Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello…

Apa kabar yorobun? 🙋🏻‍♀️ Semoga minggu ini dan minggu-minggu seterusnya pemerintah nggak mengumumkan PPKM mepet-mepet ya, udah nggak ngaruh kan ya heuheueu 😅. Di bulan ber-beran ini tentcu intensitas hujan mulai naik yang diimbangi dengan hawa panas yang seakan-akan muncul dari dalam bumi, bikin melting sekaligus pening 😔.

Rencananya aku akan menghabiskan weekend ini dengan tenang sambil (digital) declutter tipis-tipis, eh Widy tiba-tiba mengajak ketemuan di Braga. Saat berangkat aku nggak berpikir macam-macam ya, hanya saat melewati daerah Karapitan mulai heran kok macet sih 🤔. Asli ini macetnya udah macem ngabuburit yaw, rame banget… 😁.

Begitu sampai di daerah Braga hahanjirrr… adalah perpaduan yang apik antara mobil yang stuck, ojol yang gragas nyelap nyelip dan wisatawan domestik yang berfoto haha hihi. Sungguh suatu kombinasi yang kompleks 🥲. Ohya, kita ketemuan di Braga karena Widy ingin makan di Katsunyaka, pokoknya, lelah pisund bund 😌.

Pertama-tama… Anyeong yorobun…


Ini aku ya, the one behind of what you are reading now 😘. Yang sebelumnya nggak berencana keluar karena sedang berada dalam mode: saving energy 😁, yang pake baju double karena khawatir masup angin, yang pagi tadi udah minum honey-lemon-shot dan vitamin 👍🏻, yang membawa pancaroba kit di tasnya.


Kali ini kita order Chicken Don dan Chicken Katsu Omelette Curry karena sejak pagi belum ketemu nasi 😂. Sebagaimana orang Asia pada umumnya, belum sah rasanya melewati hari tanpa makan nasi yekan, nasi is lyfe 🍚🍚. Karena porsinya yang mengenyangkan, niat kita untuk jajan setelahnya mesti di-skip, (kenyangnya) awet.


Saat kita keluar dari Katsunyaka ternyata jalanannya masih macet, terutama di perempatannya, yang mana nggak memungkinkan kita untuk segera pulang. Tadinya kita berniat untuk menunggu sampai (sekurang-kurangnya) macetnya agak terurai, tapi ditunggu-tunggu kok malah makin macet? Heuheuheu 😅. 


Sambil menunggu kita menghibur diri dengan berfoto-foto laiknya saat masih mahasiswa dulu, dimana seakan-akan setiap gerak geriknya mesti diabadikan, yuk ngaku… siapa yang gini juga? 😋 FYI. Post ini adalah dokumentasi perjalanan saat aku dan Widy akhirnya memutuskan untuk berjalan dari Braga ke alun-alun sebelah sana sedikit demi bisa di-pick ojol ✨👌🏻.


Perjalanan dari Braga ke alun-alun malam ini nggaklah mudah yakawan… 🥺 Selain karena udah terlanjur lelah, kita mesti melewati lautan manusia yang tumpah ruah macem nggak ada hari esok. Melihat situesyen yang sebegininya wajar yekan kalau @pandemictalks rajin mengingatkan potensi 3rd wave, ini orang-orang udah pada nggak pake masker lho… 😌.


Termasuk di dalamnya pengamen-pengamen yang ngintil memaksa minta uang, yang kalau ditolak malah balik menyumpahi 🤬. Setiap kali kita duduk selalu ada pengamen yang menghampiri dan itu cukup mengganggu ya. Kita sering duduk itu gegara Widy bawaannya banyak dan berusaha menghindari kerumunan meski sebenarnya mustahil 😏.


Memasuki area Museum Konperensi Asia Afrika situesyen semakin ramai ya, kalau tadi di Braga ramainya oleh kendaraan, di Asia Afrika ramainya oleh orang-orang 🙃. Entah apa motivasinya, yang jelas udah nggak bisa dibedakan lagi mana orang asli, mana setan jadi-jadian, mana balon disko. Saking ramainya, sampai masuk Twitter dongs 😂.


FYI. Yang ngalehleh siga ager ini Widy ya. Seharian dia berpartisipasi dalam resepsi perrnikahannya Kiky, mengurusi ini itu, jaga tamu dan nggak ketinggalan pake high heels. Maka dari itu, harap maklum kalau bentukannya jadi begini… 😁 When you udah ingin rebahan tapi perjalanan masih panjang dan nggak ada yang mau nge-pick padahal bawaan banyak 😂.


Mungkin karena polusi cahaya, setiap kali aku mengambil foto di area sini hasilnya selalu lebih terang padahal aslinya lebih gelap. Kalau sebelumnya setan jadi-jadian mangkal di area Gedung Konperensi Asia Afrika, sekarang di pindahkan ke bagian kanan yang ada tiangnya, kayanya sih biar nggak mengganggu flow kendaraan yang lewat.


Apakah nggak ada Satpol PP yang memecah kerumunan? Ada ✨👌🏻. Di pertigaan sebelah kanan sebenarnya ada Satpol PP yang sedang berjaga-jaga dan ehm… berkerumun 😅. Meski mereka udah stay disana, tetap nggak bisa membendung hasrat warga +62 yang udah ngebet ingin main keluar rumah. Nggak kebayang gimana chaos-nya kalau alun-alun kembali dibuka untuk umum 🥲.


Terakhir kali aku keluar malam begini yakni dengan Icunk dan Lisna 1,5 tahun yang lalu 😂 Saat itu kita menonton Ratu Ilmu Hitam di Kings dan pulangnya mampir ke daerah Cibadak jajan Ronde hangat. Sama sekali nggak ada firasat (yakeles Marcell 😁) bahwa itu adalah malam minggu terakhir sekaligus kali terakhir menonton di bioskop. Kangen yaw… 😘.


Selama tinggal di Bandng, aku baru tahu kalau saat malam halte alun-alun Bandung menjadi area parkir dadakan bagi motor dan area tunggunya menjadi tempat nongkrong. Duhhh… mainnya kurang detail 😅. Yang mengagetkan, ada (sepertinya) keluarga yang sengaja cucurak dongs 🤣, mereka dengan cueknya menggelar tikar di trotoar di pinggiran halte dan makan bersama sambil menonton kemacetan ini 🤯.

Assalamualaikum… sobat low budget 🙋🏻‍♀️.

Saat kilang gas di Indramayu meledak beberapa bulan yang lalu aku sempat terheran-heran melihat berita; tentang sebuah keluarga yang menonton ledakan kilang gas sambil cucurak. Sumvah, aku benar-benar gagal faham dengan kelakuan warga +62, eh sekarang aku malah mengalaminya sendiri 💆🏻‍♀️. 

Pandemi memang melelahkan yakawan…

Alhamdulillah… kita bisa sampai dengan selamat melewati kemacetan dan lautan manusia sejak dari Braga, lega sekali rasanya saat order-annya ada yang mau nge-pick 🤣. Nggak usah ditanya gimana jomponya kita malam itu, yang pasti kita tidur cepat. Yawn~

Semoga pandemi berakhir di 2021 🙏🏻.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Hello…

Masih betah #dirumahaja? Aku sih udah nggak -___-

Setelah berhasil membaca What I Talk About When I Talk About Running-nya Haruki Murakami aku berusaha meneruskan membaca The Great Design-nya Stephen Hawking. Syudah bisa ditebak ya, baru baca beberapa halaman aja udah pening dan ujung-ujungnya ngantuks 😂.

Karena ternyata nggak berhasil, maka aku mengganti bukunya menjadi Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas-nya Eka Kurniawan. Buku ini sudah masuk wishlist-ku sejak menyelesaikan Cantik Itu Luka, opsi lainnya adalah Lelaki Harimau. Kupilih Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas adalah karena sebentar lagi filmnya dirilis 🙂.

Kupikir aku mesti membaca bukunya terlebih dulu ketimbang langsung menonton filmnya, agar supaya punya referensi saat menulis review kelak. Biar nggak bingung kutulis review bukunya dulu.

Ehya, disclaimer. Eka Kurniawan senang membahas hal-hal vulgar tanpa sensor (18+) ✨👌🏻.

Kalau di buku Cantik Itu Luka bahasannya sekitaran berahi, tai dan lelaki, maka buku Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas bahasannya sekitaran burung, burung, burung dan burung 🐦. Di buku Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ini Eka Kurniawan menyentil maskulinitas yang katanya palsu itu secara ‘laki’ *pake intonasinya Avan.

Menceritakan tentang Ajo Kawir yang stuck sebab burungnya tidur sejak melihat Rona Merah diperkosa 2 polisi di rumahnya sendiri. Si Tokek sahabatnya yang merasa bersalah kemudian berusaha membangunkannya dengan berbagai cara, dari meminjamkan novel stensilan, meminta bantuan Iwan Angsa sampai membalurkan tumbukan cengek *sumvah ini part paling mind blowing sih 🤣.

Kekesalannya pada si burung yang tertidur panjang layaknya hibernasi mengantarkannya pada kehidupan keras penuh perkelahian. Menurutku karakternya Ajo Kawir di fase ini senggol tabok ya, dikit-dikit berkelahi, ada kerumunan disamperin, nggak ada apa-apa yuk mari… membuat masalah. Anak STM. Sana minggir dulu! 😎.

Seperti yang kita tahu linimasa yang digunakan Eka Kurniawan selalu samar-samar, nggak jelas tahun atau eranya. Sejauh yang kutangkap era yang digunakan di buku Seperti Dendam Rindu harus Dibayar Tuntas adalah era film-filmnya Barry Prima atau tahun 80an karena banyak adegan laga dan ada perguruan silat, lengkap dengan bahasanya yang baku dan julukan-julukan macem Iwan Angsa, Agus Klobot, Budi Baik dll.

Hingga suatu hari Ajo Kawir dipertemukan dengan Iteung dalam sebuah perkelahian (yang kalau di buku mah) tampak sengit, bukannya jadi musuh bebuyutan yang ada mereka malah saling jatuh cinta. Nah, disini drama dimulai… Ajo Kawir yang merasa ‘nggak sempurna’ berusaha menepis perasaannya kepada Iteung yang kepalang bucin heuheuheuheu 😅.

Mereka berdua kemudian menikah atas dasar cinta, yha~ semua akan tampak manits di awal karena yang terjadi selanjutnya malah membuatku ikutan puyeng. Tanpa diduga, Iteung tiba-tiba mengaku hamil, lha… piye. Jangankan Ajo Kawir yang tokoh fiktif, aku aja yang di dunia nyata bingung kenapa Iteung bisa hamil. Ujung-ujungnya Budi Baik yang dijadikan kambing hitam 🐏.

Kecewaannya kepada Iteung membuatnya kacau dan menerima tawarannya Paman Gendut untuk menghabisi Si Macan. Dalam pelariannya, Ajo Kawir kemudian memutuskan untuk menjadi supir truk antar provinsi, turut menemaninya adalah Mono Ompong. Ohya, seperti laiknya truk-truk Pantura, truknya Ajo Kawir pun dilukis quote: Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ✨👌🏻.

Entah darimana naiknya, truknya disusupi seorang perempuan bernama Jelita yang akhirnya menemani Ajo Kawir sepeninggal Mono Ompong yang ikut tumbang pasca duel maut.

Lalu ‘ia’ terbangun dari hibernasi.

Buku Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ditutup dengan ending yang cukup membagongkan 🐗, Eka Kurniawan mengeksekusi plot-nya dengan jenaka. Kukira kelak Ajo Kawir hidupnya akan setenang burungnya saat hibernasi, nyatanya… nggak 😅. Aku nggak tahu apakah aku mesti menyebutnya dengan happy/sad ending yang jelas aku puas dengan ending bukunya.

Aku mesti bilang niya kepada kalyan wahai netizen sekalyan, kalau kamu ingin membaca buku fiksi (selain self development) kamu mesti mempertimbangkan untuk membaca bukunya Eka Kurniwan, sebagaimana bukunya Haruki Murakami. Kalau kamu adalah jellies yang sering memantau ketubiran di Twitter, mungkin sering melihat @EkaKurniawan wara wiri.

Dibandingkan dengan buku Cantik Itu Luka, ketebalan buku Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas mungkin hanya setengah aja, tapi isinya so pasti seru yaw…

Aku menulis draft post ini udah sejak bulan lalu, tadinya mau tandem menulis review buku + filmnya, tapi sampai aku selesai menulis tanggal rilisnya belum ada 😔. Padahal udah nunggu-nunggu… Semoga segera dirilis ya, penasaran filmnya kaya apa. FYI, filmnya di-direct oleh Edwin yang juga men-direct film Aruna dan Lidahnya, bahkan memenangkan festival Locarno International Film Festival di Swiss.

Makin nggak sabar aja yekan… 🙂

Ayo cepatz! Cepatz! Cepatz!
Ada Sal Priadi 😉.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello...

Sudah sampai episode berapa nonton Hometown Cha Cha Cha-nya? 😁 Karena masih on going aku pun menunggu-nunggu setiap minggunya, kuy kawal terus... 👍🏻.

Di episode awal kita kan diperlihatkan bahwa Hong Ban-jang ini adalah seorang pengacara yakni pengangguran loba acara 🤣 Bisa dicek niya di lisensinya yang bak buku telepon magnet itu. Dari pertukangan, makelar kontrakan, jaga warung sampai host pelelangan ikan juga okcey ✨👌🏻 dan yang paling penting dibayarnya per-jam sesuai UMR Koriya.

Saat menonton Hometown Cha Cha Cha aku jadi teringat lagi dengan istilah jack of all trades yakni si master of none, alasan yang sama mengapa kuganti username-ku di Twitter menjadi Jack(ie) of All Trades 😂. Jack of all trades adalah istilah yang ditujukan untuk orang-orang yang memiliki banyak keahlian namun nggak satu pun yang menjadi keahlian yang spesifik (master of none).

Kalau ditanya apakah aku adalah seorang jack of all trades? Tentcu kujawab ya, well… bukan hanya aku, Sebagian besar dari kita adalah jack of all trades. Percaya nggak? 🙃.

Saat di sekolah kita mempelajari banyak hal dari matematika, kimia, fisika, bahasa, agama, seni bahkan pencak silat. Dari semua mata pelajaran mungkin ada beberapa yang kita nggak ahli (sudah tentcu ini eksak 😂) tapi kalau disuruh mengerjakan soal atau quiz dadakan kita pasti bisa kan mengerjakannya. Meski hasilnya mah pas-pasan atau B aja 😉.

Saat di asrama kita mempelajari banyak life skill dari mencuci piring, mencuci baju, bersih-bersih, membereskan tempat tidur sampai menata isi lemari. Mungkin nggak semua dari kita suka mengerjakannya tapi kalau diminta mengerjakannya kita pasti bisa kan. Meski hasil setiap orang berbeda-beda disesuaikan dengan minat.

Saat sekolah aku pun BM ya, tertarik pada banyak hal terutama yang berhubungan dengan seni dan beres-beres 😁 Meski begitu aku nggak lantas mengabaikan hal-hal yang nggak berkaitan dengan minatku, maap maap aja niya kurikulum di Indonesia didesain dengan sistem penilaian akumulatif, mau ahli di mata pelajaran tertentu pun yang dilihat adalah nilai rata-rata 😂.

Kalau melihat ke arah sini sih bisa dipastikan pemerintah punya andil 😑.

Aku tertarik akan banyak hal, diantaranya; buku, blog, sketches, ilustrasi, journaling, craft, DIY, photography, design, fashion, jalan-jalan, beres-beres (*harus masuk list 😉) etc. Dan berusaha mengembangkan minatku dengan mempelajari hal baru; ikutan organisasi, ikutan Hizbul Wathan (pramuka-nya Muhammadiyah), ikutan klub Bahasa, ikutan teater, ikutan pelatihan etc.

Secara skill dan pengetahuan aku memang berkembang, tapi kalau ditanya aku menjadi ahli apa nggak, hmmm… masih B aja ya bund, temanku ada yang jauh lebih ahli 😅.

Menjadi jack of all trades bukanlah hal buruk, tapi akan jauh lebih baik kalau adaptif dan terarah.

Di masa kini yang rerata kecepatannya diukur dari seberapa cepat sebuah produk sold out saat dirilis, menjadi jack of all trades adalah hal yang B aja. Kita lebih dituntut untuk memilih dan menjadi ahli pada suatu hal demi kebutuhan self branding, ngaku deh… pasti pernah kan puyeng mau menulis apa di bio IG 😁.

Di satu sisi terasa menyenangkan bisa memiliki banyak skill, bisa mengerjakan banyak hal dan merasa semua hal menarik. Namun sisi lain terasa bagai minyak.

Katakanlah, ada sebuah wajan berisi minyak yang di tetesi air sehingga membentuk pulau-pulau kecil. Kalau minyak adalah para jack of all trades, maka pulau-pulau air adalah para ahli. Meski para jack of all trades yang paling mengisi ruang di wajan, selalu ada gap kasat mata yang menjadikan pulau-pulau air para ahli stay di atas dan mencrang sendiri.

Di akun @bapak2id aku pernah menemukan penjelasan tentang T shape skill yakni orang-orang (yang sebelumnya jack of all trades) menyatukan 2 corong skill yang berbeda menjadi suatu skill yang bisa dijadikan sebagai kojo. Dari master of none menjadi master of one. Sumvah, aku nggak kepikiran bisa gini 🥲…

Dari situ aku mulai menyadari alasan mengapa ikigai-ku susah kuncup alias mabur mulu, bisa dibaca niya di post Mengartikan Ikigai aku menemukan kesulitan saat mesti memetakan passion. Ternyata, aku masihlah jack of all trades yang BM dan tertarik akan banyak hal… *pukpukpuk 🙂🙂🙂.

Tapi ya… isokey, aku pun nggak ingin memaksakan diri untuk sok-sok-an ahli meski aslinya memble huhu 😅 Ohya, meski terlihat sibuk mencari kesibukan sesungguhnya aku bukanlah multitasker, sadar diri mudah terdistraksi, makanya aku lebih nyaman monotasking karena bisa lebih fokus. Nah, mungkin dibandingkan dengan orang-orang prosesku lebih lambat, tapi gpp aku pun nggak masalah 🥲.

Dewasa ini (cieee… 😋) aku merasakan banyak manfaat dari menjadi jack of all trades, you know-lah orang dewasa banyak banget printilan hidupnya 😂 Terutama untuk hal-hal essentials macem life skills dan basic knowledge of everything, kadang sampai kepikiran kalau dulu aku nggak pernah mempelajarinya mungkin hidupku akan ribet. Kalau gitar akustik aku stuck 😉.

Kupikir, nggak masalah apakah nantinya kita adalah master of none atau master of one, karena pada dasarnya kita adalah lifelong learner yang akan belajar seumur hidup. Untuk survive kita mesti beradaptasi yekan 😏. Skill yang dipelajari hari ini mungkin nggak akan langsung berguna besok, bisa jadi perlu ‘menunggu’ berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun yang penting jangan sampai kita berhenti belajar.

Sebagai penutup, ada pesan non sponsor yang menurutku sayang untuk dilewatkan dari @asihmanis, dibaca ya… kalau ada waktu dicek juga highlight-nya, asique.



Share
Tweet
Pin
Share
No comments
source

Hello…

Ternyata pandemi belum berakhir yakawan 😁

Aku sebelumya pernah menulist post tentang self healting, tapi karena pandeminya masih bersambung alias masih belum tamat maka list self healthing pun bertambah. Jelas bukan berita yang baik ya karena artinya koronces makin maceuh dan keadaan semakin buruk 😔.

Di awal COVID-19 outbreak kita sempat kesulitan mendapatkan masker dan vitamin, menurutku ini masih wajar mengingat warga +62 belum siap disapa koronces. Pemerintah mah nggak usah ditanya ya… udah dikasih tahu malah ngeyel, Lord Rangga juga niya udah mewanti-wanti eh malah dicyduk 😅. Memang lambat laun stok masker dan vitamin kembali normal, namun jedanya sempat membuat panik 🙃.

Nah, di pandemi 2.0 ini giliran oksigen yang sulit didapatkan, sedih banget ya liat orang-orang nyari oksigen di timeline. Rumah sakit over capacity, ambulance wara wiri dan berita dukacita adalah hal-hal yang akhirnya menjadi lumrah. Well.. Adakah upaya pemerintah untuk lebih bersiap menghadapi pandemic? Ada. Memberdayakan buzzer 🤬.

Ohya, Susu Bear Brand juga sempat jadi the most wanted item. Menurutku, ini mah kebiasaan aja ya… saat sakit biasanya kan kita dikasih susu Bear Brand untuk menetralisir/detox, tapi karena sekarang mah banyak yang sakit jadi pada rebutan. Lebih ke sugesti aja sih, karena kalau dari komposisi dan manfaat brand lain ada yang lebih unggul.

Pernah nggak sih kalyan kepo dengan komposisi rahasia Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga atau Larutan Cap Badak? 🤔 Sejak aku menemukan kata; resep rahasia di komposisinya aku selalu yakin bahwa Larutan Penyegar adalah minuman sugesti *sok-sokan rahasia sih 😂 Aku bahkan pernah berpikir ada ustadz yang khusus mendoakan Larutan Penyegar di pabrik macem ustadz sering dimintain air doa kalau ada yang sakit. Tapi tenang yakawan… sekarang komposisi resep rahasianya udah dipaparkan ✨👌🏻.

Mesti diakui ya bahwa pandemi membawa perubahan besar dalam kehidupan, kita jadi lebih aware dengan kebersihan dan protektif, kalau diingat-ingat jorse banget lifestyle kita dulu 😂 Karena pandemi yang nggak tahu kapan kelarnya ini, mau nggak mau budget self healting meningkat. Yha~ meski liburan ambyar tapi mesti tetap sehat yekan… 😎.

Rata-rata self healthing thingy ini kubeli via e-commerce ya, kalau nggak penting-penting banget aku nggak akan keluar 😉 Ohya post ini adalah post lanjutan dari post Self Healthing yang kutulis di tahun lalu.

MASKER
Selama pandemi aku lebih sering membeli masker box-an ketimbang masker sachet (yang biasanya dijual di minimarket) karena lebih praktis dan ekonomis, seenggaknya aku nggak mesti bolak balik beli kalau habis 😉. Aku juga jadi sering nontonin review masker ketimbang review skincare di YouTube, kalyan juga gini kan? 😅 Aku pake masker dari Thankful karena tertarik dengan opsi warna yang ditawarkan (angger) 😁.

HAND SANITIZER
Aku pake hand sanitizer saat keluar aja ya, kalau di rumah atau kosan lebih memilih untuk cuci tangan (dan kaki) pake sabun dan air yang mengalir. Biasanya aku pake yang Antis Jasmine Tea karena wanginya enak di hidungku, paling yang agak ganggu mah efek kesat pasca pakenya. Ohya, aku kurang suka dengan hand sanitizer yang bentuknya gel, lama kering dan takut jadi sarang daki 😂.

PLOSSA
Sebagai warga +62 yang sering masuk angin, Plossa ini adalah item yang wajib ada, hayolohhh ngaku… pasti pernah kan membeli Plossa 😁. Aku lebih sering membeli Plossa karena bentuknya memudahkanku menjangkau bagian punggung, meski secara konsep nggak jauh beda dengan Fresh Care roll. Selama ini aku pakenya yang warna hijau ya, belum pernah pake yang warna merah atau biru jadi belum bisa membandingkan.

VITAMIN
Satu-satunya alasanku membeli Blackmores adalah karena kuantitinya yang banyak, untuk harganya memang relatif mahils, tapi kalau dihitung-hitung lagi harga pertabletnya nggak jauh berbeda dengan vitamin brand lain. Tadinya aku pake yang Vitamin C 1000 kemudian upgrade ke Multivitamins + Minerals karena malay minum vitamin terpisah-pisah. Biar sekali lep’ aja gitu 😉.

CENDO LYTEERS
Sebelum COVID-19 outbreak aku sempat mengganti kacamata, saat itu mataku -3 dan -5, kaget juga sih karena sebelumnya mataku -2,75 dan -3,5. Di awal tahun ini aku menyempatkan diri ke Rumah Sakit Mata Cicendo karena sering pusing dan mual kalau kelamaan di depan screen dan ternyata mataku keduanya -5. Aku pake Cendo Lyteers ini biar matanya nggak kering.

BRITISH PROPOLIS
Yha~ ini mama yang beliin 😁 Selain madu HDII, yang mayan kenceng di pandemi ini adalah British Propolis. Nggak ngerti deh mama udah jadi member apa belum yang jelas setiap kali teleponan / VC selalu diingatkan minum propolis. Sejujurnya aku kurang suka propolis karena rasanya nggak begitu enak, etapi mana ada juga yekan propolis yang rasanya manis 😅.

JAHE GEPREK
Beberapa waktu yang lalu aku sempat berhenti meminum honey-lemon-shot karena asam lambung sempat naik (bukan pengalaman yang menyangkan ya 😔) dan rasa-rasanya honey-lemon-shot udah nggak semanjur biasanya. Saat pulang ke rumah aku dibuatkan minuman Jahe Geprek hangat oleh Pongky, biasanya menu ini rilis saat musim hujan tapi karena orang rumah pada sakit terpaksa dirilis lebih awal 😆.

Biar nggak penasaran, ini resepnya ya…
- 2 ruas jahe merah (geprek sampai agak hancur)
- 2 gelas air
- 1 sdm gula merah atau putih *opsional
- 1 sdm madu *opsional
Rebus semua bahan secara bersamaan sampai mendidih, angkat dan sajikan (sebelum diminum jangan lupa ditiup fufufu~ ya hanashhh soalnya 😁).

Well… semoga pandemi segera berlalu ya, list-nya makin lama makin panjang soalnya 😅.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello…

Memasuki musim peralihan antara musim kemarau dan musim hujan yang ditandai dengan penanaman bulan ber-ber-an ini cuaca memang labil ya. Dalam sehari kita bisa merasakan 2 musim yang berbeda, tiba-tiba langit cerah tapi panasnya nggak tanggung-tanggung, tiba-tiba langit ceudeum tapi nggak anginnya menelusup. Aku cuma ingin bilang; awas masuk angin 😉.

Setelah lama nggak ketemu offline (kalau video call mah sering, apalagi kirim link Shopee dan Tiktok 🤣) kita akhirnya memutuskan untuk jalan-jajan, ke mana lagi kalau bukan rute template kita yakni sekitaran alun-alun. Yha~ alun-alun itu accessible makanya cocok dijadikan meeting point, apalagi DAMRI lewat sini.

Seperti byasa, pada saat penyusunan rencana kita punya banyak opsi tempat yang ingin didatangi. Salah satu contoh rencana yang kita buat; sarapan di Sumber Hidangan, makan siang di Bakmi Tjo Kin dan jalan-jalan di sekitar Cihapit. Karena Sumber Hidangan ternyata tutup di hari Minggu maka gugur sudah rencana yang satu ini 😅 Berganti menjadi makan siang di Katsunaka dan jajan di Dunkin Donuts.

KATSUNYAKA BRAGA

Di Bandung, Katsunyaka memiliki beberapa cabang dan yang terdekat dengan rute jalan-jajan kita adalah Katsunyaka cabang Braga. Lokasinya memang agak nyempil ya ada di ruko yang terletak di jalan kecil depan Sarinah. Kalau membawa kendaraan sendiri bisa parkir di depannya, nggak luas namun cukup. Kita datang kesana menjelang tengah hari sebagai costumer pertama yang dine in.

Meski semalam udah memilih mau makan apa, tetep ya pas prak na mah galau lagi mwehehe Akhirnya kita order ini;

Beef Katsu Omelette (48K) Miso Soup (4K)

Chicken Original Set (34K)

Sebagai #sobatbudget jalur pandemi, kita merasa Katsunyaka ini sangat layak dicoba, rasanya juga enak (nggak bikin eneg) dan yang paling penting masuk budget. Dengan budget sekitar 100K berdua kita bisa makan kenyang dan nggak merasa menyesal setelahnya ✨👌🏻. Eym… Pernah nggak sih merasa KZL gegara makanan yang di-order nggak worth the price? Aku pernah~ dan itu beneran bikin emosi 🤬.

Kalau order makanan aku lebih suka yang set atau paketan karena nggak mau pusing memilih side dish-nya 😂 Kali pertama selalu memilih yang original karena nggak mau rasanya ‘tercemar’, kali kedua dan seterusnya baru memilih yang ada embel-embelnya. Bisa dicek niya kalau makan (Mie) Bakso dan turunannya, aku akan membiarkan kuahnya tetap bening, setelah setengah jalan baru kutambahkan condiments-nya.

*Di Katsunyaka harga yang tertera udah termasuk pajak ya.




JALAN ABC

Setelah selesai makan kita jalan-jalan menyusuri Jalan ABC, kebetulan saat itu aku mau mengganti baterai jam. Saat mengganti baterai jam itu, bapaknya sempat bingung karena meski udah dioprek-oprek jamnya nggak bisa dibuka. Ternyata… Teh ini mah jamnya pake solar system jadi nggak harus diganti baterainya, kalau sekiranya mati tinggal dijemur aja.

Hahahanjirrr… 🤣

Bisa-bisanya aku lupa 🥲 dulu aku membeli jam itu memang karena solar system-nya, pertimbangannya biar nggak bolak balik ganti baterai jam. Yang sama sekali nggak terpikirkan olehku, jamku kini sering mati karena aku lebih banyak #dirumahaja ketimbang kerja di luar, jadi cadangan energinya lambat laun habis.

Terlalu lama di #dirumahaja ternyata nggak baik ya guise… 🙃🙃🙃


KINGS

Kemudian kita lanjut menyusuri Pasar Baru sampai ke Toko Victory (angger), kalau byasanya sepanjang pertokoan Pasar Baru ramai oleh PKL, kali ini sepi dongs. FYI. Kalau nggak salah ada 1 hari (lupa hari apa) dimana PKL yang berjualan di sepanjang Pasar Baru meliburkan diri sehingga trotoarnya bersih macem kena jentik Thanos.

Kita juga sempat mampir ke Kings yang nggak kalah sepinya, mau ikut sholat aja sih karena musholla-nya lebih bersih dan luas ketimbang musholla di Grand Yogya Kepatihan. Mampir sebentar ke ACE Hardware karena mau compare dimensi dan harga meja, nggak lupa beli sedotan stainless yang ada silikonnya dibagi 2 dengan Icunk 😉.

DUNKIN DONUTS

Belum lengkap kan ya kalau jalan tapi belum jajan 😉 Tadinya kita berencana untuk membeli croffle di Dunkin Donuts, well… ini hasil cap cip cup hasil nontonin review di TikTok ya haha Tapi Icunk aja yang beli, aku nggak jadi karena hari sebelumnya dikirimi makanan dari kantor dan masih belum habis ‘___’

Di Kings ada outlet Dunkin Donuts tapi karena sepi dan terlihat nggak menarik maka kita memilih untuk cabs ke Dunkin Donuts di Dalem Kaum. Disana kita beli minum aja sih nggak sampai jajan donat, masih kenyang sisaan Katsunyaka. Tempatnya memang sepi jadi nggak parno bersinggungan dengan orang-orang, paling was-was aja karena Satpol PP berkerumun di depannya.


Jalan-jajan ini diakhiri dengan jalan-jalan santai nggak pake effort ke halte alun-alun. Meski katanya PPKM diperpanjang warga +62 udah kepalang capek makanya cuek-cuek bae main keluar rumah. Tapi ya itu… karena mall dan beberapa tempat makan memberlakukan sertifikat vaksin, tumpahnya jadi ke area publik macem pinggiran alun-alun dan trotoar-trotoar.

Semoga pandemi segera berlalu ya… 😔

Kangen duduk santai terkena angin sepoi-sepoi di pendopo, meuntas alun-alun sambil menjinjing sepatu, nonton film random di bioskop, nyobain café yang lucu (meski kadang makanannya mah B aja 🥲) atau berdesakan di dalam pasar baru mencari request-an mama. Yang paling penting sih… bisa liburan tanpa khawatir 😁.

Oh iya, Deya nggak ikutan karena sibuk dengan mahasiswa baru.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates