Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Beberapa hari yang lalu film Abadi Nan Jaya atau The Elixir dirilis di Netflix, tadinya aku mau cek ombak dulu eh ternyata malah hanyut bacain twitwar. Gileee... (bukan Jule ya) nggak bisa dibiarkan ini, harus ikut nimbrung😁. Aku nonton film Abadi Nan Jaya via smartphone yang mana bikin pengalaman nontonku terasa kurang optimal, tapi isokay laya... karena di rumahku mah nggak pake smart TV, pakenya TV kabel *angkatan lama 😅.

Jujur aku kepikiran dengan komentar netizen yang menyebut film Abadi Nan Jaya sebagai film zombie bloon, separah itukah filmnya? 😅 Biar nggak penasaran, kuy marki-try... Aku nonton film Abadi Nan Jaya ini dua kali, kali pertama nonton sendiri sebelum tidur, kali kedua nonton berdua dengan Widy di mobil (karena mama dan mantemannya lagi botram di ruang tengah *menolak tuwa).

Oh ya, aku pernah bikin post 5 Film Zombie yang Menghibur (bisa dibaca di sini).

Sebagai sinefil amatir, ada masanya aku suka nonton film dan serial bertema zombie, dari yang serius sampai yang nggak serius (macem yang penting ada dulu deh, urusan rame atau nggak mah terserah 😂). Saking sukanya nonton aku udah berada di tahap nggak keberatan makan sambil nonton adegan berbau amis, padahal aku tipe orang yang geuleuhan. Yaudalaya... biarin aja, mungkin mbnya lagi tertekan 😢.

Memang sebelumnya udah ada film dan serial bertema zombie, namun yang benar-benar mengantarkan zombie masuk pasar Asia adalah film Train To Busan (2016). Sayangnya Peninsula (2020) nggak berhasil bikin kita kembali merasakan ketegangan yang tercipta saat para zombie merangsak dengan cepat. Yha~bedanya zombie eropa dan asia tuh ini ya, gerakannya lebih cepat, cenderung agresif dan wajahnya full pake SFX *catat.

maap nggak di-sensor, writer-nim lagi mager 

Setelah bertahun-tahun nonton The Walking Dead akhirnya aku menyerah... nggak kuwat euy alur ceritanya udah ngalor ngidul, apalagi aku udah nonton Kingdom, udahlah... bye😁. Kingdom adalah serial zombie dari Korea dengan setting abad ke 17 (Joseon), so far Kingdom berhasil melampaui batas ekspektasiku akan zombie asia. Writer-nim berhasil mengekstraksi konsepnya secara apik sehingga kita faham alur ceritanya dari hulu ke hilir.

Kupikir pemilihan judul Abadi Nan Jaya ini udah cukup Indonesia dan mewakili zombie yang konsepnya what is dead may never dies #randomcrossover. Aku pun penasaran dengan treatment yang akan Kimo Stamboel lakukan untuk menciptakan zombie di negara tropis yang tricky. Well... Biar intro-nya nggak kepanjangan marki-view Abadi Nan Jaya yang belakangan ini menghangatkan feeds social media-ku.

***

Abadi Nan Jaya bercerita tentang drama keluarga pemilik pabrik jamu Wani Waras yang berada di ujung tanduk. Sebagai kepala keluarga, Dimin (Donny Damara) masih keukeuh mempertahankan Wani Waras meski kedua anaknya, yakni Kenes (Mikha Tambayong) dan Bambang (Marthino Lio) menentang. Hubungan orang tua-anak ini diceritakan nggak coy sejak awal, Kenes jengkel karena Dimin menikahi Karina (Eva Celia) - bestie-nya sendiri, sedang Dimin jengkel karena Bambang 'nggak dewasa'.

Saat Kenes, Rudi (Dimas Anggara) dan Raihan (Varien Arianda Calief) mengunjungi rumah Dimin guna membahas nasib Wani Waras, Dimin menggunakan kesempatan tersebut untuk mendemonstrasikan formula baru jamu awet mudanya, yakni Abadi Nan Jaya. Hasilnya bikin mereka semua takjub. Dimin pun percaya Abadi Nan Jaya bisa menyelamatkan Wani Waras yang berada di ujung tanduk.

Dimin dan bayi-bayinya

mereka berdua pernah nonton film zombie nggak sih? 

Di tengah perseteruan keluarga ini tetiba Dimin ambruk (dan mulai bertransformasi) jadi zombie, mereka semua panik dan meminta pertolongan. Keadaan bertambah ruwet saat Dimin mulai menginfeksi para pegawai yang mana bikin seisi rumah berhamburan kesana kemari. Untung Karina sempat ganti baju ya, kalau nggak mah repot banget pastinya berlarian sambil pake dress, warna putih pula 😅.

Sebelum minum Abadi Nan Jaya, ada scene Dimin dan tumbuhan kantong semar yang mewakili asal muasal senyawa zombie ini. Sejujurnya aku nggak yakin Dimin adalah satu-satunya formulator Abadi Nan Jaya. Kubilang begini karena sample Abadi Nan Jaya diantarkan oleh kurir ke rumah Dimin, yang artinya Abadi Nan Jaya ini diformulasikan di tempat lain. Pertanyaannya, siapakah pengirim sample Abadi Nan Jaya? 😶.

keluarga disfungsional ala Abadi Nan Jaya

Raihan saat melihat transformasi Dimin jadi zombie

Meski UMKM, kalau statusnya udah pabrik mah pasti punya tim R&D yekan... yang bertanggungjawab untuk menguji kelayakan produk. Kalau udah tahap sample berarti udah approve ya, apalagi sampai dikirim kepada Dimin dan relasinya, Santoso (Willem Bevers) dan Grace (Karina Suwandhi). Karena hal ini aku sempat mengira suspect pertama pasti berasal dari tim R&D Wani Waras, eh ternyata malah Dimin. 

Timeline ceritanya satset ya, cuma semalam aja, yaiyalah ngapain lama-lama 😁. Selain keluarga Wani Waras, ada Rahman (Ardit Erwandha) dan Ningsih (Claresta Taufan) yang mengakhiri kisah cintanya sedyangdut mungkin. Macem I just want to be with you till he end of time. Boro-boro sedih yang ada aku malah geli sendiri nontoninnya 😂. Eh, kalyan geli juga nggak sih? *kepo.

kasihan banget bapak muadzin *ytta

yang di dalem 😭

Sepanjang durasi aku terenyuh dengan keluguan para karakter di Abadi Nan Jaya ini, bayangkan dweh... warga yang terbiasa slow living tetiba mesti gercep lari menghindari zombie, apa nggak muntab tuh. Bisa-bisanya Karina, Rudi dan Raihan minum (bahkan makan) saat dikejar-kejar zombie, pun dengan pak polisi yang sempat-sempatnya minum setelah gagal menghalau zombie. Yukata masuk angin 😂.

Mungkin karena setting-nya terlalu relate dengan keseharian aku malah lebih banyak ketawanya ketimbang tegangnya. Widy mah misuh-misuh mulu ya. Saat para zombie melahap tamu hajatan yang clueless di atas truk. Saat Kenes, Bambang dan Rahman berusaha mengambil motor namun malah dikepung zombie. Saat Karina, Ningsih dan Raihan mau kabur pake motor tapi mesti diselah dulu. Saat Karina nggak sengaja pencet klakson telolet. Sa ae nih memancing emosinya 😅.

muatan lokal Indonesia - bepergian pake truk

zombie-nya dikit karena memang warganya juga dikit

Kurasa semua semua aktor dan aktris yang terlibat udah berperan dengan baik, termasuk extras-nya yakni para zombie. Ekspresi, gestur dan penampilan visual-nya kewren ya, meski jadi extras mereka semua terus bergerak yang mana bikin suasananya terasa hidup. Saat nonton aku notice wajah mb biduan di hajatan berubah saat jadi zombie, ternyata mb biduan ada schedule manggung di tempat lain jadi digantikan oleh aktor cowok. Pantesan ya beda wkwk.

Oh ya, karakter yang bertransformasi jadi zombie macem Diman dan Rudi tetap dipake sampai akhir, karenanya nggak ada zombie yang sia-sia 👍. FYI. Zombie terpopuler di Abadi Nan Jaya adalah zombie crop top. Salut niya dengan kekompakan warga Wanirejo yang mampu menahan diri nggak posting ini itu sebelum Abadi Nan Jaya dirilis. Seru nontonin video bts dari balik kaca jendela rumah mereka hehe.

apakah kelak berasnya mengandung senyawa zombie?

😱😱😱

Tanpa bermaksud pick me, aku sangat menikmati nonton Abadi Nan Jaya ini. Dan dengan berbagai kelemahannya aku mesti mengakui bahwa untuk saat ini Abadi Nan Jaya adalah film zombie Indonesia yang paling proper. Mungkin kita perlu 1 season lagi deh untuk tahu Dimin kesambet apa sampai tetiba ngide bikin jamu awet muda pake tumbuhan kantong semar dan yha~... aku ingin tahu siapa pengirim sample Abadi Nan Jaya *penting *tolong di-notice 🙇.

Untuk teknisnya so far so nice so good, namun untuk skenarionya eym... kurang bisa menanggung beban ekspektasi netizen yang udah pernah nonton Kingdom wkwk Akhirul kalam, kusarankan kalyan nonton Abadi Nan Jaya serileks mungkin, nggak usahlah mikirin pendapat ini pendapat itu, just enjoy the show!

***

Pictures were taken from @watchmen.id Twitter thread.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Selamat Sore... 😊

Kuyakin akhir-akhir ini di timeline kalyan sering muncul konten based on personal pov tentang film Sore: Istri Dari Masa Depan. Yha~ timeline-ku juga begini kok, sampai bingung mau baca yang mana dulu 😅. Kalyan udah nonton filmnya belum? Aku udah 😉, dan terpukau dengan alur ceritanya yang sungguh mempesona, bahkan setelah keluar dari studio pun aku masih bengong dengan ending-nya yang ajegile 😭.

Aku nonton Sore: Istri Dari Masa Depan ini di Sams Studio Subang *heu di hari kedua penayangannya, hari pertama mah jadwalku cuci baju ya, nggak bisa diganggu 😁. Tadinya aku udah khawatir Sore: Istri Dari Masa Depan nggak dapet slot studio karena di aplikasi doi berada di urutan terakhir line up 'segera tayang'. Mungkin karena aku nonton di jam nanggung, hanya ada 4 penonton di studio.

Sebelum lanjut membaca, cek dulu playlist-nya siapa tahu ada lagu favorite kalyan.


Sekitar 7-8 tahun yang lalu Tropicana Slim merilis web series berjudul Sore: Istri Dari Masa Depan di Youtube, ada 9 episode dengan rata-rata durasi 12 menit. Web series ini bercerita tentang Sore (Tika Bravani) yang kembali ke masa lalu demi menyelematkan Jonathan 'Jo' (Dion Wiyoko) yang meninggal gegara diabetes. Yaps. Menurut ngana ngapain Tropicana Slim bikin web series kalau Jo penyakitnya koreng? 😅.

Seingatku, quote-nya yang: "Tahu nggak kenapa senja selalu menyenangkan? Kadang ia merah merekah bahagia, kadang ia hitam gelap berduka, tapi langit selalu menerima senja apa adanya" sering di-retweet di Twitter. Dengan segala kelebihannya kurasa wajar kalau Sore: Istri Dari Masa Depan ini mendapatkan atensi dan bikin heboh netizen yang memang butuh asupan tontonan 'sehat'.

Tika Bravani sebagai Sore di web series-nya

Bahkan hingga bertahun-tahun setelahnya, web series Sore: Istri Dari Masa Depan ini masih sering di-mention di obrolan seper-circle-an. Tyada tanding, tyada banding ✨👌. Setelahnya ada Mengakhiri Cinta Dalam 3 Episode (2018) dan Yang Hilang Dalam Cinta (2022), namun keduanya tetap nggak bisa mengalahkan fantasi liar ketemu jodoh yang penuh effort macem Sore: Istri Dari Masa Depan.

Saat tahu Sore: Istri dari Masa Depan akan dibikin versi filmnya, sejujurnya aku khawatir filmnya hanya akan jadi versi extended dari web series-nya. Well... Kurasa semua hal punya 'tempat' masing-masing, kalau nggak klop yang ada malah flop, sayang aja gitu... secara versi web series-nya bagus banget. Eh iya, atas nama efisiensi mari kita menyingkat Sore: Istri Dari Masa Depan ini dengan Sore Idaman.

sinematografi mah nggak usah ditanya, kewren 😍 scene ter-favorite sepanjang durasi

Sore Idaman ini (masih) bercerita tentang Sore (Sheila Dara) yang kembali ke masa lalu demi menyelamatkan Jonathan 'Jo' (Dion Wiyoko) yang meninggal. Memang nggak dijelaskan secara gamblang apa penyakitnya, yang pasti bukan diabetes sih karena nggak ada product placement-nya Tropicana Slim Stevia di film 😅. Kemungkinan Jo meninggal gegara life style yang awur-awuran di masa muda.

Tentcunya ada beberapa penyesuaian yang dilakukan demi pengembangan cerita, macem penambahan karakter dan setting yang berpindah dari Italia, ke Kroasia (+Finlandia, +Jakarta). Sore Idaman ini dibagi menjadi 3 part yang ditandai dengan teks sub-judul besar di layar, bertuliskan Jonathan, Sore dan Waktu. Jujur niya, scene lapisan es yang retak bikinku su'udzon filmnya bakal sad ending 😅.

masih ancang-ancang sih, tapi kita udah tahu doi mau ngomong apa

Apa yang akan kalyan lakukan saat terbangun di pagi hari dan mendapati Sheila Dara menyapa "Hai... aku Sore, istri kamu dari masa depan".

ekspresi doi saat bangun tidur konsisten banget 😁

Kuyakin sebagian netizen tentcunya akan pasrah dan senang disapa begini, lain halnya dengan Jo yang kaget setengah mati dan mengira Karlo (Goran Bogdan) mengerjainya. Bukannya jengkel karena nggak dikenali, Sore malah tersenyum dan mengikuti Jo bertemu dengan Elsa (Lara Nekić). Saat Sheila Dara ngomong cas cis cus pake bahasa Kroasia aku amazed, wow... niat banget ya, doi belajar berapa lama sampai lancar begitu.

Slow but sure, Sore akhirnya mampu meyakinkan Jo bahwa ia adalah istri dari masa depan dan memperbaharui life style-nya Jo. Sayangnya Sore lupa bahwa Jo pun butuh waktu untuk beradaptasi dengan life style yang baru dijalaninya, hal ini bikin Sore jengkel dan mengkonfrontasi Jo. Di tengah pertengkaran Sore tetiba mimisan dan bilang "kita mulai dari awal lagi ya".

Hah?

Hah??

Hah???

*ini bukan lagi niup keong ya 😂.

berlarilah seakan-akan lagi ditemplokin Sheila Dara

coba tebak, apa yang akan mereka lakukan setelah berolahraga? 

yap, makan sotoy

berapa lapis? ratusan... *ytta

Melihat Sore melakukan hal yang sama berulang kali dan lirik lagu yang terdengar getir bikinku frustasi seketika 😭. Ya Allah... ternyata selain istri di sinetron Indosiar kini ada Sore yang kesabarannya udah melewati batas nalar. Kalau aku mah so pasti bakal langsung ngereog da, lagian sih udah dikasih tahu berkali-kali tetap ngeyel, jadi diulang-ulang terus kan capekkk... * yha~ aku memang nggak Sore-able siya.

Time loop ini mengingatkanku pada film Happy Death Day, dimana karakter utamanya akan terus 'mati' sampai ia mengetahui siapa pembunuhnya. Nah, kurasa Sore ini mayan pasrah dengan urutan to-do-list-nya jadi kurang mengeksplor kemungkinan lain, makanya doi nggak tahu ada postcard bundle di lemari. Tapi ya namanya juga proses, mungkin Sore pun butuh waktu untuk bisa memahami semua ini.

ceritanya lagi deep talk

saking deep-nya malah nyesek 😢

sejujurnya aku bingung sih, kok bisa Marko mempekerjakan Sore tanpa ID dan paspor padahal doi statusnya WNA.
Sore tetiba punya smartphone tapi nggak dipake untuk menghubungi keluarga di Indonesia biar dijemput.
eh iya... ini kan dunia fantasi, apa pun bisa terjadi.

Saat Sore memutuskan untuk 'hidup' dengan bekerja di butiknya Marko (Livio Badurina) aku jadi kepikiran, kenapa sih doi nggak mencoba untuk melanjutkan hidup? Toh kalau pun nggak berhasil pada akhirnya doi akan kembali terbangun di samping Jo dan menyapa "Hai... Aku Sore, istri kamu dari masa depan". Dengan waktu yang doi punya apakah doi nggak kepikiran untuk melakukan hal liar dan sedikit berbuat onar? *astagfirullah... pikiranku 😅.

Kurasa point utama dari Sore Idaman ini adalah semua effort akan siya-siya kalau kita sendiri nggak ada kesadaran untuk berubah. Ketimbang menyelamatkan Jo, kurasa akan lebih baik kalau Sore menyelamatkan dirinya dulu, secara doi sering mimisan yekan😁. Setiap Sore mimisan selalu terdengar detak jantung, mungkinkah loop ini tercipta tatkala Sore nggak bisa mengontrol emosinya?

gegera Sore Idaman aku jadi tahu Agung Hapsah masih hidup 😊

meme-able: melihat kenaifanmu 

Kalau kalyan suka nonton film bertema waktu macem time travel, time loop atau time split, mungkin kalyan faham dengan istilah realitas. Realitas adalah garis linear yang tercipta dalam suatu kurun waktu mencakup masa lalu, masa, kini dan masa depan. Ketika realitas ini terganggu akan tercipta garis waktu alternatif yang akan menciptakan realitas baru, inilah yang disebut multiverse.

Pertanyaannya, Sore ini ada di realitas mana? wkwk.

Di film sempat disinggung bahwa Arktik nggak memiliki zona waktu, kalau kalyan meyakini bumi bulat tentcunya faham bahwa bumi memiliki poros. Semua garis bujur yang membagi zona waktu di berbagai belahan bumi akan bertemu di satu titik, kutub utara dan kutub selatan. Karena kedua kutub ini menjadi titik pertemuan semua zona waktu maka kedua kutub tersebut nggak memiliki zona waktu resmi.

kayanya Dion Wiyoko kurang cocok sama angin Kroasia deh, vibe-nya macem baru bangun tidur mulu 😅

another photo trend is coming...

makan?

Setelah menyelami berbagai fan theory, kupikir waktu di Yandyverse ini macem TVA (Time Variance Authority) di MCU yang bertugas menjaga stabilitas waktu. Saat Sore datang ke Artik dan napak tilas ke carbon print-nya Jo tanpa sengaja ia memasuki timeline-nya Jo dan 'hidup' sana. Loop yang diciptakan oleh Sore ini adalah realitas cacat yang diburu oleh waktu, makanya begitu Sore ditemukan oleh waktu terjadi anomali di mana hari berlalu dengan cepat.

Menurutku "Hai... Aku Sore, istri kamu selamanya" adalah kata-kata farewell dari Sore sebelum kembali ke realitasnya aja sih bukan mantra pamungkas. Meski nggak berhasil menuntaskan misinya, Sore berhasil meninggalkan jejak di timeline-nya Jo, that's why ada siluet doi di salah satu fotonya Jo. Pada akhirnya, bisa dibilang alam bawah sadar Jo yang udah di-training oleh Sore yang akhirnya menuntun doi merubah life style-nya.

Sore outfit-nya cakep-cakep 😍

tapi aku paling suka yang ini, terasa pas aja gitu untuk karakter Sore

Tabrakan realitas ini tentcunya bikin masa depan berubah, mereka berdua bertemu bukan di nikahan Cindy melainkan di exhibition-nya Jo. BTW, "Kok fotonya aneh ya?" itu Sheila Dara banget ya 😂.Momen saat mereka berjabat tangan dan seketika montasenya tumpah ruah bikin hati membuncah saking emosionalnya. Kurasa mereka berdua bisa saling terkoneksi karena apa yang udah mereka alami itu nyata.

Sumvah, aku nungguin banget line "Hai... Aku Jo, suami kamu dari masa depan" macem di web series-nya, ternyata kagak ada coy... 😢.

Percayalah... nonton Sore Idaman di bioskop itu lebih cucok ketimbang nonton di personal device, karena pengalaman nontonnya akan terasa sangat berbeza. Nggak masalah kalau kalyan belum pernah nonton versi web series-nya, kuyakin kalyan akan penasaran dan mencarinya 😁. Perlu diingat, bagimu taste-mu, bagiku taste-ku. selera kita bisa sama bisa aja nggak.

Last but not least, two thumbs up untuk pemilihan soundtrack yang ear catchy dan memorable ini.

scene paling lawak 😂

***
Di bawah ini adalah list film yang menurutku relate dengan film Sore Idaman, mungkin bisa masuk watch list kalyan.
Mr. Nobody (2009)
Kimi no Na wa (2016)
Happy Death Day (2017)
Loki (2021)
Everything, Everywhere Here All At Once (2022) review
Deadpool & Wolverine (2024) review

Untuk post yang terkait dengan Yandyverse bisa di baca di link ini ya.
Keluarga Cemara (2018)
Jatuh Cinta Sepeti di Film-Film (2023)
1 Kakak 7 Ponakan (2024)

***

Pictures were taken from @watchmen.id thread on Twitter

Kalau kalyan merasa tulisanku menarik dan ingin menyemangatiku, boleh niya jajanin virtual... 😉

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Sudahkah kalyan kembali nonton di bioskop? Atau masih betah nonton via link haram? 😁.

Seperti yang udah kalyan duga *sotoy film pertama yang kutonton di tahun 2025 adalah 1 Kakak 7 Ponakan (atau SaKaTuPo biar singkat) di mana lagi kalau bukan di Kings *angger. Aku nonton 1 Kakak 7 Ponakan ini di hari pertama penayangannya, karena hari kedua, ketiga, keempat dan seterusnya mah long weekend. Nggak kuku hamba kalau mesti berjibaku di antara riuhnya long-weekenders dan macet 😭.

Saat kalyan baca review-ku ini 1 Kakak 7 Ponakan udah nggak tayang di bioskop, tapi kalyan nggak usah khawatir karena 2-3 bulan mendatang kemungkinan filmnya tayang di layanan streaming legal. 1 Kakak 7 Keponakan ini tentcunya menghangatkan timeline-ku yang belakangan ini terasa nggak asyik, yha~ ada aja permasalahan sosial yang di-up setiap harinya.

ternyata last goodbye😭

1 Kakak 7 Ponakan ini becerita tentang Moko (Jerome Kurnia) seorang mahasiswa tingkat akhir yang tetiba ketiban tanggung jawab sebesar... rumah dan segala isinya 😅. Saat kakaknya Agnes (Maudy Koesnady) dan Atmo (Kiki Narendra) wafat, mau nggak mau Moko-lah yang mengambil alih tanggung jawab untuk keluarganya, yakni Woko (Fatih Unru), Nina (Freya JKT48), Ano (Nadif H. S.) dan si kecil Ima.

Sebagai fresh graduate yang idealisme masih meletup-letup tentcunya Moko mesti legowo meredam egonya untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Pun hubungannya dengan Maurin (Amanda Rawles) yang mesti bubar gegara udah nggak sejalan lagi, at this point aku merasa Moko udah mengambil keputusan yang tepat. Sebagai kepala keluarga tentcunya Moko sadar bahwa kini ialah yang menjadi tumpuan bagi keponakan-keponakannya.

tiba-tiba ngasuh budak

Di tengah ke-chaos-annya mengurus keluarga, mantan guru pianonya Pak Nanang (Ence Bagus) tetiba datang dan menitipkan anaknya Gadis 'Ais' (Kawai Labiba) untuk sementara waktu. Awalnya Moko menolak, namun akhirnya diterima juga sih hehe. Well... yang kupertanyakan adalah: gimana caranya Gadis pindah sekolah? Karena yang kutahu, saat ini pindah sekolah nggak semudah cocote Pak Nanang yang berjanji akan menjemput Ais secepatnya.

Waktu berlalu sampai kakaknya Osa (Niken Anjani) dan suaminya Eka (Ringgo Agus Rahman) pulang dari Australia dan tinggal bersama mereka. Kehadiran Osa dan Eka di rumah tentcunya bikin flow yang udah tercipta dan terpelihara mulai berantakan, apalagi sifat Eka yang agak julid (terutama saat menanyakan gaji) bikin audience gregetan pingin jitak 😤. Kerah tingginya itu lohhh... udah pro banget, macem cowok red flag di drakor.

fuyohhh~

Dirasa keadaan keluarganya udah settle, Moko pun memberanikan diri untuk memikirkan hidupnya. Ia mencoba peruntungannya sebagai arsitek, dan mendapatkan kesempatan untuk interview di kantornya Maurin. Eaaa... FYI. mereka nggak pernah putus ya, cuma break... hingga waktu yang nggak ditentukan 😅. Kalau aku jadi Maurin tentcunya Moko nggak akan kurekomendasikan, kagak mau hamba sekantor dengan mantan yang nge-ghosting hingga bertahun-tahun 😠.

Moko yang device-nya udah out of date akhirnya mendapatkan pinjaman laptop dari Maurin, dan sejak saat itu status break dalam hubungan mereka resmi berakhir. Bahkan Maurin mau-maunya mengajak Moko dan keluarganya untuk site visit sekaligus liburan tipis-tipis ke Anyer. Kalau aku jadi Maurin... wkwk. Alhamdulillah yaini... Setelah bertahun-tahun liburan via Google Maps akhirnya Moko dan keluarga bisa liburan beneran.


from this

to this

then to this

Saat liburan di Anyer ini tanpa sengaja Ais bertemu dengan kerabatnya, yang mana bikin Eka menyinggung keberadaan Ais sebagai outsider di keluarga mereka. Sebagai orang dewasa apa yang diomongin Eka memang make sense, poinnya sih OK cuma penyampaiannya sungguh sangat nggak ngenakin, apalagi ternyata mereka (para keponakan) belum benar-benar tertidur jadi weh perjalanan pulang ke rumahnya anyep.

Sebagai film adaptasi tentcunya ada banyak penyesuaian yang mau nggak mau mesti dilakukan, salah satunya adalah pemadatan cerita. Jujur, di awal aku cukup keteteran dengan alurnya karena terlalu cepat, tiba-tiba sidang, tiba-tiba di rumah sakit, tiba-tiba ngasuh budak. Apakah Moko melewatkan momen wisudanya gegera riweuh mengasuh Ima?

beberapa detik sebelum kejadian

Kita semua faham bahwa masa transisi adalah masa yang berat, scene Moko kesandung ember paska video call dengan Maurin adalah salah satunya. Gimana ya... ingin ketawa tapi watir 😅. Aku suka gimana manusiawinya karakter di 1 Kakak 7 Ponakan ini, yunow... semakin lusuh baju rumahan malah semakin enak dipakenya. Pun dengan scene masak pake bahan seadanya dan gercep makan remahannya yang nggak sengaja terjatuh, belum 5 menit... *ytta.

Sebagai kakak rumah tangga tentcunya aku merasa relate dengan kehidupan yang tetiba dijalani oleh Moko, I feel you... Namun sebagai lulusan FSRD tentcunya aku merasa bahasan mengenai arsitekturnya kurang dalem, macem make up doang. Scene Moko menjelaskan konsep family cottage-nya memang OK, setting dan property juga OK, sayangnya hal itu nggak berhasil menciptakan kemistri Moko sebagai Arsitek macem Ted Mosby di How I Meet Your Mother.

Well... Mungkin karena aku belum pernah nonton series-nya aku merasa feel-nya kurang dapet.

setrong banget ya Maurin pake baju lekbong di pantai 😅

Selain itu, aku kurang bisa mudeng nih hubungan Moko dan keluarga BESARNYA, apakah nggak ada satu pun kerabat yang berkunjung atau sesekali bertukar kabar? Kubilang begini karena orang Indonesia meski terkesan kepo rerata care dengan kerabat. Nggak adakah keluarga dari sayap Agnes atau Atmo yang memantau keadaan Woko, Nina, Ano dan Ima? Apakah Agnes dan Atmo adalah Hachi (yang) hidup sebatang kara hingga episode terakhirnya?

Scene saat Moko akhirnya menjemput keponakan-keponakannya yang tercerai berai gegara hasutan Eka memang terasa klise. Namun scene ter-mindblowing jatuh pada scene saat Moko dan Ano menyusun hebel pake acian tipis, cuy... kalyan tuh mau bikin tembok apa bikin konten? 😅Mana posisinya di tengah pula. Yaudalaya segitu juga alhamdulillah tim produksi bisa dapet izin shooting dari kepala site.

ada break ada KitKat *bukan ads *ytta

Meski kali ini Ringgo berperan sebagai karakter pembantu, namun damage-nya... beuhhh... bikin emosi jiwa 😤, apalagi saat ngontak Moko minta ini itu hadehhh... bisa diem nggak sih *pake nadanya Atun *ytta. Ternyata ada udang di balik bakwan ya pemirsa, Eka kabur meninggalkan Osa aja gegara usahanya tekor. Bhang-khek memang cowok penganut kerah tinggi 😥.

Untukku, 1 Kakak 7 Ponakan ini agak di bawah ekspektasi, nggak jelek cuma bukan seleraku aja *yakali Indomie😅. Kalau kalyan tertarik dengan film ber-genre romantisasi problematika hidup mungkin kalyan akan suka 1 Kakak 7 Keponakan ini, namun kalau kalyan berekspektasi sebegitu tinggi dan nggak relate dengan situasi yang dihadapi oleh Moko mungkin kalyan akan setuju denganku.

aku dan kau sad berjamaah

Di luar kekurangannya aku mesti mengakui bahwa semua cast-nya berusaha memberikan penampilan terbaik, Jerome mah nggak usah ditanya ya, gesture dan mimiknya udah mantips. Scene stealer di 1 Kakak 7 Ponakan ini tentcunya adalah Pop Ais, asli lucu banget... 😍 aku juga sedih saat Ais berusaha menahan tangis dan melambaikan tangan dari mobil yang membawanya pulang.

Oh ya,yang bikinku penasaran selama nonton adalah: 7 ponakan ini siapa aja sih?
Kakak - Moko
Ponakan 1 - Woko
Ponakan 2 - Nina
Ponakan 3 - Ano
Ponakan 4 - Ima
Ponakan 5 - Ais
Ponakan 6 - Osa
Ponakan 7 - Eka

Kalau benar begini urutannya. Noh, ponakan 7 biang keladi!

Untuk post yang terkait dengan Yandyverse bisa di baca di link ini ya.
Keluarga Cemara (2018)
Jatuh Cinta Sepeti di Film-Film (2023)
Sore: Istri Dari Masa Depan (2025)

*pictures were taken from @watchmen.id thread on Twitter
*ytta: yang tua-tua aja
*ytta: yang tau-tau aja

***  

Kalau kalyan merasa tulisanku menarik dan ingin menyemangatiku, boleh niya jajanin virtual... 😉.

Nih buat jajan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Telah sampailah kita di bulan Desember, dimana byasanya line up film di bioskop didominasi oleh film-film khas liburan. Tapi tetap yaa… karena Indonesian loves klenik thingy and everything in between, rasanya belum afhdol kalau nggak ada film horror yang rilis setiap bulannya. Kalau di bulan lalu aku nonton The Hunger Games: The Ballads of Songbirds and Snakes, maka di bulan ini aku nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-film. Film-nya udah masuk masuk watchlist sejak… aku masih pake Twitter 😂.

Sayangnya aku nggak menemukan jadwal tayang Jatuh Cinta Seperti di Film-film di bioskop Kings dan BIP, yha~ memang bukan market-nya 😅. Tadinya aku mau nonton di BEC atau (mentok-mentok) di Transmart setelah pulang kerja. Saat aku cuti Icunk mengabari bahwa ia dan Lisna gagal nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-film di bioskop Tasikmalaya karena udah nggak tayang. Saat OTW ke Bandung aku mencari bioskop terdekat yang menayangkan Jatuh Cinta Seperti di Film-film, dan (akhirnya) aku menemukannya di BTC yang dekat dengan pool travel.

Biar suasananya makin syahdu, kalyan bisa membaca post-ku sambil mendengarkan playlist yang kususun sesuai urutannya.


Ini adalah kali pertamaku nonton di BTC, kalau bukan gegera Jatuh Cinta Seperti di Film-film mungkin aku nggak akan pernah nonton di sini. Saat film dimulai studio hanya terisi 1/3-nya aja, kukira rang-o-rang yang menunggu bersamaku di lobby akan nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-film, ternyata mereka nonton 172 Days. Biar nggak terlalu panjang mari kita singkat judul filmnya jadi JCSDFF, karena aku masih belum faham mengapa rang-o-rang menyingkatnya dengan deesjeef 🤔.

Aku setuju sih dengan reviewer yang menyatakan bahwa JCSDFF ini adalah surat cintanya Yandy Laurens untuk dunia perfilman, karena filmnya memang film banget. Sebagai netizen yang suka nonton dan ngobrolin film meski pengetahuan teknisnya awur-awuran, aku bisa melihat bahwa JCSDFF ini adalah karya Yandy yang personal. At least… itulah yang kurasakan saat ayunan tangan Ringgo melebarkan frame dan membuat tone warna di filmnya berubah menjadi hitam putih.

Bagus saat menulis

Bagus saat ngomong ke printer yang bikin huru hara

Mungkin kalyan pernah nonton web series Sore, kalau belum nonton kalyan bisa nonton disini (ini link dari legal source ya bukan link haram). Setelah menonton web series-nya yang lain aku sampai pada kesimpulan bahwa: dunianya (Yandy) fantasi ya 😍 Amazed sekali rasanya saat tahu akhirnya ada sutradara yang menaburkan fantasi di karyanya * I like it * suara Curut.

Awal-awal tone warna filmnya berubah menjadi hitam putih aku merasa agak mual karena mataku butuh waktu untuk memprosesnya. Aku pun mempertanyakan kenapa sih setting-nya nggak dibuat lebih minimalis biar kita bisa lebih fokus? Kubilang begini karena ada beberapa scene yang menurutku terlalu ramai jadi tone warnanya nyaru sehingga aku gagal fokus. Ohya, penggunaan tone hitam putih di JCSDFF ini sekitar 80%-85% makanya saat tone warnanya kembali normal berasa dikasih nyawa. Yha~ I got the point 😉.

makin cool setelah pensiun jadi suami BCL

JCSDFF bercerita tentang Bagus Rahman (Ringgo Agus Rahman) seorang penulis film yang ingin mengungkapkan cintanya kepada Hana (Nirina Zubir) melalui film yang yang ditulisnya. Nah, Bagus memulai rencananya dengan pitching ide kepada produsernya, Yoram (Alex Abbad). Tektokannya bagus dan Yoram disini enak banget ya, apalagi saat ngobrolin gimmick sampah di gala premiere, berasa ikutan ghibah. Eh, gimmick minyak goreng ada di obrolan mereka nggak sih? *aku lupa 😅.

Setelah bertahun-tahun Bagus dan Hana tanpa sengaja bertemu di supermarket, mereka kemudian bertukar kabar dan ngobrol. Obrolan mereka nggak jauh berbeza laya dengan obrolanku dengan Icunk dan Deya kalau ketemu. Sampai Hana bilang: kenapa sih nggak ada film cinta untuk orang-orang seumuran kita? 🤔 Gini loh mb Hana… film cinta untuk orang-orang seumuran kita mah akan lebih banyak ngobrol-nya ketimbang action-nya, outfit-nya akan lebih casual karena nggak ada scene pake coat berbulu di yurop, cast-nya pun udah nggak sebening muda mudi jalur viral.

In other terms, film cinta untuk orang-orang seumuran kita kurang menjual dan syulit balik modal.


Saat Hana bilang: film cinta untuk orang-orang seumuran kita, aku langsung kepikiran Before trilogy. Before trilogy terdiri dari 3 film dengan linimasa linear yakni Before Sunrise (1995), Before Sunset (2004) dan Before Midnight (2013). Menceritakan tentang Jesse Wallace (Ethan Hawke) yang bertemu Celine (Julie Delpy) saat berlibur di Prancis. Aku udah pernah mencoba menulis review-nya tapi nggak sanggup euy… makanya kalyan nonton mandiri aja ya biar lebih khidmat 😉✨👌🏻.

Bagus pun meminta bantuan Selin (Sheila Dara) dan Dion (Dion Wiyoko) untuk mengeksekusi rencananya, eym… pasutri ini mengingatkanku pada Celine Tam finalisnya AGT. Keinginan Bagus yang ingin secepatnya bersama Hana ternyata nggak sejalan dengan keinginan Hana yang masih ingin menikmati dukanya paska kematian Deni (Donne Mulia). Hubungan pertemanan modus yang tadinya mengalir pun terancam bubar karena perbedaan persepsi mengenai: kapan waktu yang tepat untuk move on?



riset tapi modus

Selama film berlangsung aku sama sekali nggak merasa Bagus seakan-akan memaksa Hana untuk move on sampai scene Hana marah-marah setelah membaca script yang masih anget di printer. Aku merasa apa yang dilakukan Bagus adalah hal yang natural, kita pun akan melakukan hal sama dengan Bagus saat berhadapan dengan orang yang tengah berduka. Sayangnya, sebagai manusia kita sering lupa bahwa dalamnya lautan bisa diselami, namun dalamnya hati siapa yang tahu? Kita nggak akan pernah tahu bagaimana rasanya berduka sampai kita sendiri mengalaminya.

Saat tone warnanya kembali normal aku tersadar bahwa JCSDFF bukan filmnya Bagus, melainkan filmnya Hana. Sejak awal Bagus udah bilang bahwa Hana masih berduka paska kematian Deni, tapi kita nggak dikasih tahu bahwa Bagus punya cara sendiri untuk menunjukkan empatinya kepada Hana. Well… Di long take-nya Hana saat berantem dengan Bagus aku merasa kenapa sih Hana marahnya too much, emosi yang kutangkap macem emosinya istri durjana di meme yang seliweran di FYP, yang kalau ngomong ada penekanan kata-katanya.

aku suka Nirina di scene ini karena matanya berbinar-binar

original version

adaptation version

apa jadinya kalau Dion diganti jadi Darius :)

Pernah nggak sih kalyan nonton film di bioskop dan tetiba muncul potongan scene dari film lain di kepala, macem: oh, yang ini dari film ini, yang itu dari film yang itu. Nah, JCSDFF memberikanku hints dari beberapa film yang udah kutonton, sayangnya aku nggak bisa nge-spill scene atau filmnya karena udah lupa wkwk. Aku menulis post ini sejak bulan Desember namun baru bisa terselesaikan di bulan Januari. Lama banget ya jedanya, setahun… *annual joke.

Scene favourite-ku ada 2: yang pertama adalah scene saat Hana ikut ‘mati’ bersama Deni, yang kedua adalah scene drone-nya Siladara yang kewren. Saat Selin dan Dion mengantarkan Bagus ke rumahnya Hana jalanan yang mereka lalui cukup ramai, at least kita masih bisa melihat ada kendaraan yang melintas dan lampunya yang kelap kelip di kejauhan. Namun saat scene drone-nya Siladara jalanannya sepi banget, nggak ada satu pun kendaraan yang melintas, untukku ini agak mengganggu tapi isokey scene-ke tetap kewren kok 👍🏻.

teu puguh rarasaan 1

teu puguh rarasaan 2

Aku juga suka dengan karakternya Siladara di JCSDFF yang ‘akhirnya’ dibikin normal, bukan pelakor kek byasanya. Cucok laya dipasangkan dengan Dion yang dibikin rada lemot bahkan hingga akhir film 😆. Ohya, di JCSDFF ada Julie Estelle loh ya… siapa tahu kalyan pada kangen. Aku nggak akan menyebut JCSDFF ini sebagai film terbaiknya Yandy Laurens karena kuyakin ia membuat karya-karya terbaik lainnya. Aku lebih suka menyebut JCSDFF sebagai film-nya Yandy Laurens yang paling personal *untuk saat ini.

Selesai nonton aku jadi kepikiran: apaqa Yandy Laurens adalah mas-mas penulis di film Ruby Sparks.

Kita sama-sama tahu bahwa semua film ada market-nya, dan menurut kesusotoyanku nggak semua orang akan cucok dengan JCSDFF ini. Temanku nonton JCSDFF namun saat kutanya kesannya dan hal-hal menarik yang ia temukan di filmnya jawabannya datar-datar aja, nggak semenggebu-gebu aku saat merekomendasikan pada manteman sekalyan. Filmnya bagus, rame, kalau orang yang suka nonton pasti suka. Lahhh… dirimu apanan nonton. Ujung-ujungnya aku jadi merasa nggak enak udah jadi relawan buzzer JCSDFF 🤣.

Yha~ menemukan teman yang sama-sama suka nonton dan membahas filmnya like a pro *padahal kagak itu adalah salah satu rezeki yang patut disyukuri.

betcul begitu buibu?

***

Untuk post yang terkait dengan Yandyverse bisa di baca di link ini ya.
Keluarga Cemara (2018)
1 Kakak 7 Ponakan (2024)
Sore: Istri Dari Masa Depan (2025)

*pictures were taken from @watchmen.id's Twitter thread.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (25)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Jun (6)
    • ►  Jul (2)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Oct (1)
    • ▼  Nov (1)
      • Resortopia

SERIES

Book Annual Post Quaranthings Screen Shopping Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Dinda Puspitasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kae Pratiwi
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Mira Afianti
  • Monster Buaya
  • N Journal
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Check This Too

  • Minimalist Baker
  • Spice The Plate

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Community

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates