Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
source: www.pexels.com

Jason Ranti kutemukan secara tak sengaja ketika membaca thread tentang ridernya (permintaan khusus) para artis di Twitter. Tak butuh waktu lama bagiku untuk jatuh hati pada ... graphic ridernya 💘, membuatku yakin bahwa ia adalah salah satu dari sekian banyak calon seniman lintas passion.

Okay ... Jangan cari Jason Ranti di Spotify karena akunnya nonaktif, carilah Jason Ranti di soundcloud atau di Republik Penerangan Jason Ranti 😉.

Lagu Jason Ranti yang pertama kali kudengarkan adalah Variasi Pink dan aku harus bilang; lagu ini menghibur sekali HAHAHAHAHA 😂😂😂 Liriknya memang sedikit vulgar dan banyak recehnya, tapi tak mengapa sebab (kupikir) Jason Ranti memang benar-benar menuangkan isi kepalanya saat membuat lagu ini. Seperti Sop Buah di bulan Ramadhan, apapun isinya yang penting asyik di tenggorokan 💗.

Lagu berikutnya adalah Kafir, well ... jangan bayangkan trailer film berjudul sama ya karena liriknya lebih kritis ketimbang judulnya yang menuai kesan clickbait. Yap. Kafir adalah usaha Jason Ranti untuk mengkritisi apa yang terjadi belakangan ini, no offene please ... 😜 hal-hal yang terlontar darinya cukup mewakili isi hati netizen masa kini yang demen mantengin twitwor.

Setelahnya ada StephanieAnak Seni yang bagiku adalah alter egonya Jason Ranti, lagunya relate dengan kehidupan pekerja seni yang, tau sendiri lah ya ... 😹 Lagu-lagunya yang lain pun tak luput dari kreasinya yang sedikit absurd dan dinyanyikan secara semena-mena, sejenak berbagi benak. Meski tanpa lirik-liriknya yang jenaka dan semau gue, kupikir sebenarnya suara Jason Ranti tetaplah asoy didengar 👌.

Video Klip low budgetnya juga menghibur ya ... yang paling kusuka adalah Suci Maksimal, lumayan freshlah untuk cuci mata.

Berhubung Jason Ranti ini one man show tanpa band pengiring, kita jadi lebih fokus untuk mendengarkannya bernyanyi. Membuatku cekikikan berulang kali 😂😂😂. Yha~ Mungkin bagi sebagian orang Jason Ranti ini ‘appaan syih?’ 😕 atau *langsung ganti playlist Tapi bagiku Jason Ranti ini adalah hiburan yang menyenangkan untuk mengawali hari.

Thanks for made my day.
😙😙😙😙😙😙😙😙😙😙😙


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Untuk membuat weekend mager ini menjadi agak berfaedah, kali ini aku akan me-review beberapa tempat makanan dan minuman di sekitar daerah Kurdi dan Inhoftank, yang pernah kucoba dan kupikir worth to try (if you wanna). Karena daerah Kurdi dan Inhoftank ini adalah daerah pemukiman (lumayan) padat maka pastinya ada banyak tempat makanan dan minuman yang menunggu untuk dilirik. Dilirik doang tapi dibeli kagak 😂😂😂.

So, kalau kalyan-kalyan tinggal atau bekerja di sekitar daerah Kurdi dan Inhoftank, suka googling tempat makan enak di Kurdi atau Inhoftank tapi belum menemukan review yang relevan dan sering galau mikirin; mau makan / jajan apa ya hari ini 🤔. I made this for you guys... 😉.

VITASARI BAKERY
★★★★★
📍 Jl. H. Kurdi 1 No. 49
📆 Senin-Minggu 06.30-19.00

Belum sah ke Kurdi kalau belum mampir ke Vitasari ya, toko roti dan kue ini selalu ramai seolah nggak pernah kekurangan pembeli. Selain menyediakan aneka roti mereka juga menjual aneka kue basah, makanya jangan heran kalau pagi-pagi disini suka macet 😫 karena biasanya orang-orang lagi pada mengambil snack untuk meeting atau pengajian.  Vitasari ini self service ya jadi kadang kalau lagi penuh suka desek-desekan meski space antar rak lumayan luas.

Yang menjadi incaran di Vitasari adalah roti kulit nangka, kadang kita sampai harus nunggu-nunggu saking cepet abisnya. Ada 2 varian rasa roti kulit nangka yakni keju cokelat dan pandan keju, dua-duanya enak kok apalagi kalau dimakan saat masih hangat. Tapi aku malah lebih suka kue basahnya ketimbang rotinya 💘 FYI. Di Vitasari hanya sebagian yang tertera harganya selebihnya bisa diketahui dari struk pembelian, kadang suka zonk juga ini 😂.

BREAD CO 
★★★★☆
📍 Jl. H. Kurdi 1 No. 23
📆 Senin-Minggu 06.00-20.00

Untuk rasa rotinya sih standar, cukup sepadan dengan harganya yang terbilang murah dan sering diskon. Selain menjual aneka roti dan (birthday) cake, Bread Co juga menjual aneka kue kering, pizza dan nasi bakar (kali aja pada mau bekel). Kurasa Bread Co cukup gercep membaca pasar, kalau ada yang viral niscaya sebentar lagi mereka bikin, aku suka nih yang begini-begini 😁. 

Kalau Vitasari punya roti kulit nangka maka Bread Co punya bolen lilit, kadang kita sampai harus nunggu-nunggu saking cepet abisnya. Oh ya, bolen lilitnya kini udah jadi oleh-oleh macem Kartika Sari atau Primarasa makanya harganya naik berkala. FYI. Bread Co ini menjadi salah satu tempat favorite untuk pick up ojol karena lokasinya strategis. 


LOTEK KURDI
★★★★★
📍 Jl. H. Kurdi 1 No. 60 (depan Indomaret)
📆 Senin-Minggu 09.00-15.00

Sebagai fast food 😂 tentcunya aku sering beli, yang jualannya 2 orang mamak-mamak yang kompak dan cekatan banget ngulek bumbu kacangnya wkwk. Karena nggak menyewa ruko macem Ayam Geprek Chicago, bagi yang ingin makan di tempat disediakan kursi-kursi plastik tanpa meja di belakang gerobaknya, selebihnya lebih memilih untuk dibungkus.

Salah satu kelebihan Karedok-Lotek-Rujak-Gado-Gado ini adalah bumbu kacangnya yang leqoh (sampai terasa gula merahnya), sayuran dan buah-buahannya pun selalu fresh. Porsinya cukup banyak untuk dimakan sendiri, kalau nggak lagi lapar-lapar banget nggak disarankan untuk pake nasi, mending pake lontong haha 😂 Tapi kalau memang lagi ingin pake nasi mending dibagi 2 aja deh ...


NASI GUDEG YOGYA
★★★★☆
📍 Jl. H. Kurdi 1 No. 60 (depan Indomaret)
📆 Senin-Minggu 09.00-15.00

Seperti Karedok-Lotek-Rujak-Gado-Gado, gerobak Nasi Gudeg Yogya ini selalu mangkal di depan ruko di samping Indomaret Kurdi, sebelahan malah haha 😂... Yang jualannya Cuma seorang, mas-mas. 1 porsi lengkap terdiri dari gudeg, kerecek, tahu-tempe bacem, ayam atau telur pindang, Kalau dirasa kebanyakan kita bisa request kok ingin apa ingin apanya, nggak melulu mesti 1 porsi lengkap. Oh iya, kita juga bisa request kalau setiap itemnya ingin langsung dicampur atau dipisah-pisah.

Bagiku rasa (keseluruhan) Nasi Gudeg Yogya ini lebih mengarah ke rasa manis ya, manis yang wajar tapi. Kereceknya juga okaylah masih bisa diterima lidah ini, cuma tahu-tempe bacemnya agak kering jadi kalau dicampur dengan kerecek, kuah kereceknya susah menyerap #persoalanpelik 😏 Kalau suka dengan gudeg bolehlah dicoba Nasi Gudeg Yogya ini...

MIE BASO AKUP | SEAFOOD MANDIRI 
★★★★★
📍 Jl. H. Kurdi 1 No. 11A 
📆 Senin-Minggu 11.00-22.00

Meski berbeda keduanya berada di satu tempat dan dilayani oleh orang-orang yang sama, tempatnya pun bukan tempat yang fancy atau gimana tapi teras yang dirubah jadi tempat jualan. Untuk Mie Baso Akup malah nggak ada menunya sama sekali, jadi kalau kita ingin beli tinggal request aja ke pegawainya; ingin ini, ingin itu, ingin ini, ingin itu haha Kalau aku sih biasanya langsung request mie yamien biar nggak pusing mikirin ini, itu, ini, itunya haha 🤣🤣🤣 lagi pula aku nggak begitu suka ceker atau babat jadi ya nggak ada pun nggak jadi masalah.

Sedang untuk Mandiri (Sea) Food, mereka nggak melulu menyediakan menu olahan sea food macem ikan, udang atau cumi, namun juga menu olahan ayam dan sapi. Kebanyakan yang berkuah-kuah macem sapo tahu, mapo tahu dan cah tahu tausi, ala-ala chinese food tapi bukan chinese food. Nasi Goreng Seafood-nya menghibur sekali untuk teman nonton drakor karena banyak toppingnya dan tentcu menu terfavorite-nya adalah sapo tahu 👌.


SATE MADURA
★★★★★
📍 Jl. H. Kurdi 
📆 Senin-Minggu 18.00-22.00

Sate ayam ini lapaknya berada di jajaran Studio Senam Lucy Dahlia, di samping lapak Roti Bakar. Meski memungkinkan untuk makan di tempat saranku sih mending dibungkus aja deh, nggak mau kan kalau lagi makan mukanya diasapin mulu? wkwk Sate ini nggak ada namanya ... jam operasionalnya dari setelah Ashar sampai malam, pokoknya kalau udah ada asap di jalan berarti satenya sudah mulai buka.

Mau itu sate ayam / sapi / kambing penjualnya tetap memberlakukan satu harga yakni Rp. 1500 / tusuk, bumbu kacangnya juga leqoh dan nggak encer, oh iya, disini nggak dikasih sambal ya dikasihnya acar cengek. Kita juga bisa request nasi atau lontong, tapi mending pake lontong sih biar lebih berasa makan satenya haha 💘

ES CENDOL ELIZABETH
★★★★★
📍 Jl. Inhoftank No. 64
📆 Senin-Minggu 09.00-17.00

Berawal dari sekedar mangkal di depan Toko Tas Elizabeth, kini Es Cendol (yang akhirnya dinamai) Elizabeth sudah memiliki banyak cabang dan menjadi standar rasa percendolan. Yap. Meski banyak juga yang nge-KW-in. Nah, cabang utama Es Cendol Elizabeth ini adanya di Inhoftank, sekitar titik pertemuan jalan Inhoftank dan Kurdi di samping Mesjid Umar. Meski hanya memiliki area parkir yang terbatas, Es Cendol Elizabeth ini selalu ramai terutama di jam-jam makan siang.

Cabang utama Es Cendol Elizabeth ini nggak hanya menjual es cendol, mereka juga menyediakan menu (lumayan) berat macem nasi goreng, batagor, baso tahu dan mie baso. Tapi tetap ya minumnya pake es cendol haha 😁 Aku lebih suka es cendol nangkanya ketimbang es cendol alpukatnya karena rasanya lebih nyampur, kadang suka merasa nggak nyambung aja, rasa cendolnya kemana... rasa alpukatnya kemana...

JUICE KOH AKIN
★★★★★
📍 Jl. H. Kurdi 1 No. 51
📆 Senin-Minggu 10.30-20.00

Di daerah sekitar Kurdi dan Inhoftank ada beberapa tempat yang menjual juice, tapi diantara semua yang pernah kucoba yang paling enak ya juice Koh Akin ini. Juice-nya kental nggak kebanyakan air dan yang paling penting penjualnya ramah. Sebenernya juice-nya nggak ada namanya, kita namain Juice Koh Akin karena yang jualannya pasangan suami-istri yang kita panggil Engkoh dan Cici. Oh iya, Juice Koh Akin ini mangkalnya di depan barber shop di samping bangunan Vitasari, sebelahnya Willy’s Fried Chicken.

Eh. Last but not least ...

CATERING CHEF AUGUSTIN
★★★★★

Untuk yang satu ini memang nggak open for public Cuma untuk konsumsi internal aja 😊 Chef Augustine ini aslinya adalah office girl di kantor yang akhirnya merangkap sebagai chef, apalagi kalau bukan karena melihat peluang kita-kita yang malas mencari makan ke daerah sekitar Kurdi dan Inhoftank wkwk Untuk menunya bisa request dan belakangan ini chef Augustine menyediakan menu tambahan macem buah-buahan dan infuse water bagi yang ingin diet.

👌👌👌

Bisa take away juga ... 

Spaghetti dengan kearifan lokal ala Chef Augustine

Kalau lagi ada yang ultah 

Tak kenal maka tak sayang, tak di-review bukan berarti belum pernah dicobain, beberapa nggak di-review karena harganya mahal rasanya B aja atau harganya murah rasanya memble.
Share
Tweet
Pin
Share
30 comments
source: akun Instagram Palari Films
Di bulan Oktober ini aku mengawalinya dengan nonton film … yha~ belum ada perubahan haha 😂 Tentcu dengan teman-temanku sekalian yang kukenal sejak awal masuk SMP, kali ini selain aku dan Icunk ada Deya, Memed dan Chaceu yang rela datang jauh-jauh dari planet Bekasi 🗺. Di Twitter kita pernah janjian nonton Crazy Rich Asians, tapi berhubung aku dan Icunk udah nonton duluan jadinya kita memilih film yang lain yakni film Aruna dan Lidahnya.

Karena. Meski pernah kesengsem berat dengan novelnya, aku kurang tertarik dengan film Belok Kanan: Barcelona, pasalnya … bagiku pemilihan castnya terkesan seret karena yang dipake ya itu-itu lagi 🕸 #netizenhausperubahan. Sedangkan The House with a Clock In It’s Walls dan Johnny English Strikes Again terasa kurang menantang (trailernya sih begitu) 🤔. Well … jangan harap kita sudi buang doku untuk film sejenis Something In Between atau Arwah Tumbal Nyai ya. HA to the RAM 💣💣💣.

Film Aruna dan Lidahnya merupakan adapatasi dari novel berjudul sama karya Laksmi Pamuntjak yang juga menulis novel Amba. Novelnya sendiri rilis sekitar tahun 2014an, di masa-masa awal bekerja, jadi harap maklum aja nih yay nggak beli bukunya 😁. Sekarang juga belum punya kok 😝 Soalnya setiap kali mampir ke Gramedia bawaannya ingin melipir mulu ke bagian stationary, ya … beli kuas, ya … beli marker, ya … beli pulpen, ya … uangnya abis duluan deh haha 😂

Aruna dan Lidahnya bercerita tentang Aruna (Dian Sastrowardoyo)  seorang epidematologist (ahli wabah) yang ditugaskan oleh atasannya Pak Burhan (Desta Mahendra) untuk mengkroscek data mengenai epidemi flu burung di lapangan. Biar nggak anyep, Aruna mengajak teman dekatnya Bono (Nicholas Saputra) yang berprofesi sebagai chef untuk menemaninya bekerja sekaligus menyalurkan hasrat berkuliner ria. Oh iya. Aruna diharuskan untuk mampir di 4 kota; Surabaya, Pamekasan (Madura), Singkawang dan Pontianak.

Ternyata di Surabaya Aruna disupervisi langsung oleh Farish (Oka Antara) mantan kecengannya saat masih sekantor di One World. Kapan lagi coba denger Dian Sastro ngomong “anjing!” 🐶 sambil keselek kuah rawon haha 😂😂😂 Kemudian, ada Nadezdha (Hannah Al-Rasyid) yang bergabung atas undangan Bono, BTW. Nad ini adalah seorang food reviewer (+ penulis buku) sekaligus kecengannya Bono.

Menurutku film Aruna dan Lidahnya genrenya berada di grey area, kurang pas kalau masuk genre culinary movie (macem film Chef) dan kurang pas kalau masuk genre romcom. Mungkin lebih pas kalau masuk ke genre casual movie atau genre metropop (buku dong? 😓). Rasio antara kuliner dan flu burung berimbang jadi berasa rada nanggung gimana gitu … kulinernya belum pol sementara flu burungnya kurang serius. Hampir terasa biasa-biasa … 


Namun film Aruna dan Lidahnya ini sangat diuntungkan dengan jajaran cast-nya yang mampu membawakan karakternya dengan baik. Terutama Dian Sastro dan Nicholas Saputra yang berhasil melepaskan bayang-bayang Cinta dan Rangga. Bersyukur sekali karakter Farish diperankan oleh Oka Antara bukan oleh Fedi Nuril, Reza Rahardian atau Deva Mahendra. Gimana dengan Hannah Al-Rasyid? Hmhh. Aku selalu suka Hannah …

Dian Sastro jelas memberikan penampilannya yang terbaik, karakternya yang … let’s say perpaduan antara jutek + innocent + naif menjadikannya subjek paling menggemaskan di film ini. Selain itu, teknik breaking the 4th wall ala film Deadpoolnya berhasil diterapkan dengan pas, jatuhnya jadi lucu-lucu gimana gitu
ekspresinya haha Jarang-jarang kan liat Dian Sastro begini 💘💘💘.

Ada saat-saat dimana mereka berempat ngobrol santai (biasanya sambil makan), joke’s dan bahasannya masih masuk untuk kita-kita yang late 20’s sampai mid 30’s, nggak ketinggalan zaman tapi juga nggak terlalu hype. Scene terasyik ada di pelabuhan Surabaya saat mereka makan nasi campur, meski memiliki persepsi berbeda tentang makanan, nggak bisa dipungkiri makananlah yang menyatukan mereka kita semua. Persis seperti advertisementnya Teh Botol Sosro. Selain itu, karena tektokan ngobrolnya enak berasa lagi dengerin temen ngobrol 😇.


source: akun Instagram Palari Films
Product placementnya nggak ganggu ya, Cuma sayang kurang banyak haha 😜 Sebagai film yang disisipi genre kuliner, agaknya Kecap Bango terlalu mendominasi padahal bisa aja bumbu-bumbu lain ikutan, eh tapi rasanya jadi nggak authentic ya haha 😫 Apa kek? *maksa banget yaini Local brand outfit mungkin 🤔? Skincare 🤔? Indomie 🤔? Karena apapun filmnya kalau product placementnya halus pasti diinget terus, nggak kaya sinetron yang product placementnya kasar, boro-boro ingin nonton yang ada langsung pindahin channel 💤💤💤.

Scene kulinernya memang membuat kita lapfar tapi lebih lapfar lagi kalau nonton serial Let’s Eat, mungkin salah satu faktornya adalah budaya orang Indonesia yang nggak seekspresif orang Korea. Menyeruput kuah dan mengecap-ngecap makanan (ceplak) nggak diperkenankan karena berkonotasi kurang beradab dan terkesan jorok. Tapi … Aku termasuk yang setuju ya 😂, karena … sering merasa terganggu dengan bunyinya. Sebel aja gitu dengernya … 😠

Yang aku pertanyakan untuk film Aruna dan Lidahnya ini adalah: seberapa pentingkah resep nasi goreng Mbok Sawal di film ini? Kupikir kita hanya akan disuguhi pencarian Aruna dan teman-temannya untuk resep nasi goreng Mbok Sawal seperti halnya pencarian Ben dan Jody untuk kopi Tiwus, ternyata nggak seserius itu ya … dan yang paling bikin gedek, level keponya Aruna masih di awang-awang 😪. Disini hamba #gagalfaham.

Bagiku, kata lidah di judul film Aruna dan Lidahnya adalah metafora dari organ tubuh Aruna lainnya, yang sama-sama bisa mengecap rasa dan memiliki standar tersendiri. Ini hati kengkawan 💗. Aku bilang begini karena main characternya adalah Aruna yang statusnya masih naksir-naksir sebel dengan makanan, akan berbeda kalau Nad yang dijadikan main character, mungkin Nad dan Lidahnya nggak perlu metafora karena Nad jelas hidupnya lebih passionate ketimbang Aruna.

Mungkin ya … mungkin … lidah Aruna yang diceritakan agak kurang peka saat mengecap makanan adalah representasi kehidupannya yang terasa hambar di usianya , nggak ada sandaran gitu maksudnya 😝 Makanya meski Aruna nekat minum air jeruk nipis tengah malam dan nguyup air laut pake sedotan rasa yang dikecapnya nggak pernah sesuai dengan ekspektasinya. Karena sedari awal yang bermasalah bukan lidahnya, tapi hatinya #eaa 😏.

Di prolog Aruna bilang; “masa sih harus menunggu seseorang yang tepat dulu untuk bisa menikmati semangkuk sup iga yang enak?” penonton sih yes, cengar-cengir sambil ngebatin “wuih … tau aja deh”. Namun di epilog Aruna malah mengutip quotenya manusia-manusia yang butuh sandaran “bukan dengan apa makannya tapi dengan siapa?” Yha~ Setelah sekian purnama, aku Cuma bisa mengelus dada. Dasar labil!!!😱😱😱

Sountracknya memang sedikit tapinya cociks, terutama lagunya Soimah untuk scene kapal Vantura. Kabarnya Edwin (sutradara) memang gemar menyisipkan metafora dalam film-filmnya, termasuk salah satunya scene kapal Vantura ini. Aku tadinya nggak ngerti karena kan memang belum baca bukunya, ternyata di Twitter ada ngebahas fan theorynya segala dong haha

Diantara semua makanan yang disajikan di film Aruna dan Lidahnya, yang paling bikin kabita adalah … apa coba? Yap. Bakmi Kepiting dan Choi Pan. Plis deh … itu daging di capit kepiting seriusan mengganggu konsentrasi, soalnya terakhir kali makan mie-miean yang ada kepitingnya yakni saat ke Pempek Candy di Palembang. Kalau follow @amrazing di Twitter dan IG pasti taulah ya ini orang sering banget ngomongin Choi Pan, aku bacain tweetnya aja udah kabita apalagi ini … diliatin dari cara buatnya dong. Parah … Parah … Parah ... 😮


source: akun Instagram Palari Films

source: akun Instagram Palari Films
Kalau film Filosofi Kopi mampu menjadikan ngopi sebagai bagian dari lifestyle, bukan nggak mungkin kalau film Aruna dan Lidahnya juga mampu menjadikan kuliner daerah dan cita rasa peranakan sebagai new wave di dunia bisnis kuliner. 


Tentu aku merekomendasikan film Aruna dan Lidahnya untuk ditonton di akhir pekan (bukan weekend), meski genrenya masih nanggung obrolannya relate dengan kehidupan masa kini, cocoklah untuk kaum urban macem kita-kita ini haha 😉😉😉

Kalau lagi gabut, cobain deh quiz di official websitenya.
hasil punyaku :p
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Kembali ke Ubertos, kali ini aku menonton film Crazy Rich Asians hanya dengan Icunk tanpa Lisna.

Belakangan ini timeline twitterku lumayan seru ya gegara #crazyrichsurabayan dan #crazypoorasians kocak aja bacain curhatan recehnya para #sobatmiskin 😂😂😂 Nggak sedikit juga yang membagikan kehypeannya via insta story yang mana semakin membuatku penasaran, apalagi beberapa akun movie enthusiast mereviewnya dengan penilaian yang cukup baik. Well ... makin penasaran kan 😝

Crazy Rich Asians adalah film yang diadaptasi dari buku berjudul sama karya Kevin Kwan, yang rilis sekitar tahun 2013. Yang pertama adalah Crazy Rich Asians, yang kedua adalah China Rich Girlfriend dan yang ketiga adalah Rich People Problems. Aku belum sempat membaca bukunya ya jadi belum bisa membandingkan versi buku dengan versi filmnya.

Bisa dibilang film Crazy Rich Asian ini adalah film Black Panthernya asia, karena hampir seluruh cast-nya merupakan orang asia dan dibuat dengan cita rasa yang soo ... asia 👏. Di film-film Hollywood biasanya orang Asia agak kurang menonjol jika dibandingkan orang Russia atau Timur Tengah yang sering banget dijadikan villain, namun meski jarang dijadikan pemeran utama bisa dipastikan hampir selalu ada orang Asia di dalam tim, entah itu hacker atau nerdy yang melengkapi.

Sesuai dengan judulnya, Crazy Rich Asians menceritakan tentang kehidupan para taipan serta circle horang-horang kaya di Asia, yang saking tajirnya bisa sampai melakukan hal-hal yang ‘agak kurang wajar’. Oh iya, negara asia yang menjadi setting ceritanya adalah Singapura dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris dan bahasa Mandarin, tapi bukan singlish. Pada beberapa scene bahkan ada yang menggunakan bahasa Melayu yang nggak berbeda jauh dengan bahasa Indonesia 👌.


Rachel Chu (Constance Wu) adalah seorang prefessor di bidang ekonomi yang mengajar di NYU dan sedang menjalin hubungan dengan Nick Young (Henry Golding), suatu hari Nick mengajaknya ke Singapura untuk menghadiri resepsi teman masa kecilnya Collin (Chris Pang) dan Araminta (Sonoya Mizuno), sekaligus berencana mengenalkan Rachel kepada orang tua dan keluarganya. Yang Rachel tidak ketahui adalah Nick memiliki kehidupan lain di Singapura 😏.

Seperti halnya Gossip Girl versi kearifan lokal alias Lambe Turah, kabar rencana Nick mengajak Rachel menemui keluarganya di Singapura tersebar di Radio One Asia, tak terkecuali Eleanor Young (Michelle Young) yang menolaknya mentah-mentah. Tentu saja netyzen (Radio Asia One) yang maha kepo berusaha mencari tahu siapa Rachel Chu ini, maklum sist ... sebelumnya nggak ada nama Rachel Chu di circle kehidupan mereka 😸.

BTW. Graphic perjalanan Rachel dan Nick dari New York ke Singapura kece yaw... 💋

Rachel dan Nick kemudian memilih untuk menginap di hotel setelah ditolak oleh Eleanor, kebetulan saat itu bibi-bibinya Nick yakni Felicity dan Alix mengadakan pesta dikarenakan bunga Tan Hua-nya sedang mekar. Seakan menjawab keheranan penoton, Alix bilang “Kami selalu memiliki alasan untuk berkumpul”. Ya intinya adalah berkumpul bersama keluarga, soal acara sih bisa dibuat-buat... Haha 😂 Kupikir bunga Tan Hua adalah bunga sejenis Raflessia Arnoldi atau apalah yang aneh tapi eksotik gimana gitulah, ternyata bunga Tan Hua adalah… bunga Wijayakusuma.

😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂

Setelah ngakak sejenak, aku malah jadi kepikiran Mbah Uti yay… 😭 salah satu bunga favoritenya adalah bunga Wijayakusuma itu. Kalau bunganya sedang (akan) mekar dan kita (cucu-cucunya) kebetulan sedang menginap, pasti disuruh ikutan nongkrong di teras sambil melihat bunganya bermekaran. Proses mekarnya bunga Wijayakusuma ini memang bisa ditungguin ya seperti di film, jadi kita bisa melihat kelopak bunganya merekah perlahan-lahan di bawah sinar rembulan. Asyik nggak tuh... 😎 Tapi, karena bunganya ditanam di pinggir kolam, yang ada seringnya kita bubar duluan gegara nggak tahan sama nyamuknya 😜.

Sebelum meghadiri pesta, untungnya Rachel menyempatkan diri menemui sahabatnya semasa kuliah Peik Lin Goh (Awkwafina) yang kelakuan sengkleknya selalu bikin ngakak. Wajahnya Peik Lin ini bagiku mirip-mirip dengan Ana yha~ haha Dari keluarga Peik Linlah akhirnya Rachel mengetahui siapa Nick sebenarnya, eym... meski keluarga Goh termasuk keluarga tajir namun doi nggak masuk circlenya Nick ya, tajir juga ada kastanya keleuss .. 😏


Pertemuan (pertama) antara Rachel dan Eleanor terbilang agak kurang baik, sebab... yha~ tahu sendirilah orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Terutama setelah tahu Rachel ini adalah ABC (American Born Chinese) dengan latar belakang keluarga yang baginya nggak memenuhi kualifikasi sebagai calon menantunya. Seperti yang  kita ketahui dan alami rata-rata keluarga di asia sangat berperan aktif dalam kehidupan anak-anaknya, terlalu ikut campur malah #eh termasuk dalam urusan memilih pasangan hidup. Kalau nggak punya pendirian, bisa-bisa si anak berakhir menjadi manchurian candidate.

Meski baru kenal, Rachel diundang Araminta ke bachelorette partynya, begitu pun dengan Nick yang diundang Collin ke bachelor partynya, keduanya digelar terpisah dengan tema yang berbeda. Biasa lah ya ciwik-ciwik… bakat ngegosipnya susah bener direm, Rachel yang ‘nggak ngapa-ngapain’ pun tak luput dari jadi sasaran bully. Salah satu penyebabnya adalah Amanda ‘Mandy’ Ling (Jing Lusi) mantan pacar Nick dulu. Untungnya, Rachel bertemu dengan salah satu sepupunya Nick yakni Astrid Leong (Gemma Chan), yang meski galau dengan kisruh rumah tangganya dengan Michael Teo (Pierre  Png) tetep tampil cetar maksimal 😘😘😘.


Rachel dan Nick sadar ya jika ingin terus melanjutkan hubungannya mereka bukan Cuma harus menghadapi orang tua Nick dan neneknya Shang Su Yi (Lisa Lu) namun juga menghadapi keluarga besarnya Nick. Bukan hal yang mudah ya … kadang orang biasa yang notabene bukan siapa-siapa pun bisa mentok di urusan restu, lha ini… bahkan orang-orang sepercirclean pun ikut campur mikirin mau kasih restu apa kagak. 😦😦😦

Jadi, setelah terbaper-baper sejenak dengan konsep penikahannya Collin dan Araminta yang mind blowing dan touchy karena efek soundtracknya. Kita akan dibuat faham bahwa tak peduli apakah kau #crazyrichasians atau #crazypoorasians, keluarga tetaplah yang utama. Kupikir, bukan Cuma orang-orang asia beretnis Tionghoa saja yang begini, hampir seluruh orang asia rata-rata memang memiliki mindset khusus mengenai definisi keluarga, Well  mungkin hal itu juga ya yang membedakan orang asia dengan orang eropa atau orang amerika, unsur kekeluargaannya lebih kental.


Selain itu, hal yang cukup ditonjolkan di film Crazy Rich Asians ini adalah soal menjaga tradisi leluhur. Pada beberapa literature yang pernah kubaca dan film yang kutonton, ada anggapan bahwa menjaga tradisi leluhur dilakukan untuk membuatnya (leluhur) tetap hidup dan membuatnya sesekali hadir. Salah satunya adalah film animasi Coco, well… nggak mungkin nggak baper kalau nonton film ini hehe

Meski lirik lagu Coldplay (Fix You) dan Madonna (Material Girl) digubah ke bahasa Mandarin, lagunya tetap enak didengerin kok. FYI. Hampir semua lagunya menggunakan bahasa Mandarin yang fancy, yang kalau dithrowback nyangkutnya di masa-masa kejayaanna Andy Lau dan Aaron Kwok, jir… apaan tuh Andy Lau dan Aaron Kwok? 😂😂😂


Selain Gemma Chan, yang cukup mencuri perhatian adalah Awkwafina alias Peik Lin Goh, gimana nggak mencuri perhatian ya … hampir semua scenenya mengundang tawa. Cucoklah bergaul dengan Oliver T’Sien (Nico Santos). Meski agak absurd, Kitty Pong (Fiona Xie) juga mencuri perhatian dengan rambut Jinny Oh Jinnynya. Dengan senang hati aku mesti bilang, kalau Kitty Pong ini adalah pasangan yang paling sesuai untuk Bernard Tai (Jimmy O. Yang).

Kalau pernah nonton serial Fresh of The Boat pasti sudah nggak asing lagi dengan Constance Wu yang berperan sebagai emak-emak perhitungan (alias hemat padahal pelit). So … nggak begitu surprise saat ia mendapatkan peran Rachel Wu, yang membuatku surprise malah Henry Golding haha Juwara bangetlah crew yang pantang menyerah membujuknya meski sudah ditolak berkali-kali.

Sayang, Sung Kang (a.k.a Mr. Han di Fast & Furious) nggak ikutan 😫…

Sebagai penonton awam yang belum pernah membaca bukunya, kupikir apa yang ditawarkan oleh Crazy Rich Asians in sesuai dengan ekspektasi, alias pas porsinya. Namanya juga adaptasi novel, pasti ada aja bagian yang dipersingkat demi durasi yang HQQ. Icunk juga bilang begitu… karena menurutnya versi novelnya lebih geje karena lebih banyak menjabarkan tentang silsilah keluarga Young, maklum… prolog untuk 2 buku selanjutnya Oh iya… Warner Bros sudah mengkonfirmasi sekuel Crazy Rich Asians :)  spoiler: kemungkinan besar setting filmnya di Hongkong 💗.

I’m done lowering myself to make you feel adequate.
It’s not my job to make you feel like a man. I can’t make you something you’re not.

 This badass quote thrown by the one and only Astrid Leong, my newest crush ~

*movie poster taken from Impaward
**scenery picture taken from Warner Bros website
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
source

Di bulan September ini tadinya aku nungguin Wiro Sableng 212 rilis di bioskop, nyatanya malah keburu kemakan buzzerannya @watchmen.id yang muncul mulu setiap kali buka Twitter. Berdasarkan hasil searching, banyak review positif untuk film Searching ini yang intinya adalah: cerita dengan premis sederhana namun dieksekusi dengan luar biasa.

Karena ceritanya yang ‘biasa’ aku menonton film Searching ini sendiri ya ... sadar diri aja kalau film Searching ini bukan tipikal film yang asyik untuk ditonton rame-rame sebab kita harus fokus mengikuti alur ceritanya, meleng dikit bisa ketinggalan banyak. Studio di hari Minggu siang terbilang sepi, selain aku hanya ada beberapa anak sekolahan (sekitar SMP) dan seorang ibu beserta ketiga orang putrinya. Selainnya pada nonton Wiro Sableng yang baru rilis.

Searching bercerita tentang usaha David Kim (John Cho) menemukan anaknya Margot Kim (Michella La) yang menghilang tanpa jejak. FYI. David tinggal berdua saja dengan Margot setelah ditinggalkan oleh mendiang istrinya Pamela Kim (Sara Sohn), di opening scene kita akan diperlihatkan bagaimana mereka melewati hari-hari bahagia sebelum akhirnya Pamela sakit, sedih sih ini ... Untungnya, semua hal yang terjadi dalam kehidupan mereka terdokumentasi dengan baik di komputer keluarga.

Menariknya kita akan melihat tampilan serupa Windows dengan eksistensi Internet Explorernya, kurang lebih mirip-miriplah dengan film semacam The Den atau Nerve. Kualitas gambarnya disesuaikan dengan media yang digunakan, nggak mungkin dong kualitas gambar untuk video call via smartphone disamakan dengan kualitas video streaming yang dishot dari atas helikopter. 

Awalnya David ini nggak ‘ngeh kalau Margot ini menghilang, namun ya namanya juga orang tua ... pasti khawatir kan kalau chatnya nggak dibalas-balas apalagi kalau  tanda centangnya belum berubah warna menjadi biru. Bawaannya ingin neror haha Setelah kepergian mendiang istrinya, hubungan antara David dan Margot agak berjarak ya ...

David mulai resah saat mengetahui Margot nggak masuk sekolah ditambah lagi kenyataan bahwa Margot membohonginya perihal les piano. David kemudian menghubungi salah seorang orang tua teman Margot, yang menyatakan bahwa Margot ikut camping dengan anaknya. Agak legaan dikit kan ... namun David mulai mempertanyakan; apakah ia benar-benar mengenal Margot?

Setelah tahu Margot ternyata nggak ikut camping dengan temannya David menghubungi pihak kepolisian, yang dengan gercepnya menurunkan salah satu detektif terbaiknya yakni Rosemary Vicks (Debra Messing) guna menyelidiki kasus hilangnya Margot. Dari sini David berusaha mulai mencari tahu siapa Margot sebenarnya dari jejak digital yang ditinggalkannya.

Skill keponya edyan yha~ maksudnya, untuk ukuran bapak-bapak ... David ini tergolong expert. Setiap detail dicari missing linknya, hal-hal semacam mutual friends atau chat history dibaca sampai ke dasar timeline. Suatu hal yang lumrah dilakukan kalau kita lagi penasaran, well ... siapa pun pernah begini kan? hahaha #maaf #tapi #ini #bukan #pembenaran #pribadi

Ada satu scene membuatku merasa agak baper ya yakni saat David Kim marah kepada salah satu temannya Margot, kurang lebih begini: Kenapa kamu berteman (di social media) kalau nggak beneran berteman (di dunia nyata)? *Pertanyaan yang sebenarnya lebih tepat ditanyakan kepada diri sendiri ~.

Setelah sebelumnya menyangkal terlibat dengan mudahnya ia memanfaatkan kejadian hilangnya Margot demi likes di kanal Youtubenya, scene “she is my bestfriend ...” adalah scene tersamvah di film Searching ini, sekaligus mengingatkan bahwa akan selalu ada fake friend di lingkar pertemanan. Yap. Yang kalau ngomong di depan sama di belakang beda gitu lah ... The fake one is the realist one.

Salah satu hal yang menjadi daya tarik film Searching ini tentunya adalah plot twist yang berlapis, kaya yang kelihatannya mau udahan tapi ternyata nggak jadi, berkali-berkali untungnya bukan film horror. Scoringnya dibuat simple namun cukup menegangkan, nggak berisik tapinya memandu kita untuk deg-degan bareng. Selain itu, pada beberapa point kita akan diarahkan untuk mencurigai salah satu karakter, yang biasanya beralibi lemah.

Kalau pernah nonton film Harold & Kumar tentu tahulah gimana gebleknya karakter yang diperankan oleh John Co, sekalinya serius yakni saat ia memerankan karakter Sulu di film Star Trek. Di film Searching ini bisa dibilang David Kim adalah pencapaian terbaiknya John Cho terlepas dari betapa menyenangkannya ia sebagai Harold.

David Kim benar-benar menggambarkan kegigihan orang tua terlebih jika menyangkut urusan anaknya, dalam hal ini, baik itu benar atau salah sudah nggak penting lagi yha~. Kaya di film Drishyam … But seriously ... He’s dad of the year!!! 🙌🙌🙌

Yaudalaya … cukup sekian review kali ini.

Stay curious & jangan lupa ngobrol :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates