Selamat bulan September dear warga +62, jangan lupa wake me
up when September ends... 😅.
Mengawali trimester ketiga ini aku dan
teman-temanku sekalian caw ke Yogyakarta, sengaja nggak mengincar moment akhir tahun sebab khawatir nggak
kebagian akomodasi dan hujan. Ya... ku masih percaya hujan akan turun di setiap
bulan yang berakhiran –ber sebab berkonotasi brrr... (dingin), meski sebenarnya
sepanjang tahun masih pancaroba 😉.
Tadinya kita mengincar bulan Juli
setelah lebaran, namun atas nama ‘nggak enak ambil cuti abis libur
(panjang)’ maka diundur hingga bulan Agustus. Tujuan kita ke Yogyakarta adalah
untuk berlibur sebab apalah artinya qerja qeras baqai quda 🐴 kalau nggak bisa menikmati 😂,
sekalian menghabiskan sisa THR lebaran lalu *waee... 😅. Oh iya ada ArtJog yang
diadakan sekali dalam setahun, makanya diusahakan jangan lebih dari bulan Agustus.
aku bersama kalian 💑 |
Tujuan liburan yang sebenarnya adalah ke
Kawah Ijen dan Baluran yang mana belum kesampaian sejak tahun lalu, sebab ditutup
untuk perbaikan infrastruktur. Tahun ini Kawah Ijen dan Baluran mesti di-skip lagi sebab keterbatasan cuti dan
kondisi fisik yang belum siap. Gugur bunga sebelum berkembang cuy haha 😂. Well... Doakan aja semoga kelak kita
bisa ke Kawah Ijen dan Baluran 😊.
Setelah menimbang-nimbang akhirnya kita
memutuskan Yogyakarta sebagai tujuan libur tengah tahun. Urusan akomodasi tiket
dan hotel sudah dibereskan sejak H-2 minggu, itu pun lumayan bikin puyeng
yaw... 😪. Apalagi urusan itinerary. Sebab selain berhubungan dengan durasi (jarak
tempuh) itinerary sangat mempengaruhi budget.
Beruntung kita dibantu Ana untuk urusan per-itenary-an.
Tema libur kali ini adalah napak tilas
AADC (Ada Apa Dengan Cinta) 2 😁
Kita berangkat menuju Yogyakarta pada
hari kamis malam (alias malam jum’at) dari Bandung, pake kereta api Lodaya
ekonomi yang kini seat-nya nggak bisa
berhadapan 😑. Kali ini kita satu gerbong dengan rombongan buk-ibuk dan pak-bapak yang
pada bawa koper dan rempongnya ngalahin kita 😂 Sampai di Yogyakarta sekitar
jam 3 shubuh, kemudian dijemput Ana dan Huda di depan stasiun.
PUNTHUK SETUMBU
my morning view |
Tujuan pertama kita adalah melihat sunrise di Punthuk Setumbu 🙌. Punthuk Setumbu terletak di Magelang,
kurang lebih 1 jam perjalanan darat (mobil) dari Yogyakarta. Untuk mencapai Punthuk Setumbu
kita mesti jalan nanjak sampai ke puncak, jadi semua kendaraan bermotor diparkir
di area sekitar yang dijaga oleh warga, bagi yang ingin menunaikkan shalat tersedia musholla dan bagi yang ingin ngemil atau makan berat tersedia warung-warung.
Tiket Puntuk Setumbu dihargai Rp. 20.000
per orang (2019) di loket yang terletak di bibir gapura. Menurut review (yang tentunya muncul di page one)
kita tinggal jalan nanjak ke atas sekitar 15-20 menit saja. Hahaha...
Maap ni gaes... tapi usia memang nggak bisa bohong 😂, lutut dan betis ini udah
gempor duluan di 5 menit pertama. Ternyata 15-20 menit adalah versi
#pertemanansehat-nya Dian Sastro 😅, #pertemananacigorengan macem kita mah hesye... 😂😂😂
Perlu lebih dari 20 menit bagi kita
untuk mencapai Punthuk Setumbu, kaget banget dengan medannya yang nanjak dan
gelap, makanya kita sering berhenti 😌. Lega rasanya saat sampai di Punthuk
Setumbu... langsung nyender di pager, terus selonjoran sambil nungguin Deya dan
Memed. Oh iya, Ana dan Icunk udah sampai duluan sebab mau setting tripod.
Dari Punthuk Setumbu kita bisa melihat sunrise yang muncul dari balik gunung
Merapi dan gunung Merbabu, bonus pemandangan Candi Borobudur yang berkabut.
Mistik 😍. Udah lama sejak terakhir kali aku melihat sunrise di tempat terbuka secara live, biasanya mah terhalang
genteng rumah orang 😌. Menyenangkan sekali rasanya menikmati momen dimana
matahari perlahan merekah dan suasana berangsur-angsur terang 😇.
Yha~ Punthuk Setumbu memang hype sejak AADC namun pemerintah
setempat nampaknya cukup gercep untuk memolesnya. Jalan nanjak menuju Punthuk Setumbu sudah
bagus, dibuat bertangga-tangga dan ada teralisnya memudahkan kita yang
terlanjur jompo bertumpu. Selain itu disediakan juga toilet, musholla dan
warung kopi + pop mie, tapi yang terpenting adalah gazebo yang ada colokannya
(steker) zumpah ziz... ini beyond expectation 😆.
Di Punthuk Setumbu kita nggak perlu
mengeluarkan lagi cuan kalau ingin difoto di instalasi selfie, mas-mas yang bertugas akan membantu kita mengambil foto
sekaligus mengarahkan gaya 👌. Huda bilang ini adalah salah satu upaya warga untuk
menarik pengunjung, kalau semuanya serba berbayar dan nggak terawat
(fasilitasnya) bisa jadi malah sepi. Patut dicontoh yaini warga Jabar... 😉.
Begitu matahari terbit kita nggak
langsung pulang ya sebab Ana membawakan kita sarapan. Akhirnya... nemu pondasi 🙇...
Oppa! |
selamat pagi wahai sobat syare'ahku 😊 |
semoga skincare kita tetep awet sampe sore |
📌 Kurahan, Karangrejo, Kec. Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
🎫 Rp 20.000
⏰ 04.00-17.00
RUMAH DOA BUKIT RHEMA (GEREJA MERPATI)
wisata rohani lintas keyakinan 👌 |
Setelah turun dari Punthuk Setumbu kita
langsung menuju mobil dan Huda yang memang nggak ikut naik tanya “loh... nggak
sekalian ke bukit Rhema?” ya kita cengo dong... 😒 Kita tahu bahwa Punthuk Setumbu
dan Bukit Rhema masih satu kompleks dan lokasinya berdekatan dengan Candi
Borobudur, tapi kita nggak tahu kalau ada shortcut
yang menghubungkan Punthuk Setumbu dan Bukit Rhema 😅.
Yawdalaya... Stay positive. Kalau
nggak ke mobil dulu kita nggak akan bisa nyimpen barang-barang dan aku nggak
akan bisa ganti sepatu 😶. Kebetulan saat itu aku lagi kebagian wear test
sepatu, yang namanya sepatu baru 1-2 hari pertama kan masih proses adaptasi ya
jadi pasti kurang nyaman. Imbasnya kakiku jadi kemerahan dan membengkak,
makanya langsung kuganti dengan sandal.
Jarak dari Punthuk Setumbu ke Rumah Doa
Bukit Rhema nggak begitu jauh, kurang dari 10 menit kita sudah sampai di area
parkir. Seperti Punthuk Setumbu, untuk menuju Rumah Doa Bukit Rhema kita perlu
jalan nanjak (lagi). Tiket Rumah Doa Bukit Rhema dihargai Rp. 20.000 per
orang dan tiket Jeep dihargai Rp. 7000 per orang untuk sekali jalan,
kalau mau bolak balik tinggal dikali 2 aja ya. Sebenarnya jarak antara check point Jeep dibawah dan check
point Jeep di atas nggak terlalu
jauh, tapi balik lagi ya... Kita udah terlanjur jompo nih haha 😂😂😂
Kita termasuk beruntung sebab menurut informasi yang kudapat di loket Rumah Doa Bukit Rhema akan ditutup sementara sebab akan direnovasi. Amazed juga sih ya... Ada orang yang membangun rumah doa di tengah-tengah hutan 😄, mungkin yang bersangkutan mengejar ketenangan dan kekhusyukan dalam beribadah. Kalau aku sih boro-boro khusyuk yang ada malah jiper sendiri yha~ 😏.
Menuliskan harapan untuk masa yang akan datang, tapi kayanya isinya sama semua 😂 |
Pada dasarnya Rumah Doa Bukit Rhema
adalah rumah doa yang terbuka bagi semua keyakinan, at least itulah yang bisa
kutangkap dari penjelasan mbak yang ngelubangi tiket masuk. Oh iya... Bentuk
bangunan sebenarnya mengambil rupa burung merpati sebab melambangkan kedamaian,
kenapa bisa jadi ayam? Kupikir sih gegara burungnya ngendon macem lagi
mengerami 😛 Kebanyakan orang menyalahartikan mahkota yang ada di atas kepala
burung sebagai jawer.
Ada apa di dalam Rumah Doa Bukit Rhema?
Kebanyakan adalah ruang-ruang doa berukuran musholla
darurat di mhall, sedang selebihnya
adalah hall dan kedai. Di lantai
dasar pencahayaannya nggak begitu terang, jalannya berliku dan sedikit pengap,
maklumlah bangunannya memang belum selesai dibangun. Untuk naik ke atas
(mahkota) kita mesti antri sebab space-nya
nggak luas.
view Kedai Bukit Rhema dari hall |
view dari kepala merpati, std aja ternyata 😅 |
menatap masa depan yang menyilaukan 😎 |
📌 Kurahan, Karangrejo, Kec. Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
🎫 Rp 20.000/orang dan Rp 7000/orang (jeep)
⏰ 08.00-17.00
KEDAI BUKIT RHEMA
nongkrongable banget kan... |
Kalau di bagian depan (kepala) kita bisa
naik sampai ke atas, maka bagian belakang (ekor) dialihfungsikan sebagai kedai,
namanya Kedai Bukit Rhema. Oh iya, saat membolongi tiket kita diberitahu
mbaknya bahwa tiket tersebut bisa ditukar dengan welcome snack berupa ketela
(singkong) goreng + sambal di Kedai Bukit Rhema, selain itu terdapat potongan harga Rp.
5000 untuk kopi. Trik marketing yang
bagus ya sebab kita jadi melipir ke kedainya 👌.
Kita memutuskan untuk ngaso sebentar di
Kedai Bukit Rhema atas nama menghabiskan ketela *wae 😁 Makanan dan minuman yang
ada di Kedai Bukit Rhema terbilang basic
lah ya macem roti atau gorengan harganya juga standar Rp. 7000 – Rp. 25.000 (tax included),
jangan khawatir kalau nggak membawa cash
karena Kedai Bukit Rhema menerima pembayaran via CC, debit dan Go Pay.
Saranku sih kalau berkunjung ke Rumah
Doa Bukit Rhema jangan lewatkan mampir di kedainya, selain menukar welcome snack nggak ada salahnya untuk ngaso sebentar pasca jalan nanjak.
Kedainya cukup nyaman sebab ada angin sepoi-sepoinya 😪 view-nya pun nggak kalah ngademin, kita bisa melihat perkebunan dan
gunung-gunung yang mengelilingi Yogyakarta, sayangnya hujan belum turun (lagi)
jadi sejauh mata memandang yang ada malah kegersangan 😰.
sedikit gombal, biar peka 😌 |
tootahache pose yang tak pernah syalah... 😁 |
setelah 4321 take |
Hari ini kita memang baru mengunjungi 2 tempat, belum mencapai tengah hari padahal, tapi rasanya raga ini udah jompo gaes haha 😂😂😂 Nggak usah ditanyain lagi gimana pegelnya betis ini 😭 Yakin banget nanti malam langsung pada tepar 😏.
Meski napak tilas AADC 2 fix bikin jompo, kita sangat menikmati momen liburan ini kok. Tetap semangat!!! Masih ada tempat lain yang mesti dikunjungi 😅.