Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello…

Apa kabar jamaah?

Awal tahun lalu aku sempat mengunjungi Cirebon, ini kali keduaku ke Cirebon yang bukan sekedar lewat di masa mudik. Kali sebelumnya adalah wisata kuliner dan rohani dengan sobi Ubertos, untuk post-nya bisa dibaca disini: Ho(t)liday ke Cirebon.

Kalau sebelumnya kita sengaja pake Kereta Api biar makin terasa vibe liburannya, kali ini kita pake travel karena nggak bisa mengikuti jadwal Kereta Api yang saklek. FYI aku ke Cirebon dengan Widy ya, tujuan kita ke Cirebon bukan untuk main melainkan untuk mencari kain ke Trusmi.

Bukan hal mudah tentcunya, karena Cirebon masih tetap panas macem terakhir kali aku kesana. Panasnya polll bikin badanku nggak nyaman karena pliket 🥴. Bahkan di musim yang seharusnya hujan ini panasnya Cirebon terasa menguar dari dalam bumi. Bisa dimengerti mengapa temanku yang berasal dari Cirebon mudah banget berkeringat 🥵.

Aku mesti bilang bahwa perjalanan ke Cirebon pake travel ini bukanlah perjalanan yang menyenangkan, ngebut banget laini supirnya sampai aku semaput 🤢. Nggak kurekomendasikan bagi kalyan yang sering mabuk darat atau ingin santai selama di perjalanan. Ngebutnya nggak nyantay… 🥺.


Eh, iya aku jadi ingat cerita temanku saat kuliah, saat pulang menggunakan travel ke Cirebon temanku merasa supirnya udah nggak fokus. Ketika ditanya: ngantuk nggak pak? Jawabnya sih nggak, tapi karena merasa khawatir temanku sedikit memaksa menggantikannya menyupir. Yap, akhirnya temanku yang menyupiri sampai Cirebon, sedang pak supir tertidur pulas di sampingnya 😁.

Meski bersaudara aku dan Widy bukanlah traveling partner yang coy 😅, ada aja kendala yang membuat kita berantem tipis-tipis. Kebanyakan sih gegara foto haha Yagimana yorobun… susah banget nyari angle yang bisa membuat kita tampak kurusan di foto 😌.

Sebelum digigit nyamuk

Kita menghabiskan satu hari penuh menyusuri Trusmi, jalan dari satu gang ke gang, berpindah dari satu toko ke toko lainnya dan ujung-ujugnya (seperti yang diduga) gempor segempornya. Hayati lelah… 😫 ingin langsung nyampe kasur nggak mau ngangkut belanjaan ke lantai atas. Bahkan menyebrang pun adalah perjuangan 😅.

Trusmi adalah daerah penghasil batik layaknya Laweyan di Solo, hampir setiap rumah nyambi menjadi workshop atau gallery, namun meski barang-barangnya serupa harganya berbeda. Sayangnya, sulit banget mencari kain dengan motif yang sama, kebanyakan udah dipecah dari produsennya jadi kita mesti mampir ke beberapa toko demi mendapatkan kuantiti yang diinginkan.

Untukku sih menyenangkan ya bisa jalan-jalan sambil memilih-milih motif kain, cuma memang cuacanya Cirebon beneran nggak coy, sun screen aja meleleh coba 😱.

Karena kita ke Cirebon nggak pure untuk main, kita hanya mengunjungi lokasi yang berdekatan dengan tempat kita menginap. Nggak makan banyak karena kecapekan 😐 …

MIE GET WAHIDIN

Widy keukeuh mengajak makan Mie Get Wahidin perkara pernah muncul di YouTube-nya Nex Carlos dan Tanboy Kun. Setelah duduk (nge-tag tempat sih 😅) kita bisa meng-order mienya langsung ke gerobaknya, sedang untuk minumannya bisa di-order ke mas-mas yang sering lewat. Bayarnya nanti terakhir direkap langsung ke ibu yang stay di depan gerobak.

Untuk menunya ada mie rebus, mie goreng dan mie Cemek, kita meng-order mie Cemek bedanya Widy level 2 dan aku level 0. Maap kalau mengecewakan 🙏🏻 tapi aku nggak mau mengambil resiko pasca makan pedas *alasan 🥲. Menurutku B aja ya, karena kuahnya berbumbu jadi rasanya kurang ngena di lidah dan terasa kabur. Baiknya, saat kita kesana sedang hujan jadi pas aja makan makanan yang berkuah.


KETOPRAK

Saat ke Batik Trusmi, ada deretan tempat makan karyawan di samping tokonya. FYI Ketoprak adalah salah satu comfort food-ku, rasanya happy aja kalau abis makan Ketoprak. Biasanya aku makan Ketoprak saat pulang ke rumah, namun karena Mas Ketopraknya cuti dan nggak balik lagi aku jadi kekurangan asupan Ketoprak 😁.

Ketoprak memang lebih cocok untuk sarapan, tapi aku sih nggak masalah ya karena di rumah pun aku makan Ketoprak seringnya di malam hari 😅 Entah karena kelewat lapar atau kelewat kangen tapi untukku sih rasanya enak yaw… bumbunya leqoh dan banyak topping-nya, kerupuknya juga okcey.


Semoga bisa ke Cirebon lagi ya, belum puas mainnya 😀.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello…

Kali ini aku ingin membagikan salah satu draft post yang udah lama ke-skip 😁 yakni post: what is in my bag, seingatku post macem gini pernah hype saat pandemi / post pandemi. Distraksi duniawi membuatku khilaf  😅.

Untuk kuliah dan bekerja aku lebih sering menggunakan backpack ketimbang sling bag atau tote bag karena sadar bawaanku juga banyak. Meski nggak keberatan dengan hal-hal yang bersifat spontan alias nggak bisa diprediksi aku akan merasa lebih baik kalau semuanya well prepared. Yha~ namanya juga usaha, kepake syukur nggak kepake berat 🥲.

Meski terkesan bulky dan kurang dewasa, kupikir backpack lebih mampu mengakomodir kebutuhanku ketimbang tas jenis lainnya. Yha~ aku tahu… seharusnya aku pake tas yang lebih cakep untuk dikepoin 🧐. Tapi balik lagi ya… aku lebih sering menggunakan transportasi publik dan merasa backpack lebih balance dalam membagi beban.


Saat ini aku pake backpack-nya Eiger yang seri 1989 Migrate Laptop (25 lt) aslinya untuk cowok tapi karena warnanya masuk di palette-ku kukira untuk cewek 😂. Awalnya aku pake backpack ini hanya untuk bepergian atau nginep tipis (1-2 hari). Tapi karena aku belum menemukan kandidat backpack lain untuk berkerja maka backpack ini masih kupake.

Yagimana… setiap kali searching mentoknya ke Eiger lagi 😅.

Ketimbang Eiger sebenarnya aku lebih sering membeli Exsport ya karena warnanya yang gemay dan stylish, opsi lainnya adalah Three Rey. Mesti diakui kualitasnya ok punya, bahkan sampai sekarang ada beberapa tas yang mampu survive padahal dipakenya barbar 🥲. Saat menyuruhku membeli backpack ayah bilang: belinya di Eiger ya biar awet. *backpack-nya dibeliin makanya manut 🙏🏻.

FYI. Ini bukan review produk Eiger 😌.

Biar nggak kelamaan intro-nya yumari markicek what is in my bag?

GADGET

Termasuk diantaranya smartphone, netbook dan pouch berisi: smartphone charger, netbook charger, mouse dan headset. FYI. Per-gadget-an ini adalah barang terberat yang ada di backpack-ku. Saat masih bekerja remote aku jarang membawa netbook dan printilannya kecuali saat liburan, begitu bekerja regular… anjayy berat 🥴. Sekarang mah B aja ya, udah berdaptasi ✨👌🏻.

Meski bekerja regular aku masih mesti zooming, aku lebih sering zooming pake smartphone ketimbang netbook biar bisa mengerjakan hal lain. Dalam seminggu bisa beberapa kali kali zooming, meski durasinya nggak panjang cukup membuatku puyeng dan ngahuleng 🥴 Jadi, per-gadget-an ini adalah penghuni tetap backpack-ku, makanya jangan sampai ada yang ketinggalan.


BASIC NEEDS

Selanjutnya ada basic needs yang terdiri dari notebook, gel pen, flash disk dan tumbler. Notebook-nya freebies dari Microsoft, kupake untuk mencatat dan gagambaran kalau lagi gabut. Meteran yakali ada yang mesti diukur. Flash disk-nya udah penuh karena isinya drakor drakor dan drakor 😎. Sedang tumbler-nya dibeliin mama yang jadi member Tupperware, udah bertahun-tahun kupake tapi belum uzur 🥲.



SELF CARE

Nah, ini nih printilan yang nggak seringnya menuh-menuhin backpack-ku. Dompet legend yang kubeli sebagai hadiah hiburan karena naik level dari SMP ke SMA. Pouch yang isinya lap kacamata, lip balm, tetes mata, sabun etc. Plossa dan hand sanitizer maylop. Masker cadangan dan tissue kering (yang disempilin di pouch-nya). Serta tissue basah yang kubeli gegara promo buy 1 get 1.



ALL SEASON ESSENTIALS

Yang paling nggak boleh ketinggalan kalau berpergian: mukena dan light parka.

Aku selalu membawa mukena + sajadah sendiri karena parno pake mukena di tempat umum. Pernah kejadian beberapa tahun yang lalu, aku pake mukena yang disediakan pengelola musholla, pulang-pulang kepalaku panas dan gatal nggak karuan meski udah dikeramasin 🥴. Eh, ternyata ada kutu… Fakkk! 🤯 Ini adalah pengalamanku yang paling ciihhh 😤 dengan mukena di tempat umum. Iyuh banget lah pokoknya.

Aku juga selalu membawa light parka karena nggak mau masup angin, yha~ udah merambah usia jompo 😅. Meski desainnya stylish, light parka-nya nggak water resistant, untuk gerimis tipis mah masih okaylah tapi kalau untuk hujan lebat yang biasanya lama mah nggak ku rekomendasikan ya mending pake jas hujan sekalian. Anyway, light parka ini lebih sering kupake saat OTW pake ojol biar nggak keanginan.


***

Kadang aku malay membawa semua ini , ingin banget ribet-less tapi belum menemukan backpack yang sesuai. Please let me know ya kalau ada rekomendasi backpack non Eiger yang bisa menampung bawaanku :)

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Hay,

Screen shopping skuy!

Dear pembacaku, adakah diantara kalyan yang menggunakan kacamata di keseharian? Aku mah udah jelas ya pake. Aku udah pake kacamata sejak SMA, karena keseringan membaca buku di tempat yang pencahayaannya nggak begitu baik *padahal belum musim gadget yaini 😅.

Awal pake kacamata syudah pasti sebel banget, selain karena desainnya yang gitu-gitu aja, kacamata merubah bentuk kerudung yang kupake, dari yang mulus kek telur 🥚jadi segi lima kek tenda sirkus 🎪 di emoji 😁.Seiring berjalannya waktu aku pun akhirnya faham bahwa tren pun butuh waktu untuk sampai ke haribaan 🥲.

Memang ada masanya rang-o-rang berkacamata pindah pake soft lens, amazed banget pokoknya mah lihat kawan sekalyan matanya berwarna warni kek Coco Girl 🧝🏻‍♀️. Tapi tetep aja ya aku nggak tertarik pake soft lens, malay ribet *aku nggak seapik yang kalyan bayangkan 😌. Menurutku kacamata lebih mampu melindungi mata ketimbang soft lens.

Tahun lalu aku sempat mengganti kacamata karena minus-nya bertambah, sad banget karena makin nge-blur. Selain karena minus-nya bertambah, biasanya aku mengganti kacamataku karena rusak (terjatuh atau kedudukan). Eh ini ganti frame dan lensanya ya, bukan lensanya ‘tok. *jarang banget kacamataku awet 😅.

Karena tahun lalu masih pandemic (sekarang juga masih sih) aku memutuskan untuk membeli frame kacamata secara online. Bukan hal yang mudah karena nggak semua toko menyertakan ukuran dan visualisasi ketika dipake. Saat screen shopping itulah aku menemukan beberapa toko online yang kujadikan referensi saat memilih frame kacamata. 

Yang menjadi pertimbanganku saat memilih frame kacamata:

- Ada kontruksi di frame-nya, karena frame kacamata yang nggak ada konstruksinya lebih ringkih dan mudah patah.
- Lensa frame-nya lebar, agar jangkauan pandanganku lebih luas.
- Desain frame-nya okcey dan berwarna hehe
- Masuk budget, karena belum termasuk lensa 😆.

Biar nggak makin lama intro-nya, here they are… screen shopping list kacamata yang kususun secara alfabetis.

FYI. Untuk range harga dicek mandiri ya…

BRIDGES EYEWEAR
So far aku suka desain frame kacamata yang ditawarkan Bridges Eyewear, simple tapi okcey gimana gitu, warnanya pun beragam *penting ✨. Ada beberapa yang pernah kukecengin dan menjadi back up kalau-kalau nggak berhasil menemukan frame kacamata yang kuinginkan. Jangan lupa dicek yaw siapa tahu ada yang nyangkut 😁


BY LAHMAR
One of my favorite 😆 Menurutku By Lahmar ini frame kacamatanya okcey ya, desainnya seru dan on point. Yang kusuka dari By Lahmar ini opsi frame-nya rerata punya konstruksi 👍🏻. Seri tortoise-nya juga keren. Kalau kalyan suka style yang agak edgy dan kebetulan budget-nya masuk, bisa dicek niya akunnya. Nggak bikin menyesal, paling kepikiran… 😅.


IAOISTORIES
Selama screen shopping, aku belum menemukan online shop lain yang menjual kacamata Izipizi selain Iaoistories. Aku dan Icunk pernah ngecengin Izipizi, ngeceng doang beli kagak 🥲, harganya bikin kita puyeng kak… 😅 bukan nggak masuk budget tapi memang di luar jangkauan 😂. Menurutku, izipizi ini desainnya fun dan keren aja gitu ✨ cocoklah untuk kita-kita yang usaha banget ingin tampak muda 😉.


KARAMATA
Bagi yang sering screen shopping kayanya Karamata ini masuk list wajib ya, selain karena harganya yang affordable, desainnya juga okcey. IMHO, desain dan warnanya cenderung aman, nggak yang neko-neko atau bikin nengok. Untukku, Karamata opsi frame-nya yagitu aja, maksudnya, belum ada yang nyantol dan bikinku ngecengin.


OPTIK MELAWAI
Setelah screen shopping sana sini akhirnya aku menemukan frame yang sesuai kebutuhanku disini 👌🏻 Menurutku desain yang ditawarkan Optik Melawai mostly stylish dan menarik, nggak heran karena merupakan hasil kurasi dari brand dan designer. Meski begitu nggak semuanya pricey kok ada juga yang affordable dan cucok bagi #sobatbudget sekalyan.


OWL EYEWEAR
Aku pernah mampir di counter-nya yang ada Di TSM Bandung, sayangnya saat itu nggak nggak ada rencana serius untuk ganti kaca mata jadi cuma screening aja. Menurutku kacamatanya nyaman dan punya interesting point, desainnya juga okcey. Kalau kalyan ingin desain kacamata yang agak berbeda dan on point bisa niya mempertimbangkan Owl Eyewear.


SORSCHA EYEWEAR
Satu lagi yang nggak boleh terlewat 😀 Menurutku Sorscha Eyewear adalah versi yang lebih humble dari By Lahmar, bisa niya masuk list #sobatbudget Meski nggak terlalu pricey, desain frame kacamata yang ditawarkan juga nggak kalah okcey, beda tipislah dengan brand lainnya. cuma memang opsi warna yang ditawarkan memang kurang beragam.


***

Ada beberapa brand lain yang kukecengin, mungkin nanti kumasukkan list 😆.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello…

Hello Hello Bandung

Di minggu (yang seharusnya menjadi) libur panjang bulan lalu. Aku, Icunk dan Deya akhirnya ikut walking tour-nya Cerita Bandung, alhamdulillah bisa kebagian slot biasanya mah kita kalah gercep hehe Sesaat sebelum COVID-19 outbreak aku dan Icunk pernah mengikuti walking tour-nya Cerita Bandung yang Braga Weg, untuk post-nya bisa dibaca disini ya.

Saat itu pilihannya ada rute Pecinan atau rute Gemeente Huis & Freemason, karena kita ingin yang agak ‘berbeda’ maka kita memilih rute Gementeenhuis & Freemason.

Rasa-rasanya terakhir kali mendengar tentang Freemason adalah saat rajin ngubek-ngubek thread-nya Kaskus dan Terselubung.com Tapi Freemason masuk rute walking tour-nya Cerita Bandung, gimana nggak kepo kan ya… Apalagi saat sekolah kita juga membaca bukunya Dan Brown yang sarat konspirasi illuminati, cawan suci, ksatria templar etc.

Harap maklum yakawan, kita nggak tahan untuk nggak berpartisipasi dalam hal yang pernah kita dalami.

FYI. Karena Bandung di hari minggu cuacanya labil nggak karuan, sudi kiranya kalyan memaklumi foto yang tone-nya belang-belang 🥲.


Ohya, kalau ingin ikutan walking tour-nya Cerita Bandung bisa dipantengin IG-nya terutama menjelang weekend, biasanya mereka akan men-share link pendaftarannya via IG story. Saranku, pilihlah rute yang sanggup untuk dijalani ✨👌🏻 kita akan berjalan kaki loh ini. Setelah mengisi form pendaftaran tunggu aja, nanti dikabari kok, selama kita bisa mengakses link-nya berarti masih ada slot kosong.

Host kita kali ini adalah mb Gadis, yang sepertinya baru bergabung karena bulan-bulan lalu Cerita Bandung sempat membuka lowongan. High demand banget yaini *ehe. Karena rute pilihan kita adalah Gemeente Huis & Freemason, meeting point-nya di depan Museum Kota Bandung di dekat Mesjid Al-Ukhuwah.


FYI (lagi) Gemeente Huis adalah balai kota ya dan Freemason, seperti yang kita tahu adalah perkumpulan rahasia rang-o-rang yang ahli di bidangnya. Untuk tujuannya memang nggak se-ambis illuminati yang menginginkan tatanan dunia baru, tapi nggak receh-receh juga sih 😅. Mereka bahkan membangun Frobel School (Taman Kanak-kanak) yang kini dijadikan Museum Kota Bandung. Yha~ that’s our 1st point.

Untuk rutenya sendiri nggak terlalu panjang, yang panjang malah cerita-cerita yang mengiringinya. Juwara banget mb Gadis menceritakannya, aku sampai kepikiran kalau mb Gadis khawatir banget ada cerita yang terlewat, so far untukku mudah dimengerti dan detail oriented *penting. Kekurangannya, hamba lelah bund… 🥲 mungkin time management-nya perlu diperbaiki.


Selain itu, cuaca Bandung yang labil turut mempengaruhi mood dan fokusku 😂 ada momen-momen dimana aku nggak bisa menangkap apa yang mb Gadis ceritakan karena terdistraksi. Memang sulit untuk beraktivitas di luar rumah di masa pandemi (dan pancaroba) begini, tiba-tiba hujan, tiba-tiba berangin, tiba-tiba cerah ceria kek langitnya Makoto Shinkai.

Sayangnya, Balai Kota Bandung ditutup untuk umum karena pandemi dan kita mesti puas ngintipin patung Badak putihnya dari luar pagar. Seingatku, terakhir masuk ke area Balai Kota adalah saat aku dan Icunk mau ke BEC, yakin banget sebelumnya kita dari Jalan Braga 😁 Pernah kita sengaja jajan di area Balai Kota, not-so-recommend ya, mending jajan yang bener sekalyan.


Area yang dijadikan Balai Kota Bandung saat ini sebelumnya adalah area penyimpanan kopi milik Andries de Wilde yang dihibahkan kepada pemerintah Hindia Belanda. Saat itu Dayeuh Kolot dinilai kurang strategis sebagai ibu kota, tahu kan karena apa? Haha Dalam bahasa Sunda (bukan Korea) dayeuh berarti kota dan kolot berarti lama, kota lama setting Bandung Lautan Api.

Aku nggak akan nge-spill banyak tentang walking tour-nya ya karena kupikir akan lebih asyik kalau mengalaminya langsung. Kalau kalyan ada waktu dan ingin meng-explore Bandung lebih khidmat, kusarankan untuk mengikuti walking tour-nya Cerita Bandung.

Note:
Walking tour ini menggunakan sistem pay as you wish, price range-nya 50K-70K dengan pembayaran via QR only.


anginnya kenceng, payung pun jadi kebalik









Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hay!

Belakangan ini cuaca Bandung kembali ‘nca ya, ceudeum ala-ala di Forks. Sampai saat ini aku masih belum faham mengapa hujan di Bandung dan Cimahi bisa berbeda padahal areanya masihlah berdekatan 🥲. Yap. Sering terjadi, cuaca cerah di Bandung namun hujan deras (bahkan banjir) di Cimahi 🤔.

Berdasarkan pengalamanku, ceudeum ala-ala di Forks ini akan berakhir di bulan Maret-April, apalagi kalau bukan gegara ramadhan. Nggak tahu niya dengan negara tetangga, namun di Indonesia ramadhan mestilah panas dan kering. Makanya mumpung cuacanya masih dingin dan basah, nggak ada salahnya untuk menikmati momen-momen sebelum ramadhan.

Sebelumnya kita memang udah berencana untuk makan makanan yang berkuah-kuah agar cucok dengan cuaca saat ini. Cici Claypot udah masuk waiting list, tapi Fat Phó sungguh menggoda. Eym… gimana ya, aku tahu gambar nggak bisa ngomong tapi kuah di ads-nya Fat Phó membayangi 🤤.

Dari sebelum Deya sakit , Deya sakit part 1 🛌🏻, Deya sakit part 2 🛌🏻, Deya sembuh 🎉, aku dan Icunk mendapatkan booster 💉, aku dan Icunk sakit tangan selama seminggu 🦾 sampai akhirnya rencana kita bisa terealisasi. Well… Panjang juga niya perjalanan kita ke Fat Phó. Mesti booster dulu 😅.

Sebelum ke Fat Phó kita sempat mengikuti city tour-nya Cerita Bandung yang Gemeentehuis & The Freemason, kebetulan kita belum sempat sarapan (*aku makan pisang ketang, tapi nggak dianggap 😁) dan kehujanan. Jadilah kita datang ke Fat Phó dengan perut kosong dan penuh pengharapan, semoga sesuai dengan ekspektasi gambar di ads-nya 🙏🏻.


Kita datang ke Fat Phó setelah jam makan siang, ternyata masih rame ya… Ohya, lokasi Fat Phó ini di persimpangan jalan Gandapura, masih satu kontrakan dengan Giggle Box dan sign-nya miring ke satu sisi makanya kemarin kita sempat terlewat. Area parkirnya nggak terlalu luas, tapi kita bisa parkir kok di seberangnya.

Pada dasarnya Phó adalah kuliner khas Vietnam, yakni kuah kaldu kaya rempah berisi bihun dan daging sapi 🍜. Seriring berjalannya waktu Phó mengalami modifikasi, nggak melulu pake daging sapi, ada yang pake daging ayam🍗, daging babi🥩, seafood 🍤 atau sayuran 🥬 tok’, tergantung selera.

Menu yang kita order:

Bún Bò Hué / Spicy Beef Noodle Soup 65K

Untuk Bún Bò Hué hanya tersedia porsi large aja ya, nggak ada versi porsi regular-nya, jelas bukan punyaku 😂 Aku sempat mencicipi kuahnya, dan gimana ya… pedasnya nggak pedas yang membara lebih ke pedas yang hangat, tapi tetap stuck di tenggorokan. FYI ini masih level 1 loh 😅.


Phó Hái Sán / Seaffod Noodle Soup 49,5K

Ini baru punyaku 😉, isinya mie putih, toge, bakso ikan, udang, cumi-cumi *yang kepalanya ikut dimasukin (IMHO, aku selalu merasa kepala cumi-cumi mirip dengan kepala alien 👽) serta taburan daun bawang, daun kemangi dan daun ketumbar. Aku hanya menambahkan 2 slice cabe di pertengahan, tapi pedasnya terasa di setengah mangkuk 🥵.


Phó Gá / Chicken Noodle Soup 38,5K

Yha~ siapa lagi yang paling ayam diantara kita kalau bukan Deya hehe nggak ada foto sendirinya karena kejauhan 🥲. Kita sepakat bahwa yang menjadikan Phó ini berbeda dengan makanan berkuah ala Indonesia (yang mostly pake santan) adalah daun Ketumbarnya. Nggak mau nyicipin kuahnya Deya ya, cabenya diawurin geura 😭 *overthinking.


Chá Giò / Egg Rolls 34K
Gòi Cuón / Spring Rolls 32K

Untuk side dish-nya kita memilih Egg Rolls, saat itu kita nggak menyangka porsi regular akan lebih dari cukup dan kuahnya sungguh bikin kenyang. Sedang untuk Spring Rolls-nya itu gratis ya karena lagi ada promo kalau bikin insta story, tadinya kita mau order, untung dikasih tahu mbaknya 🙏🏻.

fat pho bandung

***
Kalau kalyan ingin menu non kuah, ada menu sandwich dan broken rice (di menunya beneran tertulis broken rice bukan fried rice 🤣 *masalah pelik). Untuk opsi minumannya memang nggak terlalu banyak, tapi nggak apa-apa sih seenggaknya kita nggak bingung memilihnya. Kalau ada yang kurang mungkin dessert manisnya 😁.

So far we enjoyed our meals at Fat Phó sangat kurekomendasikan bagi kalyan yang ngidam makanan berkuah atau ingin mencoba hal yang baru. Untuk harga kupikir worth with the price ya… sepadan dengan rasanya. Bisa niya masuk wishlist ✨👌🏻.

Fat Phó
🏠 Jl. Gandapura no 75 Bandung
⏰ Senin-Minggu 10.00-22.00
🍜 38,5K - 65K
🥟 21K - 34K
🍵 10K - 22K

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (16)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (1)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Jun (3)
    • ▼  Jul (2)
      • The 13th Years Of (modern) Slavery
      • Sore: Istri Dari Masa Depan

SERIES

Book Annual Post Quaranthings Screen Shopping Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates