Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Alhamdulillah ya... kita bisa merayakan Lebaran meski sedang pandemi COVID-19, beberapa hal mesti mengalami penyesuaian sedangkan sisanya nggak. Salah satu yang belum berubah (dan semoga aja nggak 😉) adalah makanan khas yang hampir bisa dipastikan selalu ada setiap kali Lebaran. FYI. Semua yang kusebutkan ini adalah favorite-ku haha so, nggak usah protes kalau beda ya 😁

Monde Butter Cookies

Meski Khong Guan adalah assorted cookies yang legend, favorite-ku malah Monde Butter Cookies hehe 🤭 Kupikir rasa kuenya kini nggak jauh berbeda dengan dulu, paling warnanya aja yang bagiku tampak lebih pucat. Karena tahu kusuka Monde Butter Cookies, hampir setiap tahun mama membelikanku. Yha~ siapa lagi yang bakal menyapu bersih kalau bukan aku heu... 😉.

Kue Nastar Jibeuh Bi Neng
Aslinya ini kue Nastar namun karena ukurannya yang jumbo (+ selai nanasnya yang nggak tanggung-tanggung), maka ditambahi (kata) jibeuh yang berarti bengkak dalam bahasa Sunda. Hampir setiap tahunnya kue Nastarku di-supply oleh Bi ‘Neng, meski suda ada kue Nastar lainnya, tetep ya... Nastar jibeuh Bi ‘Neng yang paling ditunggu-tunggu setiap tahunnya ❤️. FYI – Bi ‘Neng adalah adik ayah.

Kacang Bawang Bu Rina

Lupa lagi sejak kapan namun Kacang Bawang Bu Rina selalu menjadi cemilan favorite-ku pasca Lebaran, saat hari H ku sibuk makanin cemilan lain soalnya. Yang kusuka dari Kacang Bawangnya Bu Rina tentcunya adalah bawangnya 😆 malah kadang suka rebutan kalau lagi ngemil bareng. Bawang putihnya digoreng kering dengan perfecto, Mbak approved. FYI – Bu Rina adalah mantan teman sekantor mama.

Kolang Kaling Fanta Wa End

Ini dia... kesegaran yang paling ditunggu-tunggu pasca lungse salaman dengan sanak saudara. Nyesss banget rasanya makan (atau minum?) Kolang Kaling Fanta, apalagi yang suda dimasukkan ke dalam kulkas. Kusuka kolang kaling yang lembek ketimbang yang keras, kalau yang keras kesannya kaya makan sate kolang kaling yang biasa dijual di Mamang Bajigur saatku kecil 😁. FYI – Wa End adalah kakak mama.

Asinan Bude
Official name-nya aku nggak tahu tapi kita terbiasa menyebutnya Asinan aja (tanpa embel-embel lagi). Sebenarnya hampir di setiap kesempatan mama membuat Asinan, nggak ada bedanya juga dengan asinan mama di waktu yang lain kecuali fakta bahwa Asinannya dibuat sehari sebelum Lebaran haha Yang kusuka dari Asinan Bude ini adalah dipakein nanas yang banyak, enak~

Kupikir yang menjadikan makanan ini begitu istimewa adalah memory dan personal touch yang dimilikinya, karena bahkan tanpa mesti Lebaran pun kubisa menemukannya. Semoga tahun-tahun yang akan datang kita masih bisa menikmati keistimewaan ini. Yakeles siapa tau gegara koronces kujadi punya signature dish  atau apalah yang bisa kubanggakan tiap kali Lebaran. Suda saatnya daku shinning, shimmering, splendid macem The Cullens.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Tahun ini suda dipastikan kita akan menjalani bulan ramadhan dan merayakan Idul Fitri yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Yha~ per-COVID-19-an ini jadinya manjang... alias nggak tahu kapan kelarnya. Tapi kalau menonton ke-nggak-konsisten-an dan ke-nggak-serius-an pemerintah dalam menghadapi COVID-19 sepertinya kita baru mulai pulih saat pergantian tahun.

2020 gini banget ya... berlalu begitu aja 😭.

Rasanya baru bulan-bulan kemarin aku menuliskan post tentang Ramadhan dan Idul Fitri, eh sekarang Idul Fitri suda di depan mata. Biar compact (yakeles laptop 😁) kali ini post-nya dirapel. 

Setelah batuk kering selama ± 1 bulan akhirnya menjelang ramadhan batukku reda dengan sendirinya. Alhamdulillah yaini, nggak kebayang gimana celongnya mataku kalau sampai batuknya nggak reda. Berbeda dari tahun sebelumnya, ramadhan kali ini ada Widy di kosan, yha~ seenggaknya ada yang bisa dimintai tolong kalau ingin berbelanja.

Aku dan Widy hanya sempat menjalani ramadhan di kosan selama beberapa hari saja, sisanya mah di rumah😋. Sebelum PSBB dimulai aku dan Widy suda lebih dulu caw, khawatir kalau dinanti-nanti malah nggak bisa pulang kampung, yekan Pak De? 😏. Lagipula kita suda berminggu-minggu WFH, selain itu biar mama nggak khawatir dan bolak balik video call.

Kompleks perumahanku suda dipakein portal jadi nggak sembarangan orang bisa masuk kecuali warlok, itu pun mesti hafal jam buka – tutup portalnya. Sebelumnya kompleks perumahanku memang sepi dan adanya COVID-19 malah menambah sepi. Anyep seanyep-anyepnya 🍃.


Tentcunya kita melakukan self isolation di rumah selama ± 2 minggu. Kita juga tahu diri kok nggak langsung ke rumah Mbah karena uwak, mama dan bibiku suda masuk katagori lansia. Jadilah selama 2 minggu itu kita diam di rumah beberes – kerja – beberes – masak – beberes – meeting – beberes gitu aja sampai menjelang Idul Fitri.

Barulah H-3 Idul Fitri kita hijrah ke rumah Mbah, itu pun dijemput gegera bawaanku yang banyak haha 😁. 

Suda nggak ngerti lagi sih dengan kelakuan orang-orang, masih banyak yang keluar ngabuburit nggak pake masker, lupakanlah physical distancing. Seharian jalanan macet gegara pencairan dana BLT dan bukannya langsung pulang ke rumah atau membeli kebutuhan pokok, yang ada pasar semakin ramai dan toko emas tetap buka meski masuknya lewat celah 😌. 

Gils... 

Mungkin kita berada di perahu yang berbeda. Namun sejak per-COVID-19-an ini aku suda nggak memikirkan lagi urusan tersier macem membeli pakaian, skincare atau printilan nggak-penting-tapi-ingin-punya, eh tapi kalau masuk-masukkin barang ke cart masih sih haha 🤣. 

Kadang ngobrol dengan Icunk tentang masa depan kita di 2-3 bulan mendatang. Poek guise... 🕶️ Bagi manufacture dan retail yang menggantungkan usahanya di kuartal ke 2 macem (pekerjaan) kita, adanya COVID-19 sungguh membuka mata bahwa nggak semua usaha siap dan mampu survive. Semoga per-COVID-1 ini segera berlalu 🥺.


Tahun ini kita nggak bikin ketupat, sebagai gantinya kita bikin leupeut biar lebih mudah. Uwakku masak seperti biasanya (bukan biasanya versi Idul Fitri ya 😏) karena toh kita nggak akan banyak kedatangan tamu. Aku pun nggak menyetok cemilan seperti tahun lalu, khawatir nggak ada yang makannya 😁.

Nggak ada dresscode, sebagai gantinya kita pake pakaian yang ada aja, ternyata hitam dongs... 😁.

Setelah sholat sunnah Idul Fitri yang dilakukan secara mandiri, kita nggak ada sesi sungkem langsung lanjut sesi video call dengan anggota keluarga lainnya yang tercecer di Jakarta, Surabaya, Batam, Bogor dan Solo. Bodor juga siya karena sinyal yang nggak bagus ngobrolnya mesti delay. Di saat seperti inilah smartphone kembali ke khittoh-nya mendekatkan yang jauh meski masih menjauhkan yang dekat.


Anyway... apapun kondisinya, semoga kita bisa dipertemukan lagi dengan bulan Ramadhan di tahun depan. Bisa kali mudik haha 🤣.

Semoga tahun depan kita bisa merayakan Idul Fitri bersama dengan keluarga terkasih seperti ‘biasa’, bersilaturahim sampai gempor, ngobrol sampai larut malam, makan sampai lebar-an, foto-foto sampai kehabisan gaya dan macet-macetan sampai mikir “tau gini mending nggak usah pergi”. 

Sekali lagi.
Selamat Idul Fitri.

Dengan pengharapan.
Lestari – yang cutinya 3 hari









Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Masih dalam masa PSBB yang belum tahu kapan kelarnya... 😅

Sejak hari-hari corona aku mulai rajin lagi buka-buka Pinterest (gabut mode on fire) untuk saat ini aku lagi suka-sukanya nge-pin gambar makanan, cute banget lah pokokmen. Dessert-nya bikin kabita dan yawla bento-nya uwu uwu gemesin 😍. Makin betahlah hamba CLBKan sama Pinterest ❤️. Sebab aku mulai belajar masak (haha masih nggak percaya) mulai muncullah keinginan untuk meng-upgrade tableware, yang mana kalau mengikuti tips mamaku diniscayai akan turut menaikkan level masakan 😊, at least secara  🤭.

Sebagai ciwik-ciwik yang suka printilan kurang-penting-tapi-ingin-punya tentcunya tableware masuk ke dalam list-ku. Tapi berhubung aku suda ada basic tableware yang suda memenuhi kebutuhanku rasa-rasanya keinginan untuk meng-upgrade tableware mesti disisihkan, yang suda ada aja jarang dipake apalagi kalau beli yang baru 😅. 

Tapi ya tapi... sebab suda lama aku ngecengin tableware ada beberapa yang kusuka dan ku-screenshot, kupikir ketimbang gambarnya menuh-menuhin space memory lebih baik kubagikan, siapa tahu ada diantara pembaca yang budiman dan budiwoman (haha apeuuu... 😆) yang kebetulan lagi mencari tableware dan tertarik, bisa niya langsung ke TKP.

Ohya, tableware yang kukecengin mostly berbahan dasar keramik (ceramic) atau porselen (porcelain) sebab lebih awet (kecuali pecah), cantik dan artsy haha 🤣.

Meski keduanya sama-sama dibakar, keramik berbahan dasar tanah liat + air, sedang porselen berbahan dasar pasir + air. Untuk keramik biasanya ada proses glasir yakni pewarnaan untuk menjadikannya lebih glossy macem pernis (vernish) kayu. FYI. Keramik juga bisa di-mix dengan material lain macem logam, kaca atau kayu. Saat ngecengin tableware ini aku agak menyesal juga, kenapa dulu (kuliah) nggak pernah ngambil project keramik 🤔, pernah sih KP (Kerja Profesi) di workshop keramik, tapi itu cuma ngambil data. Gak rame ah 😅.

Pertimbanganku dulu lebih memilih project tas ketimbang project keramik adalah karena kupikir aku nggak se-artsy Demi Moore di film Ghost 👻. Kupikir keramik adalah project-nya orang-orang artsy yang suka minum ocha 😄 Kubilang begini karena rerata project keramik adalah tableware dan ada seniorku yang bikin tableware set khusus untuk minum ocha. Bagus banget... saking bagusnya aku nggak faham 😅.

Pertimbangan lainnya, project keramik butuh effort yang cukup besar terutama dalam hal waktu. Ada banyak proses yang mesti dilalui untuk mengasilkan 1 buah produk keramik dari mulai sketsa, pencampuran material, pembentukan, pengeringan, pembakaran sampai finishing cmiiw. Temanku yang mengambil project keramik mesti gigit jari sebab ia perlu waktu hampir 1 bulan untuk menghasilkan 1 buah piring. Karena faktor cuaca, dummy-nya susah kering.

Plot twist-nya, project tasku nggak berjalan mulus. Yha~ gini-gini juga aku pernahlah ditipu vendor tas 🥺, setelah sok iye menyanggupi ternyata hasilnya sungguh sangat mengecewakan, sampai aku malu sendiri liatnya 😑. Pokoknya, bututnya level DAMRI Cicaheum - Leuwi Panjang era 2010an. Era pisan... 😌 Karena itulah aku mesti mengulang mata kuliah yang sama di tahun berikutnya 😭.

Yaelah lama banget intro-nya 😆. Yaudah niya, kupersembahkan list tableware uwu terkurasi yang kususun alfabetis berdasarkan nama IG-nya.

ALALARASATI @alalarasati
Ayu Larasati Ceramic atau yang lebih dikenal dengan alarasati adalah home based pottery studio yang menjual berbagai tableware dengan desain yang simple namun fungsional. Sebelum membuat pottery studio, Ayu Larasati merupakan lulusan desain industri yang berkarir di bidang desain, jadi ya kupikir wajar kalau desain tableware-nya suda terkonsep rapi. Yang kusuka dari tebleware-nya alarasati adalah warnanya yang kalem dan cantik.

💰 245K – 1100K


BREWSUNIQ @brewsuniq
Sebagai Indonesian’s first online based unique tableware store, kupikir Brewsuniq adalah salah satu online shop yang nggak boleh terlewat. Bahaya memang... tapi tableware-nya uwu, cocoklah untuk plating-nya para food photographer dan chef. Sesuai dengan tagline-nya: tableware-nya Brewsuniq memang encouraging food presentation, setting aside what’s common. Selain menjual tableware, Brewsuniq menjual berbagai printilan lainnya yang nggak kalah seru, dijamin nikin lapar mata hehe Yang kusuka dari Brewsuniq adalah opsinya yang banyaakkk...

brewsuniq.com
💰 140K – 708K


KALOKA POTTERY @kalokapottery
Di awal main IG, Kaloka Pottery adalah salah satu akun yang ku follow, saat itu memang belum banyak akun jualan yang unik. Kalau dibandingkan dengan brand lain tentu Kaloka Pottery lebih artisan, makanya tableware-nya teras lebih personal. Hampir semuanya dikerjakan secara manual, terlebih lagi pattern-nya. Selain membuat tableware, Kaloka Pottery juga membuka workshop pembuatan tableware, bisa niya diikuti kalau lagi liburan di Yogyakarta. Yang kusuka dari Kaloka Pottery adalah eksplorasi pattern-nya dan warnanya yang manits.


KANDURA STUDIO @kandurastudio
Kandura Studio terbilang cukup rajin mengikuti craft event, varian produknya juga banyak dan lucu-lucu ya... Kupikir Kandura Studio meski bermain aman dalam segi bentuk namun memiliki eksplorasi pewarnaan yang menyenangkan, maksudnya enak dilihat hehe Yang kusuka dari Kandura Studio adalah pemilihan warnanya yang memanjakan visual.

💰 225K – 700K


NARUNA CERAMIC @naruna.official
Nah, kalau ingin yang agak offside bisa niya coba dikepoin akunnya Naruna Ceramic, kupikir tableware-nya Naruna mengarahnya ke tema rustic. Cukup berkarakter terutama eksplorasi glasir kasarnya. Selain menjual tableware berbahan keramik, Naruna juga menjual tableware berbahan kayu jati. Yang kusuka dari Naruna adalah harganya yang affordable hehe.

💰 30K – 120K


NUANZA PORCELAIN @nuanza­_porcelain
Kupikir style-nya Nuanza Porcelain nggak jauh berbeda dengan Naruna Ceramic ya, rustic dan glasirannya cantik. Udalaya, kalau main ke akun Nuanza Porcelain rasa-rasanya susah move on haha Seriously. Tableware-nya cantik-cantik apalagi yang udah satu set. Uwu... Beneran ingin beli. Yang kusuka dari Nuanza Porcelain adalah visual-nya yang cantik dan harganya yang affordable haha

💰 25.000 – Rp 355.000


***

Sebagai extra, kumasukkan 1 jewelry brand berbahan keramik yang nggak kalah uwu.

KAR JEWELLERY @KARjewellery
Seingatku, Kar Jewellery mulai hype di tahun terakhir kuliahku yakni sekitar tahun 2013an, saat itu Kar Jewellery merupakan angin segar di ranah per-local jewelry-an yang sebelumnya didominasi oleh handcraft jewelry. Lucu-lucu yaini jewelry-nya, apalagi yang bentuknya bebungaan.


Ada yang mau nambahin lagi?

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hay... 
Semoga per-COVID-19-an ini segera berlalu 😊. 

Kupikir kini kau pun merasakan hal yang sama denganku, bosan, nggak jelas dan sesekali khawatir akan masa depan negara ini 😁 Nggak deng, masa depanku dan masa depan penyangga kehidupan alias kerjaan. Banyak hal yang berubah dan physical distancing hanyalah salah satu diantaranya. Well... Konsep new normal yang belakangan ini hype turut memberikan insight yang menarik bagi kita semua.

Meski bekerja remote, aku punya dua hari dalam seminggu yang diperuntukkan untuk meeting divisi dan meeting antar divisi. Untuk meeting antar divisi kita menggunakan  aplikasi Blue Jeans karena owner-nya tinggal di luar negeri, sedang untuk meeting divisi kita biasanya ketemuan atau menggunakan aplikasi Whatsapp (kalau nggak memungkinkan untuk ketemuan). Di masa COVID-19 begini suda tentcu semua meeting jadi online.

Online meeting bukan hal yang baru, namun kalau boleh memilih aku lebih suka offline meeting alias meeting tatap muka 😁. Kupikir ada banyak hal yang nggak bisa dibahas di online meeting, macem keterbatasan presentasi, kebebasan diskusi dan yang paling penting bonding time dengan tim. Please lah... aku merasa punya temen cuma seminggu sekali 😂.

Terakhir offline meeting yakni di awal bulan Maret lalu, itu pun joint dengan divisi Content dan Marketing gegara mau bahas campaign Ramadhan. Nggak nyangka minggu depannya bakal disuruh physical distancing. Di masa-masa self quarantine itulah kadang ku merasa kangen offline meeting 🤭. 


Untuk offline meeting waktu dan tempatnya bebas ya asal sesuai budget 👍🏻. Setelah mencoba beberapa tempat kita akhirnya punya satu tempat yang jadi kojo kalau nggak tahu mau meeting dimana. Biar nggak bosan kita juga penyegaran dong meeting di tempat lain, tapi tetep ya setelah penyegaran kita balik lagi ke tempat itu 🤣.

Awalnya kita tahu 150 Coffee & Garden dari Nidya waktu nyari tempat meeting yang letaknya strategis (alias di tengah-tengah tempat tinggal kita jadi biar imbang jauhnya 😆). Dari tempat tinggalku 150 Coffee & Garden ini bisa ditempuh ± 30 menit-an, tapi kalau pake macet, hujan, genangan air dan mamang ojol yang slow motion mah bisa sampai satu jam 😭.

Pertama kali ke 150 Coffee and Garden aku sempat nyasar, nggak kelihatan sih kalau dari luar... karena ternyata tempatnya berada di belakang gedung futsal. Tapi begitu masuk... Taa Daa... 🎉 ada lapangan luas tersembunyi di balik rumeuk-nya Cicadas. Nggak nyangka banget masih ada tempat beginian di daerah yang kalau macet bisa bikin kering.

Biasanya meeting dimulai dari jam 3 sore sampai waktu yang nggak bisa ditentukan, kadang setelah maghrib, kadang  setelah isya bahkan kadang lebih malam lagi. Bisa sampai tiga kali sholat aku disana 😁. 


Di 150 Coffee & Garden kita bisa memilih ingin duduk di area outdoor atau semi outdoor, ada sih indoor tapi biasanya suda ada yang nge-tag untuk nugas. Kalau ke 150 Coffee & Garden ku sarankan untuk memilih duduk di area outdoor ya, anginnya enak sepoi-sepoi~ apalagi kalau musim panas (ceilehhh... macem negara 4 musim padahal pancaroba mulu 😂) golden hour-nya bagus. 

Aku nggak merekomendasikan area semi outdoor karena letaknya ada di atas kolam jadinya suka banyak nyamuk dan kecipratan air (kalau hujan). Karena tempatnya cukup luas, 150 Coffee & Garden sering dijadikan wedding venue, makanya niya kalau kesini usahakan jangan weekend.

Kalau untuk menu kupikir std siya, tapi gegara sering meeting disini sebagian besar menunya pernah kucoba 😋. Meski nggak begitu suka kopi, favorite-ku di 150 Coffee & Garden adalah Kopi Susu 150. Biar apa? Biar pulangnya bisa langsung tidur 😉. Kalau nggak begitu suka kopi bisa dicoba niya Green Tea Latte atau Hazelnut Latte. 

Meski suda sering ke 150 Coffee & Garden aku masih sering bimbang milih antara Pisang Cokelat Keju atau Cireng Eneng 😁. Kalau suda bosan melipir ke Roti Keju Susu. Untuk makanannya aku nggak punya favorite, paling banter ya nasi goreng 🤭


Semoga per-COVID-19-an ini cepat berlalu...

Nggak nyangka bakal sekangen ini dengan meeting dan membahas hal-hal yang nggak penting.

Instagram: @150coffeegarden
Alamat: Jl. Sulaksana no 15, Cicaheum, Kiara Condong, Kota Bandung 40828
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Source: IG Joko Anwar

Bulan lalu Bang Jokan (ikrib ye... 😁) merilis podcast-nya via Twitter, tentunya nggak butuh waktu lama bagiku untuk langsung caw mendengarkan haha 🏃🏻‍♀️💨.

Yay! Akhirnya list podcast-ku bertambah 😊. Kini aku punya opsi lain selain Makna Talks, Thirty Days of Lunch, Opini Tengah Malam dan Rapot. (Well... sebenarnya ada beberapa podcast yang cukup menarik tapi yang paling sering kudengarkan ya mereka-mereka yang kusebutkan tadi, sisanya mah cuma selewat-selewat aja 😅).

Senang juga ya rasanya bisa mendengarkan cerita-cerita dari balik layar ☺ apalagi yang meng-interview adalah Jokan yang notabene berada di circle pertama perfilman. Jadi obrolannya bisa santuy macem ngobrol dengan teman nongkrong (yaiyalah haha 🤣), point-nya jelas dan yang paling penting asik aja didengarkan 😆.

Sampai saat ini Jokan suda meng-interview beberapa sutradara yang dirangkum dalam program #Retrospective, selain mengulas karya-karya yang pernah dibuat Jokan juga membedah proses kreatif yang terjadi behind the scene, ternyata ribet juga ya bikin film 🤭.

Sejauh ini #Retrospective yang menarik perhatianku barulah #Retrospective #2 Upi, yang lain nggak dipilih bukan karena filmnya nggak bagus atau apalah, lebih ke alasan personal aja sih. Yha~... aku tumbuh dengan film-filmnya Upi 🥰 (yang saat itu masih pake embel-embel Avianto 😁), masa-masa menyenangkan dimana perfilman Indonesia mulai merekah, yang artinya ada banyak stok film ujicoba dalam berbagai genre 😌.


Kalau dari obrolannya dengan Jokan, kupikir Upi adalah orang yang cukup idealis, ia tipikal orang yang akan berusaha gigih mendapatkan keinginannya. Sebelum ‘basah’ di film, Upi suda lebih dulu menggarap beberapa video klip yang agak dark. Ia berangkat dari penulis skenario dan memulai debutnya sebagai sutradara di film 30 Hari Mencari Cinta yang sukses membuatnya dilirik berbagai PH.

Gokil juga mendengarkan usahanya mendapatkan funding, kalau biasanya sutradara lain akan berusaha untuk lebih ‘menyesuaikan’ dengan keinginan investor, Upi malah sebaliknya. Nodong 🔫. Macem, please kasih gue duit untuk merealisasikan mimpi (film) gue 😝. Tapi memang disini sih gilanya Upi, ia bisa meyakinkan investor untuk memberikan funding dan meminta kebebasan penuh akan filmnya. 

Source: IG Upirocks

Beberapa film sukses besar, sedang sisanya nggak sukses sama sekali haha 🤣 Ngakak bangetlah setiap kali Upi menyebut Red Cobex, sisa-sisa kegetirannya masih terasa... segar 😁. Macem dikasih tugas yang nggak disuka tapi mesti dikerjain, jadinya dicengcengin mulu sama diri sendiri. Namanya juga hidup... masih butuh cuan kan? #eh.

Beginilah dilema pekerja kreatif 😅. 

Saat kuliah, dosenku pernah berkata bahwa: desainer, arsitek, film maker dan orang-orang yang bekerja di bidang seni egonya tinggi, semakin tinggi egonya semakin tinggi usahanya, makanya sulit bagi kita untuk bisa berkolaborasi bersama,  yang ada gontok-gontokkan duluan 😅. Nggak tahu kenapa, aku tetiba ingat dan merasakan perkataan dosenku di obrolannya Upi.

Kerja mesti dari hati ❤️. Itu memang benar karena kalau nggak sesuai suda pasti hasilnya amburadul apalagi kalau ada tekanan atau request ini itu yang membuat mood berantakan. Suda pasti... gagal. Disini Upi mengakui secara blak-blakan bahawa ada beberapa project yang kurang disukainya, yang berimbas pada buruknya kualitas film yang dihasilkannya.

So far, Upi telah menghasilkan belasan film dan beberapa diantaranya menjadi favorite Kita semua 😊.

Film Upi favorite-ku yang pertama tentcu adalah 30 Hari Mencari Cinta. Selain karena ada Sheila on 7 yang mengisi soundtrack-nya, temanya yang ciwik banget cocoklah untuk anak-anak sekolahan macemku yang hiburan mingguannya jajan majalah Gadis 😅. Sumpah saking sukanya dengan film 30 Hari Mencari Cinta aku sampai bela-belain beli DVD original-nya dong...

Source: Wikipedia

Film Upi favorite-ku yang kedua adalah... eh bentar, Rangga & Cinta, Habibie & Ainun dan Dilan & Milea minggir dulu sanahhh! Radit dan Jani mau lewat 😏 Sebagai couple favorite-ku, level bucinnya Radit dan Jani ini suda tingkat mind blowing, dimana makan pake cinta dan hidup sesuai passion adalah hal yang amazing. Astagfirullah... kesederhanaannya bikin goblok. Inginku misuh-misuh tapinya leuv 😘.

Source: Wikipedia

Film Upi favorite-ku yang ketiga adalah  Realita, Cinta dan Rock ’n Roll. Kupikir film ini adalah film yang paling Upi banget, hampir setiap scene-nya seolah-olah menunjukkan personal taste-nya Upi, yang bergejolak, meletup-letup, sedikit ceroboh, penuh gaya namun tetap edgy haha 🤣 Salah satu yang kusuka dari film ini adalah soundtrack-nya yang dinyanyikan oleh Ipang yakni Bintang Hidupku (tapi yang lain juga ear catchy kok 😊).

Source: Wikipedia

Film Upi (yang bukan favorite-ku) tapi ku rekomendasikan untuk ditonton:
1. Serigala Terakhir (update: ada series-nya 😁)
2. Sweet 20
3. My Stupid Boss

Dan Sri Asih yang lagi OTW.

Hampir di setiap filmnya Upi melibatkan Vino, tadinya kupikir gegara Vino adalah salah satu aktor yang sedang naik daun (pada masanya). Tapi setelah kupikirkan lagi hampir semua karakter yang Vino bawakan hampir mirip satu sama lain, yang cakep tapi rebel, selengean tapi so sweet, banyak bacot dan bersuara sengau. Ya. seakan-akan karakternya memang tercipta untuk Vino 😁. Nggak heran juga sih, karena ternyata Vino memang seleranya Upi. LOL.

Fix niya, podcast-nya Jokan adalah salah satu yang kutunggu-tunggu tiap minggunya. Semoga konsisten 👍🏻.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ▼  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ▼  May (5)
      • Filmnya Upi 😊
      • Quaranthings: 150 Coffee and Garden
      • Screen Shopping: Tableware Keramik yang Uwu 😘
      • Ramadhan dan Idul Fitri yang Berlalu Begitu Saja
      • Belum Lebaran Kalau Belum Ada...
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ►  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ►  Apr (1)

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates