Hello...
Sudah sampai episode berapa nonton Hometown Cha Cha Cha-nya? 😁 Karena masih on going aku pun menunggu-nunggu setiap minggunya, kuy kawal terus... 👍🏻.
Di episode awal kita kan diperlihatkan bahwa Hong Ban-jang ini adalah seorang pengacara yakni pengangguran loba acara 🤣 Bisa dicek niya di lisensinya yang bak buku telepon magnet itu. Dari pertukangan, makelar kontrakan, jaga warung sampai host pelelangan ikan juga okcey ✨👌🏻 dan yang paling penting dibayarnya per-jam sesuai UMR Koriya.
Saat menonton Hometown Cha Cha Cha aku jadi teringat lagi dengan istilah jack of all trades yakni si master of none, alasan yang sama mengapa kuganti username-ku di Twitter menjadi Jack(ie) of All Trades 😂. Jack of all trades adalah istilah yang ditujukan untuk orang-orang yang memiliki banyak keahlian namun nggak satu pun yang menjadi keahlian yang spesifik (master of none).
Kalau ditanya apakah aku adalah seorang jack of all trades? Tentcu kujawab ya, well… bukan hanya aku, Sebagian besar dari kita adalah jack of all trades. Percaya nggak? 🙃.
Saat di sekolah kita mempelajari banyak hal dari matematika, kimia, fisika, bahasa, agama, seni bahkan pencak silat. Dari semua mata pelajaran mungkin ada beberapa yang kita nggak ahli (sudah tentcu ini eksak 😂) tapi kalau disuruh mengerjakan soal atau quiz dadakan kita pasti bisa kan mengerjakannya. Meski hasilnya mah pas-pasan atau B aja 😉.
Saat di asrama kita mempelajari banyak life skill dari mencuci piring, mencuci baju, bersih-bersih, membereskan tempat tidur sampai menata isi lemari. Mungkin nggak semua dari kita suka mengerjakannya tapi kalau diminta mengerjakannya kita pasti bisa kan. Meski hasil setiap orang berbeda-beda disesuaikan dengan minat.
Saat sekolah aku pun BM ya, tertarik pada banyak hal terutama yang berhubungan dengan seni dan beres-beres 😁 Meski begitu aku nggak lantas mengabaikan hal-hal yang nggak berkaitan dengan minatku, maap maap aja niya kurikulum di Indonesia didesain dengan sistem penilaian akumulatif, mau ahli di mata pelajaran tertentu pun yang dilihat adalah nilai rata-rata 😂.
Kalau melihat ke arah sini sih bisa dipastikan pemerintah punya andil 😑.
Aku tertarik akan banyak hal, diantaranya; buku, blog, sketches, ilustrasi, journaling, craft, DIY, photography, design, fashion, jalan-jalan, beres-beres (*harus masuk list 😉) etc. Dan berusaha mengembangkan minatku dengan mempelajari hal baru; ikutan organisasi, ikutan Hizbul Wathan (pramuka-nya Muhammadiyah), ikutan klub Bahasa, ikutan teater, ikutan pelatihan etc.
Secara skill dan pengetahuan aku memang berkembang, tapi kalau ditanya aku menjadi ahli apa nggak, hmmm… masih B aja ya bund, temanku ada yang jauh lebih ahli 😅.
Menjadi jack of all trades bukanlah hal buruk, tapi akan jauh lebih baik kalau adaptif dan terarah.
Di masa kini yang rerata kecepatannya diukur dari seberapa cepat sebuah produk sold out saat dirilis, menjadi jack of all trades adalah hal yang B aja. Kita lebih dituntut untuk memilih dan menjadi ahli pada suatu hal demi kebutuhan self branding, ngaku deh… pasti pernah kan puyeng mau menulis apa di bio IG 😁.
Di satu sisi terasa menyenangkan bisa memiliki banyak skill, bisa mengerjakan banyak hal dan merasa semua hal menarik. Namun sisi lain terasa bagai minyak.
Katakanlah, ada sebuah wajan berisi minyak yang di tetesi air sehingga membentuk pulau-pulau kecil. Kalau minyak adalah para jack of all trades, maka pulau-pulau air adalah para ahli. Meski para jack of all trades yang paling mengisi ruang di wajan, selalu ada gap kasat mata yang menjadikan pulau-pulau air para ahli stay di atas dan mencrang sendiri.
Di akun @bapak2id aku pernah menemukan penjelasan tentang T shape skill yakni orang-orang (yang sebelumnya jack of all trades) menyatukan 2 corong skill yang berbeda menjadi suatu skill yang bisa dijadikan sebagai kojo. Dari master of none menjadi master of one. Sumvah, aku nggak kepikiran bisa gini 🥲…
Dari situ aku mulai menyadari alasan mengapa ikigai-ku susah kuncup alias mabur mulu, bisa dibaca niya di post Mengartikan Ikigai aku menemukan kesulitan saat mesti memetakan passion. Ternyata, aku masihlah jack of all trades yang BM dan tertarik akan banyak hal… *pukpukpuk 🙂🙂🙂.
Tapi ya… isokey, aku pun nggak ingin memaksakan diri untuk sok-sok-an ahli meski aslinya memble huhu 😅 Ohya, meski terlihat sibuk mencari kesibukan sesungguhnya aku bukanlah multitasker, sadar diri mudah terdistraksi, makanya aku lebih nyaman monotasking karena bisa lebih fokus. Nah, mungkin dibandingkan dengan orang-orang prosesku lebih lambat, tapi gpp aku pun nggak masalah 🥲.
Dewasa ini (cieee… 😋) aku merasakan banyak manfaat dari menjadi jack of all trades, you know-lah orang dewasa banyak banget printilan hidupnya 😂 Terutama untuk hal-hal essentials macem life skills dan basic knowledge of everything, kadang sampai kepikiran kalau dulu aku nggak pernah mempelajarinya mungkin hidupku akan ribet. Kalau gitar akustik aku stuck 😉.
Kupikir, nggak masalah apakah nantinya kita adalah master of none atau master of one, karena pada dasarnya kita adalah lifelong learner yang akan belajar seumur hidup. Untuk survive kita mesti beradaptasi yekan 😏. Skill yang dipelajari hari ini mungkin nggak akan langsung berguna besok, bisa jadi perlu ‘menunggu’ berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun yang penting jangan sampai kita berhenti belajar.
Sebagai penutup, ada pesan non sponsor yang menurutku sayang untuk dilewatkan dari @asihmanis, dibaca ya… kalau ada waktu dicek juga highlight-nya, asique.