Hello~
Marki-view film yang kutonton semalam, Tuhan Izinkan Aku Berdosa. Udah pada nonton belum? Kalau belum kusarankan kalyan untuk nonton sesegera mungkin, tahu sendiri laya… film macem begini kurang masuk ke market film Indonesia, apalagi tema yang diangkat agak sensitif. Sejujurnya aku mixed feeling saat tahu Hanung kembali bikin film bertema religi, kaget sekaligus senang karena ternyata beliau masih berada di khittoh-nya 😊.
Tuhan, Izinkan Aku Berdosa adalah film ke 3 yang kutonton di bulan Mei, setelah Totto Chan: The Little Girl at the Window dan How To Make Millions Before Grandma Dies. Tadinya aku ingin nonton Furiosa: The Mad Max Saga karena filmnya lebih OK kalau ditonton di bioskop ketimbang streaming platform. Namun karena Cine Crib kelamaan merilis review-nya jadi weh di-skip dan lanjut nonton Tuhan, Izinkan Aku Berdosa 😋.
Kalau melihat laman wiki-nya Hanung sangat produktif memproduksi film, sayangnya hal itulah yang juga bikin performanya kurang stabil. Well… kita mesti mengakui bahwa nggak semua film yang dirilisnya berakhir dengan baik, kadang malah flop, kadang kurang ‘rasa’, kadang dihina-hina. Menurutku, Hanung lebih on fire saat bikin film untuk dirinya ketimbang untuk orang lain, ketara aja gitu bedanya 😅.
So far, film adaptasinya Hanung OK kok, termasuk Ayat-Ayat Cinta yang bikin Fedi Nuril jadi spesialisasi aktor poligami 😂. Aku suka film-filmnya Hanung yang di bawah tahun 2010, setelahnya sih so so ya… ada yang bagus ada yang B aja. Film Hanung favorite-ku masihlah Catatan Akhir Sekolah yang pernah kewren pada masanya, The Gift dan Doa Yang Mengancam. Kusuka scene Madrim berlarian di ilalang, di tengah keputusaasaannya mengadu ia malah disambar petir 💫.
Sejujurnya aku meng-underestimate Perempuan Berkalung Sorban karena huru hara yang diciptakannya, kukira itu hanya gimmick biar rang-o-rang penasaran ingin nonton, ternyata nggak begitu ya… 😅. Untukku, Perempuan Berkalung Sorban itu bagus banget nget nget nget… karenanya aku jadi faham mengapa ulama (terutama eastern) meyerukan boikot meski filmnya belum tayang. Plis masukkan Perempuan Berkalung Sorban ke watchlist kalyan… 😊.
Tuhan, Izinkan Aku Berdosa adalah film Hanung terbaru yang diadaptasi dari buku berjudul Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin Dahlan. Belajar dari pengalaman, Hanung merevisi judulnya se-humble mungkin biar nggak memicu huru hara. Aku belum pernah membaca bukunya jadi nggak bisa membandingkan atau berekspektasi ini itu, namun sebagai audience aku faham bahwa interpretasi setiap orang akan suatu objek pasti berbeda-beda. Maka dari itu bagimu taste-mu, bagiku taste-ku ✨.
jan lupa jajan seblak dulu ya Kinan |
Iqra... |
Sebelum filmnya ditayangkan penonton diperingatkan bahwa, beberapa adegan bisa bikin nggak nyaman dan menyinggung, camkan itu wahai audience 😉. Film dibuka dengan scene Kiran (Aghniny Haque) masuk di kelas ber-genre syariah (yang isinya ukhti dan ikhwan *assalamualaikum 🙇), mereka sedang membahas surat Al-Baqarah ayat 30 yakni mengenai tujuan penciptaan manusia di muka bumi. Sounds familiar? Sebagai warga Muhammadiyah tentcunya kita (aku dan kau) ikrib dengan surat Al-Baqarah ayat 30 ini sebagaimana surat Al-Imran ayat 104.
***
Diceritakan bahwa Kiran adalah seorang mahasiswi yang cerdas, kritis nan kismin, di kampus ia aktif mengikuti kajian keagaamaan yang dipimpin oleh Abu Darda. Sebagaimana kelompok kajian pada umumnya penampilan mereka cukup mencolok, yang cowok berjanggut dan bercelana cingkrang sedang yang cewek pake gamis dan hijab lebar. Semua baik-baik aja sampai Abu Darda melamar Kiran dan menjanjikan perbaikan ekonomi, Kiran yang merasa ditipu menolak lamaran Abu Darda seketika bikin kajiannya huru hara 🔥🔥🔥.
IMHO menggunakan burqa/cadar, memanjangkan jenggot dan mengadaptasi budaya arab plek ketiplek kurang cocok diterapkan di Indonesia yang humid. Sejauh yang kupelajari Islam itu sangat memudahkan dan flexible, karenanya selalu ada jawaban untuk segala pertanyaan yang menimbulkan keraguan, tinggal kita yang mesti selektif memilih ayat dan hadits yang dijadikan sebagai acuan. Well… nggak semua hadits yang beredar itu asli ya ada juga yang palsu.
alah siahh... teu boga duit |
ibu dan bapak Kiran di kampung |
Kiran kemudian di-kick dan diteror oleh mantan mantemannya, ngeraayyy banget sih… ngegeruduknya udah macem ormas *eh. Selama ini Kiran ngekos di tempatnya Mbak Ami (Djenar Mahesa Ayu) yang membuka salon ++, namun demi keselamatannya Mbak Ami memindahkan Kiran ke kosan lain. Di kosan yang baru Kiran bertemu dengan Darul Fauzi (Andri Mashadi) mantan teman kajiannya yang berusaha melindunginya, ealah… kukira kau rumah ternyata hanya tempat les, ngasih pelajaran tambahan 😂.
Tadinya aku mengira Kiran dan Arul akan selalu bersama melawan dunia dan Abu Darda, nyatanya Arul hanyalah mahasiswa jaim yang memutuskan hubungan yang perkara nyalon ketua himpunan 😅. Seketika hati berbisik… pantas Allah nggak menjadikan kamu idol yang dipuja para donatur 😂. Saat Arul bilang “mana yang akan lebih dipercaya? omongan ana atau antum?” bangun Kiran! Arul nggak red flag dia udah jadi ghost rider 🏍🔥.
Scene Kiran dan Arul ber-ana-anti adalah scene yang paling di eaa-eaa-in audience, macem “anjir, geuleuh pisan ih maneh” astagfirullah, hamba jijique 😂.
saat Kiran dan Arul main di pantai cakep sih, bagai melihat video after wedding pasangan muslim syar’i |
tapi saat Arul menyewa kamar hotel pake uang infaq bikinku ngakak, berdakwah atas nama Tuhan namun diam-diam menciptakan lingkaran setan. |
nggak usah pura-pura lo - nikmir |
Kiran yang kecewa kemudian menghampiri Hudan (Samo Rafael) dan ikut nongkrong, untukku Kiran lebih cocok jadi anak nongkrong mapala ketimbang jadi anggota kajian 💡. Chemistry-nya lebih OK dan santai, macem kita saat ngobrol dengan teman yang coy. Kiran yang sedang high mengajak Hudan naik gunung untuk meluapkan kekecewaan sekaligus membuktikan kuasa Tuhan. Kurasa scene Kiran berdiri di atas batu dengan petir yang menyambar adalah scene yang kewren, sangat mewakili kita pada saat bermunajat dalam kekalutan 💖.
Sejujurnya aku merasa terganggu dengan timeline-nya yang nggak linear, untukku penyusunannya timeline-nya kurang rapi dan cenderung loncat-loncat, tapi lama kelamaan mah B aja sih😁. FYI Khusus scene perbuatan dosa, lighting-nya sengaja dibikin berwarna warni macem cover plastik di tukang jilid depan kampus. Tuhan, Izinkan Aku Berdosa terbagi dalam beberapa era yang nyaru, namun biar mudah aku membaginya menjadi era: Kiran dan kajian, Kiran dan klien, dan Kiran ending *sotoy.
Kiran dan kajian adalah era saat Kiran menjadi mahasiswa dan bala-balanya Abu Darda, era saat Kiran mulai mempertanyakan imannya. Era ini ditandai dengan: outfit Kiran yang kayanya beli satu seri karena cuma beda warna 😅, dan color grading-nya pake warna kuning aesthetic yang bikin siwer.
Kiran dan klien adalah era saat Kiran menjadi menjadi partner sekaligus bala-balanya Tomo (Donny Damara) dosennya saat kuliah dulu. Juwara banget laini stylist-nya, hijab sakaratul maut (*cari aja di TikTok 😅) dipadukan tunik midi dengan belahan tinggi sungguh sangat menyentil 😀.
Kiran ending adalah era saat Kiran kembali merasakan pergolakan batin mengenai pilihan hidupnya.
saat keduanya masih waras |
menjemput rezeki dulu gaes... |
ealah... ada Cak Imin 😂 |
Setelah cabs dari kampus Kiran dan Tomo bersekutu dalam dosa, entah apa konsepnya namun Kiran hanya menerima klien dengan spesifikasi munafik, selain itu mah bhay! Diantaranya adalah Alim Suganda (Nugie) seorang politikus yang sedang sibuk mencalonkan diri. Aku nggak tahu apa gerangan yang terjadi antara Hanung dan Cak Imin, namun keputusan Hanung memvisualisasikan Alim Suganda ala Cak Imin bikin kita terhibur 😁.
Saat Kiran disekap oleh antek-anteknya Alim Suganda aku merasa alurnya offside karena action-nya too much untuk film religi. Menurutku, keputusan Hanung memilih Aghniny Haque sebagai main cast adalah pilihan yang tepat karena mbnya memang OK. Scene favorite-ku adalah saat Kiran berjalan sambil bercucuran air mata di terowongan, feel-nya dapet yaini 💗. Pun saat ia melemparkan handphone dan berlari ke tengah sawah untuk kemudian ditenangkan oleh Arul.
jadi gimana? |
Untukku, scene pamunqasnya masih agak kurang ya... Kinan pake outfit serba putih sambil melafalkan subhanallah mungkin OK saat dibaca, namun saat divisualisasikan kayanya kalyan bisa lebih deh 😅. Overall, meski masih kurang smooth aku suka Hanung di mode religi macem begini 😁, serius yaini, udah lama aku nggak nonton film religi yang bikin hati bertanya-tanya. Film horor tetap film horor meski ada pendakwah dan printilan agamanya yekan...
Saat kalyan membaca review ini tentcunya Tuhan, Izinkan Aku Berdosa udah nggak tayang di bioskop, tapi tyda mengapa karena kuyakin kelak akan ditayangan di streaming platform. Sejujurnya aku nggak yakin Tuhan, Izinkan Aku Berdosa ditayangkan di TV dan di-treat macem film religi karena banyak adegan eksplisitnya. Tapi kalau kalyan punya kesempatan untuk nonton, plis nonton, niscaya kalyan akan faham mengapa Arul adalah cowok kajian masa gitu.
Akhirul kalam… biarkan ana menjadi apa-apanya anti 😇
The pictures were taken from the @wathcmen.id thread on X