Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.


Hay... Day...

Beberapa minggu yang lalu aku sempat video call-an dengan teman-temanku sekalyan, selain membahas tentang situesyen terkini kita juga sempat membahas tentang makna pertemanan (c, c, c, ciee... 😁) dan kedewasaan 😋. Sesi video call tersebut kemudian mengingatkanku pada... draft post yang lagi-lagi mandeg atas nama distraksi duniawi 🤣.

Draft post ini ditulis pada tahun 2018, jadi ya... harap maklum kalau agak... yagitu deh 😅. Honestly, concern-ku saat itu adalah tentang pertemanan dewasa (mature friendship) karena selama hiatus hubungan kita hanya sebatas member di WAG 😅 Dan memang... begitu kembali, first impression-ku adalah “BOOOOMMM” 💥. Well... yang kutulis di post ini adalah apa yang pernah kurasakan saat berada dalam berbagai circle pertemanan.

***

SALTY FIRST...

Aku lupa pernah membaca dimana yang jelas pertanyaan ini selalu kuingat setiap kali bersinggungan dengan orang lain.

Hal apa yang paling penting untukmu?

IYK, hal yang paling penting untukmu adalah hal pertama yang kamu nilai dari orang lain 😁. 

Kupikir hal ini benar adanya. Orang yang menganggap penting derajat senantiasa akan selalu memperhatikan (apa yang dianggap sebagai 😌) derajat berkaca dari apa yang ia nilai dari orang lain. Pun. Orang yang menganggap penting penampilan senantiasa akan selalu memperhatikan penampilannya berkaca dari apa yang ia nilai dari orang lain.

Terdengar familiar bukan?

Dalam keseharian kita dibiasakan untuk menilai dan dinilai secara visual, bukan secara esensi (haha ini belum nemu padanan kata yang pas 😅, tapi intinya faham kan? 😊). Termasuk diantaranya adalah penilaian dari sesama ciwik yang reality-nya tsadesss banget cui... dan kadang sampai bikin gumoh 🤮. Pernah ada yang menilaiku berdasarkan trend dan brand yang kupakai, well... kupikir ini cukup menggangu ya 🙄. 

Ia bilang bahwa orang bisa dilihat dari apa yang ia pakai (honestly, untuk point ini aku setuju 👌🏻) dan ia menilai bahwa aku kurang dewasa dan berkelas berdasarkan pemilihan barang yang kupakai. In short way, kalau ingin tahu seperti apa penampilan yang dewasa dan berkelas aku bisa mencontek apa yang ia pakai dan mungkin berguru padanya.

Yawla... Inginku ngikik tapi inget bukan kuda 😂.

Menurutnya: jam tangan Fossil ber-strap metal dan berwarna emas lebih keren ketimbang jam tangan QnQ favorite-ku. Dompet Coach yang (saat itu sedang) hype lebih keren ketimbang dompet Milk Teddy hadiahku lulus masuk ma’had. Ria Miranda, Kamiidea, Buttonscarves dan sederet brand dengan collectible items-nya lebih keren ketimbang unknown - unbrand - uncollectible items yang sedang kupakai.

🤔

One thing you should know...

BODO AMAATTT!!!! 🔥🔥🔥
Gini banget ya jadi (orang) dewasa - (Lestari , waktu masih 28 yo).

Kupikir, selain memberikan manfaat barang kumiliki haruslah memberikan kebahagiaan, atau kalau kata Marie Kondo mah: sparks joy. Meski kadang impulsif, aku percaya bahwa membeli barang yang nggak kusukai adalah salah satu cara terbaik untuk menggadaikan kebahagiaan.

Pernah ada masanya ketika aku terpaksa memenuhi tuntutan orang-orang, membeli ini itu, pergi kesana kesini dan sok asyik. Kenapa kok mau? Karena aku nggak faham bagaimana (caranya) jadi (orang) dewasa 🤷🏻‍♀️. Memang, untuk bertahan di society kita terkadang harus mengikuti arus, tapi ya mau sampai kapan?

Saat kecil ingin segera dewasa, namun setelah dewasa ingin jadi anak kecil lagi sebagaimana saat kuliah ingin segera bekerja namun setelah bekerja ingin kembali kuliah.

SUGAR-COATED WORDS ADALAH BAGIAN DARI ADULTHOOD

Selain orang yang gemar menye-menye ganjen tapi ujung-ujungnya minta ini itu, aku kurang begitu... apa ya... attach dengan orang yang gemar perez. Malay aja kalau dekat-dekat karena bawaannya pasti sensi 😅. Bagiku perez mengaburkan batas antara pujian dan basa basi. Kalau tujuan dari perez adalah untuk menyenangkan lawan bicaranya, ehm... mon maap nih mb, kita sama-sama tahu kebanyakan orang sadar banget saat dirinya diperezin 😌. 

Mungkin maksudnya ingin mengambil hati, masalahnya, kalau sekedar basa basi artinya lau mengecilkan arti ketulusan dalam pujian. Sayangnya, sebagai orang dewasa kita selalu dituntut untuk menyenangkan lawan bicara ... suka atau nggak suka. Yuyur aja aku malay kalau udah begini, sugar coated words is not so me. Yap. Realistis aja nih ya review-nya...

Aku memang jarang memuji, tapi ini bukan gegara hidupku dipenuhi kedengkian tapi karena kupikir: you’ve only got what you deserve, lebih pada appreciate. Makanya aku lebih suka kasih ❤️ ketimbang kasih komentar “cantik beb”.

BEGITU PUN DENGAN #pertemanantoxic

Aku bukan tipikal orang yang senang dan membiasakan diri untuk berkelompok, teman dekat pasti ada tapi nggak berkelompok a.k.a nge-geng. Simple aja sih, karena dulu kupikir kita semua berteman... 🦗 😅. Orang sering membandingkan dan mempertanyakan kenapa aku hanya memiliki sedikit teman, bahkan di dunia maya sekalipun. Eym... aku lebih senang untuk berteman dengan orang-orang yang kukenal secara personal makanya temannya itu-itu aja, sedikit tapi verified ✔️.

Pada akhirnya kita akan memilih circle pertemanan dengan frekuensi, minat dan mindset yang sama. Dijauhkan karena nggak sefaham dengan circle-nya seseorang... sudah pernah 😅. Alasan lainnya, aku kurang bisa 'mengangkat' khalayak circle sekalian. Satu hal yang kupertanyakan: teman macam apa yang menakar untung dan ruginya suatu pertemanan? Kupikir teman seharusnya ikut berbahagia saat kau berbahagia, bukan berbahagia karena (ikut) memiliki kebahagiaan yang sama.

Burn the bridge

Di masa hype-nya Twitter aku pernah mengalami kejadian yang cukup membuatku gedeg sekaligus il-feel. Suatu malam saat sedang mengerjakan tugas notifikasi Twitterku berbunyi, setelah kucek ternyata aku di-mention oleh temannya teman (yang sama sekali nggak pernah ku kenal secara personal 🙄) dalam tweet-nya, aku lupa bahasanya gimana namun kurang lebih sih begini:

@ygmention: @ygdimention1 @ygdimention2 @ygdimention3 @ygdimention4 cuma orang-orang pilihan yang bisa gawl sama kita cc @aku

🙄

Tadinya aku ingin mengabaikannya, tapi setelah dipikir-pikir eh... kayanya salah satu temanku pernah mengatakan hal yang sama deh. Kalyan bersekutu apa memang sekufu? 🤔. Kalau tujuannya untuk menunjukkan keekslusifan circle-nya, tapi yang ada aku malah merasa geli sendiri... Ini lagi rekrut member apa gimana sist? Si guweh #gagalfaham yeuh *samar-samar terdengar suara Puan teriak soliddd... soliddd... soliddd... 🤣.

Sebelum aku sempat me-reply mention-nya @ygmention sudah lebih dulu menghapus tweet-nya, tapi tetap aja ya aku sudah pernah melihat tweet-nya dan reply dari yang para @dimention. Hadehhh... terlepas dari betapa cemennya menghapus tweet, kurasa ini adalah cara paling sampah untuk memulai pertikaian dan membuatnya di-notice 😤. Tuman pick me siya😌.

Untuk menghindari polusi visual di timeline Twitter-ku, aku memutuskan untuk me-mute (bukan mem-block) akun temanku yang terhubung dengan circle sampah itu. Kupikir dalam hidup ini sekurang-kurangnya kita mesti memiliki integritas. Satu-satunya kesalahan temanku saat itu adalah ia nggak memiliki boundaries sehingga orang lain bisa dengan leluasa turut campur (bahkan cenderung borderless) dalam kehidupannya.

Temanku (yang lain) berpikir bahwa keputusanku me-mute akun temanku adalah keputusan yang ‘nggak nyambung’, yang berbuat kan temannya kenapa malah ia yang kena getahnya. Well... yang sebenarnya kulakukan adalah cut the head alias melenyapkan sumber masalah, (kupikir) semua itu nggak akan terjadi kalau sedari awal temanku punya sikap. Yha~ nggak semua orang cukup tahu diri untuk nggak melewati batas.

SESEKALI BASA BASI BUSUK

Mungkin bukan Cuma aku berpikir begini, namun kadang merasa nggak habis pikir dengan orang yang mempertanyakan ke-single-anku. Sampai ada yang tanya “kamu nggak malu single?” yang pastinya kujawab dengan: “nggak”. FYI. Aku bukan penjahat, bukan koruptor, bukan pemerintah. Kenapa mesti malu? 

Saat bertemu dengan teman lama sering kali yang pertama ditanyakan adalah “sudah menikah belum?” serius nih nggak nanya kabar? 😅 Aku sakit loh... 😂. Aku nggak masalah ditanya begini, yang menjadi masalah malah pertanyaan lanjutannya “Kenapa belum nikah?” yang akan dilanjutkan (bahkan sebelum sempat kujawab) dengan “Jangan terlalu pilih-pilih... BLABLABLA...”.

Eym... Kita jajan aja milih kali ah, masa partner nggak milih... 😅 Kenapa menjadi masalah? Karena aku jadi mempertanyakan (no offense please...) “emang dulu situ nggak milih ya?” 😏.

Hidup ini keras yakawan... 😌

EGO YANG BERTABRAKAN

Sebagai makhluk sosial yang senang kumpul sana sini, kupikir setiap pertemuan selalu menyisakan ketidakpuasan. Ngaku deh... 😁. Kadang aku pusing meng-compare dan meng-cross check statement antara yang ono dan yang ini, rieut hamba... 🤦🏻‍♀️. Kupikir adalah keharusan bagi kita untuk mencari jalan tengah yang bisa mengakomodir semua kebutuhan dan keinginan tanpa mesti bersinggungan. Sayangnya, seringkali hal ini kerap dipersulit oleh ego yang bertabrakan sehingga rencana tinggaL wacana.

Mungkin pernah mengalami, terjebak menonton obrolan masa kini saat bertemu.

Percayalah, meski nggak ikutan nimbrung sebenarnya aku mengerti kok apa yang diobrolin, nggak ikutan ngobrol bukan berarti nggak faham 😅. Toh hal-hal semacam fashion, skincare dan lifestyle thingy lainnya adalah hal yang biasa, maksudnya, pasti diikuti perkembangannya. Dunia bukan cuma milik kalian yang setiap kali kumpul selalu berusaha mengambil alih obrolan dengan memaparkan standar, namun juga milik jellies yang sering masuk-masukin items ke keranjang Shoppe dan membiarkannya ngendon selama berbulan-bulan.

Bentar... Bentar... Sisanya masih di-edit dulu 😅
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hi... happy weekend everyone!

Kebetulan minggu ini Taylor Switf baru aja merilis album terbarunya yakni Folklore, nggak menyangka Taylor Swift akan seproduktif ini di masa pandemi wkwkwk 🤭 Sama seperti post-ku sebelumnya, post ini adalah draft post yang mandeg dari tahun lalu, di masa anget-angetnya Taylor Swift berantem dengan Scott Braun 🔥. 

Alasanku membuatku post ini adalah tak lain dan tak bukan karena aku suka Taylor Swift 😍, meski bukan fans garis kerasnya, bolehlah dibilang Swifties haha 😁 Sejak Avril Lavigne mulai nggak produktif kupikir aku mesti mencari idol baru sebagai inspirasi, saat itu Amy Lee dan Gwen Stefani sudah nggak asyik lagi 😅, kuingin idol yang masih OTW berkarya jadi aku punya waktu yang panjang untuk menikmati karyanya.

Pencarian idol calon inspirasiku ini cukup memakan waktu ya karena ada beberapa band yang kusuka tapi malah vacum (dan bubar) macem My Chemical Romance dan Paramore, palingan Maroon 5 yang (akhirnya) levelnya kusetarakan dengan Sheila on 7 sebagai band terbaik versi mancanegara ✨👌🏻. Meski sudah berumur mereka tetap produktif berkarya. ❤️ Adam Levine.


Saat kuliah aku mendengarkan mp3 (mp3 ya bukan 3gp 😌) Taylor Swift yang berjudul You Belong With Me dari album Fearless di mp3 player Widy yang bentuknya mirip Ipod tapi versi KW 😁. Kupikir lagunya cukup easy listening bagiku yang masih nggak tahu aliran musiknya mau ikut mazhab apa 🤔. Tapi sejak saat itu aku mulai kepo dengan Taylor Swift.

Kemudian aku menemukan MV-nya You Belong With Me di YouTube, kupikir MV-nya manits 🥰, punya ‘cerita’ dan yha~ masuklah bagiku yang (saat itu) masih menyukai teen romcom cetek macem Mean Girls dan Chasing Liberty 😋. In short way, aku baru benar-benar menyukai Taylor Swift saat melihat MV-nya. Thanks to Elan yang saban hari rajin banget nge-download-in MV dari YouTube, karenanya aku punya banyak MV Taylor Swift 🙇🏻‍♀️.

Selain Taylor Swift aku juga menyukai Katy Perry, aku menyukai Taylor Swift sama seperti aku menyukai Katy Perry. Mereka equal dalam banyak hal dan memiliki banyak hal menarik untuk dibagikan. Baik Taylor Swift mau pun Katy Perry memiliki ciri khas masing-masing dan muncul di era yang sama, jadi rasanya sulit memutuskan mana yang lebih kusukai 🤔. Yha~ aku juga punya MV-nya Katy Perry (masih dari Elan).

Meski terbilang memiliki hubungan yang suportif, Taylor Swift dan Katy Perry sempat berseteru gegara rebutan back dancer, dari situlah situasi mulai memanas. Puncaknya adalah ketika Taylor Swift merilis lagu Bad Blood yang dibalas Katy Perry merilis lagu Swish Swish. Beginilah musisi kalau berseteru, saling berbalas karya ✨👌🏻.


Terlepas dari perseteruannya di masa lalu akhirnya mereka berdua berbaikan di MV-nya Taylor Swift yang berjudul You Need To Calm Down. Senang sekali rasanya melihat mereka kembali bersama meski hanya berpelukan pake kostum couple (kentang goreng dan burger couple kan? Tinggal ditambah saus dan soda biar mantips 👍🏻).

Satu-satunya hal yang membuat Katy Perry nggak semenarik Taylor Swift adalah fakta bahwa Katy Perry menikah dengan Orlando Bloom 🙃 yang mana pernah kukecengin sejak berperan sebagai Will Turner di The Pirates of Carribean *netijen posesip buta 😎. Sebelum menikah dengan Orlando Bloom, Katy Perry pernah menjalin hubungan dengan John Mayer. Yap. JOHN MAYER. Astaga Neng Keti... *netijen makin posesip buta 😎.

Biar tambah ikrib...

Mari kita sebut Taylor Swift sebagai Tay Tay


Di tahun 2009 aku menonton MTV Video Music Awards yang disiarkan secara live di Global TV, gawl banget kan nonton MTV hehe 😁. Saat itu Tay Tay memenangkan kategori Best Female Video, sayangnya speech-nya Tay Tay diinterupsi oleh Kanye West yang mengatakan bahwa (videonya) Beyonce adalah yang terbaik. Tay Tay langsung cengo dong diperlakukan seperti itu, well... jangankan Tay Tay, lakita penonton pun dibuat cengo dengan kelakuan liarnya babang Kanye 😌.

Even mb Beyonce pun nggak percaya babang Kanye sebegitunya, yakin banget mb Beyonce alamat bakal nggak enak kalau ketemu Tay Tay. Yang paling kena getahnya adalah cameramen dan produsernya, untungnya mereka sigap mengatasi masalah ini dengan mematikan kamera dan menyiarkan ads dengan terburu-buru. Sumpah kasihan banget Tay Tay 😢, baru pertama kali menang awards langsung kena julid babang Kanye.

Tay Tay memiliki reputasi sebagai drama queen yang semangat banget membuatnya menjadi bahan pembicaraan, terakhir kupantau (aziggg 😋) Tay Tay berkicau tentang kebijakan Donald Trump. Frontal sih... tapi ya gapapa toh di US sana kan nggak main buzzer atau mamang Nasgor 😂.


Sebelum kasusnya dengan Scott Braun (bisa googling sendiri ya kalau kepo 😊), Tay Tay pernah berseteru dengan Apple Music sehubungan dengan royalti. Kupikir disini Tay Tay sudah memanfaatkan title influencer-nya dengan baik karena terbukti setelahnya pihak Apple memberikan royalti kepada musisi yang musiknya masih berada di masa trial. Sebelumnya (lagi) Tay Tay pernah memperseterukan hal yang sama dengan Spotify.

Salah satu ciri khas Tay Tay adalah menggunakan pengalaman pribadinya sebagai inspirasi dalam menulis lagu, nggak terhitung lagi berapa lagu patah hati, bucin dan ngarep yang pernah tercipta. Aku sih yes haha Mantan paling drama yakni Calvin Harris, bukan lagi berbalas pantone, yang ada mereka saling berbalas lagu. Kali ini This Is What You Came For vs I Did Something Bad. Tay Tay memang bucin guise... 🤭.

The next Madonna, maybe?


Mungkin ini statement yang too much ya, lebay. Tapi kupikir Tay Tay memiliki taji yang sama dengan Madonna. Kubilang begini karena baik Tay Tay dan Madonna faham benar bahwa karyanya akan lebih di-notice publik jika relate dengan isu dan tren terkini, kupikir itulah alasan mengapa Madonna bisa bertahan dan eksis hingga saat ini. Kalau Madonna ada di zamanku, mungkin aku akan menyukai Madonna sama seperti aku menyukai Tay Tay.

Banyak karya besar lahir dari kegelisahan. Dan, Tay Tay dan Madonna memilih untuk speak up lewat karyanya...

Madonna merilis Material Girl untuk menyuarakan opininya mengenai sifat materialistis, merilis Lika A Prayer untuk menyuarakan pemahamannya mengenai keyakinan, merilis American Life untuk menyuarakan kritiknya terhadap kehidupan masyarakat Amerika. 

Tay Tay merilis You Need to Calm Down untuk menyuarakan opininya mengenai isu LGBTQ, merilis The Man untuk menyuarakan kritiknya akan gender equality di dunia kerja, merilis Only The Young untuk menyuarakan kemungkinan adanya perubahan kalau anak muda mau berpartisipasi dalam politik. 

Disini bisa dilihat Madonna lebih condong akan unpopular opinion, sedang Tay Tay lebih condong akan popular opinion. Madonna cenderung mendapatkan kritik karena ke-unpopular opinion-nya karena saat itu baru dia yang berani untuk speak up, sedang Tay Tay cenderung mendapatkan penerimaan karena apa yang menjadi unpopular opinion pada masa Madonna telah menjadi popular opinion di masa kini.


Honorable mention to Madonna yang berani menjadi ‘tumbal’. Salute 🖖🏻.

Sebelumnya aku sudah pernah bilang kan kalau aku baru benar-benar menyukai Tay Tay saat melihat MV-nya. Sejauh ini MV favorite-ku adalah Blank Space, Style dan The Man versi animasi, kupilih 3 aja karena kalau disebutin semua mah jadinya ngabsen 😅. Album favorite-ku masih 1989.

Setiap Tay Tay merilis MV aku selalu menunggu ulasan easter egg-nya, biasanya sih The Insider yang paling gercep. Makanya aku juga menunggu Tay Tay merilis official MV-nya Folklore.

Meski banyak drama dan bucin mania mesti diakui bahwa Tay Tay adalah musisi yang bisa diperhitungkan, inspiratif dan berani speak up. Oh ya, pada dasarnya aku nggak terlalu fanatik akan mazhab musik tertentu, selama easy listening, punya meaning tertentu dan (kalau bisa) MV-nya eye pleasure aku pasti suka.

Terima kasih sudah membaca sampai selesai, kapan-kapan kubuat post tentang Maroon 5 😋.

Lestari
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Beberapa minggu yang lalu aku dan Icunk ke Mutiara Super Kitchen yang mana jadi mengingatkan kalau aku masih punya draft Hidden Gems Series: Mutiara Super Kitchen di folder. Seperti biasa ya... mandeg berbulan-bulan lamanya atas nama mager dan malay nggak ada duwa 😌.

Di Bandung, kalau kau mencari kitchenware (tableware, utensils dan electronics) yang harganya affordable ada satu tempat yang bisa dituju, yakni Mutiara Super Kitchen. Di Bandung, Mutiara Super Kitchen memiliki beberapa toko yang tersebar di berbagai lokasi. Aku sendiri sudah beberapa kali mengunjungi Mutiara Super Kitchen yang terletak di Jl. Soekarno Hatta dan Ujung Berung. 

Bangunan Mutiara Super Kitchen rerata berupa warehouse macem ACE Hardware tapi tetep ya isinya mah kitchenware hehe 😅. Karena bentuk bangunannya yang berupa warehouse itulah kadang aku merasa keu’eung 😨saat menyusuri lorong-lorongnya, well... mungkin ini hanya perasaanku aja kali ya... 


Di Mutiara Super Kitchen kau bisa menemukan berbagai macam kitchenware (tableware, utensils dan electronics) di berbagai range harga, dari yang murce sampai yang mahils (standar) juga ada. Meski item-nya nggak terlalu lengkap macem katalog official shop-nya e-commerce, kupikir Mutiara Super Kitchen ini memiliki varian item yang banyak.

Setiap kali ke Mutiara Super Kitchen aku selalu tergoda dengan tableware-nya yang uwuu... kalau nggak inget masih tinggal di kosan dan masaknya nggak expert ingin kubawa pulang tableware-nya haha 🤭. Aku sih betah jalan-jalan di sini, selain karena tempatnya yang luas, barang-barangnya juga nggak kalah tempting-nya. 

Selain kitchenware ada juga furniture (mostly plastik) macem lemari, container dan box / storage.

Untuk orang-orang sepertiku, Mutiara Super Kitchen adalah hidden gems sekaligus escape place yang menarik kalau sedang ingin jalan-jalan tapi nggak mau ketemu banyak orang macem supermarket. Saranku, datanglah di pagi atau siang hari (kalau sore atau malam nggak deh) usahakan di weekdays ya karena kalau weekend pasti rame.







Mutiara Super Kitchen
🪧 Jl. Soekarno Hatta No. 495-497 Bandung
🪧 Jl.Raya UjungBerung - Cigending No.85 Kota Bandung
🪧 Jl.Ahmad Yani No.830 Cicaheum Bandung
🪧 Jl.Kopo No.147 Kota Bandung
🪧 Jl.Pasar Baru No.76 Majalaya

Instagram
Tokopedia
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Photo by Wallace Chuck from Pexels

Seperti yang lalu, post ini adalah sebagian post yang mandeg di folder draft (nama folder-nya draft 😊). Tadinya aku ingin mem-publish-nya di Hari Puisi Nasional pada 28 April (bertepatan dengan wafatnya Chairil Anwar) atau Hari Sastra Indonesia pada 3 Juli (bertepatan dengan lahirnya Abdoel Moeis). Namun atas dasar distraksi duniawi hal itu nggak pernah terjadi 😌.

Hari ini 19 Juli 2020, aku (kita semua) dikejutkan dengan berita bahwa Sapardi Djoko Damono yang berpulang 🥺, membuatku bertanya-tanya kejutan apalagi yang dipersiapkan Tuhan pada bulan berikutnya. Minumanku terasa hambar saat melihat obituari Sapardi Djoko Damono bermunculan di timeline media sosialku, kaget dan ciut saat tahu ini nyata 😭.

Saat sekolah dari SD sampai SMA saat mata pelajaran Bahasa Indonesia pasti pernah kan mengalami yang namanya menulis puisi, materinya beriringan dengan prosa, pantun dan syair. Kalau bukan untuk sahabat, puisinya pasti ditujukan untuk subjek terkasih seperti orang tua, guru, keluarga, tetangga, hewan peliharaan  atau seseorang yang hanya bisa dikagumi dari jauh, dengan kata lain, the one you fallin’ also you can’t have 😅.

Yang kutahu, puisi adalah salah satu bentuk kemewahan bahasa, kubilang begini sebab (ternyata) nggak semua orang bisa menulis puisi (termasuk aku 🙄). Kupikir diperlukan kepekaan rasa dan pendalaman kosakata untuk bisa membuat sebait (atau dua bait) puisi, makanya girang sekali kan rasanya kalau dibuatkan puisi apalagi kalau ditambah embel-embel: kau jadi inspirasiku ~ semangat hidup ~ dikala aku sedih ~ dikala aku senang ~ di saat sendiri dan kesepian ~ kau bintang di hatiku ~.

Mungkin kita terlahir di zaman yang berbeda, namun di zamanku adalah suatu keharusan untuk memahami seluk beluk perpuisian, maklum ya... masih pada nulis surat soalnya 😋. Korelasi antara puisi dan surat terjalin ketika seseorang ingin mengungkapkan perasaannya dengan (let’s say...) berkelas ✨👌🏻. Meski kadang suka cringe, aku menghargai usaha mereka yang memilih menulis puisi ketimbang copy paste lirik lagu 😊.

Selain mata pelajaran Kesenian aku menyukai mata pelajaran Bahasa Indonesia, kupikir asik aja mempelajarinya. Nggak sesusah mata pelajaran Matematika, Fisika dan Kimia 😭. Seingatku Bu Rani-lah yang cukup intens memperkenalkan kita pada kesusastraan (selain fakta bahwa kurikulumnya memang seperti itu). Karena Bu Rani-lah aku mengenal karya-karya sastra era pujangga baru dan pujangga lama.

Tsaahhh... 😎.

Pernah ada masanya ketika aku datang ke perpustakaan sekolah hanya untuk 'mencoba membaca' majalah Horison, yakni majalah kesusasteraan dan literasi Indonesia yang terbit sebulan skeali. Mencoba membaca? Iya. Mencoba membaca. Karena susah banget ngertiinnya 😅 Kadang aku perlu beberapa kali membaca untuk benar-benar mengerti apa maksud artikelnya, antara bahasannya yang ketinggian atau memang sense of literature-ku yang rendah haha 🤣.

FYI. Majalah Horison ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1966 namun sempat berhenti cetak sekitar tahun 2016 (CMIIW) dan berusaha untuk lebih mengikuti zaman dengan merilis website. Mungkin karena ruang lingkup yang kecil, website Horison sepi nggak tahu juga sekarang gimana kabarnya 😶.

Tentunya, belum lengkap membahas kesusasteraan Indonesia tanpa menyinggung Chairil Anwar, beliau adalah pelopor (pujangga) angkatan 45 yang tumbuh di era revolusi kemerdekaan. Hadir bersamanya Armin Pane, Sanusi Pane, Asrul Sani, Rivai Apin, Achdiat K. Mihardja, Mochtar Lubis, Rendra, Sutardji Calzoum Bachri, Pramudya Ananta Toer, Sutan Takdir Alisjahbana, W. S. Rendra dan masih banyak lagi. Eh, masih pada inget nggak nih? 😁.

Terima kasih tak terperi kepada Riri Riza dan Mira Lesmana yang memperkenalkan buku AKU karya Chairil Anwar di film Ada Apa Dengan Cinta, membuatku penasaran setengah mati kok bisa ya ada cowok yang keren dari sananya 😅, suka membaca buku, buku sastra lagi, AKU lagi, kan... subhanallah sekali haha 🤣. Sejak saat itu, ku tahu Indonesia memiliki pujangga sastra bernama Chairil Anwar, yang sebenarnya lebih ingin dikenal sebagai Aku bin Atang.

Euphoria film Ada Apa Dengan Cinta turut mengisi masa remajaku. Pada saat itu, buku AKU adalah hadiahgemay  yang ingin PDKT ala Rangga sebagaimana Dilan yang menghadiahi Milea buku TTS. Aku tahu, ada harapan terselubung bersembunyi di setiap lembar halaman yang disunting oleh Sjuman Djaya itu, menanti dengan cemas sampai lembar halaman terakhir ditutup. Aku mengerti benar. Sebab aku pun mendapatkannya 😅.

Terjebak euphoria Ada Apa Dengan Cinta Aku larut dalam kesenangan puitis melankolis, hampir setiap hari kerjaanku menulis puisi 🤣 Peduli amat pemilihan katanya bagus apa nggak, yang penting usaha 😁. 

Selain Chairil Anwar, yang puisinya menarik bagiku adalah Sutadji Calzoum Bachri dan Sapardi Djoko Damono.

Dalam menulis puisinya Chairil Anwar cendrung lugas dan menabrak-nabrak. Setelah membaca buku AKU, kupikir Chairil Anwar adalah tipikal orang bebal yang masa bodoh dengan kehidupan, kadang konyol selebihnya sakarep dewek. Beberapa karyanya yang terkenal adalah Aku, Karawang-Bekasi, Derai Derai Cemara, Doa dan Yang Terampas dan Terputus.

TAK SEPADAN
Oleh: Chairil Anwar

aku kira:
beginilah nanti jadinya
kau kawin, beranak dan berbahagia
sedang aku mengembara serupa Ahasveros

dikutuk-sumpahi Eros
aku merangkaki dinding buta
tak satu juga pintu terbuka

lebih baik juga kita padami
unggunan api ini
karena kau tidak ‘kan apa-apa
aku terpanggang tinggal rangka

***

Sedang Sutardji Calzoum Bachri lebih banyak bermain dengan kata-kata dan kiasan dengan rima yang harmonis, berani keluar dari pakem kesusateraan dan menolak untuk rata. Beberapa puisi Sutardji Calzoum Bachri yang terkenal: Tapi, Daging, Mantra, Luka dan O.

BATU
Oleh: Sutardji Calzoum Bachri

batu mawar
batu langit
batu duka
batu rindu
batu janun
batu bisu
kaukah itu
          teka
                 teki
yang tak menepati janji?

dengan seribu gunung langit tak runtuh
dengan seribu perawan hati tak jatuh
dengan seribu sibuk sepi tak mati
dengan seribu beringin ingin tak teduh
dengan siapa aku mengeluh?

mengapa jam harus berdenyut sedang hati tak sampai
mengapa gunung harus meletus sedang langit tak sampai
mengapa peluk diketatkan sedang hati tak sampai
mengapa tangan melambai sedang lambai tak sampai
kau tahu?

batu risau
batu pukau
batu kau-ku
batu sepi
batu ngilu
batu bisu

***

Sedang Sapardi Djoko Damono lebih banyak menggunakan kiasan dan unsur alam dalam puisinya. Pemilihan katanya sederhana namun mudah dimengerti. Beberapa puisi Sapardi Djoko Damono yang terkenal: Hujan Bulan Juni, Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta, Aku Ingin, Yang Fana Adalah Waktu dan Pada Suatu Hari Nanti.

METAMORFOSIS
Oleh: Sapardi Djoko Damono

ada yang sedang menanggalkan
kata-kata yang satu demi satu
mendudukkanmu di depan cermin
dan membuatmu bertanya
tubuh siapakah gerangan yang kukenakan ini?

ada yang sedang diam-diam
menulis riwayat hidupmu
menimbang-nimbang hari lahirmu
mereka-reka sebab-sebab kematianmu

ada yang sedang diam-diam
berubah menjadi dirimu

***

Setelah kuliah aku nggak mengikuti kesusasteraan seperti saat sekolah dulu, paling  follow yang rajin nge-tweet 😁.  Salah satunya adalah Sujiwo Tedjo yang sering membagikan kutipan dari bukunya, beberapa kutipan beliau yang ku ❤️ dan pernah ku retweet 🤭.

"Jangan pergi agar dicari, jangan sengaja lari agar dikejar. Berjuang tak sebercanda itu".

"Bahwa menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kau bisa berencana menikahi siapa, tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa... Bahwa yang membekas dari lilin bukan lelehnya, melainkan wajahmu sebelum gelap".

"Jalan menuju Tuhan sama dengan jalan menuju Roma, Rahwana. Pada akhirnya semua jalan menuju Roma. Demikian pula jalan menuju Tuhan. Ada yang melalui jalur filosofis, ada yang melalui jalur cinta. Ada yang reflektif ada yang afektif. Ada yang religius ada yang altruis".

Kupikir yang menjadikan puisi sebegitu memorable-nya adalah bahwa puisi mampu menyentuh relung hati, menggugah perasaan dan menyentil kehidupan. Menakjubkan. Banyak hal bisa terwakilkan dari serangkaian kata-kata multi tafsir.

Draft yang ditulis lebih dari 2 tahun ini bangkit di hari Sapardi Djoko Damono berpulang.

Terima kasih.

Hujan bulan Juni
Duka luruh bulan Juli
Patah hati Minggu pagi

🥀🥀🥀
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pinterest

Tadinya post ini mau kuberi judul 10 Financial Wisdom, tapi ya tapi kok terkesan mirip dengan The The 10 Commandment ya haha Padahal mah beda meur... 😉 Draft post ini suda mandeg lama di folder, thanks to quarantine extention akhirnya bisa beres juga, meski kayanya nanti bakalan ada tambahan sana sini.

Dimasa pendemi (apalagi di awal-awal mulai WFH) banyak bermunculan tips mengelola finansial di masa pandemi beserta webinar-webinarnya. Saat kubuka tab explore di IG konten-konten tentang finansial cukup
mendominasi, selain jualan dan movie quote tentunya. Agak bosan sih, tapi ya mau gimana lagi, suka nggak suka urusan finansial ini krusial.

Financial wisdom-ku didominasi oleh ayah karena beliau memang concern tentang urusan finansial, urusan hitung menghitung dan percuanan serahkan pada beliau, kita mah tahu beres hehe 😁 Dulu kupikir semua bapak-bapak kerjaannya sama, nonton berita ekonomi dan expert urusan cuan. Well... Ternyata nggak semua bapak-bapak concern tentang urusan finansial.

Ayahku berpikir bahwasanya dalam setiap keluarga mesti ada key person yang (nantinya) mengurusi finansial keluarga, just in case ada masalah. So, key person ini adalah yang pertama tahu dan yang paling tahu mengenai kondisi finansial keluarga, termasuk mengamankan dokumen dan mengambil keputusan. Kupikir idealnya semua anggota keluarga mampu jadi key person tapi balik lagi siya, nggak semua orang cocok jadi key person.

Aku baru sadar (sudah) diajarkan tentang finansial sedari dini saat membaca buku Rich Dad, Poor Dad karya Robert T. Kiyosaki di SMA. Setelah membaca buku tersebut aku merasa bersyukur dan beruntung bahwa aku memiliki ayah seperti ayahku. 

Post Financial Wisdom from Us kubuat sebab kuingin membagikan beberapa financial wisdom yang suda kudapatkan, mungkin akan berguna, kalau pun nggak... at least you know what I’m thinking about financial thingy 😊. Sengaja nggak diberi nomor karena siapa tahu nanti financial wisdom-nya akan bertambah.

Here is mine...

Kata Mama: 
Jangan Lupa Bersedekah

Kutaruh ini urutan pertama sebab aku meyakini bahwa bahwa sedekah memiliki peranan dalam urusan rezeki. Aku juga meyakini bahwa Tuhan nggak akan pernah melihat nominalnya, yang terpenting adalah ketulusannya (dan kalau bisa sih konsisten).

Manfaat sedekah di pagi hari yang masih kuingat sampai sekarang. (pernah) dituturkan oleh guruku saat masih sekolah.
Yang pertama untuk menghapus dosa
Yang kedua untuk menghindarkan marabahaya
Yang ketiga untuk menjaga harta
Nah. Yang keempat aku lupa 😅 Maklum niya suda hampir 15 tahun yang lalu.

Dalam perjalananannya, aku menemukan bahwa selalu ada rezeki orang lain yang terkandung dalam rezeki yang kita dapatkan. Rezekinya Kang Cilok, Teteh Seblak, Kang Cakue, Teteh Lotek, Kang Lumpia Basah, Uni Nasi Padang, Mas Gudeg, Cici Juice dan kawan-kawannya. Eh. Yang ini mah plot twist ya 😁.

Kata Ayah: 
Menabunglah!

Sedari kecil orang tuaku rajin mengingatkanku untuk menabung, aku sih manut-manut aja maklum laya duniaku masih berpusat pada orang tuaku. Saat itu motivasi menabungku adalah untuk menyenangkan orang tua dan menjadi orang kaya. Richie Rich panutanque ✨👌🏻.

Sampai suatu hari aku mengalami kejadian yang merubah point of view-ku tentang menabung. Suatu hari aku main ke rumah salah seorang teman, ia tinggal di tengah ladang seperti yang sering kita lihat di sisi jalan tol. Orang tuanya adalah pekerja ladang dan mereka tinggal di rumah kayu berlaskan tanah, dengan furniture dan sanitasi seadanya.

Kali berikutnya aku kembali main kesana adalah sebagai penunjuk jalan bagi kepala sekolahku yang bingung kenapa temanku nggak mengambil ijazahnya. Ibunya menjelaskan bahwa anaknya tidak memerlukan ijazah karena toh selepas SD ia akan memebantunya bekerja di ladang 🥺.

Di perjalanan pulang aku berpikir, jangankan untuk main atau membeli ini itu, untuk hidup sehari-hari pun mereka kesulitan. Dibandingkan dengan temanku (yang akhirnya mengambil ijazahnya  😊) tentunya aku lebih beruntung. Kebutuhan hidup dasarku yakni papan, sandang dan papan sudah terpenuhi dengan sangat baik.

Lalu apalagi?
Otentcu... menabunglah! Apalagi yang bisa ku lakukan selain menabung?! 😅.

Sejak saat itu aku melihat menabung bukan hanya sebagai upaya untuk mempersiapkan masa depan namun lebih sebagai barometer kesejahteraan. Hampir semua orang bisa punya uang, namun nggak semua orang bisa menabung. Bagiku menabung adalah salah satu cara(ku) untuk mensyukuri kehidupan.

Indah banget ya idealisme masa kecilku... Kini aku menabung demi keberlangsungan hidup 😁.

Kata Ayah: 
Rencanakan Masa Depan (mu)

Kalau Aditya Mulya punya Sabtu bersama Bapak, aku (dan Widy) punya Minggu bersama Ayah. Di hari Minggu kalau nggak bepergian atau ada acara, biasanya kita ngobrol dengan ayah di teras. Obrolannya nggak jauh-jauh dari “Mbak dan Widy kalau sudah besar ingin jadi apa?” yang tentunya kita jawab dengan sotoy dan seadanya. Kalau kutanya “emang kenapa yah nanya kaya gitu?” ayah menjawab “biar nanti dipersiapkan”.

Saat itu kupikir jawaban “biar nanti dipersiapkan” bukanlah ranah berpikirku, jadi yasudahlah... aku pun nggak terlalu memikirkan, barulah saat dewasa ini aku mengerti apa maksud dari “biar nanti dipersiapkan” ternyata beurat guise... 😅.

Mau tahu apa cita-citaku? Maaf niya kalau norak haha 😋 Saat kecil cita-citaku bukanlah menjadi dokter, presiden atau artis, melainkan... punya salon. Sayangnya cita-citaku gugur gegara mamaku bilang punya salon bukanlah pekerjaan yang serius. Maksudnya, aku harus punya pekerjaan (inti) yang serius, sedangkan salon adalah usaha sampingan. Bener juga siya kalau dipikir-pikir 🤭.

Aku ingin punya salon karena bagiku salon adalah magical place yang bisa mengubah orang biasa menjadi woowww keren... 😍 Mamaku memiliki kebiasaan untuk pergi ke salon setiap kali ada acara Dharma Wanita demi efisiensi waktu. Melihat hairdresser bikin sanggul, mainin palet eyeshadow dan punya banyak stok kebaya membuatku berpikir... asik juga nih kayanya punya salon 😎.

Kata Ayah: 
Berinvestasilah Pada Aset Terbaik

Dibandingkan dengan dulu kupikir saat ini kita lebih banyak diarahkan ke arah investasi (apapun bentuknya ya) ketimbang manajerial keuangan. Hampir setiap hari tab explore IG-ku menampilkan konten yang intinya; ketimbang jajan bobba atau kopi indie lebih baik berinvestasi ✨👌🏻. Semakin banyak investasi semakin banyak aset yang dimiliki, kurang lebih begitulah narasinya.

Berbanding terbalik denganku, orang tuaku lebih banyak mengajari tentang manajerial ketimbang investasi. Simple aja siya karena saat itu berinvestasi nggak semudah saat ini, kalau pun ada belum bisa menjangkau para #sobataverage 😁.

Untuk aset ayah sering bilang bahwa aset terbaik adalah manusia itu sendiri, maka berinvestasilah pada pendidikan, buku-buku, seminar dan (saat ini) kuota. OK sip ✔️. Sedang untuk aset fisik ayah lebih menyarankan tanah dan properti karena nilainya terus bertambah, nggak menyarankan aset liquid macem emas karena tahu aku sering lupa menyimpan barang 😅. Oh ya, jangan pernah menganggap kendaraan dan gadget sebagai aset karena nilainya akan berkurang.

Tapi pernah niya aku ditanya “Kalau sudah besar mbak ingin punya aset apa?” Hohoho tentcunya kujawab dengan “ingin punya villa” 🤣. Saat itu aku baru selesai belajar IPS mengenai 3 jenis kebutuhan hidup, yakni kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Nah, yang kutahu villa termasuk kebutuhan tersier, kupikir kalau kebutuhan hidupku suda mencapai kebutuhan tersier artinya kebutuhan primer dan sekunderku suda terpenuhi hahaha 🤣🤣🤣.

Kata ayah: 
Kewajiban & Hak

Dahulukan membayar kewajiban baru kemudian mengambil hak, jangan kebalik ya. Salah satu hal yang diajarkan di sekolah diimplementasikan dengan baik di rumah adalah urusan tentang kewajiban dan hak, disimulasikan dengan sederhana melalui arisan keluarga.

Setiap harinya (senin sampai sabtu) kita menyisihkan Rp 100 per orang untuk arisan, untukku dan Widy sejujurnya urusan arisan ini agak mengganggu flow jajan sehari-hari makanya kadang suka nggak rela 😁 Menariknya, saat menang arisan kita senang nggak ada duwa. Arisan keluarga ini hanya berlangsung 2 putaran ya karena aku marah-marah mulu karena selalu menang di akhir. Takut pada nggak bayar guise... maklum masih amatir hehe 😅.

Tapi gegara arisan ini aku jadi lebih concern dengan urusan kewajiban dan hak, jadi setiap kali mendapatkan uang saku aku akan lebih dulu menyelesaikan kewajibanku macem bayar kas kelas dan membeli keperluan sekolah, kemudian budgeting, baru sisanya dipake jajan-jajan nggak jelas ❤️. 

Kata ayah: 
Cash Semampunya, Cicil Seperlunya  

Ada 2 hal yang boleh dicicil, yang pertama adalah properti dan yang kedua adalah kendaraan. Oh ya, jangan pernah membeli barang yang mampu dibayar secara cash dengan cara dicicil, karena jatuhnya jadi lebih mahal, hal ini berlaku untuk semua hal kecuali properti dan kendaraan, terutama gadget dan fashion. Kalau nggak sanggup membelinya secara cash berarti aku mesti menabung, kalau nggak sanggup menabung berarti bukan untukku. 

Yha! Intinya mah, aku disuruh rajin menabung 😌.

Kata Ayah: 
Hidup Itu Mesti Seimbang

Sudah bisa ditebak ya zodiaknya adalah Libra ⚖️ 😆.

Kalau hari ini kita berbelanja di mall, bisa jadi hari yang akan datang kita berbelanja di pasar. Kalau hari ini kita makan di resto, bisa jadi hari yang akan datang kita makan di warung makan. kalau hari ini kita jalan-jalan ke luar kota, bisa jadi hari yang akan datang kita jalan kaki keliling kompleks. Yha~ hidup itu mesti seimbang. Sesuai budget ✨👌🏻.

Kata Mbak: 
Uang Bukan Segalanya, Tapi Segalanya Akan Lebih Mudah Kalau Ada Uang, Itu Memang Benar. Tapi Aku Juga Nggak Akan Mati Hanya Karena Nggak Punya Uang

Mesti diakui bahwa financial wisdom yang kudapat semasa hidup ini memiliki peranan yang penting dalam (hidupku), aku bahkan memiliki tujuan finansialku sejak SMA. Yap. Apalagi kalau bukan financial stability 😎. Bayangan (atau angan-angan) mengenai financial stability membuatku memilih jurusan kuliah yang mengarahkanku pada profesi non-PNS atas dasar biar-cepet-balik-modal 😁. 

Quarter life crisis yang kualami membuatku mempertanyakan lagi apakah financial stability masih menjadi tujuanku? Aku mulai merasa bahwa financial stability is not sexy anymore, at least for me... Aku menginginkan sesuatu yang lain, yang mampu mengisi kekosongan di hati dan membuatku kembali hidup. Disini jelas ya financial stability  tercoret dari list-ku 😔.

Yang kulakukan selanjutnya adalah resign dari pekerjaan dan menghabiskan uang tabungan, hanya menyisakan saldo untuk auto debit DPLK dan BPJS kelas 1 selama 1 tahun. Kupikir hiatusku hanya 1 tahun, nyatanya malah molor sampai 3 tahun, gimana coba? Haha  😅 Kadang aku menyesali kegoblokan ini, apalagi kalau lagi bokek 😆.

I don’t have any idea about lyfe, tapi selama 3 tahun hiatus belum pernah sehari pun aku kekurangan (kalau merujuk pada 3 kebutuhan dasar manusia yakni papan, sandang dan pangan). Mungkin ini hidayah, namun aku mulai menyadari bahwa rezeki nggak selalu berbentuk fisik (uang). Kesehatan, kebaikan dan kebahagian hanyalah sebagian rezeki yang sebelumnya lupa kusadari 😇. 

Uang bukan segalanya, tapi segalanya akan lebih mudah kalau ada uang, itu memang benar. Tapi aku juga nggak akan mati hanya karena nggak punya uang.

Kata Mbak: 
Well Prepared Lebih Okcey

Honestly, aku sih okcey-okcey aja dengan hal yang bersifat spontan (selama masih bisa tertangani), tapi kalau boleh memilih aku lebih suka kalau semuanya well prepared, karena kupikir hal-hal tertentu akan lebih mudah dikendalikan ketika sudah siap. Salah satunya adalah tabungan tugas, well... bukan hanya kuliah yang butuh biaya, tugas juga, mana nggak bisa ditunda 🥺. 

Saat kuliah tingkat 2 akhir aku mulai mempersiapkan tabungan tugas. Berkaca dari pengalaman 2 tingkat awal biaya tugas adalah hal terduga yang seringnya bikin kelabakan. Kalau dihitung kasar, biaya kos dan biaya tugas per semesternya nggak jauh berbeda (tergantung project yang dikerjakan). Aku memutuskan untuk menabung karena sadar nggak begitu lihai mengelola selisih BDATM 😌. 

Aku membagi tabungan tugasku menjadi 2 bagian yakni tabungan tugas semester dan tabungan TA. Tabungan tugas semester digunakan untuk membiayai semua tugas UTS dan UAS, aku menargetkan sekitar Rp 500.000 – Rp 1.000.000 per semesternya. Sedang tabungan TA (yang rencananya) digunakan untuk membiayai TA-ku, karena masih belum jelas mau ngambil project apa aku menargetkan sekitar Rp 3.500.000 – Rp 5.000.000.  

Untuk mencapai target tabunganku aku menyisihkannya dari uang bulanan, petty cash, THR atau korupsi performance budget (macem pakaian, sepatu, tas atau sekedar makan diluar). Betul apa kata sampul buku cokelat zaman SD dulu; sedikit demi sedikit lama lama menjadi bukit. Yuyur, aku merasa aman saat target tabunganku tercapai, karenanya aku bisa lebih fokus mengerjakan tugas yang bikin stress.

Kata Widy & Icung: 
Jangan Lupa Menikmati Hidup

No caption needed  😊.

Sekian financial wisdom from us, jangan merasa berkecil hati  apalagi galau karena setiap orang (nantinya) akan menemukan financial wisdom-nya sendiri. Kalau ingin mempelajari lebih jauh tentang urusan finansial nggak usah pusing karena saat ini suda banyak akun finplan yang rajin share tips dan mengadakan webinar berkala. Bebas...

Tapi kalau boleh aku menyarankan, financial wisdom terbaik datang dari inner circle, mereka yang dekat dan faham kecenderungan dan kebiasaan finansial kita sehari-hari. Jadi bisa niya luangkan waktu untuk ngobrol dengan orang tua, kakak atau adik, kakek dan nenek (kalau masih ada), para uwak, paman dan bibi, serta kawan terchayang. Mungkin aja nanti ada insight yang nyangkut hehe

Jangan lupa, menabung pangkal kaya.
Lestari
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates