Sebagai bagian pang-searching-an
& per-booking-an tentcu sudah menjadi kewajibanku untuk
mencari tujuan libur akhir tahun yang menyenangkan dan ... on budget 😉. Maksimal Rp.
500.000 aja yay. Pokoknya harus mencakup tiket kereta api PP (Pergi-Pulang),
tujuan wisata, makan dan transportai selama disana. Oleh-oleh mah sendiri yha~ 😊 Ehm.Dengan
budget dan waktu libur (bukan
cuti) yang terbatas, kita akhinya memilih Cirebon sebagai tujuan libur akhir
tahun.
Sebenarnya ada beberapa pilihan transportasi dari Bandung ke Cirebon yakni
menggunakan kereta api, bis atau mobil travel,
kita memilih menggunakan kereta api dengan pertimbangan kemudahan akses dan
agar ‘terasa’ ambience liburannya
haha (PENTING!) 😆😆😆. Sedangkan untuk transportasi selama di Cirebon kita memilih
menggunakan Grab (karena Gojek belum ekspansi sampai sini) makanya jangan lupa
untuk top up saldo OVOnya, saldo Rp. 150.000 - Rp.200.000 cukuplah untuk main
seharian di Cirebon.
Oh iya kereta api dari Bandung ke Cirebon hanya ada 2 pilihan jam
keberangkatan, yakni 06.15 – 10-30 WIB menggunakan Ciremai Express dan 21.25 - 01.37 WIB menggunakan Harina Begitu pun dengan kereta api dari Cirebon ke
Bandung, hanya ada 2 pilihan jam keberangkatan yakni 21.00 – 01.11 WIB
menggunakan kereta api Ciremai dan 00.16 – 04.11 WIB menggunakan kereta api Harina.
FYI. transportasi berbasis online
nggak diperkenankan memasuki stasiun kereta api ya jadi kalau mau order kalau bisa diluar stasiun, biar
agak jauh yang penting aman karena bapaknya sentimen lihat orang-orang yang
ngecek smartphonenya. Malesin
memang ... 😳
Nggak usah ditanya ya gimana panasnya Cirebon, sunscreen aja berasa meleleh ... curiga yang pake make up
luntur semua wkwkwk 😎 Ngaheab, lebih panas
ketimbang Subang. Maklum, Cirebon ini terletak di Pulau Jawa bagian utara dan
stasiun kereta apinya sendiri terletak ± 5 km dari bibir pantai, gimana nggak
panas kan ya ... ditambah lagi kalau malam angin lautnya kencang pemirsa,
saking kencangnya saat sholat di musholla
stasiun Cirebon mukaku berkali-kali ketutupan mukena 😐, BTW hati-hati masup angin
haha 😊
Sebagai salah satu tempat perlabuhan yang ramai disinggahi sejak era
kolonial, Cirebon menawarkan banyak tujuan wisata yang menarik. Beberapa
diantaranya sangat kental dengan akulturasi budaya yang melebur, yakni budaya
Sunda, Jawa, Arab, China dan Belanda. Selain kulinernya yang khas, Cirebon juga
memiliki cagar budaya yang sayang untuk dilewatkan.
Jadi, kemana aja nih kita selama di Cirebon? 😉
TAMAN SARI GUA SUNYARAGI
Kesan pertamaku melihat Gua Sunyaragi ini entah kenapa malah keingetan skull island-nya Kong, mungkin karena sama-sama terlihat rumeuk kali yha~ 😑 Kompleks Gua Sunyaragi ini terletak di daerah Kesambil dengan luas ± 15 H yang terdiri dari pesanggrahan, gua dan halaman (ruang terbuka). Kalau lihat di Google bagian pesanggrahannya dikelilingi oleh taman dan kolam yang ngademin, kenyatannya mah kering dan gersang ya sebab Cirebon belum hujan sejak ± 6 bulan lamanya (Oktober).
Keunikan Gua Sunyaragi terletak pada material pembangunnya yakni batu karang dan semen, kalau searching tentang Cirebon dan kebetulan nyasar di kanal Youtube yang ada mb Anita Cikey-nya, eym ... jangan parno dulu yhaha~ 😁 Memang menurut kepercayaan yang tumbuh di masyarakat, batu karang Gua Sunyaragi ini berasal dari pantai selatan (FYI. pantai utara nggak memiliki batu karang), konon batu karang tersebut dipindahkan dan dibangun atas bantuan lelembut 👻. Padahal, Gua Sunyaragi ini dibangun sebab Pangeran Kararangen yang merupakan cicitnya Sunan Gunung Jati memimpikan bangunan serupa Gua Sunyaragi, ia kemudian bertemu pedagang China yang menjual batu karang dan “tring!!!” 💢 jadilah Gua Sunyaragi.
Sejatinya Gua Sunyaragi ini memang dipergunakan sebagai tempat bertapa, bermeditasi, beribadah atau apalah yang menyiratkan kelekatan hubungan antara manusia dan Sang Pencipta. Bahkan pintu-pintunya sengaja dibuat pendek dan sempit untuk mengingatkan agar kita tetap rendah hati sekaligus mengingatkan bahwa pada akhirnya kita akan sendiri (di akhirat nanti). Dan nggak seperti bangunan cagar budaya pada umumnya yang memiliki pakem arah tertentu, Gua Sunyaragi ini dibangun menghadap ke arah selatan sebab orang Cirebon percaya bahwa Tuhan ada dimana-mana tak berbatas arah.
Udah ah, kalau mau bahasannnya lebih luas macem nyangkut ke Perang Bubat atau silsilah kerajaan Sunda kayaknya kita perlu ikutan kelasnya Deya deh haha 💭 Percayalah ... doi expert banget urusan yang beginian 😉
KERATON KASEPUHAN CIREBON
Kebetulan saat kita di Cirebon ada
acara “Tajug Expo” yang diselenggarakan di alun-alun yang terletak di depan Keraton Kesultanan Cirebon, udah bisa
ditebak ya dari namanya kalau acara ini adalah acaranya para santri dan kyai.
Tiket masuknya seharga Rp. 10.000 / orang bisa dibeli di booth yang terletak di sebelah kirinya pintu gerbang. Setelah
membayar tiket kita akan didampingi oleh seorang pemandu, baik loh bapaknya
setiap berpindah spot pasti kita
berempat disuruh berpose dan difotoin doi haha 😊 Oh iya, rate pemandu Rp. 35.000 – Rp. 50.000.
Keraton Kasepuhan Cirebon ini
terbagi menjadi beberapa area, selain tempat tinggal sultan berikut
anak-anaknya terdapat mesjid, pendopo dan museum. Sadar kita pada kepanasan
bapak pemandu mengajak kita ngadem sebentar di museum, nyess ... bangetlah ini kena AC haha 😪 Well, museum ini memajang berbagai koleksi Keraton Kasepuhan Cirebon, beberapa diantaranya adalah benda pusaka yang (kalau sering baca koran
pasti tau nih ...) biasanya dicuci menjelang bulan Ramadhan. Museum ini
didirikan untuk melestarikan berbagai koleksi Keraton Kasepuhan Cirebon
sekaligus sumber dana perawatan Keraton Kasepuhan Cirebon. Yap. Keratonnya
mandiri ... makanya jangan lupa jajan merchandisenya 👌
Menurut bapak pemandu, kita ini
termasuk beruntung karena datang disaat ada acara besar jadi kita bisa melihat
Sultan Cirebon secara live,
jarang-jarang kan lihat Sultan Cirebon 😜 Fun fact (masih menurut bapak pemandu) saat
Idul Fitri Sultan Cirebon melakukan shalat sunnahnya
dua kali, yang pertama beliau sholat sunnah dengan keluarganya di area
keraton dan yang kedua beliau sholat sunnah dengan masyarakat di alun-alun
Cirebon. Untuk hal ini, aku no comment ya ... karena bagiku urusan
ibadah (agama) adalah urusan pribadi antara manusia dan Sang Pencipta.
Nggak seperti abdi dalem keraton
pada umumnya yang mengabdi penuh untuk keberlangsungan keraton, abdi dalem
Kesultanan Cirebon ini hanya ‘dipanggil’ bertugas saat ada acara-acara
tertentu, mereka memiliki kehidupan dan pekerjaan sendiri (selain menjadi abdi
dalem) jadi nggak stay melulu di
keraton. Iya sih ... realistis aja 😞, uang memang bukan segalanya tapi segalanya
butuh uang 😭😭😭. Panji Keraton Kesultanan Cirebon ini berwarna kuning sebab
melambangkan keagungan (dan keabadian (menurut buku Ke-Muhammadiyah-an)) itulah
kenapa bendera berwana kuning khususnya Indonesia identik dengan kematian.
Karena kematian adalah awal dari keabadian yang sesungguhnya.
Yang pertama kita lakukan setelah sampai di Cirebon tentcunya adalah makan,
ngemil crackers dan keripiknya Icunk mah nggak ngenyangin ya ... maunya
(makanan) yang berat-berat 😋. Secara kita terlampau lapfar dan butuh asupan
segera maka kita menuju Nasi Jamblang Mang Dul, yang terdekat dari Stasiun
Cirebon. FYI. Nasi Jamblang Mang Dul ini sebelahan dengan Nasi Lengko H. Barno.
Nasi Jamblang ini ... nasinya kecil banget tcoy 😂, sekepalan tangan, pantesan aja pas mau ngambil lauk ditanya
sama mas-mas yang jaganya “Nasinya mau berapa?” Ternyata 1 memang nggak cukup
yha~ Untuk lauknya ada macem-macem, kebanyakan nggak jauh beda dengan lauk yang
ada di RM. Ampera Cuma nggak tahu kenapa
bagiku lauknya Nasi Jamblang ini tergolong ‘mini’.
Mungkin tersugesti dari ukuran nasinya yang juga ‘mini’. Kisaran harga per porsinya Rp. 10.000 – Rp. 25.000
tergantung apa yang diambil.
Meski Indomie sudah menyediakan varian Empal Gentong tetap saja kita penasaran
dengan rasa aslinya, so melipirlah
kita ke Empal Gentong H. Apud pusat di jalan Tuparev (alias Tujuh Pahlawan
Revolusi). Selain menyediakan menu Empal Gentong dan Empal Asem (yang isiannya bisa
milih antara daging atau jeroan) mereka juga menyediakan menu Sate Sapi dan
Sate Kambing, . bener deh ini ... nggak perlu nunggu lebaran untuk bisa
kolestrolan 😜 tinggal penebusan dosa aja macem Mas Kunta 😂😂😂
Bedanya Empal Gentong dan Empal Asem terletak pada kuahnya, Empal Gentong
berkuah santan macem opor sedang Empal Asem berkuah bening dengan tambahan
potongan Belimbing Wuluh yang menjadikan rasanya asem-asem tapi nyegerin. Empal
Gentong dan Empal Asem per porsinya dihargai Rp. 22.000, belum termasuk nasi ya
ini, apalagi Teh Tawar, bayar loh Teh Tawarnya ... 😏
TAHU GEJROT
Kita sengaja nggak nyariin Tahu Gejrot karena yakin ada banyak penjual Tahu
Gejrot di Cirebon ini yang bisa ditemukan hampir di setiap kelokan. Macem penjual
Cilok gitu ... 😊 Kalau pernah nonton vlognya Hari Jisun yang nyobain kuliner
Cirebon, mamanya bilang kalau tahunya Tahu Gejrot ini mirip smell tofu. Yap. Tahunya Tahu Gejrot memang bukan tahu yang isinya nggak
akan hilang setelah digoreng, lebih mirip Tahu Sumedang tapinya nggak asin dan memang
baunya agak berbeda.
Yang menjadi daya tarik Tahu Gejrot in adalah penyajiannya yang cukup unik,
bumbunya yang terdiri dari bawang merah, bawang putih dan cengek diulek
langsung di cobek kecil yang menjadi wadahnya, kemudian tahunya disiram kuah
yang bagiku mirip kuah Pempek versi ringan. Meski agak kecut sih ... Kita beli
Tahu Gejrot ini di depan alun-alun Kesultanan Cirebon, harga per porsinya Rp.
7000.
Ingat ya ... Mie Koclok Mas Edie ini bukanya setelah jam 5 sore, jadi
percuma kalau datang agak pagian atau siangan pasti nggak akan nemu, macem kita 😂 Setelah panas-panasan di Gua Sunyaragi kita lapfar (lagi) dan memutuskan
untuk menyambangi Mie Kocklok Mas Edi yang berlokasi di daerah pertokoan Pulasaran. Sungguh
kesotoyan yang HQQ ya sebab kita hanya mencari lokasinya via Goole tanpa mencati
tahu jam operasionalnya. Tapi karena masih penasaran, malamnya kita kembali
lagi ke Mie Koclok Mas Edi ini.
Tadinya kupikir salah baca atau memang typo,
dikira Mie Koclok taunya beneran namanya Mie Koclok. Jadi Mie Koclok ini
adalah mie, tauge, suwiran ayam, potongan telur rebus dan bawang goreng yang
disiram kuah santan. Kuah santannya lebih mirip fla ya karena sepertinya
ditambahin maizena biar nggak terlalu encer, rasanya? Eym ... gimana ya ...
pertamanya asing tapi lama-lama enak kok, apalagi kalau ditambah Emping Manis.
Mie Koclok Mas Edie ini dihargai Rp. 20.000 per porsi sedang Emping Manis
dihargai Rp. 5000 perkeping. FYI. satu porsi Mie Koclok Mas Edie ini cukup
banyak untuk dinikmati sendiri.
Yes! Mission accomplished. 1 Day Trip ke Cirebon dengan budget kurang dari Rp. 500.000 (termasuk tiket PP Bandung Cirebon yaini) dan masih ada kembaliannya dong ini. Karena keterbatasan waktu nggak semua tempat yang sudah masuk list bisa dituju, mungkin di kesempatan lain ya ...
Akhirul kalam ... Kuy mari kita nabung untuk ke Jaipur!!! 🙆🙆🙆
Tips
- Gunakanlah pakaian yang nyaman dan adem saat berada di
Cirebon dan usahakanlah membawa jaket untuk perjalanan menggunakan kereta api.
FYI. Beberapa penumpang mungkin agak keberatan AC-nya diperkecil.
- Gunakanlah kaos kaki kalau menggunakan sepatu / sandal
model terbuka, biar nggak belang tcoy!
- Bawalah makanan dan minuman untuk bekal di perjalanan, daripada
salatri ye kan? 😁 Kecuali kalau
memang sudah meniatkan untuk jajan dari Prama-Prami yang cucmey 😉.
- Bawalah sunscreen,
lipbalm dan face cleanser (kali aja
mau cuci muka sebelum pulang) karena Cirebon panasnya nggak santai.
- Sering-seringlah minum air bening, bukan minuman yang
berwarna, berasa dan berembun ya biar nanti tenggorokannya nggak seret.
- Saat di Stasiun Cirebon, usahakanlah untuk menunggu di waiting room bagian dalam ketimbang menunggu di bagian luarnya.
Fasilitasnya lebih banyak (ruangan ber-AC, sofa, charging box, dispenser
dan area bermain anak) tapi yang paling penting sih toiletnya bersih 👌.
Pssttt ... Akhirnya ada menu kulit ayam di ABB dekat kosannya Icunk, makin
betah aja nih jadi anak gawl Ujung Berung 💃💃💃