Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.


Masih inget kan dengan Masnya yang minta ambulance jemput Mbaknya di lab jahit karena ‘Yang ... aku sakit perut’? Nah ini ada kelanjutannya ...

Selesai Final Project Exhibition, manekin yang dipinjam wajib dikembalikan ke gudang di gedung CADL. Karena diantara kita nggak ada yang bawa mobil, jadilah manekin-manekin tersebut diangkut mandiri dari gedung Creative Center Timur ke gedung CADL dengan berjalan kaki, dengan gembolan properti exhibition di tangan satunya lagi.

Saat menunggu lift turun, muncul si Mas dan si Mbak yang waktu itu tea dengan manekin se-lift-eun.

👷 “Yang! Kenapa sih kamu mau-maunya ngerjain kaya gini!”
*Sambil ngeluarin manekin dari lift dengan emosi.

👯👯👯
*Melipir agak menjauh dari lift.

👷 “Kenapa bukan mereka aja sih yang bawa manekinnya sendiri kesini?!”
*(masih) ngeluarin manekin dari lift dengan emosi.

👸 “Biar sekalian Yang ... kita kan ada mobil ...”
*Sambil ngebenerin letak manekin yang dikeluarin Masnya dari lift.

👯👯👯 "Mereka sadar nggak sih ada kita disini? 
*Sambil saling menatap penuh arti.

👷 “Kamu tuh ya ... kebiasaan banget!
*(masih) ngeluarin manekin dari lift dengan emosi.

👸 “Nggak ada salahnya dong Yang... bantuin temen...”
*Duh ... baik banget nih si Mbaknya ... kaporit Minceu! 💘

👯👯👯 “Kayanya kita nggak dianggap deh”
*Sambil saling menatap penuh arti.

👷 “Emang mereka nggak mikir apa kita ini capek?!”
*(masih) ngeluarin manekin dari lift dengan emosi.

Eh. Belum sempet dijawab pintu lift-nya tertutup ...

👸 “Yang ... Yang ... Yang ...”
*Dan Mbaknya ngetok-ngetok pintu lift kaya ngetok pintu kamar.

Pintu lift sebelah terbuka, muncul temennya yang lain dengan manekin yang juga se-lift-eun.

👯👯👯
*Langsung nyamperin, bantuin ngeluarin manekin dari lift, estafet.

👷👸
*Ngeluarin sisa manekin dengan tergesa-gesa.
*Keduanya masuk ke lift.
*Dan manekinnya ditinggalin.

Bener-bener ya nih si Masnya ... Nggak tahu deh siapa yang masukin ke gudang, tapi kayanya temennya yang di lift sebelah.

Ketika kita (akhirnya) masuk lift ...

Udahlah ya nggak usah diceritain gimana pecyahnya isi lift 😂😂😂

Jadi intinya si Masnya agak keberatan dengan sikap si Mbaknya yang tenggang rasa, mau dititipin manekin sementara temen-temen yang lain bongkar properti exhibition. Sementara si Mbaknya mikir nggak ada salahnya bantuin temen toh kita ada fasilitas (mobil).

Bukannya kita nggak mau bantuin mereka, Cuma nggak enak aja ... bisi dikira ikut campur 😇 Nggak ngerti juga kenapa malah kita yang salting dan malu sendiri sementara mereka nggak. Bisa dibayangin ya ... Udah sore, gedungnya lagi sepi, Masnya ngomongnya sambil teriak sementara Mbaknya kalem. Iya sih, serasa dunia milik berdua, da kita (+bapak-bapak yang bertugas) mah Cuma penonton 📺

Mungkin dalam hati masing-masing “Ya Allah jauhkanlah hamba dari roller coaster relationship kaya barusan” 🙏

“Coba ya tadi kita insta story-in ...” 😼😶

*Kemudian terdengar suara mobil ngebut ...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Dari 20 orang peserta YCIFI Basic Fashion Course batch 2, yang officially ikutan exhibition ada 14 orang. Khrisna mengundurkan diri, Jeje tetep ikutan meski lagi magang di Bali (final project-nya ikut exhibition sedang raganya lagi galau asyik di pinggir pantai) dan yang 5 orang lagi nggak dihitung *eh. Bukannya jahat ya, tapi bagiku ini hal yang cukup mengganggu.

Saat exhibition ada 5 slot kosong di Basic Fashion Course batch 2, jangankan final project-nya orangnya aja kita nggak kenal. Seingatku mereka pernah datang beberapa kali di materi-materi awal, setelahnya lenyap nggak ada kabar, tapi absennya ada yang full. 

Kita sih menyayangkan sekali... ada banyak orang yang ingin mengikuti YCIFI Basic Fashion Course ini, semestinya kalau dari awal udah sadar kemungkinan untuk lanjutnya rendah lebih baik diganti dengan kandidat lain yang lebih sanggup. Karena nggak mudah menyisihkan ½ dari kuota untuk bisa lolos YCIFI Basic Fashion Course batch 2 ini.

Kalau alasannya adalah kuliah kesannya malah effortless, bukannya kita nggak pernah merasakan kuliah, di jurusan desain pula ya. Yang masih berstatus mahasiswa/i pun ada tapi mereka menentukan pilihan. Kaya Susy dan Shinjo yang menggugurkan salah satu mata kuliahnya demi YCIFI Basic Fashion Course batch 2. Tapi kalau dibandingin dengan Farah yang hijrah dari Bangka ke Bandung, ah da kita mah apa atuh...

Eh kok malah jadi curhat ya?

Final Project Exhibition ini dilaksanakan pada minggu-minggu terakhir bulan Ramadhan, karenanya yang berkunjung sedikit, kalau nggak keluarga ya teman dekat itu pun kalau belum pada mudik. Anyway... Makasih loh Kak Admin chat komplainnya sudah di-read.

Kalau dibandingkan dengan Advance, yang Basic memang kalah cetar tapi kita sih senang-senang saja, bangga-bangga saja... Karena kita tahu betapa sulitnya menghasilkan design yang sesuai dengan konsep. Nah, rata-rata kita gagal di eksekusi, karena kita terlalu terpaku pada mood board meski sebenarnya kita juga agak kurang sreg (dengan mood board yang dipilih). Mungkin karena itu ya jadinya kita ½ hati mengerjakannya...

Tapi bagaimana pun sebagai designer sekaligus yang mengerjakannya kita memiliki pertimbangan sendiri. Mungkin kita seharusnya asistensi detail-nya juga, karena bisa jadi hal-hal semacam itulah yang mengacaukan design secara keseluruhan. Kritik dan saran yang dilontarkan oleh mentor kita jadikan sebagai masukan, karena kalau menjadikannya sebagai ‘komentar netizen’ yang ada kita malah bakal uring-uringan terus. Toh, mereka melihat dari point of view bidang keahlian yang dimilikinya berdasarkan pengalamannya selama ini.

We trust you...
YCIFI and my dream... ✌









Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Semakin diundur malah semakin malay kan ...

Sebenarnya, kebanyakan dari kita final project-nya hampir selesai, at least sudah mencapai 80%-90% lah, namun karena diundur jadwalnya kita jadi malay ... nggak on fire lagi, maklum ya lagi puasa hehe

Nah. Karena kebanyakan dari kita juga belum punya pengalaman photoshoot maka diserahkanlah kepada yang sering. Memang ada beberapa orang yang sudah photoshoot duluan dengan pertimbangan jadwal dan tema yang berbeda, sisanya lanjut terus barengan.

Demi budget savings dan berbagai hal lainnya, kita minta Kinan untuk jadi modelnya hehe Dengan pertimbangan badannya Kinan yang petite ala manekin di lab, jadi at least baju yang kita bikin pasti muat di dia.

OK.

Model P

Photographer ?

(^.^): Ehm ... Krishna mau nggak jadi photographer kita? *pertanyaan H2C di grup WA
(*.*): Yuk ah ...
(*.*): Eh. Mau photoshoot dimana?

Err ... dimana ya? haha 
Jeje yang lagi magang di Bali sempet ngebantuin booking studio, Cuma sayang studionya penuh. Berdasarkan pengamatan via IG ada beberapa option studio yaitu @velluce @flashofoundationbdg @hipno, @unique dan @pixtoworld. Mungkin karena kita terlalu mepet booking-nya jadi nggak kebagian slot,  satu-satunya yang masih available ya di @pixtoworld.

FYI. Katanya baru kali ini Kinan photoshoot expression-nya sambil senyum, biasanya mah nggak karena picture image di socmed-nya nggak begitu. Dan katanya lagi, baru kali ini photoshoot bajunya banyak banget, biasanya 3-5 baju untuk sekali photoshoot dan itu seharian, lah ini ... 6 baju untuk photoshoot selama ± 2 jam.

Kalau kata Susy sih 3 M. Murah. Meriah. Muntah.


Thanks to Kinan yang mau-maunya jadi model ber-jama’ah meski udah photoshoot duluan, also thanks to Khrisna yang mau-maunya jadi photographer meski udah nggak ngelanjutin lagi. May the force be with you ... 

When my outfit cheering up my day ... aaeelah ... (ketika caption tak seindah kenyataan). 

Shoot me peace v(^.^)
What she need to be as sweet as Aelke is Pocari Sweat ...

Jump! Jump! Jump!

Nice shoes BTW :)


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Karena belum punya mesin jahit sendiri kita menggunakan fasilitas mesin jahit di lab CADL, mulai dari jam 08.00 – 15.00 tapi kalau bulan Ramadhan sampai jam 13.00 ya bisi macet pulangnya. Pokoknya harus on time, kalau nggak... siap-siap aja dengerin yang lagi PMS *eh 😏.

Satu hal yang harus diingat selain menjaga barang-barang yang dipinjam dan menggunakannya wisely, lembar daftar pengguna lab wajib banget diisi. Waktu awal-awal kita pernah nggak ngisi karena nggak tahu (+ lupa), mungkin maksudnya mengingatkan, tapi  caranya itu loh... genggeus-genggeus ngezelin. Jadinya bete deh kawan-kawan sekalian... 😒.

Dengan fasilitas yang memadai seharusnya kita bisa menghasilkan karya yang ‘wah’ atau gimana gitu ya, Cuma sayang kita skill-nya belum nyampe sana hehe jadinya biasa-biasa aja. Tapi untuk orang-orang yang belum pernah menjahit sepertiku ini, bisa menjahit kemeja sendiri pun adalah pencapaian yang luar biasa. A milestone of a designer wanna be 😍.

Kak Frans dan Kak Nadin memang luar biasa... Nggak sia-sia ya dengerin mereka cerita Ratu Tarantula 🕷

***

Oh iya, ada kejadian konyol saat kita mengerjakan final project di lab.

Saat itu Cuma ada kita bertiga di lab jahit, aku, Farah dan Kinan, eh ada Diar juga di lab sebelah, + 1 orang Mbak dari Advance Fashion Course yang kita nggak tahu namanya siapa karena nggak ngisi lembar daftar pengguna lab.

Karena si Mbaknya  itu nggak ngobrol basa-basi atau say Hi jadinya kita anggurin aja sekalian hehe Satu-satunya interaksi si Mbaknya  adalah saat Farah stress mau pasang resleting, tapi ya udah gitu aja nggak ada yang lainnya, dia terus menjahit sambil sesekali chatting. Si Mbaknya itu pulang duluan, kita pikir dia udah selesai atau ada urusan yang bukan urusan kita.

Nggak berapa lama setelah si Mbaknya pergi, pintu lab diketuk oleh 3 orang satpam, kita kaget dong ‘masa sih kita diusir satpam gara-gara kelamaan di lab?’ tapi ternyata bukan...

👮👮👮 : Disini ada yang sakit?
👯👯👯 : Nggak ada pak? Emang siapa yang sakit?
👮👮👮 : Tadi ada yang nelpon ke pos satpam di depan katanya ada yang sakit?
👯👯👯 : Nggak ada pak. Mungkin di ruangan yang lain.
👮👮👮 : Tadi yang nelpon bilangnya di lab jahit, disini kan lab jahitnya?
👯👯👯 : Iya pak, tapi nggak ada yang sakit.
👮👮👮 : Tadi tuh ada yang nelpon ke pos satpam di depan katanya ada yang sakit, minta dijemput ambulance.
👯👯👯 : Hah? Ambulance?
👮👮👮 : Iya... Kita makanya kita kesini.
👯👯👯 : Ehh... apa yang tadi gitu ya?
👯👯👯 : Tadi disini emang ada anak Advance pak, tapi kita nggak tahu dia sakit apa nggak, soalnya biasa-biasa aja nggak gimana-gimana.
👮👮👮 : XXXX bukan namanya?
👯👯👯 : Nggak tahu pak, tadi kita nggak kenalan.
👮👮👮 : Dimana orangnya sekarang?
👯👯👯 : Tadi udah pulang pak!.
👮👮👮 : Oh... Terima kasih ya...
👯👯👯 : Iya pak...
👮👮👮 : Lagian ya kalau sakit mah minta dijemput keluarga bukan dijemput ambulance.
👯👯👯 : (Kita sih yes pak. Nggak tahu nih si Masnya...)

Setelah sadar dari ke-skip-an dan ke-cengo-an, kita akhirnya memutuskan untuk mengakhiri final project on the making hari itu, sebenarnya sih lebih karena nggak mau terlibat dengan hal-hal yang nggak diinginkan, ya kaya yang tadi itu.

Saat kita turun si Mbaknya itu ternyata masih ada dong, dia duduk di kursi panjang depan lobby sambil ngobrol dengan pak satpam yang tadi ‘main’ ke lab. Meski kita cuek bebek lewat di depannya, hati ini membathin ‘pasti dia nih... pasti dia... orang yang ditanyain pak satpam tadi’.

Keesokan harinya kita mendapatkan pencerahan tentang kejadian kemarin. Jadi begini ya dek ceritanya...

Saat mengerjakan final project di lab kemarin, ternyata si Mbaknya bilang (nge-chat) ke pacarnya ‘Yang... aku sakit perut...’ mungkin setelah itu si Mbaknya nggak buka-buka smartphone karena sedang menjahit jadi pacarnya khawatir. Nah, karena tingkat kekhawatiran  pacar si Mbaknya cukup tinggi, dia nelpon pos satpam minta tolong jemputin si Mbaknya  pake ambulance 😪.

Loh tahu darimana nomor pos satpam? Ehm... Masnya alumni ITB dek 😸.
Oalahh... Khawatir dan lebay emang beda tipis kali ya *eh 😫.

Kejadian tersebut mengajarkan bahwa... nomor darurat bukanlah nomor pos satpam mantan kampus. Gimana ya... KZL iya, kasihan iya, ingin ketawa juga iya... 😳 jadinya konyol kan. Tapi nggak apa-apa sih, menghibur... 😂

Meski hasil final project-nya nggak bagus-bagus amat kita puas kok, karena sesuatu yang dibuat dengan susah payah akan lebih dihargai 😂*ngeles... tapi ini serius loh, feel amazed sama diri sendiri karena nggak nyangka bisa sampai sejauh ini untuk jadi fashion designer, we are one step closer... 😍
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

As we all known, Mrs. Tuty Cholid is one of Indoneisan senior designer who is already joining in fashion business since 80’s.

Seperti yang kita ketahui, ibu Tuty Cholid adalah salah satu senior designer yang telah malang melintang di bisnis fashion sejak era 80an.

She started her professional career as a fashion designer after won a fashion design contest and the prize was a scholarship of fashion school in Paris France. Althought she already took Midwife School and Interior Design School before, her passion of fashion delivered her until being a fashion designer like today.

Ibu Tuty Cholid mengawali karirnya sebagai fashion designer setelah memenangkan lomba rancang busana yang berhadiah sekolah fashion di Paris Prancis. Meski sebelumnya sudah sempat mengenyam pendidikan di sekolah kebidanan dan desain interior, passion-nya terhadap fashion-lah yang mengantarkannya menjadi seorang fashion designer seperti saat ini.

As an early fashion designer in Indonesia, she said that they (fashion designer) need a long process to make people aware into fashion. Because at that time fashion is a tertier need, a luxurious things for a few society.

Sebagai salah satu designer awal di Indonesia, Ibu Tuty Cholid menuturkan bahwa diperlukan proses yang cukup panjang untuk bisa membuat masyarakat ‘melek’ fashion. Maklum saja, pada masa itu fashion dinilai sebagai kebutuhan tertier, suatu kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang.

When in Paris, she learnt that there is a 2 work which is had a prospective economic value, it’s craft and business industries.

Saat di Paris, Ibu Tuty Cholid mempelajari bahwa dalam ada 2 jenis pekerjaan  yang bernilai ekonomi jika dikembangkan dengan baik, yaitu craft dan industri bisnis.

Fashion designer is a specializing profession on fashion area, covering every visual attribute which is attached on our body, it can be a clothes, a bags, a shoes or an acessories.

Fashion designer merupakan profesi yang mengkhususkan diri pada bidang fashion mencakup segala macam atribut visual yang melekat pada tubuh manusia, baik itu berupa pakaian, tas, sepatu atau aksesoris lainnya.

Whereas crafter is a specializing profession on craftmanship of borderless range (because it’s too much), it can be a sculpture, a pottery, a crochet, a metal worker,  a sketcher or even a sushi maker.

Sedangkan crafter merupakan profesi yang mengkhususkan diri pada bidang keahlian tertentu yang ruang lingkupnya tak berbatas (karena saking banyaknya), seperti sculpture (seni patung), pottery (seni tembikar), crochet (seni rajut), metal worker (seni logam), sketcher (seni gambar) atau bahkan sushi maker (seni mengolah makanan).

She decided to entering fashion business after looking Indonesian textile business had a big step on the world. Her hard work on fashion business is paid off by international business expansion.

Ibu Tuty Cholid memutuskan untuk terjun dalam bisnis fashion sebagai apresiasinya di tengah industri tekstil Indonesia yang sedang menggeliat. Berkat keuletannya, bisnis fashion-nya sudah merambah ke mancanegara.

It’s not easy to be a survivor in fashion business, there are so many competitor and the technology always update. One of the key to survive on fashion business is by holding on the concept and the good concept never based on the market only.

Untuk bisa bersaing di bisnis fashion diperlukan upaya untuk tetap bisa survive, salah satu cara yang paling ampuh adalah dengan menggodok konsep produk. Dan konsep produk yang baik tidak mesti berorientasi pada market semata.

Because the essence of fashion designer is being a craft conceptor also trend maker (creating the trend). Market shouldn’t lead fashion designer, because fashion designer should be the leader of the market. It’s like ... Where are we going next year?

Karena esensi fashion designer adalah sebagai craft conceptor yang menciptakan tren (trend maker), bukan market yang mengarahkan fashion designer, namun fashion designer yang mengarahkan market. Mau dibawa ke arah mana tren tahun depan? Semacam itu lah ...

In fashion business there is 4 range of work, it is boutique, haute couture, mass production and enterpreunership.

Dalam bisnis fashion terdapat 4 range yang bisa diolah, yaitu butik (boutique), adi busana (haute couture), pabrik industri (mass production) dan kewirausahaan.

As a fashion designer we always want our business gaining into the next level by expansion out of our concept range, but it would be nice if we thinking wisely which range we should expansion, at least it should be match with our concept and handled well. Remember ... don’t be a greedy.

Sebagai fashion designer jika memungkinkan tentu kita meningkatkan level dengan mengekspansi bisnis pada range di luar range asli, namun ada baiknya difikirkan terlebih dahulu range mana yang sekiranya akan sesuai dengan konsep produk kita dan mampu ditengani. Ingat ya ... jangan serakah.

And one things, never aftraid to compete with other countries because Indonesian is a black horse in fashoon industries better than China, Vietnam and Thailand. Indonesia supplied US fashion need among 68% (data of 2000s), so there is no reasonfor not to compete in fashion business.

Satu hal lagi, jangan pernah takut untuk bersaing dengan negara lain karena Indonesia merupakan pemain yang diperhitungkan dalam industri fashion melebihi China, Vietnam dan Thailand. Indonesia bahkan mensuplai kebutuhan fashion US sebesar 68% (data sekitar tahun 2000an), maka tidak ada alasan untuk tidak ikut bersaing dalam bisnis fashion ini.

Nowadays, people still have a hunch about fashion by expecting fashion is a glamourous things, the only things they didn’t expecting is fashion is about business.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
KOFICE and Kriya FSRD ITB present YCIFI Global Fashion Mentorship which was held on 20th and 21th May 2017 at Gallery Soemardja ITB Bandung. YCIFI Global Fashion Mentorship is participated by YCIFI Basic Fashion Course batch 2, YCIFI Advance Fashion Course batch 2, YCIFI batch 1 alumnus and open for public only at day 1.

KOFICE dan Kriya FSRD ITB mengadakan acara YCIFI Global Fashion Mentorship yang diselanggarakan pada tanggal 20 dan 21 Mei 2017 di Galley Soemardja ITB Bandung. YCIFI Fashion Mentorship ini diikuti oleh peserta YCIFI Basic Fashion Course dan Advance Fashion Course batch 2, alumni batch 1 dan terbuka untuk umum hanya pada hari ke 1.

YCIFI Global Fashion Mentorship was opened by Angklung performance by Saung Angklung Udjo, they also taught us how to playing a song by Angklung together. The rest is opening speech from KOFICE and Kriya FSRD ITB representative

YCIFI Global Fashion Mentorship dibuka oleh pertunjukan Anglung oleh Saung Angklung Udjo yang juga mengajari kami bagaimana caranya memainkan lagu menggunakan Angklung bersama-sama. Kemudian pidato sambutan dari perwakilan KOFICE dan Kriya FSRD ITB.

At day 1, Global Fashion Mentorship was held at Ruang Seminar FSRD ITB on 2nd floor, the schedule is public lecture by Hyejin Hong from Studio K (Korean fashion designer) and Tuty Cholid (Indonesian senior fashion designer), they are talked about fashion business prospective from the designer view.


Pada hari ke 1, Global Fashion Mentorship diadakan di lantai 2 Ruang Seminar FSRD ITB, materi public lecture ini disampaikan oleh Hyejin Hong dari Studio K (fashion designer dari Korea) dan Ibu Tuty Cholid (senior fashion designer dari Indonesia), mereka berbicarca tentang prospek bisnis fashion dari sudut pandang designer.


After (a long) coffe break, we continue by Fashion Mentoring Seminar by The Goods Dept and Brilianto. It was nice to know The Goods Dept. presentation about The Revival of The Local Brand Movement and I was surprised to know him (Brilianto) was a banker before decided become a fashion designer and joining YCIFI Advance Fashion Course batch 1, very inspiring.

Setelah coffe break, acara dilanjutkan dengan Fashion Mentoring Seminar yang disampaikan oleh The Goods Dept and Brilianto. Menyenangkan bisa melihat presentasi dari The Goods Dept. tentang The Revival of The Local Brand Movement (gerakan yang membangkitkan brand lokal) dan agak sedikit terkejut ketika mengetahui bahwa Brilianto dulunya bekerja di bank sebelum memutuskan untuk menjadi seorang fashion designer dan mengikuti YCIFI Advance Fashion Design Course batch 1. very inspiring.

  
Then we continued by Fashion Mentoring Seminar by Hyejin Hong (again) and Wizwid.com reprentative. They are talked about social media impact and what makes your brand interesting enough to be considering by e-commerce. The point is how to selling your product on e-commerce.

Kemudian dilanjutkan dengan Fashion Mentoring Seminar yang disampaikan oleh Hyejin Hong dan perwakilan dari Wizwid.com (e-commerce dari Korea). Mereka berbicara mengenai pengaruh media sosial pada brand dan apa yang membuat brand-mu cukup menarik untuk bisa dilirik oleh e-commerce. Intinya adalah bagaimana caranya menjual produk-mu di e-commerce.


Differently than YCIFI Advance Fashion Course batch 2 which has an opportunity to get Fashion Mentoring Seminar by Berrybenka and Lotte. We. YCIFI Basic Fashion Course batch 2 has an opportunity to get Fashion Mentoring Seminar by Qoo10 Indonesia and Shafira.

Berbeda dari peserta YCIFI Advance Fashion Course batch 2 yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti  Fashion Mentoring Seminar dari Berrybenka dan Lotte. Peserta YCIFI Basic Fashion Course batch 2 mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Fashion Mentoring Seminar dari Qoo10 Indonesia (baca: Qyu~ten) dan Shafira.


After Fashion Mentoring Seminar, YCIFI Advance Fashion Course batch 2 had an opportunity to get Intensive Mentoring and Business Meeting by Hyejin Hong, Munsoo Kwon and buyer. Meanwhile, YCIFI Basic Fashion Course batch 2 only had an opportunity to get mentoring by Tuty Cholid at day 2.

Setelah Fashion Mentoring Seminar, peserta YCIFI Advance Fashion Course batch 2 mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Intensive Mentoring dan Business Meeting dengan Hyejin Hong, Munsoo Kwon dan beberapa buyer. Sedangkan untuk Peserta Basic Fashion Course batch 2 hanya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti mentoring dengan ibu Tuty Cholid di hari kedua.

At day 2, Global Fashion Mentorship was held at Ruang Seminar FSRD ITB on 2nd floor the schedule is public lecture by Hyejin Hong from Studio K (Korean fashion designer) and Munsoo Kwon (Korean fashion designer), they are talked about their experience as a fashion designer and how they built their brand.

Pada hari ke 2, Global Fashion Mentorship diadakan di lantai 2 Ruang Seminar FSRD ITB, public lecture ini disampaikan oleh Hyejin Hong dari Studio K (fashion designer dari Korea) dan Munsoo Kwon (senior fashion designer dari Korea), mereka berbicara tentang pengalamannya menjadi seorang fashion designer dan bagaimana mereka membangun brand.

Semacam prescon :)

~ FYI. No worries about the language trouble because the crew already prepared interprater for transleting by wireless receiver. 

~ FYI. Tidak perlu khawatir dengan kendala bahasa, karena panitia telah menyediakan interprater yang menerjemahkan langsung materi yang disampaikan melalui wireless receiver.

Here is some picture of  YCIFI Advance Fashion Course batch 1 final project for YCIFI Global Fashion Mentorship mini exhibition.  






After Hyejin left :(
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Setelah merampungkan sesi asistensi final project design, materi selanjutnya adalah mengenai Pattern and Sewing. Untuk mendukung materi Pattern and Sewing ini kita semua diminta untuk membawa buku pola dan pengggaris skala. Harus ya... harus!

Waw...

Eh. Belinya dimana sih?

Nggak ngerti juga deh belinya dimana, toko yang direkomendasikan admin via chat ternyata nggak sesuai dengan ekspektasi, stocknya kosyong bokk! Ada sih di Gramedia, tapinya mahal. Beruntungnya, kita masih punya teman kaya Adya yang paling rajin cek toko sebelah hehe. Nggak (mau) tahu gimana caranya ia menemukan toko yang menjual buku pola... dan open order! This is it... Senang berbisnis dengan anda.

Di YCIFI Basic Fashion Course batch 2 ini yang menjadi mentor untuk materi Pattern dan Sewing adalah Kak Frans dan Kak Nadine yang sebelumnya mengikuti YCIFI Advance Fashion Course batch 1.

Khusus untuk materi Pattern dan Sewing HARUS BANGET ya datang ON TIME, selain karena materinya padat dan cukup sulit bagi beginner yang belum pernah ikutan kelas fashion sepertiku, materinya ini bersifat kontinyu, yang artinya kalau ketinggalan ya wassalam... kaya insto live, Cuma bisa dilihat sekali dan nggak bisa diulang-ulang.

Ternyata membuat pattern itu sulit ya, pantes aja penjahit suka lama dan nggak bisa dikejar target kecuali kalau benar-benar sudah expert se-expert-expert-nya. Penjahit juga manusia kali, kadang suka moody dan malas apalagi kalau disodorkan design yang ‘njlimet. Huft.

Tapi dari materi Pattern & Sewing ini kita jadi ‘ngeh kalau pakaian-pakaian jadi yang ada di pasaran tidak memiliki pattern yang ideal. Ya iyalah, namanya juga mass production, orang-orang ingin yang simple dan cepat. Yang penting terjual, urusan cocok atau nggaknya di badan itu belakangan.

*Then, merasa pakaian mahal dengan design yang simple namun pattern-nya sesuai itu lebih worthy.

Untuk materi awal Pattern & Sewing, kita diajari bagaimana caranya mengukur badan client menggunakan manekin, kemudian (mencoba) untuk membuat bermacam outfit berdasarkan ukuran tersebut sesuai dengan silabus yang disusun oleh Kak Frans dan Kak Nadine, yang pada akhirnya dibilang sebagai project ambisius karena progress kita yang kurang  sesuai dengan ekspektasi mereka. 
Ehm... Ini kelas basic ya qaqa...

Meski di awal sempat keteteran, lambat laun kita akhirnya bisa mengikuti materi Pattern & Sewing dengan baik. Pattern yang diajarkan hanya basic pattern, kalau selanjutnya mau design yang ini itu tinggal memodifikasi basic pattern-nya saja.

Gampang banget ya ngomong haha

Oh iya, kita juga harus membuat pola kertasnya sesuai dengan pattern, tapi ini tidaklah sesulit membuat pattern karena kita tinggal menjiplak saja. FYI. usahakan agar mengerjakan semua tugasnya ya karena di akhir program YCIFI Basic Fashion Course ini akan dicek kelengkapannya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Menurut informasi dari sesembak suweg made in Kadungora, ada 2 merk pewarna kain yang biasa dipakai untuk tie dye, yaitu Wantex dan Dylon. Ia merekomendasikan Dylon karena lebih bagus meski harganya lebih mahal dibandingkan dengan Wantex 😉. Dylon dijual bebas di toko-toko tekstil atau aksesoris, kalau ingin mudah bisa mencari di internet namun harga yang ditawarkan online shop biasanya relatif lebih mahal daripada di toko, bahkan bisa mencapai ±50 % (ingat ya, itu belum termasuk ongkir sist ...😅).

Untuk daerah Bandung, Dylon bisa dicari di daerah Otista seperti di Toko WK atau Toko Victory, ada juga di daerah eks Kings Shopping Centre yaitu di depan toko benang Dunia Baru, Toko Jopankar gitu ya kalau nggak salah ...

Di Toko WK
(^.^): Teh ada Daylen?
(*.*): Daylen?
(^.^): Iya.
(*.*): Nggak ada!
(^.^): Beneran teh? Kata temen saya disini ada.
(*.*): Emang buat apa?
(^.^): Buat ngewarnain kain
(*.*): ...
(^.^): ...
(*.*): Ohh ... Dilon!
(^.^): Emh ...  (^.^!) kuat ka ... leqoh ...

Jangan-jangan nih ... ada yang nyebutnya Delon 😅 Kaya Mizone, yang semakin ke timur berubah menjadi Misen atau Mijen. Endonesa 🤭. Cik, geura pangbanyurkeun caina ku senok. Karena hanya berkomunkasi via chat, aku mengasumsikan membaca Dylon dengan Daylen dan benar-benar lupa kebanyakan penjaga toko di Banung adalah orang Suna yang suka minum Panta. Mati gaya juga sih sama si teteh-tetehnya 😂.

Saat aku ke Toko WK, yang ada hanya Dylon saja karena stock Wantex sedang kosong. Harganya ± Rp. 16.000 per bungkus. Oh iya, terdapat 2 package Dylon yang berbeda, yang pertama menggunakan tin (kaleng) kecil seperti package permen Milton (temennya Pagoda Pastilles) zaman dulu, sedangkan yang kedua menggunakan plastik sachet seperti shampoo. Kata si tetehnya, Dylon yang packagenya menggunakan plastik sachet adalah versi terbaru dari Dylon yang packagenya mengunakan tin, harga dan isinya mah sama aja.

Kalau dibandingkan, Dylon yang ada di toko warnanya tidak seberagam yang dijual oleh online shop, mungkin karena faktor ini juga ya harganya jadi lebih mahal. Tapi lebih disarankan untuk membeli langsung di toko, selain karena lebih cepat dan lebih murah, terkadang online shop suka lupa mengupdate stocknya.

Dylon ini termasuk pewarna kain yang bersifat panas (hot dying) karena membutuhkan proses pemanasan terlebih dulu, yaitu dengan cara merebus serbuk Dylon yang telah dicampur air sampai mendidih sebelum kemudian diaplikasikan ke kain, dan untuk mendapatkan pewarnaan yang merata, kain harus ikut direbus di cairan Dylon. Seharian melakuakan eksplorasi tie dye aku malah bingung, kenapa warnanya tidak sepekat gambar-gambar di internet. Iya, jenis pewarnanya memang berbeda, tapi kan masa iya bedanya jauh banget? 

Hasil eksplorasi tie dyeku warnanya lebih soft dan hambar kaya yang nggak mau nempel.

Meneketehe.


Ternyata untuk mendapatkan warna yang lebih pekat aku harus menambahkan sedikit garam di cairan Dylon karena garam sifatnya mengikat, mengikat apa? Mengikat celupan. Kan tie dye ... tie = ikat dan dye = celup. Kak Shab menyarankan agar menambahkan sedikit deterjen untuk menghilangkan timbal, eh, jangan lupa kain yang mau dicelup juga harus direbus dulu.

Untuk tye dye tutorial bisa dilihat di Youtube atau di Pinterest, kebanyakan hasil pencarian linked dengan shibori atau marbling pattern.
Karena ini adalah eksplorasi maka sah-sah saja untuk menambahkan berbagai macam aplikasi pada material yang akan digunakan. Treatment yang berbeda meski meski menggunakan bahan yang sama ‘tetap dihitung’ sebagai eksplorasi. Here is mine. Hasil eksplorasi yang terpilih adalah kain katun yang dicelup 2 kali menggunakan pewarna kain, kemudian ditambahkan aplikasi tassel yang terbuat dari benang sulam dengan warna gradasi antara turqouise, putih dan baby blue. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Schedule minggu ini adalah presentasi mengenai mood board yang sudah dibuat didepan kelas. Dari 5 mood board yang tersebut akan terpilih satu yang akan menjadi tema project di YCIFI Basic Fashion Course ini, namun jika belum ada yang terpilih bisa asistensi mandiri dengan Kak Shab.
Mood board yang terpilih adalah mood board dengan konsep cool.

Setelah semua selesai presentasi, kita tadinya mengira kelas akan usai, ternyata ... tidak semudah itu ... 😏
 
Kita diminta untuk mencari 3 benda 3 dimensi yang berhubungan dengan mood board yang sudah terpilih. Benda apapun selain makanan atau yang berbentuk cair. Karena ... karena ... karena ... benda tersebut akan ditempel di mood board yang sudah terpilih untuk memperkuat kesan sampai program YCIFI Basic Fashion Course ini berakhir.

Cool

Cool

Cool

Apa ya? * Suka mendadak hilang akal kalau gini 😪

Aku jelas tak mungkin menempelkan bongkahan es batu atau Sprite yang dibungkus plastik bening agar terlihat ke-cool-annya, atau mencari daun Pohon Pinus dengan tetesan embun pagi agar terlihat kesejukannya, atau menempelkan payung karena kebanyakan gambar di mood boardku merepresentasikan air, batu terlalu cadas untuk dianggap sebagai elemen cool.

Karena sama-sama bingung, kita, gengges hijabers Basic Fashion Course batch 2 ini memutuskan pergi ke Baltos untuk mencari inspirasi (sekalian makan siang juga sih).

Untuk mempermudah, kita mencari tekstur yang mendekati si chosen mood board di toko aksesoris Laksana. Aku menemukannya pada marbling pearl berwarna deep blue, tahu gini ya aku bawa dari rumah kemarin L * lalu berharap jarak antara rumah dan ITB adalah selemparan batu seperti di zaman Rasulullah dulu.

So far, meski asistensinya tidak berjalan terlalu baik, masukan-masukan Kak Shab ini mencerahkan dan jelas.

Selanjutnya kita diminta untuk mngeksplorasi material yang akan digunakan, boleh dari jenis materialnya, teknik menjahitnya atau proses pembuatannya. Berhubung mood board milikku ini agak ke tye die-tie dyean, maka mau tak mau aku harus mengeksplorasi teknik celupnya juga.

Udah ya, see yaaa ... ketemu lagi kalau eksplorasinya udah beres 😉.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Dari majalah hasil hunting di season 2 cuma ada beberapa gambar yang ‘satu nafas’ dengan highlight yang aku pilih, cuma beberapa artinya cuma ada 2-3 lembar saja yang sesuai, per majalahnya, yang artinya lagi, majalah hasil hunting di season 2 itu juga nggak ngaruh-ngaruh teuing.

Huftt ... Hayati lelah ...

Setiap mood board harus ditempel di atas duplex (karton putih – abu-abu) di sisi yang berwarna putih, ukurannya disesuaikan dengan gambar mood board. Kurang lebih seukuran A3 atau A2 tergantung banyak gambarnya.

Duplexnya sendiri bisa dibeli di toko ATK di Baltos (Balubur Town Square), tapi kebanyakan toko hanya menjual duplex dengan ukuran A1 saja tanpa jasa potong. Ya iyalah kalau potong sendiri belum tentu presisi 😒 Belum lagi bawanya, belum lagi ribetnya, belum lagi hujannya, belum lagi naik angkotnya ~ bisa-bisa lecek sebelum sampai 😖.

Setelah beberapa kali trial and error tanya harga duplex (+ kemungkinan jasa potong), kita akhirnya menemukan satu toko yang menjual duplex (+ jasa potong), namanya Toko Anda. Toko Anda ini letaknya ada di sebelah kanan di sekitar counter stempel di samping eskalator, pokoknya ketika masuk Baltos langsung melipir ke arah kanan deh, pasti ketemu.

Nanti ketemu 2 orang AA yang stay di belakang etalase, yang satu kurus yang satunya lagi berisi. Kalau mau duplex + jas potong bisa langsung request ke AA yang berisi, nggak harus duplex juga bisa kok. Terus, bayarnya juga langsung ke AA yang berisi itu jangan ke AA yang kurus, karena dia pasti bilang ‘ke dia aja’ sambil nunjuk ke AA yang berisi. Mungkin karena beda tanggungjawab kali ya jadinya terkesan individual. Tapi emang ngehe banget lah si AA ini.😞

1 duplex ukuran A1 bisa dipotong menjadi 4 bagian dengan ukuran ± A3++ atau A2-, untuk sisanya aku deal dengan Farah untuk membeli ½ duplexnya, jadi kita sama-sama punya 6 duplex. Nah, disini pentingnya belanja dengan teman, biar bisa budget sharing and stuff sharing 😋.

Gambar mood board ditempel menggunakan selotip kertas (paper tape) yang sebelumnya ditempelkan ke baju agar daya rekatnya berkurang, jadi nggak akan ‘merusak’ kalau seandainya mau dilepas lagi. 

FYI. jangan sekali-kali menggunakan take it (reusable adhesive)karena akan meninggalkan noda minyak.Sebelum membeli duplex aku menempelkan mood board ke dinding agar lebih mudah dilihat dan diatur komposisinya.

Mood board yang sudah dibuat dianalisis menggunakan skema warna (image scale) Kobayashi Shigenobu. Caranya adalah dengan mencocokkan warna-warna dominan yang terdapat pada gambar tersebut kemudian mencari padanannya di skema warna. Dalam satu skema warna terdapat 3 warna yang menjadi acuan sifat. Tidak semua warna sesuai ‘plek’ dengan skema warna Kodansha ini, kadang hanya 1-2 warna saja yang sesuai, kadang malah masuk ke 2 skema warna yang berbeda.

Tapi nggak apa-apa sih, tergantung kita mau ngambilnya ke arah yang mana, toh skema warna tersebut bisa dicombine. Maksudnya, tidak melulu harus mengacu pada satu sifat saja, bisa dua, bisa tiga, tergantung sesembak dan sebabangnya.
Dibawah ini adalah mood board yang akan diajukan untuk materi Image Analysis. Wismilak.



Konsep : natural
Warna   : brown, caramel, khaki dan white

Natural atau yang berarti alami dalam terjemahan Bahasa Indonesia adalah keadaan yang merujuk pada sifat yang asli. Pada mood board ini natural yang ditampilkan adalah dessert (padang pasir) menyesuaikan tone color dari gambar highlight, yaitu brown, caramel dan khaki.

Perpaduan warna natural tersebut memberikan kesan warm (hangat), dan sedikit wild (liar) jika dilihat dari style yang ditampilkan di gambar highlight yaitu semi-adventuress casual. Gambar make up palette warna natural menunjukkan tesktur dusty (berdebu) untuk dessert dan soft (lembut) untuk tone color pada gambar highlight.



Konsep : gorgeous
Warna   : crimsom, black, white

Gorgeous menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki arti indah atau cantik, dalam bahasa sehari-hari bisa juga diartikan dengan kata ciamik yaitu pas. Sedangkan elegance diartikan elok atau mewah.

Pada mood board ini, kesan gorgeous elegance ditampilkan dalam warna crimson atau maroon atau merah hati, kesan elegance ditampilkan dengan kesan classic yang timbul pada gambar oxford shoes. Gambar kelopak bunga merupakan representation (penggambaran) dari repetition (pengulangan) garis pada gambar highlight, yaitu lipit pada rok.

Selain itu gambar kelopak bunga menunjukkan kesan tekstur material outfit yang light (ringan) namun memiliki pakem bentuk tersendiri. Karena hal itu juga, gambar pada mood board ini disusun secara rapi.


Konsep : dynamic active
Warna   : pink, purple, black

Dinamic atau dinamis dapat diartikan sebagai bergerak sedangkan active dapat diartikan sebagai kondisi kontinyuitas atau keberlangsungan. Dinamic active dapat diartikan sebagai pergerakan yang hidup, berlawanan dengan static (kaku) dan monoton.

Gambar highlight pada mood board menampilkan kesan dinamic active dilihat dari penggunaan bidang lengkung yang sedikit tidak beraturan (random). Gambar bunga merujuk pada feel hidup yang merujuk pada sifat active, sedangkan gambar (zoom in) bakteri merujuk pada sifat dinamic dengan penggambaran bidang unpredictable organic yang juga dapat diartikan sebagai hidup.


Konsep : cool
Warna   : deep blue, turqouise, white, gold,

Cool dapat diartikan sebagai dingin, sejuk atau segar. Pada mood board ini, kesan cool dapat ditangkap dengan melihat warnanya saja yang identik dengan sifat air yang dingin, sejuk dan segar.

Perpaduan warna yang cukup kontras juga menghasilkan kesan deep (dalam) dan eye catching (menarik). Meski masih dalam satu tone color, ada perpindahan warna (gradasi) antara deep blue menuju turqouise yang memberikan kesan freeze (beku). Sedangkan warna gold yang terdapat pada gambar highlight menunjukkan kesan yang soft karena berdampingan dengan skema warna cool pada mood board ini.



Konsep : neat
Warna   : white, soft cyan


Neat atau rapi adalah kesan yang dihasilkan oleh warna white dan soft cyan, terlihat polos karena perpaduan warnanya yang ringan dan teksturnya yang smooth. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates