Saleh udah di-sounding 1-2 tahun sebelumnya, yang sayangnya karena pandemi mesti tertunda. Sejujurnya aku agak skeptis, khawatir kalau filmnya anyep karena tema heist ini adalah tema pendatang baru.

Mencuri Raden Saleh ini bercerita tentang komplotan amatir yang dipaksa keadaan untuk mencuri lukisan Raden Saleh. Adalah Piko (Iqbaal Ramadhan) dan Ucup (Angga Yunanda) pasangan bromance yang seringkali dicemburui oleh Sarah (Aghniny Haque). Piko adalah seorang mahasiswa semester akhir yang BU karena ingin membuka kembali kasus yang menjerat bapake (Dwi Sasono), ia nyambi dengan menduplikasi lukisan dan menjualnya melalui Ucup seorang so-called hacker.

balap mobil duls

Anggaplah mestakung, suatu hari Ucup dan Piko ditawari oleh Dini (Atiqah Hasiholan) seorang kurator seni untuk menduplikasi lukisan Raden Saleh yang berjudul: Penangkapn Pangeran Diponegoro. Si buyer yang kemudian diketahui sebagai Permadi (Tyo Pakusadewo) yakni mantan presiden Indonesia memberikan tantangan untuk menukarkan lukisannya Piko dengan lukisan aslinya.

Tenang pemirsa… Ucup cs hanya diminta merekrut member dan menyusun rencana cangkangnya aja, master plan-nya mah udah disiapkan oleh Permadi. Beliau sadar yaini eksekutornya adalah krucils tanpa pengalaman. Maka dimulailah sesi belanja member… *sesi penting-nggak-penting sekaligus sesi pengenalan skill. Ada Sarah pacarnya Piko, Gofar (Umay Shahab) dan Tuktuk (Ari Irham) kakak beradik beda emak dan Fella (Rachel Amanda).

Gofar dan TukTuk

Yang kurasakan saat menonton film bertema heist, kebanyakan film lebih memperlihatkan betapa ‘wah’nya cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, kadang objek yang dicurinya malah tampak B aja alias yagitu weh. Kita disibukkan dengan detail remeh-temeh hingga mengesampingkan esensi dari filmnya sendiri. Sebagai penonton, aku cukup mendapatkan informasi mengenai lukisan Raden Saleh dari narasinya Piko.

Kupikir keputusan membuat eksekusi rencana mereka berantakan sangatlah tepat, sebagai newbie yang baru nyemplung rasanya too good to be true kalau rencana mereka sampai berhasil. Memang, nothing is impossible tapi ya nggak realistis. Selalu ada kali pertama untuk semua hal bukan? Dan komplotan pencuri amatir ini mesti belajar dari kesalahan mereka.

Piko dan Sarah, pasangan BU

Kalau ada yang kusuka dari Mencuri Raden Saleh itu adalah keputusan Angga Sasongko mengoptimalkan cast yang segitu-gitunya. Kubilang begini karena di film bertema heist yang pernah kutonton, rerata dalam satu komplotan hanya 2-3 orang yang benar-benar dipake sisanya hanya cameo belaka yang membuat pembagian porsinya jadi nggak balance.

Kita semua faham bahwa Serabi original dengan topping oncom dan telur itu udah nikmeh dari kodrat, namun saat ditambah topping lainnya macem abon, mayones, ayam rica atau ayam teriyaki rasanya malah bikin bingung. Too much dan kehilangan esensinya. Inilah yang kurasakan ketika menoton Mencuri Raden Saleh, paruh pertama memang mengasyikkan, namun di paruh kedua aku merasa ada tekanan untuk memasukkan sub-cerita lain yang membuatnya bercabang 🌴.

Piko tanpa Pikopi

Paruh kedua kutandai dengan bebasnya Tuktuk dari penjara, momen dimana mereka menyusun rencana balasan atas kekalahannya. Semuanya terasa begitu cepat sampai aku nggak yakin Piko sempat mengajukan perpanjangan cuti kuliah.

Kalau ada yang membuatku ZBL itu adalah flirting-nya Ucup ke Fella, cringe cringe hadeh gimana gitu, mana konsisten dari awal sampai akhir. Aku nggak tahu apakah karakter Ucup memang dibuat flirty, tapi ya… jangankan merasa tergugah yang ada aku il-feel duluan. Yha~ aku bukan market-nya Ucup 🤣. Yang kukecengin di film Mencuri Raden Saleh hanyalah Aghniny Haque.

ishhh... 


Ohya, sejauh yang kurasakan product placement-nya film mencuri Raden Saleh cukup matang, sponsor-nya reliable dan nyambung dengan kebutuhan cerita. Kecuali… Fullo 🤔. Kurasa scene Gofur dan Fella rebutan Fullo udah cukup mewakili product placement-nya, namun scene Gofur ngemil Fullo berkardus-kardus sukses membuat iman teguncang. Macem… Gofur tuh faham nggak sih kalau ingin kenyang mah makan nasi bukan ngemil Fullo? Yakin ngga ‘kan spaneng? 🤣.

Di pestanya Permadi, Sarah tetiba coy dengan cowok yang nggak jelas juntrungannya namun mau-maunya ikutan gelut. Yang ada di otakku: Hey… dia siapaaa? Asli, nggak ada intro tetiba coy begini bikin aku KZL, tapi lalu kusadar apakah ada rencana terselubung untuk membuat sekuel film Mencuri Raden Saleh? Tapi kalau boleh menyarankan mending dibikin series-nya aja, biar writer-nya ada kesempatan untuk mengeksplorasi karakter dan membenahi naskah.

yu cakep banget

To be honest, kurasa akan lebih baik kalau Permadi menjadi mantan pejabat ketimbang mantan presiden. Toh, pejabat masa kini bisa mengoleksi barang antique bahkan memindahakan gapura taman safari ke ruang kerja adalah mungkin. Untuk ending-nya terasa kurang nendang siya dan aku khawatir mereka ketabrak lagi karena berhenti di tengah jalan.

Mencuri Raden Saleh adalah film yang menyenangkan dan menarik untuk didiskusikan dengan teman, untuk kekurangannya mungkin bisa ditambal di sekuelnya tahun depan *yamasa nggak ada sekuel 😉.

***

Pictures were taken from the Watchmen ID.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (14)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (1)
    • ►  Apr (2)
    • ►  Jun (3)
    • ▼  Jul (2)
      • The 13th Years Of (modern) Slavery
      • Sore: Istri Dari Masa Depan

SERIES

Book Annual Post Quaranthings Screen Shopping Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates