Hello…
Apa kabar yorobun? 🙋🏻♀️ Semoga minggu ini dan minggu-minggu seterusnya pemerintah nggak mengumumkan PPKM mepet-mepet ya, udah nggak ngaruh kan ya heuheueu 😅. Di bulan ber-beran ini tentcu intensitas hujan mulai naik yang diimbangi dengan hawa panas yang seakan-akan muncul dari dalam bumi, bikin melting sekaligus pening 😔.
Rencananya aku akan menghabiskan weekend ini dengan tenang sambil (digital) declutter tipis-tipis, eh Widy tiba-tiba mengajak ketemuan di Braga. Saat berangkat aku nggak berpikir macam-macam ya, hanya saat melewati daerah Karapitan mulai heran kok macet sih 🤔. Asli ini macetnya udah macem ngabuburit yaw, rame banget… 😁.
Begitu sampai di daerah Braga hahanjirrr… adalah perpaduan yang apik antara mobil yang stuck, ojol yang gragas nyelap nyelip dan wisatawan domestik yang berfoto haha hihi. Sungguh suatu kombinasi yang kompleks 🥲. Ohya, kita ketemuan di Braga karena Widy ingin makan di Katsunyaka, pokoknya, lelah pisund bund 😌.
Pertama-tama… Anyeong yorobun…
Ini aku ya, the one behind of what you are reading now 😘. Yang sebelumnya nggak berencana keluar karena sedang berada dalam mode: saving energy 😁, yang pake baju double karena khawatir masup angin, yang pagi tadi udah minum honey-lemon-shot dan vitamin 👍🏻, yang membawa pancaroba kit di tasnya.
Kali ini kita order Chicken Don dan Chicken Katsu Omelette Curry karena sejak pagi belum ketemu nasi 😂. Sebagaimana orang Asia pada umumnya, belum sah rasanya melewati hari tanpa makan nasi yekan, nasi is lyfe 🍚🍚. Karena porsinya yang mengenyangkan, niat kita untuk jajan setelahnya mesti di-skip, (kenyangnya) awet.
Saat kita keluar dari Katsunyaka ternyata jalanannya masih macet, terutama di perempatannya, yang mana nggak memungkinkan kita untuk segera pulang. Tadinya kita berniat untuk menunggu sampai (sekurang-kurangnya) macetnya agak terurai, tapi ditunggu-tunggu kok malah makin macet? Heuheuheu 😅.
Sambil menunggu kita menghibur diri dengan berfoto-foto laiknya saat masih mahasiswa dulu, dimana seakan-akan setiap gerak geriknya mesti diabadikan, yuk ngaku… siapa yang gini juga? 😋 FYI. Post ini adalah dokumentasi perjalanan saat aku dan Widy akhirnya memutuskan untuk berjalan dari Braga ke alun-alun sebelah sana sedikit demi bisa di-pick ojol ✨👌🏻.
Perjalanan dari Braga ke alun-alun malam ini nggaklah mudah yakawan… 🥺 Selain karena udah terlanjur lelah, kita mesti melewati lautan manusia yang tumpah ruah macem nggak ada hari esok. Melihat situesyen yang sebegininya wajar yekan kalau @pandemictalks rajin mengingatkan potensi 3rd wave, ini orang-orang udah pada nggak pake masker lho… 😌.
Termasuk di dalamnya pengamen-pengamen yang ngintil memaksa minta uang, yang kalau ditolak malah balik menyumpahi 🤬. Setiap kali kita duduk selalu ada pengamen yang menghampiri dan itu cukup mengganggu ya. Kita sering duduk itu gegara Widy bawaannya banyak dan berusaha menghindari kerumunan meski sebenarnya mustahil 😏.
Memasuki area Museum Konperensi Asia Afrika situesyen semakin ramai ya, kalau tadi di Braga ramainya oleh kendaraan, di Asia Afrika ramainya oleh orang-orang 🙃. Entah apa motivasinya, yang jelas udah nggak bisa dibedakan lagi mana orang asli, mana setan jadi-jadian, mana balon disko. Saking ramainya, sampai masuk Twitter dongs 😂.
FYI. Yang ngalehleh siga ager ini Widy ya. Seharian dia berpartisipasi dalam resepsi perrnikahannya Kiky, mengurusi ini itu, jaga tamu dan nggak ketinggalan pake high heels. Maka dari itu, harap maklum kalau bentukannya jadi begini… 😁 When you udah ingin rebahan tapi perjalanan masih panjang dan nggak ada yang mau nge-pick padahal bawaan banyak 😂.
Mungkin karena polusi cahaya, setiap kali aku mengambil foto di area sini hasilnya selalu lebih terang padahal aslinya lebih gelap. Kalau sebelumnya setan jadi-jadian mangkal di area Gedung Konperensi Asia Afrika, sekarang di pindahkan ke bagian kanan yang ada tiangnya, kayanya sih biar nggak mengganggu flow kendaraan yang lewat.
Apakah nggak ada Satpol PP yang memecah kerumunan? Ada ✨👌🏻. Di pertigaan sebelah kanan sebenarnya ada Satpol PP yang sedang berjaga-jaga dan ehm… berkerumun 😅. Meski mereka udah stay disana, tetap nggak bisa membendung hasrat warga +62 yang udah ngebet ingin main keluar rumah. Nggak kebayang gimana chaos-nya kalau alun-alun kembali dibuka untuk umum 🥲.
Terakhir kali aku keluar malam begini yakni dengan Icunk dan Lisna 1,5 tahun yang lalu 😂 Saat itu kita menonton Ratu Ilmu Hitam di Kings dan pulangnya mampir ke daerah Cibadak jajan Ronde hangat. Sama sekali nggak ada firasat (yakeles Marcell 😁) bahwa itu adalah malam minggu terakhir sekaligus kali terakhir menonton di bioskop. Kangen yaw… 😘.
Selama tinggal di Bandng, aku baru tahu kalau saat malam halte alun-alun Bandung menjadi area parkir dadakan bagi motor dan area tunggunya menjadi tempat nongkrong. Duhhh… mainnya kurang detail 😅. Yang mengagetkan, ada (sepertinya) keluarga yang sengaja cucurak dongs 🤣, mereka dengan cueknya menggelar tikar di trotoar di pinggiran halte dan makan bersama sambil menonton kemacetan ini 🤯.
Assalamualaikum… sobat low budget 🙋🏻♀️.
Saat kilang gas di Indramayu meledak beberapa bulan yang lalu aku sempat terheran-heran melihat berita; tentang sebuah keluarga yang menonton ledakan kilang gas sambil cucurak. Sumvah, aku benar-benar gagal faham dengan kelakuan warga +62, eh sekarang aku malah mengalaminya sendiri 💆🏻♀️.
Pandemi memang melelahkan yakawan…
Alhamdulillah… kita bisa sampai dengan selamat melewati kemacetan dan lautan manusia sejak dari Braga, lega sekali rasanya saat order-annya ada yang mau nge-pick 🤣. Nggak usah ditanya gimana jomponya kita malam itu, yang pasti kita tidur cepat. Yawn~
Semoga pandemi berakhir di 2021 🙏🏻.