Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hay~

Satu-satunya hal yang bisa membuat Bandung lengang selain koronces adalah banjir jabodetabek, serius yaini… hanya banjir yang bisa menyetop warga jabodetabek healing ke Bandung 😅. I just want you to know betapa nikmehnya Bandung saat lengang begini… 🥲 warga Bandung yang sebenarnya hanya akan beraktivitas hanya setengah hari saat weekend, sisanya mah menghabiskan waktu di rumah apalagi di saat hujan. Makan cuankie atau Indomie enak kayanya 😂...

Minggu ini Bandung banjir, Bandung Kota pula… Braga pula… 😅. Hal yang sama sekali nggak diperkirakan adalah debit air sungai Cikapundung akan luber dan menggenangi jalan Braga. Intensitas hujan yang konsisten turun sepanjang hari bikin daerah Gedebage dan Dayeuh Kolot banjir seketika, nggak udah ditanya gimana effort-nya rang-o-rang untuk sampai ke rumah. Karenanya kita memutuskan untuk beredar ke daerah Dago, dan akhirnya… *drum roll 🥁 ke Warung Lela.

Barangsiapa yang pernah membaca Cintapuccino atau chick-lit-nya Ninit Yunita pasti tahu bahwa di Bandung bagian aesthetic ada tempat bernama Warung Lela (WaLe) 😆. Kita udah baca Cintapuccino sejak SMP, makanya Warung Lela masuk list tempat yang ingin dikunjungi saat kuliah nanti, kuat ka hahanjirrr 🤣. Nyatanya, konsep kuliah-main-pacaran hanyalah angan-angan belaka, yang ada kita semua payah karena energinya terserap Dementor tugas 🤯.


Sebagai mahasiswi ber-budget rata-rata hiburan kita nggak jauh dari nonton di bioskop, karaoke dan nginep-nginepan. Karena nggak punya kendaraan pribadi maka tujuan main kita sebisa mungkin yang angkot-oriented atau jalan kaki dikit. Untuk kita, Kebun Binatang dan Taman Lalu Lintas lebih accessible ketimbang Warung Lela yang lokasinya nyempil entah dimana. Bisa sih pake taksi, cuma nanti pulangnya gimans… mana argonya cepet banget 😅.

Perjalanan menuju Warung Lela lancar banget… Thanks to G-Maps yang meng-guide kita sampai di tujuan. Kukira lokasinya berada di jalan yang agak ramai, ternyata masuk ke kompleks dosen Unpad yang… konturnya split level 😁. Karena situesyannya yang nggak begitu ramai kita bisa mendapatkan spot parkir dengan mudah, kalau situesyennya ramai kemungkinan akan agak sulit ya… Oh ya, di samping Warung Lela ada masjid kompleks, bagi kalyan yang muslim bisa ikut sholat di sana.

feels like (somebody) house

Warung Lela terbagi di 2 kavling yang bersebrangan, yakni Warung Lela atas dan Warung Lela bawah *istilah bikin sendiri 😎. Degan sotoynya kita langsung menuju Warung Lela atas karena mengira Warung Lela bawah adalah serving area 😅. Warung Lela memiliki bangunan berkonsep joglo yang dipenuhi oleh tanaman-tanaman hijau yang dirawat dengan baik, yang membedakan adalah view-nya. Warung Lela atas memiliki view tanaman sedangkan Warung Lela bawah memiliki view Bandung city lights.

Setelah berkeliling mencari meja ter-cozy untuk ngobrol, kita memutuskan untuk duduk di meja yang berada di samping taman, berbatasan langsung dengan masjid. Sambil menunggu order-an datang, kita berkeliling tamannya dan mengambil foto, yang ternyata hasilnya kurang OK karena pencahayaannya redup. Kalau nggak gerimis mungkin view-nya dari Warung Lela atas akan lebih jelas.

rimbun banget ygy

aku saat ngantor :)

tetap ngobrol~

Kita order yamin dan yahunnya aja, kalyan nggak usah order versi special-nya karena bedanya hanya ditambahi siomay, sisanya sama aja kok 😅. So far rasanya sih OK namun nggak yang wow gimana gitu ya… Mungkin karena kita udah sering makan yamin yang enak, rasanya jadi B aja. Kalau kita mencobanya 10-15 tahun yang lalu kita pasti akan merasa yaminnya enak banget, namun karena kita mencobanya sekarang kita merasa yaminnya enak aja. 

Untuk minumnya kita order teh tawar karena teh manis harganya dua kali lipat, mungkinkah Warung Lela diam-diam memaksa kita menjauhi gula? 🤔. Untuk kita yang nggak pernah mengalami masa nongkrong di Warung Lela selepas kuliah tentcunya kita nggak memiliki keterikatan macem Mulang Sari. Karenanya kita merasa Warung Lela ini overpriced dan under expectation, meski tempatnya memang nyaman untuk ngobrol lokasinya yang agak nyempil bikin nyerah 😁.

yahun special

yamin manis baso

Akhirul kalam… kalau saat ini ada tempat atau makanan atau apa aja yang hype kusarankan kalyan untuk mencobanya, just go for it. Karena akan ada saatnya yang anget berubah menjadi yang anyep 😆.

Warung Lela
📍 Jl. Kupa No.6, Cigadung, Kec. Cibeunying Kaler, Kota Bandung
📅 Senin-Minggu 08.00-20.00
🍛 32K-69K
🍜 25K-43K 
🥟 19K-26K 
🥤 7K-30K

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Photo by Karolina Grabowska
Hello~

Tahun lalu aku nggak sempat bikin annual birthday post karena sibuk banget 😁. Hampir sepanjang tahun aku kepikiran annual birthday post ini, ingin menulis sesuatu tapi bingung mau menulis apa. Mungkin karena di tahun-tahun sebelumnya udah banyak menulis, aku merasa semuanya (post-ku) udah cukup mewakili. Sayang banget ya… pasalnya aku udah pusing memikirkan judul post-nya sejak beberapa bulan sebelumnya 😅. Yha~ make it double (three).

Untuk saat ini alhamdulillah aku merasa hidupku udah ‘cukup’ menurut standar yang ku bikin sendiri 😎, jadi ya… sans aja 😉. Meski nggak rajin nge-post story, aku bersyukur memiliki inner circle yang supportive dan bisa bikin ketawa di dunia nyata *bukan sekedar ketawa karir 🙃. Mengabaikan segala huru hara yang (pernah) ada, aku merasa nyaman dengan hidup yang dijalani saat ini, so… nggak usahlah mengasihaniku dengan apa-apa yang belum kumiliki. Bisa jadi, hidupku yang gini-gini aja dan banyak plot twist-nya adalah hidup yang diam-diam kalyan inginkan 😏.

Doaku masih sama: Ya Allah… tolong konversikan pahalaku jadi rezeki, hamba mau healing. Plis ini mah ✨😆✨.

Di bulan penuh muhasabah ini, aku ingin berbagi wishlist yang selama ini terkumpul di board Pinterest-ku. Yakali ada diantara kalyan yang ingin kasih hadiah 😁. Nggak ketang, aku hanya ingin menambahkan taburan hiburan biar post-ku nggak anyep. Wishlist-ku terdiri dari hal-hal yang selama ini kukecengin, yang karena belum bisa teralisasikan meneng ae di board Pinterest. Feel free to skip the rest of the post… and give me the nicest pray you’ve thought about ✨👌🏻.

PC
Alhamdulillah tahun ini laptop netbook-ku berusia lebih dari satu dekade, performanya so far so good. Karenanya 2-3 tahun yang akan datang aku pasti membutuhkan device baru, just in case netbook-ku tetiba bermasalah dan nggak bisa diselamatkan 🥺. Setelah menimbang-nimbang kurasa aku lebih membutuhkan PC ketimbang laptop. Memang PC nggak sefleksibel laptop yang bisa dibawa kemana-mana, ya gpp sih yang kubutuhkan dari PC adalah kapasitas memory dan RAM-nya yang mantips. Selain itu, screen yang luas insya allah bikinku nyaman saat nonton drakor 😂.

tyda mengapa kalau bukan iMac
credit: website-nya iBox

WIRELESS KEYBOARD
Saat ini aku udah memasuki fase dimana sering sakit leher dan punggung karena posisi screen yang kurang sejajar dengan mata. Solusi terbaik memang memindahkan screen-nya agar sejajar dengan mata atau pake wireless keyboard, kalau di kantor masih bisa diusahakan sedang di kosan masih butuh effort karena aku pakenya netbook. Wireless keyboard yang menjadi wishlist-ku adalah Yunzii Actto, ofkors karena desainnya yang cakep dan vintage (meski sebenarnya lebih cocok untuk tablet siya 😅). Yha~ aku pernah mengalami masa ketak ketik pake mesin tik makanya saat menemukan Yunzii Actto di Pinterest berasa nostalgia.

credit: website-nya Yunzii

PORTER YOSHIDA BALLOONSAC
Aku lebih tertarik dengan tas berbahan nylon ketimbang kulit imitasi yang namanya sering disamarkan menjadi faux leather, vegan leather atau ultra fine fiber. Aku suka desain tas yang compact dan muat banyak dengan strap webbing (bukan fabric). Sejauh ini aku belum menemukan desain tas ala Porter Yoshida, sekalinya ada miripnya malah dengan Porter Yoshida Tanker *beda konsep 😅. Kan kukecengin Porter Yoshida Ballooonsac ini sampai termiliki…

credit: website-nya Porter Yoshida

EXSPORT KUMARA 
Porter Yoshida Baloonsaac-nya di-skip dulu ya, aku kembali ke khittoh-ku yakni Exsport 😁. Aku udah pake Exsport sejak SD, so far... tasnya masih pada awet dan desainnya OK. Aku memutuskan untuk beli Exsport Kumara ini karena ingin punya tote bag yang proper dan stylish, aku memilih warna hijau biar asyik aja gitu haha 😂. Meski nggak ada fitur saku samping untuk menyimpan payung, aku suka desainnya yang nggak neko-neko dan cemplung-able.

Beli di Shopee

credit: akun Shopee-nya Exsport

HOKA ONE ONE HOPARA
Tahun ini aku berencana untuk hiking (lagi) dan melakukan kegiatan outdoor, karenanya aku akan membutuhkan footwear baru *alasan 😂. Setelah menimbang-nimbang dan searching sana sini kurasa Hoka One One Hopara akan cocok untukku. Ketimbang sepatu aku suka sandal macem begini karena nggak bikin kakiku kepanasan kalau kelamaan dipake, dan yang paling penting cushion-nya empuk ✨👌🏻. Sayangnya aku belum menemukan warna yang kumau, well... aku nggak anti warna hitam ya cuma kurasa desainnya akan lebih menyala kalau berwarna.

credit: website-nya Hoka Hoka One

STUDIO
Last but not least, aku ingin punya studio yang akan kugunakan untuk… tidur siang 😂. Aku ingin punya creative space yang terpisah dari kamar tidur untuk bekerja dan menyimpan printilan nggak-penting-tapi-ingin-punya. Kurasa studio yang lapang dan clean (wae ah haha) akan ideal untukku yang mudah terdistraksi sana sini. Yha~ akan ada saatnya aku bekerja mandiri sesuai dengan flow yang kuinginkan, nanti ya… belum tahu kapan 😅. Marilah kita mulai bermanifestasi punya studio dengan memikirkan namanya dulu hehe 😁.

credit: Marika Maijala Design Studio

spero autem protinus adveho verus
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Photo by Soulseeker

Hay...

Apa kabar royal enthusiast? 😁 Selama 'main' di Quora salah satu topik yang sering muncul di timeline-ku adalah topik mengenai royal family. Yha~ sebagai royal family yang populer karena keberhasilannya menjajah hampir separuh dunia 🤯 kurasa ada banyak hal menarik yang bisa dibahas dari British royal family. Faktanya, hampir semua negara di Eropa memiliki hubungan kekerabatan terencana yang membuat hirarki tampak rumit. Kalyan sadar nggak sih kalau The Spencer lebih pure blood ketimbang The Windsor yang self-proclaim sebagai British royal family 😅.

Karena sering ‘main’ di Quora aku jadi mengikuti bahasan mengenai royal family (bukan hanya British) karena bagaimana pun keberadaan mereka mempengaruhi urusan geopolitik. Yang terbaru adalah bahasan mengenai penobatan King Frederik X di tengah skandal perselingkuhannya dengan Genoveva Casanova 😌. Di hingar bingarnya rumor penobatan King Frederik X, ada bahasan yang menurutku menarik yakni mengenai perhiasan yang akan diwariskan oleh Queen Margrethe II kepada Queen Mary of Denmark 🤔.


Sezuzurnya aku lebih menyukai selera fashion-nya Queen Margrethe II yang lebih berwarna dan chic ketimbang Queen Elizabeth II yang gitu-gitu aja 😅. Yha~ aku tahu pake one bold color bisa bikin rang-o-rang pay for attention, tapi kalau keseringan bikin bosan sekali pun harga outfit-nya nggak tergapai. So far, royal favorite-ku adalah Zara Tindall yang terlahir effortlessly cool, apa pun yang dipakenya mengesankan dan tentcunya bikin cakep 😍.

Di antara semua perhiasan yang dipake oleh royal family yang paling mencuri perhatian adalah tiaranya. Sebagai alumni Disney princess era aku memahami bahwa tiara adalah ciri mutlak yang membedakan pure blood dan mud blood 😁. Meski kini tiara dipakai oleh warga byasa, tiara royal family memiliki sejarah dan value tersendiri yang menjadikannya begitu berharga. Konon, saat Queen Elizabeth II tahu Lady Diana Spencer kecelakaan yang pertama ditanyakan adalah perhiasan yang dipinjamnya karena merupakan aset kerajaan.

Oh ya, perhiasan keluarga kerajaan otomatis dimiliki oleh Raja dan Ratu yang menjabat, keluarga dan kerabat bisa meminjam perhiasan atas persetujuan mereka.

Burmese Ruby Parure yang dipake oleh Oma Eli

kalung Nizam of Hyderabad yang dipake oleh Princess Katherine of Wales

Sebagian perhiasan yang dimiliki oleh royal family merupakan hadiah dari negara persemakmuran macem Australia dan India. Nizam of Hyderabad Parure yang dihadiahkan oleh Nizam, pengusaha yang berasal dari Hyderabad India. Brazilian Aquamarine Parure yang dihadiahkan oleh Getulio Vargas dan rakyat Brazil yang... buseddd... kinclong macem Cling. Japanese Pearl Choker yang dihadiahkan oleh pemerintah Jepang. Hmmm... Apakah ini yang dinamakan upeti? 🤔.

FYI. Parure adalah set yang biasanya terdiri dari minimal 2 item perhiasan, tiara, kalung, anting, bros yang terbuat dari metal (emas, perak atau platina) dan batu alam (mutiara, berlian, amethyst, tourmaline, emerald dll). Setelah kuperhatikan, kurasa warna perak lebih cocok untuk orang Eropa ketimbang warna emas karena tone kulitnya yang lebih pucat, kalau memang masih keukeuh ingin pake emas mungkin bisa memilih tone yang lebih gelap *sotoy 😆.

Seperti byasa, aku bikin list royal family tiara favorite-ku… yang paling menarique dan cantik.

QUEEN MARY LOVER'S KNOT TIARA

Queen Mary Lover's Knot Tiara adalah salinan dari The Cambridge Lover’s Knot Tiara yang dibuat oleh House of Garrard pada awal abad ke-19 untuk hadiah pernikahan Princess Augusta dari Hesse Cassel, Duchess of Cambridge. Queen Mary yang menyukai The Cambridge Lover’s Knot Tiara meminta House of Garrard untuk membuatkan tiara yang sama di tahun 1913. Setelah kematiannya, Queen Mary Lover's Knot Tiara diwariskan kepada Queen Elizabeth II.

Lover's Knot Tiara adalah tiara terbuat dari berlian dan 19 mutiara oval besar berukuran gradien yang dipasang menggantung, desain simpulnya yang proporsional bikin tiara ini terlihat manits saat dipake. Setahuku, para menantu dari keluarga kerajaan hanya bisa meminjam 3 tiara (diluar jewelry lainnya) untuk dipakai saat melakukan tugas kerajaan. Dan Queen Mary Lover's Knot Tiara adalah tiara yang dipilih oleh Lady Diana Spencer dan Princess Katherine of Wales 😍.



PRINCESS SOFIA'S PALMETTE TIARA

Princess Sofia's Palmette Tiara adalah hadiah pernikahan Sofia Hellqvist dan Prince Carl Philip (Swedia) dari King Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia. Sebagai princess baru (karena rakyat biasa yang tenctunya nggak memiliki tiara 😉) Princess Sofia sering menggunakan Palmette Tiara saat melakukan tugas kerajaan. Aku nggak menemukan siapa jeweler yang membuat Palmette Tiara ini, kemungkinan jeweler yang memang udah terbiasa membuat jewelry untuk keluarga kerajaan.

Palmette Tiara adalah tiara yang desainnya terinspirasi dari daun palem (yang lebih mirip monstera?! 😅) dengan topper berlian dan zamrud berukuran gradien yang diambil dari kalung yang dihadiahkan oleh pangeran Thailand. Yang kusuka dari Palmette Tiara ini adalah topper-nya yang bisa diganti-ganti, kadang pake berlian, kadang pake zamrud, kadang pake mutiara. Menyesuaikan dengan outfit dan make up-nya, sungguh sangat sustainable ✨👌🏻.

atas: versi asli Palmette Tiara, bawah versi modifikasi Palmette Tiara



MELLERIO SHELL TIARA

Mellerio Shell Tiara adalah hadiah pernikahan Infanta Isabella dan Pangeran Gaetan (Two Sicilies) dari Ratu Isabella II (Spanyol). Mellerio Shell Tiara didesain oleh Oscar Massin (Belgia) dari Mellerio dits Meller (Prancis). Karena Infanta Isabel nggak memiliki keturunan, ia mewariskan sebagian besar perhiasannya termasuk Mellerio Shell Tiara ini kepada keponakannya, Raja Alfonso XIII (Spanyol). Saat ini Mellerio Shell Tiara dimiliki oleh Ratu Sofia yeng merupakan ibu dari Raja Felipe IV, dan dipinjamkan kepada Letizia.

Mellerio Shell Tiara adalah tiara yang didesain menyerupai ombak sekaligus cangkang kerang, dengan 7 mutiara berukuran gradien dan berlian yang so shiny so jinny oh jinny... 🧞‍♀️✨. Di tengah tiara terdapat 1 berlian tambahan yang bisa dilepas pasang, sayangnya saat ini berlian tambahan tersebut udah jarang digunakan. Mutiara dan berlian yang dipasang menggantung di tiara menciptakan efek beriak saat pemakainya bergerak. Kewren banget yekan 😍.

Mellerio Shell Tiara ini cucok untuk tatanan rambut berombak

PRINCESS ASTRID RUBY AIGRETTE TIARA

Princess Astrid Ruby Aigrette Tiara adalah tiara hadiah pernikahan Queen Maud (Inggris) dan Haakon VII (Norwegia) dari teman-temannya di tahun 1954. Ruby Aigrette Tiara diwariskan oleh Queen Maud kepada cucunya Princess Astrid yang merupakan kakak dari King Harald V of Norway. Ruby Aigrette Tiara termasuk tiara yang jarang digunakan karena desainnya yang agak offside 😅, karenanya aku nggak bisa menemukan gambar terbaru dari Ruby Aigrette Tiara.

Ruby Aigrette Tiara adalah tiara yang didesain untuk dipasangkan dengan bulu-bulu ala Great Gatsby, makanya ketika dipake polosan berevolusi jadi antena Mantis 🦗. Aigrette adalah istilah Prancis untuk kuntul merujuk pada bulu-bulu di bagian kepala burung kuntul yang menjurai. Meski desainnya yang agak offside kurasa Princess Astrid Ruby Aigrette Tiara adalah salah satu tiara yang menarique, kalau dipasangkan dengan bulu-bulu mungkin akan terlihat cakep, sayangnya belum ada princess yang berani pake di acara publik 🙃.



GOLDEN POPPIES TIARA

Golden Poppies Tiara adalah tiara yang digagas oleh Queen Margrethe II pada tahun 1976, ia mempercayakan pembuatannya kepada Arje Griegst. Karena usianya yang masih muda Golden Poppies Tiara hanya digunakan oleh Queen Margethe, tapi pernah kok dipinjam oleh Queen Mary. Well… mengingat saat ini Queen Mary udah resmi menjadi Ratu Denmark ada kemungkinan Golden Poppies Tiara nantinya dipake oleh Princess Isabel dan Princess Josephine ❤️.

Golden Poppies Tiara adalah semi tiara yang didesain ala sirkam yang disematkan di sanggul, bukan tiara konvensional yang menjulang ke angkasa atas. Semua bunga Poppy di Golden Poppy Tiara terbuat dari emas yang ditempa dengan berlian dan mutiara sebagai putiknya. Kurasa Golden Poppies Tiara ini akan cocok digunakan oleh Princess Isabel dan Princess Josephine karena tone kulit dan rambut mereka yang lebih berwarna, desainnya pun lebih fresh ketimbang tiara lainnya.

yekan... warna emas kurang cocok untuk orang Eropa

Vogue Magazine
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
main entrance yang cute

Hay~

Weekend ini aku kedatangan mood untuk beberes file di netbook kebanggaanku yang kini udah berusia lebih dari 1 dekade *penting 😎. Saat beberes itu aku menemukan folder foto saat aku dan Icunk bersilaturahmi paska libur hari raya, beberapa hari sebelum aku tepar gegara koronces. FTW. Aku hanya ingat part saat aku mengirimkan foto ke Icunk via WA, sedang sisanya mah blasss… 😅 makanya tyada post yang bisa dijadikan reminder di blog. Meski terlambat berbulan-bulan kurasa nggak ada salahnya untuk berbagi momen sebelum aku terpapar koronces 🤭.

Seminggu setelah libur hari raya, aku dan Icunk bertemu untuk ngobrolin kursi roda yang dipake oleh mama. Rencananya kita mau ke Tobo yang ada di Cihapit dan ke Ichiyo Ramen yang ada di Buah Batu, sedang sisanya jalan jajan random aja 😌. Hari itu aku terbangun dengan kondisi sedikit flu, kukira hal yang wajar ya karena cuaca belakangan ini memang nggak coy, bahkan teman kantorku pun sedang flu 🥲.

***

Kita tahu Tobo dari mana lagi yekan… TikTok brought us here, siapa lagi yang searching hal-hal begini kalau bukan Icunk 😁. Berdasarkan info yang kita dapatkan, Tobo adalah restaurant yang menyajikan fast food ala Jepang, dengan menu utama rice bowl. Kalyan nggak perlu khawatir kesulitan mencari Tobo karena lokasinya berada tepat di depan Pasar Cihapit, di barisan yang sama dengan House of Tjihapit. Selain itu, logo Tobo yakni si bunga matahari kuning sangat eye catching tertempel di glass door.

Tobo terdiri dari 2 lantai, lantai 1 untuk kasir dan serving area dengan konsep open kitchen, dimana kita bisa duduk sambil melihat makanan kita dipersiapkan. Sedang lantai 2 untuk dining area yang terdiri dari private seat (minimum 4 orang) dan common seat. Kita memilih seat yang dekat dengan steker karena semalam lupa nge-charge, iya… faktor U 😅. Sambil menunggu order-an selesai, kita ngobrolin hal-hal yang terjadi selama Idul Fitri minggu lalu.

Untuk menu dan price range-nya kalyan bisa cek mandiri ya soalnya aku udah lupa dulu order menu yang mana 😅. Seingatku, kita order 2 menu yang berbeda tapi begitu order-an sampai kita jadi bingung sendiri karena menunya sama. Untuk rice bowl rasanya memang beda (meski) tipis, sedang side dish-nya sama persis. Kita memutuskan untuk nggak komplain karena… yaudalaya… dimakan aja, mungkin masnya masih ingin liburan 🥺. Untuk rasanya sih so far B aja, nggak yang enak banget atau yang bikin kita ingin balik lagi.



kamuflasenya berhasil




TOBO
📍 Jl. Cihapit No.25B, Cihapit, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung
📅 Senin-Minggu 08.00-20.00 WIB
🍜 33.5K - 57.5K
🍤 8.5K-57.5K
🥤 5K-10K

***

Dari Cihapit kita jalan kaki ke Riau Junction karena gabut 🤭. Tadinya kita hanya ingin lihat-lihat aja eh ternyata ada yang beneran nyangkut. Kemudian kita lanjut jalan kaki ke Gramedia dan istirahat di taman barunya, FYI space buku murce di depan Tahu Brintik kini diubah menjadi ruang terbuka dengan kursi taman dan rumput sintetis. Kita membagi snack yang tadi dibeli dan menyusun ulang isi tas biar lebih compact, yagimana nggak berat tadi kita beli Oatside 1 liter bundle (isi 2) 🥲.

from where I stand

***

Dari Gramedia kita naik angkot ke Buah Batu, di tengah perjalanan tiba-tiba hujan turun dengan deras. Saat kita sampai Ichiyo Ramen sedang ramai, terlihat rang-o-rang menunggu hingga di bagian luar. Ketimbang ikut waiting list dan menunggu sambil hujan-hujanan, kita memutuskan untuk menunggu di food court Yogya Buah Batu. Seingatku, saat menunggu aku sempat minum obat (atau tolak bala *lupa 😅) karena merasa semakin flu, aku juga merasa sedikit demam dan agak pusing, kemungkinan gegara hujan tadi.


***

Saat kita ke Ichiyo Ramen situesyennya udah agak sepi, kita langsung memilih menu dan menunggu order-an tiba. Seperti Tobo, Ichiyo Ramen menggunakan konsep open kitchen dimana kita bisa ‘menonton’ makanan kita dipersiapkan dari sela-sela partisi. Seingatku, saat itu kita order Spicy Tantan Ramen *lupa lagi pake side dish apa nggak 😁. Meski pedas, aku sih yes, jagungnya bikin kuahnya terasa lucu… selama ini aku jarang menemukan ramen yang pake jagung, so far sih okay. Worthy to try - worthy with the price.


ICHIYO RAMEN
📍Jl. Buah Batu No.220, Cijagra, Kec. Lengkong, Kota Bandung,
📅 Senin-Minggu 10.00-21.30 WIB
🍜 35K-69K
🍤 9K-29K
🥤 5K-19K

***

Bukannya langsung pulang ke kosan yang ada kita malah mampir dulu ke Togamas Buah Batu. Nah, saat di Togamas ini kita udah mulai merasa nggak enak, mungkin kalyan pernah merasakan ya momen dimana kita butuh rebahan secepatnya. Macem… bawa aku pergi dari sini… 🙃 Kita caw menuju kosan, minum obat yang ada dan tertidur karenanya. Besoknya kita kompak sakit (demam, pusing dan flu) yang membuat kita rebahan seharian. Sialnya, besoknya Icunk sembuh sedang aku nggak 🥲.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Telah sampailah kita di bulan Desember, dimana byasanya line up film di bioskop didominasi oleh film-film khas liburan. Tapi tetap yaa… karena Indonesian loves klenik thingy and everything in between, rasanya belum afhdol kalau nggak ada film horror yang rilis setiap bulannya. Kalau di bulan lalu aku nonton The Hunger Games: The Ballads of Songbirds and Snakes, maka di bulan ini aku nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-film. Film-nya udah masuk masuk watchlist sejak… aku masih pake Twitter 😂.

Sayangnya aku nggak menemukan jadwal tayang Jatuh Cinta Seperti di Film-film di bioskop Kings dan BIP, yha~ memang bukan market-nya 😅. Tadinya aku mau nonton di BEC atau (mentok-mentok) di Transmart setelah pulang kerja. Saat aku cuti Icunk mengabari bahwa ia dan Lisna gagal nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-film di bioskop Tasikmalaya karena udah nggak tayang. Saat OTW ke Bandung aku mencari bioskop terdekat yang menayangkan Jatuh Cinta Seperti di Film-film, dan (akhirnya) aku menemukannya di BTC yang dekat dengan pool travel.

Biar suasananya makin syahdu, kalyan bisa membaca post-ku sambil mendengarkan playlist yang kususun sesuai urutannya.


Ini adalah kali pertamaku nonton di BTC, kalau bukan gegera Jatuh Cinta Seperti di Film-film mungkin aku nggak akan pernah nonton di sini. Saat film dimulai studio hanya terisi 1/3-nya aja, kukira rang-o-rang yang menunggu bersamaku di lobby akan nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-film, ternyata mereka nonton 172 Days. Biar nggak terlalu panjang mari kita singkat judul filmnya jadi JCSDFF, karena aku masih belum faham mengapa rang-o-rang menyingkatnya dengan deesjeef 🤔.

Aku setuju sih dengan reviewer yang menyatakan bahwa JCSDFF ini adalah surat cintanya Yandy Laurens untuk dunia perfilman, karena filmnya memang film banget. Sebagai netizen yang suka nonton dan ngobrolin film meski pengetahuan teknisnya awur-awuran, aku bisa melihat bahwa JCSDFF ini adalah karya Yandy yang personal. At least… itulah yang kurasakan saat ayunan tangan Ringgo melebarkan frame dan membuat tone warna di filmnya berubah menjadi hitam putih.

Bagus saat menulis

Bagus saat ngomong ke printer yang bikin huru hara

Mungkin kalyan pernah nonton web series Sore, kalau belum nonton kalyan bisa nonton disini (ini link dari legal source ya bukan link haram). Setelah menonton web series-nya yang lain aku sampai pada kesimpulan bahwa: dunianya (Yandy) fantasi ya 😍 Amazed sekali rasanya saat tahu akhirnya ada sutradara yang menaburkan fantasi di karyanya * I like it * suara Curut.

Awal-awal tone warna filmnya berubah menjadi hitam putih aku merasa agak mual karena mataku butuh waktu untuk memprosesnya. Aku pun mempertanyakan kenapa sih setting-nya nggak dibuat lebih minimalis biar kita bisa lebih fokus? Kubilang begini karena ada beberapa scene yang menurutku terlalu ramai jadi tone warnanya nyaru sehingga aku gagal fokus. Ohya, penggunaan tone hitam putih di JCSDFF ini sekitar 80%-85% makanya saat tone warnanya kembali normal berasa dikasih nyawa. Yha~ I got the point 😉.

makin cool setelah pensiun jadi suami BCL

JCSDFF bercerita tentang Bagus Rahman (Ringgo Agus Rahman) seorang penulis film yang ingin mengungkapkan cintanya kepada Hana (Nirina Zubir) melalui film yang yang ditulisnya. Nah, Bagus memulai rencananya dengan pitching ide kepada produsernya, Yoram (Alex Abbad). Tektokannya bagus dan Yoram disini enak banget ya, apalagi saat ngobrolin gimmick sampah di gala premiere, berasa ikutan ghibah. Eh, gimmick minyak goreng ada di obrolan mereka nggak sih? *aku lupa 😅.

Setelah bertahun-tahun Bagus dan Hana tanpa sengaja bertemu di supermarket, mereka kemudian bertukar kabar dan ngobrol. Obrolan mereka nggak jauh berbeza laya dengan obrolanku dengan Icunk dan Deya kalau ketemu. Sampai Hana bilang: kenapa sih nggak ada film cinta untuk orang-orang seumuran kita? 🤔 Gini loh mb Hana… film cinta untuk orang-orang seumuran kita mah akan lebih banyak ngobrol-nya ketimbang action-nya, outfit-nya akan lebih casual karena nggak ada scene pake coat berbulu di yurop, cast-nya pun udah nggak sebening muda mudi jalur viral.

In other terms, film cinta untuk orang-orang seumuran kita kurang menjual dan syulit balik modal.


Saat Hana bilang: film cinta untuk orang-orang seumuran kita, aku langsung kepikiran Before trilogy. Before trilogy terdiri dari 3 film dengan linimasa linear yakni Before Sunrise (1995), Before Sunset (2004) dan Before Midnight (2013). Menceritakan tentang Jesse Wallace (Ethan Hawke) yang bertemu Celine (Julie Delpy) saat berlibur di Prancis. Aku udah pernah mencoba menulis review-nya tapi nggak sanggup euy… makanya kalyan nonton mandiri aja ya biar lebih khidmat 😉✨👌🏻.

Bagus pun meminta bantuan Selin (Sheila Dara) dan Dion (Dion Wiyoko) untuk mengeksekusi rencananya, eym… pasutri ini mengingatkanku pada Celine Tam finalisnya AGT. Keinginan Bagus yang ingin secepatnya bersama Hana ternyata nggak sejalan dengan keinginan Hana yang masih ingin menikmati dukanya paska kematian Deni (Donne Mulia). Hubungan pertemanan modus yang tadinya mengalir pun terancam bubar karena perbedaan persepsi mengenai: kapan waktu yang tepat untuk move on?



riset tapi modus

Selama film berlangsung aku sama sekali nggak merasa Bagus seakan-akan memaksa Hana untuk move on sampai scene Hana marah-marah setelah membaca script yang masih anget di printer. Aku merasa apa yang dilakukan Bagus adalah hal yang natural, kita pun akan melakukan hal sama dengan Bagus saat berhadapan dengan orang yang tengah berduka. Sayangnya, sebagai manusia kita sering lupa bahwa dalamnya lautan bisa diselami, namun dalamnya hati siapa yang tahu? Kita nggak akan pernah tahu bagaimana rasanya berduka sampai kita sendiri mengalaminya.

Saat tone warnanya kembali normal aku tersadar bahwa JCSDFF bukan filmnya Bagus, melainkan filmnya Hana. Sejak awal Bagus udah bilang bahwa Hana masih berduka paska kematian Deni, tapi kita nggak dikasih tahu bahwa Bagus punya cara sendiri untuk menunjukkan empatinya kepada Hana. Well… Di long take-nya Hana saat berantem dengan Bagus aku merasa kenapa sih Hana marahnya too much, emosi yang kutangkap macem emosinya istri durjana di meme yang seliweran di FYP, yang kalau ngomong ada penekanan kata-katanya.

aku suka Nirina di scene ini karena matanya berbinar-binar

original version

adaptation version

apa jadinya kalau Dion diganti jadi Darius :)

Pernah nggak sih kalyan nonton film di bioskop dan tetiba muncul potongan scene dari film lain di kepala, macem: oh, yang ini dari film ini, yang itu dari film yang itu. Nah, JCSDFF memberikanku hints dari beberapa film yang udah kutonton, sayangnya aku nggak bisa nge-spill scene atau filmnya karena udah lupa wkwk. Aku menulis post ini sejak bulan Desember namun baru bisa terselesaikan di bulan Januari. Lama banget ya jedanya, setahun… *annual joke.

Scene favourite-ku ada 2: yang pertama adalah scene saat Hana ikut ‘mati’ bersama Deni, yang kedua adalah scene drone-nya Siladara yang kewren. Saat Selin dan Dion mengantarkan Bagus ke rumahnya Hana jalanan yang mereka lalui cukup ramai, at least kita masih bisa melihat ada kendaraan yang melintas dan lampunya yang kelap kelip di kejauhan. Namun saat scene drone-nya Siladara jalanannya sepi banget, nggak ada satu pun kendaraan yang melintas, untukku ini agak mengganggu tapi isokey scene-ke tetap kewren kok 👍🏻.

teu puguh rarasaan 1

teu puguh rarasaan 2

Aku juga suka dengan karakternya Siladara di JCSDFF yang ‘akhirnya’ dibikin normal, bukan pelakor kek byasanya. Cucok laya dipasangkan dengan Dion yang dibikin rada lemot bahkan hingga akhir film 😆. Ohya, di JCSDFF ada Julie Estelle loh ya… siapa tahu kalyan pada kangen. Aku nggak akan menyebut JCSDFF ini sebagai film terbaiknya Yandy Laurens karena kuyakin ia membuat karya-karya terbaik lainnya. Aku lebih suka menyebut JCSDFF sebagai film-nya Yandy Laurens yang paling personal *untuk saat ini.

Selesai nonton aku jadi kepikiran: apaqa Yandy Laurens adalah mas-mas penulis di film Ruby Sparks.

Kita sama-sama tahu bahwa semua film ada market-nya, dan menurut kesusotoyanku nggak semua orang akan cucok dengan JCSDFF ini. Temanku nonton JCSDFF namun saat kutanya kesannya dan hal-hal menarik yang ia temukan di filmnya jawabannya datar-datar aja, nggak semenggebu-gebu aku saat merekomendasikan pada manteman sekalyan. Filmnya bagus, rame, kalau orang yang suka nonton pasti suka. Lahhh… dirimu apanan nonton. Ujung-ujungnya aku jadi merasa nggak enak udah jadi relawan buzzer JCSDFF 🤣.

Yha~ menemukan teman yang sama-sama suka nonton dan membahas filmnya like a pro *padahal kagak itu adalah salah satu rezeki yang patut disyukuri.

betcul begitu buibu?

See you at the next review…

All pictures were taken from @watchmen.id's Twitter thread.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates