Aruna dan Lidahnya
source: akun Instagram Palari Films |
Di bulan
Oktober ini aku mengawalinya dengan nonton film … yha~ belum ada perubahan haha 😂 Tentcu dengan teman-temanku sekalian yang kukenal sejak awal masuk
SMP, kali ini selain aku dan Icunk ada Deya, Memed dan Chaceu yang rela datang jauh-jauh dari planet Bekasi 🗺.
Di Twitter kita pernah janjian nonton Crazy Rich Asians, tapi berhubung
aku dan Icunk udah nonton duluan jadinya kita memilih film yang lain yakni film
Aruna dan Lidahnya.
Karena. Meski
pernah kesengsem berat dengan novelnya, aku kurang tertarik dengan film Belok
Kanan: Barcelona, pasalnya … bagiku pemilihan castnya terkesan seret karena yang dipake ya itu-itu lagi 🕸 #netizenhausperubahan. Sedangkan The House with a Clock In It’s Walls dan
Johnny English Strikes Again terasa kurang menantang (trailernya sih begitu) 🤔. Well
… jangan harap kita sudi buang doku untuk film sejenis Something In Between
atau Arwah Tumbal Nyai ya. HA to the RAM 💣💣💣.
Film Aruna
dan Lidahnya merupakan adapatasi dari novel berjudul sama karya Laksmi Pamuntjak yang juga menulis novel Amba. Novelnya sendiri rilis sekitar tahun
2014an, di masa-masa awal bekerja, jadi harap maklum aja nih yay nggak beli
bukunya 😁. Sekarang juga belum punya kok 😝 Soalnya setiap kali mampir ke
Gramedia bawaannya ingin melipir mulu ke bagian stationary, ya … beli kuas, ya … beli marker, ya … beli pulpen, ya … uangnya abis duluan deh haha 😂
Aruna dan
Lidahnya bercerita tentang Aruna (Dian Sastrowardoyo) seorang epidematologist
(ahli wabah) yang ditugaskan oleh atasannya Pak Burhan (Desta Mahendra) untuk
mengkroscek data mengenai epidemi flu burung di lapangan. Biar nggak anyep,
Aruna mengajak teman dekatnya Bono (Nicholas Saputra) yang berprofesi sebagai chef untuk menemaninya bekerja sekaligus
menyalurkan hasrat berkuliner ria. Oh iya. Aruna diharuskan untuk mampir di 4
kota; Surabaya, Pamekasan (Madura), Singkawang dan Pontianak.
Ternyata di
Surabaya Aruna disupervisi langsung oleh Farish (Oka Antara) mantan kecengannya
saat masih sekantor di One World. Kapan lagi coba denger Dian Sastro ngomong “anjing!” 🐶 sambil keselek kuah
rawon haha 😂😂😂 Kemudian, ada Nadezdha (Hannah Al-Rasyid) yang bergabung atas
undangan Bono, BTW. Nad ini adalah seorang food
reviewer (+ penulis buku) sekaligus kecengannya Bono.
Menurutku
film Aruna dan Lidahnya genrenya berada
di grey area, kurang pas kalau masuk genre
culinary movie (macem film Chef) dan kurang pas
kalau masuk genre romcom. Mungkin lebih pas kalau masuk ke genre casual movie atau genre metropop (buku dong? 😓). Rasio antara kuliner dan flu burung
berimbang jadi berasa rada nanggung gimana gitu … kulinernya belum pol sementara flu burungnya
kurang serius. Hampir terasa biasa-biasa …
ekspresinya haha Jarang-jarang kan
liat Dian Sastro begini 💘💘💘.
Namun film
Aruna dan Lidahnya ini sangat diuntungkan dengan jajaran cast-nya yang mampu membawakan karakternya dengan baik. Terutama
Dian Sastro dan Nicholas Saputra yang berhasil melepaskan bayang-bayang Cinta
dan Rangga. Bersyukur sekali karakter Farish diperankan oleh Oka Antara bukan
oleh Fedi Nuril, Reza Rahardian atau Deva Mahendra. Gimana dengan Hannah
Al-Rasyid? Hmhh. Aku selalu suka Hannah …
Dian Sastro
jelas memberikan penampilannya yang terbaik, karakternya yang … let’s say perpaduan antara jutek + innocent + naif menjadikannya subjek
paling menggemaskan di film ini. Selain itu, teknik breaking the 4th
wall ala film Deadpoolnya berhasil
diterapkan dengan pas, jatuhnya jadi lucu-lucu gimana gitu
Ada saat-saat dimana mereka berempat ngobrol santai
(biasanya sambil makan), joke’s dan bahasannya masih masuk untuk kita-kita yang late 20’s sampai mid 30’s, nggak ketinggalan zaman tapi juga nggak terlalu hype. Scene terasyik ada di pelabuhan Surabaya saat
mereka makan nasi campur, meski memiliki persepsi berbeda tentang makanan,
nggak bisa dipungkiri makananlah yang menyatukan mereka kita semua.
Persis seperti advertisementnya Teh
Botol Sosro. Selain itu, karena tektokan ngobrolnya enak berasa lagi dengerin
temen ngobrol 😇.
source: akun Instagram Palari Films |
Product
placementnya nggak ganggu ya, Cuma sayang kurang banyak haha 😜 Sebagai film yang disisipi genre
kuliner, agaknya Kecap Bango terlalu mendominasi padahal bisa aja bumbu-bumbu
lain ikutan, eh tapi rasanya jadi nggak authentic
ya haha 😫 Apa kek? *maksa banget yaini Local
brand outfit mungkin 🤔? Skincare 🤔?
Indomie 🤔? Karena apapun filmnya kalau product
placementnya halus pasti diinget terus, nggak kaya sinetron yang product placementnya kasar, boro-boro
ingin nonton yang ada langsung pindahin channel 💤💤💤.
Scene kulinernya memang membuat kita lapfar tapi lebih lapfar lagi kalau
nonton serial Let’s Eat, mungkin salah satu faktornya adalah budaya orang
Indonesia yang nggak seekspresif orang Korea. Menyeruput kuah dan
mengecap-ngecap makanan (ceplak)
nggak diperkenankan karena berkonotasi kurang beradab dan terkesan jorok. Tapi …
Aku termasuk yang setuju ya 😂, karena … sering merasa terganggu dengan bunyinya.
Sebel aja gitu dengernya … 😠
Yang aku
pertanyakan untuk film Aruna dan Lidahnya ini adalah: seberapa pentingkah resep
nasi goreng Mbok Sawal di film ini? Kupikir kita hanya akan disuguhi
pencarian Aruna dan teman-temannya untuk resep nasi goreng Mbok Sawal seperti
halnya pencarian Ben dan Jody untuk kopi Tiwus, ternyata nggak seserius itu ya
… dan yang paling bikin gedek, level keponya Aruna masih di awang-awang 😪. Disini
hamba #gagalfaham.
Bagiku, kata
lidah di judul film Aruna dan Lidahnya adalah metafora dari organ tubuh Aruna
lainnya, yang sama-sama bisa mengecap rasa dan memiliki standar tersendiri. Ini
hati kengkawan 💗. Aku bilang begini karena main
characternya adalah Aruna yang
statusnya masih naksir-naksir sebel dengan makanan, akan berbeda kalau
Nad yang dijadikan main character, mungkin Nad dan Lidahnya
nggak perlu metafora karena Nad jelas hidupnya lebih passionate ketimbang Aruna.
Mungkin ya …
mungkin … lidah Aruna yang diceritakan agak kurang peka saat mengecap makanan
adalah representasi kehidupannya yang terasa hambar di usianya , nggak
ada sandaran gitu maksudnya 😝 Makanya meski Aruna nekat minum air jeruk nipis
tengah malam dan nguyup air laut pake sedotan rasa yang dikecapnya nggak pernah
sesuai dengan ekspektasinya. Karena sedari awal yang bermasalah bukan lidahnya,
tapi hatinya #eaa 😏.
Di prolog
Aruna bilang; “masa sih harus menunggu seseorang yang tepat dulu untuk bisa
menikmati semangkuk sup iga yang enak?” penonton sih yes, cengar-cengir sambil ngebatin “wuih … tau aja deh”. Namun di
epilog Aruna malah mengutip quotenya manusia-manusia
yang butuh sandaran “bukan dengan apa makannya tapi dengan siapa?” Yha~ Setelah
sekian purnama, aku Cuma bisa mengelus dada. Dasar labil!!!😱😱😱
Sountracknya memang
sedikit tapinya cociks, terutama lagunya Soimah untuk scene kapal Vantura. Kabarnya Edwin (sutradara) memang gemar
menyisipkan metafora dalam film-filmnya, termasuk salah satunya scene kapal Vantura ini. Aku tadinya
nggak ngerti karena kan memang belum baca bukunya, ternyata di Twitter ada
ngebahas fan theorynya segala dong
haha
Diantara
semua makanan yang disajikan di film Aruna dan Lidahnya, yang paling bikin kabita adalah … apa coba? Yap. Bakmi
Kepiting dan Choi Pan. Plis deh … itu daging di capit kepiting seriusan mengganggu
konsentrasi, soalnya terakhir kali makan mie-miean yang ada kepitingnya yakni
saat ke Pempek Candy di Palembang. Kalau follow
@amrazing di Twitter dan IG pasti taulah ya ini orang sering banget ngomongin
Choi Pan, aku bacain tweetnya aja
udah kabita apalagi ini … diliatin
dari cara buatnya dong. Parah … Parah … Parah ... 😮
source: akun Instagram Palari Films |
Kalau film
Filosofi Kopi mampu menjadikan ngopi sebagai bagian dari lifestyle, bukan nggak mungkin kalau film Aruna dan Lidahnya juga
mampu menjadikan kuliner daerah dan cita rasa peranakan sebagai new wave di dunia bisnis kuliner.
Tentu aku merekomendasikan film Aruna dan Lidahnya untuk
ditonton di akhir pekan (bukan weekend), meski genrenya masih nanggung obrolannya relate dengan kehidupan masa kini, cocoklah
untuk kaum urban macem kita-kita ini
haha 😉😉😉
Kalau lagi gabut, cobain deh quiz di official websitenya.
hasil punyaku :p |
0 comments
Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~