Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Setelah napak tilas AADC 2 yang bikin jompo kita lalu menuju Candi Borobudur, yang dari Rumah Doa Bukit Rhema hanya berjarak sekitar 10-15 menitan. Sebenarnya kita udah nggak terlalu excited ke Candi  Borobudur sebab udah terlanjur gempor 😂 Tapi gimana ya, mumpung masih di Magelang berasa sayang kalau melewatkan Candi Borobudur. Meski sebenarnya candi mah gitu-gitu aja sih... dari batu hehe 😅

FYI, sekolahku dulu nggak ada karyawisata adanya study tour, itu juga Cuma ke BIB (Balai Inseminasi Buatan) Lembang dan Museum Geologi Bandung, nggak rame banget ya haha 😂 Nggak ngerti juga ya kenapa sekolahku nggak mengadakan karyawisata kemana gitu kek, makanya kita nggak punya cerita karyawista macem orang-orang. So, bisa dibilang ini adalah kali pertama kita (berempat 👧👧👧👧) berkaryawisata ke Candi Borobudur.

***

CANDI BOROBUDUR


Saat memasuki area parkir kita akan disambut oleh bapak dan ibu yang menawarkan dagangannya, mostly topi dan payung. Eh tapi kalau payung kita bisa menyewa kok Rp. 5000 per payungnya. Tiket masuk Candi Borobudur dihargai Rp. 40.000 (2019) bisa dibeli di loket yang terletak di bagian depan, oh iya loket tiket domestik dan internasional dibedakan ya, beda harga soalnya 😁.

Untuk menggapai Candi Borobudur ((menggapai 😂)) ada 2 option, bisa dengan jalan kaki bisa pake transportasi (berbayar) yang disediakan. Ada kereta wisata, Tayo (beneran dinamai Tayo 🚌), mobil golf dan kereta kuda alias delman alias andong alias sado. Kita memilih naik Tayo sebab yang parkir paling dekat dengan loket ya si Tayo itu haha *jiwamalasmemanggil 😈. Perjalanan menuju Candi Borobudur naik Tayo adalah perjalanan yang melenakan, angin sepoi-sepoinya bikin ngantuk yaini 👌.

Anak-anak Tayo setelah kena tanning gratis

Kita diturunkan di depan gerbang Candi Borobudur dan aku langsung cuci muka di basin yang ada di tamannya. Disini kita baru sadar, ternyata ada tangga yang mesti di daki haha 😁 Bisa-bisanya ya kita mendaki tangga di tengah hari, nggak pake payung, sunscreen masih sisaan tadi pagi, kaki masih gempor, setrong amat yha~ 💪 Nggak usah ditanya gimana bentukan muka, sama leceknya kek baju 😳.

To be honest, aku agak kecewa sih dengan Candi Borobudur, entah apanya yang salah namun di memoriku ‘Candi Borobudur nggak gini deh’ 😅. Seriusan, Candi Borobudurnya menciut, bukan Cuma menciut tapi juga gundul. Banyak patung-patung yang kepalanya nggak ada dan stupa-stupa yang nggak lengkap. Relief di dinding candi semakin kopong dan halus sebab tergerus alam, bahkan ada beberapa relief yang ditambal sulam. Mungkin udah waktunya restorasi 😌.

Kaya waktu zaman SD, kalau salah nulis langsung diitemin 😅

Kita nggak naik sampai ke puncak stupa ya, Cuma sampai di undakan kedua dan jalan-jalan mengelilingi relief-nya, udah nggak sanggup ziz 😂 Kita malah lebih fokus mencari space yang sepi dan memiliki bayang-bayang cukup besar, selonjoran sambil menikmati angin sepoi-sepoi... 🍃dan ujung-ujungnya malah ketiduran haha 😂 Sumpah, seumur-umur ke Candi Borobudur baru kali ini aku ketiduran di candi, nikmeh memang... saking nikmehnya udah nggak peduli lagi dengan orang-orang yang berlalu lalang 😅.

Tadinya kita berniat naik Tayo lagi, tapi petugas loketnya nggak datang-datang jadilah kita nontonin gajah main air di sampingnya. Kasihan gajahnya... udah kurus, dekil, dirantai lagi... 🐘 Karena kita nggak bisa menunggu (asique 😏) akhirnya kita jalan menuju pintu keluar, ZBL sih ini... kita diarahkan ke kios-kios yang menjual cenderamata, berhubung sedari awal nggak berniat untuk jajan yang ada kita KZL. Gimana nggak KZL ya... jalan di kios-kios ini lebih lama ketimbang jalan di Candi Borobudur 😵.

Mandatory picture

🌞

Cahaya illahi ini menyilaukan sekali 😉

Before after 😁

Wefie dulu sebelum bobo 😅

Tiket masuk domestik: RP. 40.000/orang
Tiket parkir: Rp. 20.000/mobil

Tiket kereta wisata: Rp. 10.000/orang
Tiket Tayo: Rp. 15.000/orang
Tiket mobil golf: Rp. 50.000/orang
Tiket kereta kuda: Rp. 100.000/orang

***

Ana dan Huda nggak ikut ke Candi Borobudur ya, ngungguin mobil 😛 nggak deng mungkin bosan saban hari nganterinnya kesini mulu. Setelah berhasil keluar dari labirin kios-kios itu kita kembali ke mobil dengan lunglai 😩 butuh energi  😁 Udahlah, pokoknya urusan perkulineran kita serahkan pada Ana dan Huda, terserah mau dibawa kemana sing penting dahar 😂.

RM. AYAM GORENG NINIT


RM. Ayam Goreng Ninit ini memang bukan tempat makan yang fancy atau kekinian, tentcunya bukan masalah bagi kita sebab yang penting kan makanannya 😋 Kita order menu andalan RM. Ayam Goreng Ninit yakni ayam goreng serta beberapa menu pendukung lainnya macem urap, perkedel dan tahu. Untuk sambal kita nggak order sebab udah disediakan di atas meja, ada sambal hijau dan sambal merah. Apa coba yang kurang? Yap. Kerupuk.

Sebagai orang Sunda yang tiap makan mesti dikerupukin Deya sempat nyariin (kerupuk) tapinya nggak nemu, untungnya Huda peka dan melipir ke warung sebelah, beliin kerupuk 😁 Ingin ciiee tapinya udah taken.

Ayam gorengnya okcoy yaini 👌, empuk dan berasa, tapi yang paling penting sih crispy ... wajar jadi menu andalan. Urapnya apalagi, rasanya otentik dan kuat jadinya enak... yang agak kurang malah sambalnya, kurang pedas. Harganya pun cukup pocket friendly, kita makan ber-6 habisnya Rp. 95.000. Udahlah ya, kalau kalyan kebetulan lagi berada di Magelang dan nggak tahu mau makan apa, bisa dicoba nih RM. Ayam Goreng Ninit.

🪧 Jl.  Ikhlas no 68 Magelang Jawa Tengah

***

Menurut itinerary tujuan kita selanjutnya adalah Museum OHD (yang mana sebenarnya hanya berjarak ± 5 menit dari RM. Ninit) tapi karena khawatir nggak sampai di Waduk Sermo tepat waktu, maka Museum OHD dicoret dari list. Udah nggak ngerti lagi kemana hilangnya kesadaran ini... 😅 sepanjang perjalanan dari RM. Ninit ke Waduk Sermo kita tepar, paling bangun tipis-tipis kemudian tidur lagi, gitu teroosss 😌 sampai di Waduk Sermo.

WADUK SERMO
   
Berasa di New Zealand 😅

Agak gambling juga sih sebenarnya masukin Waduk Sermo ke itinerary, sebab kita memilihnya berdasarkan foto di IG, tahu sendirilah... rerata foto di IG adalah hasil edit. Tapi Ana ngajakin, sebab ternyata doi belum pernah ke Waduk Sermo juga😁. Seingatku, Waduk Sermo berada di jalur yang sama dengan Kalibiru hanya saja Waduk Sermo sedikit lebih jauh.

Sebenarnya spot Waduk Sermo-nya sendiri ada di samping jembatan, dimana ada letter sign Waduk Sermo terpampang di pinggir lapangan. Tapi... karena angle-nya nggak sesuai dengan gambar yang kita temukan di IG, maka kita jalan terus sampai di ujung Waduk Sermo. Seriusan ini, foto Waduk Sermo yang kalyan temukan di IG adalah Waduk Sermo di bagian paling ujung.

Bisa untuk camping dan mancing

Seperti waduk pada umumnya, Waduk Sermo ini adalah waduk yang berfungsi sebagai penghasil tenaga listrik. Berhubung saat ini masih kemarau air di waduknya surut sampai terlihat dasarnya, kemungkinan kalau musim hujan mah airnya tumpeh-tumpeh. Jalan menuju ujung Waduk Sermo relatif sepi ya hanya beberapa kendaraan yang sempat berpapasan dengan kita dan jalannya pun nggak begitu lebar.

Akhirnya, setelah mengelilingi hampir separuh waduk, kita sampai di Waduk Sermo versi angle yang kita lihat fotonya di IG. Fyuhh... jauh juga ya 😅 Kita sampai di sana sekitar jam 5 sore, diwaktunya golden hour. Sebenarnya di sepanjang jalan banyak spot henti, cukuplah kalau untuk sekedar selfie atau killing time, beberapa diantaranya memberlakukan tiket masuk dan parkir.

Haee... 🙌

Begitu sampai langsung selonjoran santuy haha 😁 Well... setelah seharian jalan, duduk di rumput sambil nontonin sunset tentcunya adalah hal yang menyenangkan. Meski sesekali terhalang awan, cuacanya cukup enak untuk ukuran sore, nggak panas nggak juga dingin.

Kalau dilihat disini ada beberapa mobil camper dan Jeep, itu semua bisa disewa ya guise barangkali ada yang berminat untuk camping. Disini kita juga bisa mancing atau naik perahu ke tengah waduk, kita mah nggak ya... lebih prefer untuk berleha-leha sambil nontonin sunset, jarang-jarang kan bisa begini.

DeyaMotret lagi beraksi 📷

Sobat karyawisataku 💗

Berusaha berasyik masyuk padahal kaki udah gempor 😂

Behind the scene foto insto

Sesekali berkontempelasi *yakeles 😂

Tiket masuk: Rp. 3000/orang
Tiket parkir: Rp. 5000/mobil

***

So far, Waduk Sermo adalah penutup hari yang okcey dari karyawisata singkat ini. Yang agak PR malah udahnya, curiga di hotel bakal pada mager sambil koyoan 😂.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Selamat bulan September dear warga +62, jangan lupa wake me up when September ends... 😅.

Mengawali trimester ketiga ini aku dan teman-temanku sekalian caw ke Yogyakarta, sengaja nggak mengincar moment akhir tahun sebab khawatir nggak kebagian akomodasi dan hujan. Ya... ku masih percaya hujan akan turun di setiap bulan yang berakhiran –ber sebab berkonotasi brrr... (dingin), meski sebenarnya sepanjang tahun masih pancaroba 😉.

Tadinya kita mengincar bulan Juli setelah lebaran, namun atas nama ‘nggak enak ambil cuti abis libur (panjang)’ maka diundur hingga bulan Agustus. Tujuan kita ke Yogyakarta adalah untuk berlibur sebab apalah artinya qerja qeras baqai quda 🐴 kalau nggak bisa menikmati 😂, sekalian menghabiskan sisa THR lebaran lalu *waee... 😅. Oh iya ada ArtJog yang diadakan sekali dalam setahun, makanya diusahakan jangan lebih dari bulan Agustus. 

aku bersama kalian 💑

Tujuan liburan yang sebenarnya adalah ke Kawah Ijen dan Baluran yang mana belum kesampaian sejak tahun lalu, sebab ditutup untuk perbaikan infrastruktur. Tahun ini Kawah Ijen dan Baluran mesti di-skip lagi sebab keterbatasan cuti dan kondisi fisik yang belum siap. Gugur bunga sebelum berkembang cuy haha 😂. Well... Doakan aja semoga kelak kita bisa ke Kawah Ijen dan Baluran 😊.

Setelah menimbang-nimbang akhirnya kita memutuskan Yogyakarta sebagai tujuan libur tengah tahun. Urusan akomodasi tiket dan hotel sudah dibereskan sejak H-2 minggu, itu pun lumayan bikin puyeng yaw... 😪. Apalagi urusan itinerary. Sebab selain berhubungan dengan durasi (jarak tempuh) itinerary sangat mempengaruhi budget. Beruntung kita dibantu Ana untuk urusan per-itenary-an.

Tema libur kali ini adalah napak tilas AADC (Ada Apa Dengan Cinta) 2 😁

Kita berangkat menuju Yogyakarta pada hari kamis malam (alias malam jum’at) dari Bandung, pake kereta api Lodaya ekonomi yang kini seat-nya nggak bisa berhadapan 😑. Kali ini kita satu gerbong dengan rombongan buk-ibuk dan pak-bapak yang pada bawa koper dan rempongnya ngalahin kita 😂 Sampai di Yogyakarta sekitar jam 3 shubuh, kemudian dijemput Ana dan Huda di depan stasiun.

PUNTHUK SETUMBU 

my morning view

Tujuan pertama kita adalah melihat sunrise di Punthuk Setumbu 🙌. Punthuk Setumbu terletak di Magelang, kurang lebih 1 jam perjalanan darat (mobil) dari  Yogyakarta. Untuk mencapai Punthuk Setumbu kita mesti jalan nanjak sampai ke puncak, jadi semua kendaraan bermotor diparkir di area sekitar yang dijaga oleh warga, bagi yang ingin menunaikkan shalat tersedia musholla dan bagi yang ingin ngemil atau makan berat tersedia warung-warung.

Tiket Puntuk Setumbu dihargai Rp. 20.000 per orang (2019) di loket yang terletak di bibir gapura. Menurut review (yang tentunya muncul di page one) kita tinggal jalan nanjak ke atas sekitar 15-20 menit saja. Hahaha... Maap ni gaes... tapi usia memang nggak bisa bohong 😂, lutut dan betis ini udah gempor duluan di 5 menit pertama. Ternyata 15-20 menit adalah versi #pertemanansehat-nya Dian Sastro 😅, #pertemananacigorengan macem kita mah hesye... 😂😂😂

Yang bertambah usia di hari kemarin  💋

Perlu lebih dari 20 menit bagi kita untuk mencapai Punthuk Setumbu, kaget banget dengan medannya yang nanjak dan gelap, makanya kita sering berhenti 😌. Lega rasanya saat sampai di Punthuk Setumbu... langsung nyender di pager, terus selonjoran sambil nungguin Deya dan Memed. Oh iya, Ana dan Icunk udah sampai duluan sebab mau setting tripod.

Dari Punthuk Setumbu kita bisa melihat sunrise yang muncul dari balik gunung Merapi dan gunung Merbabu, bonus pemandangan Candi Borobudur yang berkabut. Mistik 😍. Udah lama sejak terakhir kali aku melihat sunrise di tempat terbuka secara live, biasanya mah terhalang genteng rumah orang 😌. Menyenangkan sekali rasanya menikmati momen dimana matahari perlahan merekah dan suasana berangsur-angsur terang 😇.

Setelah matahari terbit 

Yha~ Punthuk Setumbu memang hype sejak AADC namun pemerintah setempat nampaknya cukup gercep untuk memolesnya.  Jalan nanjak menuju Punthuk Setumbu sudah bagus, dibuat bertangga-tangga dan ada teralisnya memudahkan kita yang terlanjur jompo bertumpu. Selain itu disediakan juga toilet, musholla dan warung kopi + pop mie, tapi yang terpenting adalah gazebo yang ada colokannya (steker) zumpah ziz... ini beyond expectation 😆.

Di Punthuk Setumbu kita nggak perlu mengeluarkan lagi cuan kalau ingin difoto di instalasi selfie, mas-mas yang bertugas akan membantu kita mengambil foto sekaligus mengarahkan gaya 👌. Huda bilang ini adalah salah satu upaya warga untuk menarik pengunjung, kalau semuanya serba berbayar dan nggak terawat (fasilitasnya) bisa jadi malah sepi. Patut dicontoh yaini warga Jabar... 😉.

Begitu matahari terbit kita nggak langsung pulang ya sebab Ana membawakan kita sarapan. Akhirnya... nemu pondasi 🙇...

sans~

Oppa!


selamat pagi wahai sobat syare'ahku 😊
semoga skincare kita tetep awet sampe sore

📌 Kurahan, Karangrejo, Kec. Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
🎫 Rp 20.000
⏰ 04.00-17.00

RUMAH DOA BUKIT RHEMA (GEREJA MERPATI)

wisata rohani lintas keyakinan 👌

Setelah turun dari Punthuk Setumbu kita langsung menuju mobil dan Huda yang memang nggak ikut naik tanya “loh... nggak sekalian ke bukit Rhema?” ya kita cengo dong... 😒 Kita tahu bahwa Punthuk Setumbu dan Bukit Rhema masih satu kompleks dan lokasinya berdekatan dengan Candi Borobudur, tapi kita nggak tahu kalau ada shortcut yang menghubungkan Punthuk Setumbu dan Bukit Rhema 😅. 

Yawdalaya... Stay positive. Kalau nggak ke mobil dulu kita nggak akan bisa nyimpen barang-barang dan aku nggak akan bisa ganti sepatu 😶. Kebetulan saat itu aku lagi kebagian wear test sepatu, yang namanya sepatu baru 1-2 hari pertama kan masih proses adaptasi ya jadi pasti kurang nyaman. Imbasnya kakiku jadi kemerahan dan membengkak, makanya langsung kuganti dengan sandal.


Jarak dari Punthuk Setumbu ke Rumah Doa Bukit Rhema nggak begitu jauh, kurang dari 10 menit kita sudah sampai di area parkir. Seperti Punthuk Setumbu, untuk menuju Rumah Doa Bukit Rhema kita perlu jalan nanjak (lagi). Tiket Rumah Doa Bukit Rhema dihargai Rp. 20.000 per orang dan tiket Jeep dihargai Rp. 7000 per orang untuk sekali jalan, kalau mau bolak balik tinggal dikali 2 aja ya. Sebenarnya jarak antara check point Jeep dibawah dan check point Jeep di atas nggak terlalu jauh, tapi balik lagi ya... Kita udah terlanjur jompo nih haha 😂😂😂

Kita termasuk beruntung sebab menurut informasi yang kudapat di loket Rumah Doa Bukit Rhema akan ditutup sementara sebab akan direnovasi. Amazed juga sih ya... Ada orang yang membangun rumah doa di tengah-tengah hutan 😄, mungkin yang bersangkutan mengejar ketenangan dan kekhusyukan dalam beribadah. Kalau aku sih boro-boro khusyuk yang ada malah jiper sendiri yha~ 😏.

Menuliskan harapan untuk masa yang akan datang, tapi kayanya isinya sama semua 😂 

Pada dasarnya Rumah Doa Bukit Rhema adalah rumah doa yang terbuka bagi semua keyakinan, at least itulah yang bisa kutangkap dari penjelasan mbak yang ngelubangi tiket masuk. Oh iya... Bentuk bangunan sebenarnya mengambil rupa burung merpati sebab melambangkan kedamaian, kenapa bisa jadi ayam? Kupikir sih gegara burungnya ngendon macem lagi mengerami 😛 Kebanyakan orang menyalahartikan mahkota yang ada di atas kepala burung sebagai jawer.

Ada apa di dalam Rumah Doa Bukit Rhema? Kebanyakan adalah ruang-ruang doa berukuran musholla darurat di mhall, sedang selebihnya adalah hall dan kedai. Di lantai dasar pencahayaannya nggak begitu terang, jalannya berliku dan sedikit pengap, maklumlah bangunannya memang belum selesai dibangun. Untuk naik ke atas (mahkota) kita mesti antri sebab space-nya nggak luas.

intip 😉

view Kedai Bukit Rhema dari hall

view dari kepala merpati, std aja ternyata 😅

menatap masa depan yang menyilaukan 😎

📌 Kurahan, Karangrejo, Kec. Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
🎫 Rp 20.000/orang dan Rp 7000/orang (jeep)
⏰ 08.00-17.00

KEDAI BUKIT RHEMA

nongkrongable banget kan...

Kalau di bagian depan (kepala) kita bisa naik sampai ke atas, maka bagian belakang (ekor) dialihfungsikan sebagai kedai, namanya Kedai Bukit Rhema. Oh iya, saat membolongi tiket kita diberitahu mbaknya bahwa tiket tersebut bisa ditukar dengan welcome snack berupa ketela (singkong) goreng + sambal di Kedai Bukit Rhema, selain itu terdapat potongan harga Rp. 5000 untuk kopi. Trik marketing yang bagus ya sebab kita jadi melipir ke kedainya 👌.

Kita memutuskan untuk ngaso sebentar di Kedai Bukit Rhema atas nama menghabiskan ketela *wae 😁 Makanan dan minuman yang ada di Kedai Bukit Rhema terbilang basic lah ya macem roti atau gorengan harganya juga standar Rp. 7000 – Rp. 25.000 (tax included), jangan khawatir kalau nggak membawa cash karena Kedai Bukit Rhema menerima pembayaran via CC, debit dan Go Pay.

Saranku sih kalau berkunjung ke Rumah Doa Bukit Rhema jangan lewatkan mampir di kedainya, selain menukar welcome snack nggak ada salahnya untuk ngaso sebentar pasca jalan nanjak. Kedainya cukup nyaman sebab ada angin sepoi-sepoinya 😪 view-nya pun nggak kalah ngademin, kita bisa melihat perkebunan dan gunung-gunung yang mengelilingi Yogyakarta, sayangnya hujan belum turun (lagi) jadi sejauh mata memandang yang ada malah kegersangan 😰.

sedikit gombal, biar peka 😌


tootahache pose yang tak pernah syalah... 😁

setelah 4321 take

Hari ini kita memang baru mengunjungi 2 tempat, belum mencapai tengah hari padahal, tapi rasanya raga ini udah jompo gaes haha 😂😂😂 Nggak usah ditanyain lagi gimana pegelnya betis ini 😭 Yakin banget nanti malam langsung pada tepar 😏.

Meski napak tilas AADC 2 fix bikin jompo, kita sangat menikmati momen liburan ini kok. Tetap semangat!!! Masih ada tempat lain yang mesti dikunjungi 😅.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Tadinya aku Cuma berniat nonton review film Bumi Manusia di Youtube-nya Cine Crib, ternyata Cine Crib sedang mengadakan giveaway tiket nobar dongs. Aku jelas (over)excited sebab memang menantikan filmnya dan nggak menyangka akan menonton secepat ini. Menyenangkan sekali bukan mendapatkan hal yang diinginkan di tanggal tuwa pasca liburan yang bikin jompo 😂.

Terima kasih Cine Crib. Terima kasih Kitc. Karena kalian aku nggak perlu syebel kena paparan spoiler yang bertebaran di timeline-ku *love 😘.

Sejak beberapa bulan yang lalu timeline-ku rame gegara film Gundala, akhirnya ya... Indonesia punya superhero sendiri. Wacana mengadaptasikan Gundala ke layar lebar pernah terjadi sebelumnya, saat itu yang
mendapatkan kepercayaan adalah Hanung Bramantyo sampai pernah press con segala 😅 tapi untungnya nggak pernah ada kelanjutan. Bukannya julid, tapi aku nggak yakin Hanung akan cocok untuk genre film action macem Gundala, kurang greget aja gitchu 😏.

Waktu berlalu sampai akhirnya Joko Anwar mengambil alih Gundala dan menjadikannya cinematic universe macem MCU dan DCU. Tadinya aku skeptis sebab cinematic universe adalah original formula dari MCU, terkesan menduplikat gitu ya 😅. Tapi balik lagi mau nggak mau kita mesti menggunakan formula cinematic universe sebab superhero adalah genre baru yang belum terjamah dalam, masih (di tahap) meraba dan mengekplorasi permukannya.

Satu hal yang belum kumengerti, kenapa Bumi Langit Cinematic Universe disingkatnya BCU bukan BLCU? 😮
Bukannya gimana-gimana tapi bagiku BCU adalah #BucinCinematicUniverse 😂.

Gundala adalah film yang diadaptasi dari komik berjudul Gundala Putra Petir karya Harya Suraminata alias Hasmi, komiknya sendiri hype di era 70-80an, cobalah tanya orang tua atau keluarga yang sepuh pasti mereka tahu Gundala. Nggak terkecuali dengan uwak-uwakku ya, mereka tumbuh dengan komik-komik superhero lokal macem Gundala, Godam, Si Buta dari Goa Hantu dan lainnya. Makanya kalau ditanyain tentang Gundala pasti pada kenal 😊.

Aku sendiri nggak familiar dengan Gundala, kalau Si Buta dari Goa Hantu mah masih kezamanan ya sebab ada serialnya. Wiro Sableng juga sih, selain nonton serialnya aku sempat membaca novelnya sembunyi-sembunyi (sebab 13+ 😜). Alkisah, saat keluargaku pindah dari Bandung ke Subang peti yang berisikan komik-komik dan buku-buku tersebut hilang, makanya aku dan sepupuku belum sempat berkenalan, hanya tahu ceritanya.

Kupikir mengadaptasikan Gundala ke layar lebar adalah keputusan yang tepat, sebab kita tahu (dan akhirnya sadar) bahwa kita memiliki SDM yang lebih dari cukup untuk membuat film superhero yang keren, baik dari aktor/aktrisnya, penulisnya, tim produksinya serta siapa pun yang terlibat di dalamnya. Satu-satunya kendala paling klasik yakni per-budget-an sudah terpecahkan sedari awal, sebab Anindya Bakrie dan Erick Thohir turut mencelupkan tangan, well... terlepas dari kepentingan bisnis mereka kini berada di perahu yang sama 👌.

Menaikkan level film Indonesia hingga menembus Hollywood 😁.

Sebagai netyzen yang senang menghabiskan besar waktu dengan rebahan dan mantengin timeline, yang kurasakan dari hype-nya Gundala adalah antusiasme yang positif. Belum pernah merasa seoptimis ini dengan film Indonesia 😊, keren juga sih tim marketing-nya, sebab membuat kita merasa optimis bahkan sebelum filmnya rilis 👍.

Karena ku-follow @JokoAnwar aku jadi mengikuti perjalanannya Gundala, dari tweet yang menjurus (ke arah film), teaser poster tebak-tebakan cast, Bumi Langit Cinematic Universe sampai akhirnya rilis di bioskop, well... bukan perjalanan yang singkat tentcunya. Tapi mungkin itulah yang membuat kita ‘dekat’ dengan Gundala, sebab sense of belonging kita turut tumbuh seiring progress filmnya, thank you Bang Jokan *akrab 😂 sudah berbagi Gundala sejak awal.

Sebagai patriot pertama tentcu Gundala memikul beban yang besar meski sebenarnya masih dalam rangka market test. Oh iya kusuka tagline-nya Gundala; negeri ini butuh patriot, sebab kupikir tagline-nya sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini 👌.

Sedikit FYI.
Kalau dilihat dari sejarahnya, komik superhero (mau itu DC atau Marvel) memang terlahir di saat negara sedang kacau akibat PD II. Sebagai generasi penerus bangsa anak-anak butuh figur yang mampu membangkitkan semangat dan menumbuhkan harapan, di saat seperti itulah (konsep) superhero terlahir. Jangan lupa, banyak karya besar terlahir dari kegelisahan 😌.

Film Gundala (tanpa embel-embel putra petir ⚡) dibuka dengan scene demonstrasi yang berakhir dengan baku hantam antara buruh dan security pemilik pabrik, scene yang ambience-nya mengingatkanku akan Hunger Games, macem di Indonesia tapi bukan di Indonesia. Aku lebih suka scene baku hantam yang pertama sih ya yang kedua mah kurang euy... asa kurang aja persiapannya.

Kupikir agak disayangkan Rio Dewanto mendapatkan peran sebagai Bapak dari Sancaka kecil (Ahmad Mudzakki), sebab artinya Rio Dewanto nggak akan menjadi superhero. Sejak kecil Sancaka memang diceritakan takut terhadap petir, masih belum jelas apa alasannya yang jelas setiap kali ada petir Sancaka selalu lari dan bersembunyi. Setelah kematian bapaknya Sancaka tinggal bersama ibunya (Marissa Anita) namun suatu hari ibunya pergi ke Tenggara sebab BU dan nggak kembali meski sudah berhari-hari.

Banyak yang bilang penceritaan Gundala di awal sesuram flm Batman vs Superman, aku mah nggak mudeng ya sebab udah lupa lagi filmnya gimana 😂 Bagiku penceritaan Gundala di awal malah seperti film horror, ada momen-momen dimana suasana tetiba mencekam, senyap dan yha~ suram. Oh iya apalagi scene mimpinya Sancaka, bang-khek... Ki Wilawuknya (Sudjiwo Tedjo) rasa raja zombie di serial Kingdom 😅.

Sancaka kemudian pergi meninggalkan rumahnya dan berakhir di jalanan, kerasnya jalanan kelak mempertemukannya dengan Awang (Faris Fadjar). Dari Awang, Sancaka belajar bela diri dan bersikap acuh terhadap hal yang bukan urusannya, nggak salah sih sebab kalau terus mengurusi hidup orang lain hidup sendiri bisa jadi malah terbengkalai. Kusuka nih tektokan obrolannya Sancaka dan Awang, cociksnya level Dilan Milea haha 😁.

Kupikir tadinya Sancaka dan Awang akan terus bersama macem duo Vincent Desta, ternyata Awang memutuskan untuk pergi ke Tenggara. Sancaka diajakin kok, Cuma ketinggalan kereta... Suatu hari Sancaka terlibat baku hantam sesama kuli panggul, yaelah... kecil-kecil banyak tingkah 😌. Sancaka kemudian dikejar geng kuli panggul cilik dan diselamatkan oleh pasutri yang membukakan pintu mobilnya. Meski baru bertemu pasutri tersebut menodong agar Sancaka mau menjadi anak asuhnya.

Well... setelah film Gundala rilis banyak fan theory yang ikut berpartisipasi, salah satunya adalah konsep what if. What if adalah konsep franchise Marvel (terbaru) yang menjungkirbalikkan asbabun nuzul-nya superhero. Kaya gini nih, gimana kalau Bucky yang mendapatkan kesempatan mencoba serum Captain America bukannya Steve Rogers? gimana kalau T’Challa mati beneran saat berduel dengan Killmonger? Akan menjadi Black Panther macem apakah Killmonger? Yap. semacam itulah... 😄.

Nah, di Gundala konsep what if itu disisipkan dan diterapkan oleh pasutri yang menolong Sancaka. Sebab, kalau di komik Sancaka menerima tawaran pasutri tersebut dan tumbuh menjadi ilmuwan yang kelak menemukan serum penangkal petir. Karena saat ini hidup adalah pilihan dan kemakan sugestinya Awang yang disiksa pasca diangkat menjadi anak asuh pasutri kaya, Sancaka memilih untuk keluar dari mobil dan berlari...


Berlari...


Berlari...


Berlari...


Dan berubah menjadi Abimana 😁

Sancaka dewasa (Abimana Aryasatya) melanjutkan hidupnya dengan bekerja menjadi security di percetakan koran. Sebab kini semua serba digital, melihat percetakan koran macem gini malah jadi nostalgia, zamannya Peter Parker dan Clark Kent 😏. Film terakhir yang kutonton dan berhubungan dengan scene percetakan koran adalah film The Post, udah lama juga yaini hampir 2 tahun yang lalu. Eh, FYI aja sih ini 😅.

Kalau Awang bersikap acuh terhadap hal yang bukan urusannya, lain halnya dengan Pak Agung (Pritt Timothy) yang selalu mengingatkan Sancaka agar nggak terlalu acuh dengan keadaan sekitar sekalipun bukan urusannya. Pak Agung ini adalah partner kerjanya Sancaka di percetakan koran. Kusuka nih Pak Agung, karakternya okcoy khas bapak-bapak yang kerjanya berpengalaman namun tetap cari aman, tektokan obrolan Pak Agung dan Sancaka pun nggak kalah asyik.

Di paruh kedua inilah kita diperkenalkan dengan Wulan (Tara Basro) dan Tedy (Bimasena) tetangganya Sancaka, mereka diperkenalkan secara nggak sengaja oleh Ito Marbun (Tanta Ginting) dan Fadli Aziz (Donny Alamsyah). Salah satu memorable scene-nya adalah saat mereka kesamprok Sancaka yang sehat wal afiat di pasar, epic banget laini ekspresi para preman yang heran “hah? Lu belum mati??” FTW... 😂😂😂.

BTW. Tara Basro cakep banget saat pake rok dan kaos V-neck 😍.

Ohiya. Scene saat Sancaka hujan-hujanan diluar dan tersambar petir berkali-kali membawa imajinasiku pada karakter Elektra di bukunya Dee Lestari yang Supernova: Petir, kayanya bakal seru deh kalau bikin crossover Gundala X Elektra 😜. Peroses eskplorasi kekuatannya Sancaka bisa dibilang cukup singkat, tapi cukuplah untuk melawan para preman. Meski kostum awalnya nggak banget, kuyakin kedepannya akan bermunculan versi dupe-nya yakni jaket Gundala KW sejuta, gimana aja baju koko Wakanda dan jaket denim Dilan.

Kupikir pengenalan tokoh Pengkor (Bront Palarae) lebih ngena ketimbang Sancaka sebab lebih singkat, padat dan jelas. Seenggaknya kita nggak perlu dibingungkan dengan sikapnya Sancaka kecil yang lebih memilih memegang tameng security ketimbang goyangin badan bapaknya. Ditilik dari kelakuannya, kupikir Pengkor ini adalah sebenar-benarnya interpretasi dari yang mengaku wakil rakyat, yang berbicara atas nama rakyat namun sebenarnya menelusup bagai duri dalam daging.

Tadinya kupikir Ridwan Bahri (Lukman Sardi) adalah antek-anteknya Pengkor di pemerintahan, ternyata bukan, gimana dengan Hasbi (Dimas Danang)? Masih dipertanyakan yaini, sebab Pengkor pasti butuh orang dalam untuk mengawasi gerak gerik Ridwan Bahri. Selain Ganda Hamdan (Aqi Singgih) sebagai anggota dewan boneka didikan Pengkor, ada Ghani Zulham alias Ghazul (Ario Bayu) yang mepet Pengkor mulu.

Eym... Belum lengkap rasanya kejahatan kalau belum ada Teuku Rifnu Wikana haha 😂😂😂 Kudoakan semoga beliau tetap sehat dan dilirik Joko Anwar jadi villain di BLCU 🙏.

Anak-anak bapak yang tersebar di seluruh negeri kembali dikumpulkan, agak ganjil memang, kok bisa Pengkor dan anak-anaknya tahu dimana Gundala berada, tapi yasudalah... semoga plot hole ini bisa ditambal di film selanjutnya.

Anak-anak inti bapak saat ini adalah; Cantika alias Camar (Hannah AlRasyid), Tanto Ginanjar (Daniel Adnan), si pelukis (Cornelio Sunny), Desti Nikita (Cantika Abigail), Mutiara Jenar alias Bidadari Mata Elang (Kelly Tandiono), Sam Buadi (Aming Sugandhi), Kamal Atmaja (Ari Tulang), Adi Sulaiman dan Swarabatin (Cecep Arif Rahman).

Kalau kata buk-ibuk kompleks waktu belanja sayur mah: “wah anak-anaknya Bapak Pengkor ‘jadi’ semua ya...” 😀.

Bisa dibilang Gundala ini bertabur bintang, termasuk cameo-nya. Surprise... Ada Aming dongs. Aku baru ngeh saat melihat foto-foto premier Gundala di IG heran kenapa bisa ada Aming (sampai niat nyari di Google, keyword-nya: Aming jadi siapa di Gundala? 😂). Satu lagi, aku benar-benar nggak menyangka bahwa Kamal Atmaja adalah Ari Tulang, kukira doi adalah KWannya musuh Steven Chow yakni si master kodok di film Kungfu Hustle 😅.

Kuyakin siapa pun nggak perlu berfikir panjang kalau ditawarkan bergabung di BLCU, sekalipun hanya sebagai cameo barang 4-5 detik. S/he’ll take it.

Eh iya, Adi Sulaiman dan Desti Nikita ini kembar nggak sih? Kelakuan freak-nya agak mirip soalnya, bolehlah sedikit disamakan dengan Harley Quinn 😌. Tapi jujur sih, Desti Nikita teriaknya menye-menye nyebelin, belum kena tabok aja udah teriak 😥. Minta ditabok beneran ini mah haha 😂 Tasnya juga nih, bata bukan isinya? Secara tools berantemnya adalah tas, kupikir seharusnya ada fitur khusus atau ada spike-nya atau apalah biar lebih
cociks 👌.

Kalau untuk ukuran zaman sekarang mungkin serum amoral nggaklah keren, terlalu mengawang-awang dan agak ‘meh!’, tapi balik lagi ya Gundala ini adalah adaptasi dari komik dan cerita di komik memang begitu. Banyak fantasinya, sedikit logikanya. Eh tapi, kita begini sebab sudah dewasa ya sehingga segala hal mesti disikapi dengan realistis dan ada pembuktian.

Sebenarnya Pengkor bukan hanya menciptakan kekacauan dan kepanikan atas serum amoral, melainkan juga hoax. Coba deh diingat lagi filmnya, serum amoral nggak berbeda jauh dari racun biasa hanya saja di-branding dengan lebih apik, toh tujuan semua ini adalah untuk memunculkan Gundala bukan? Disini wajah Ghazul mulai terbaca, bukan hanya sebagai partner in crime-nya Pengkor namun juga dalang di baik dalang.

Aduh... udah panjang banget yaini haha 😁
Sebenarnya masih banyak yang ingin kubahas tentang Gundala, namun atas nama bosan (sebab mandek hampir sebulan) dan merasa sudah terwakili oleh cuitan netyzen di timeline-ku. Kupikir sudah cukup disini aja  yay haha...

Untuk saat ini Gundala memang belum menjadi tribute ter-favorite kita semua (sebab masih menunggu yang lainnya) tapi kita semua faham Gundala adalah mockingjay-nya.

Next.
Perempuan Tanah Jahanam maybe? 😏
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
www.pexels.com

Aku menemukan 50 Random Questions To Get Know About Me ini saat blogwalking ke janefromtheblog, udah lama kan ya sejak This or That terakhir 😊 Tujuanku ikutan bikin 50 Random Questions To Get Know About Me nggak lebih dari sekedar menyenangkan diri sendiri, jadi ya maklumlah kalau jawabannya juga rada random 😅.

Owkay... Let's begin...

1. Are you named after anyone?
Utari Dewi.

Mbah Kakung yang menamaiku Utari Dewi, yang menurut cerita adalah istri dari Abimanyu dan ibu dari Parikesit. Kemungkinan karena beliau melihat Utari Dewi ini sebagai sosok yang ‘istimewa’. Eym... Nggak jauh beda kan? Haha 😂😂😂*kahayang Karena nama adalah doa, maka jangan lupa di-aamiin-kan ya... 🙏

2. When was the last time you cried?
Last week. Nggak ngerti juga ya kenapa mendadak mellow dan sedih sendiri padahal nggak baru nonton film.

3. Do you like your handwriting?
Iya dong... Tapi belakangan ini aku nggak begitu suka sih heu 😅 sebab tulisanku nggak serapi biasanya, berantakan dan sulit dibaca (bahkan olehku sendiri). Biasanya tulisanku bergantung pada mood, kalau lagi asyik aku bisa mengganti font tulisanku setiap minggunya, tapi kalau lagi malay mah boro-boro... yang ada font tulisanku adalah font-nya dokter kalau lagi menulis resep.

4. What is your favorite lunch meat?
Bumbu rendang 😂
Kan sari-sari dagingnya ikut luruh di bumbunya.*mon maap, tapi netyzan maha benar.


5. Do you have kids?
Not yet.


6. If you were another person would you be friends with you?
Tanpa harus menjadi orang lain pun, aku sadar aku bukan tipikal orang yang akan akan dengan mudahnya ‘ditemani’ 😅. Aku cenderung sering memposisikan diriku sebagai oposisi yang kan mengkritik atau mengingatkan orang terdekatku kalau ia sedikit ‘melenceng’. Bagi sebagian orang kelakuanku ini mengganggu, makanya aku sering disingkirkan dari circle pertemanan atas dasar ‘nggak se-frekuensi’.
I’m not in everyone’s cup, maka sudah bisa dipastikan hanya ada segelintir orang yang kan berteman denganku. Sedikit tapinya verified ✅✅.


7. Do you use sarcasm a lot?
I did. Makanya ku pindah ke Twitter haha

8. Do you still have your tonsils?
Yep!

9. Would you bungee jump?

Kalau pikir-pikir dulu boleh nggak? 😅
Sebab, terakhir kali aku meloncat agak tinggi adalah saat di Sri Gethuk, mau loncat aja mikirnya lama banget padahal tinggal loncat *heu 😅 Kalau bungee jump sendirian aku jelas nggak mau, tapi kalau tandem kayanya mau 😝, seenggaknya biar ada yang megangin *lah hahaha 😁

10. What is your favorite cereal?
Waktu masih di asrama sering beli bundle sereal yang Corn Flakes, Coco Crunch, Honey Milk dan Tutti Frutti. Nah, favorite-ku mah yang Honey Milk Honey, rasa manisnya ngenakin 😋.

11. Do you untie your shoes when you take them off?

Ooo ... Tentcu tydac. Aku mengikat tali sepatuku hanya di awal pemakaian (pertama mencoba dan setelah dicuci) abis gitu nggak pernah dilepas atau diotak-atik lagi, I wore them (shoes) as slippers, langsung lep!
Jangankan sepatu, hijab pun jarum pentulnya jarang dilepas 😁.

12. Do you think you are strong?
You never know how strong you are until being strong is the only choice you have – me, read somewhere.

13. Scary movie or happy ending?
Twisted ending. 


14. What is the first thing you notice about people?
Appearance sih... karena 
the way they present theirselves, tapi kalau ngobrol langsung notice; what's on her/his mind?.
Because things doesn’t impress me but people does.

15. Red or pink?

How about mauve?

16. What is the least favorite thing about yourself?

Overthinking.

17. Who do you miss the most?
Should I tell you? 😛

18. What is the last thing you bought?
Thai Tea.
Nggak ngerti lagi deh ini, sejak ramadhan lalu aku kesengsem Thai Tea.

19. What color shoes are you wearing?
Baby pink.
Dan merasa agak menyesal kenapa dulu nggak memilih warna navy aja 😌. Gampang banget terlihat kotor sebab berbahan mesh jadi agak susah dibersihkan 😫.

20. What was the last thing you ate?
Emping manis.

21. What are you listening to right now?

Tak Akan Hilang - Dua

22. If you’re a crayon, what color would you be?
Merah.
Sebab warna merah itu eye catching.

23. Favorite smells?

Bau tanah saat hujan pertama, bau kertas (buku) saat pertama dibuka, bau popcorn di bioskop. Wiw ... wangi~ 😉.

24. Who was the last person you talked to on the phone?
Kurir paket yang nanyain patokan alamat.

25. Mountain hideaways or beach house?
Sebenarnya aku lebih suka mountain hideaways sebab terkesan lebih tenang dan sejuk, tapi setelah dipikir-pikir lagi kok mountain hideaways ini cocok banget ya jadi setting film horror haha 😂 Udahlah, ketimbang khawatir, kupilih beach house aja... Biar bisa di-AirBnB-in kalau weekend.

26. Favorite sport to watch?
Sini, kukasih tahu ya... Olahraga favorite-ku sepanjang masa adalah jalan santay haha 😂. Aku nggak berminat atau berbakat dalam hal perolahragaan, seakan-akan aku ini born to unsweat 😅. Saat masih di asrama setiap kali guru olahraga menyuruh untuk lari mengelilingi kompleks ma’had, yang ada aku malah berbelok ke asrama dan... tidur 😄.

27. Hair color?
Hitam pupus haha Warna rambutku sama sekali nggak hitam legam kaya di iklan shampo, lebih ke warna cokelat ambyar (low saturation).

28. Eye color?
Sama kaya warna rambut tapi lebih kontras.

29. Favorite holiday?
Lebaran. Sebagai orang Asia yang mengutamakan kebersamaan, keluarga adalah hal yang penting dan menghabiskan waktu bersama mereka adalah sebaik-baiknya liburan. Ditambah fakta bahwa lebaran adalah saat yang tepat untuk lebaran, banyak makanan enak yang ngangenin dan ngenyangin.

30. Favorite food?
Apa pun yang menarik secara visual dan rasanya enak haha Tapi kalau disuruh memilih, aku lebih suka makanan rumahan ketimbang makanan fancy macem apalah inilah itulah 😁 Nggak begitu suka steak sebab sukanya seafood, nggak begitu suka mie baso tapi kalau dim sum dan perbaso tahuan mah lain ceritanya 😏. Cinta aci dan jajanan SD, because micin is lyfe 😍.

31. What is your favorite ice cream?
Buavita rasa pisang, tapi sekarang udah nggak ada.
Yang standar ajalah, rasa cokelat atau vanilla, tapi nggak nolak juga kalau ada rasa Oreo 😁.

32. Last movie you watched?

Shazam!

33. What color shirt are you wearing?

Cokelat, tulisan di sablonnya; Pokemon Go ⚡.

34. Summer or winter?
Winter ah ... biar ada Jon Snow 😘
Karena Indonesia adalah negara tropis, maka summer dan winter-nya diganti ya jadi musim kemarau dan musim hujan. Ketimbang musim kemarau aku lebih suka musim hujan, sebab tidurnya jadi lebih syahdu haha 😝. Kalau musim kemarau kaya sekarang ini aku cenderung agak sulit tidur sebab alergiku kambuh.

35. Hug or kisses?
Hug.
Then kisses.


36. Favorite dessert?
Pisang.
Rumah makan Indonesia jadul banget yaini 😌.

37. Strenght or cardio?
Cuy! Sekali jalan santay... Tetap jalan santay.

38. Computer or television?
Both.


39. Favorite book all the time?

Diary.
Nggak deng, aku punya banyak buku favorite beberapa diantaranya pernah ku review disini, selebihnya belum haha.

40. What is on your mouse pad?
Udah nggak pake mouse pad.

41. Any tattoos?
No. Tapi kalau dibolehin ingin punya 😏.

42. Favorite sound?
Suara hujan yang asoy di malam hari (bukan yang ada kilat dan petirnya) biar tidurnya enak 😚.

43. Rolling Stones or Beatles?
Beatles.

Saat SD hampir setiap pagi mama membangunkanku dengan koleksi VCD The Greatest Hits volume sekian, awalnya sebel banget mesti kebangun gegara lagunya yang nggak children friendly tapi lama kelamaan malah terbiasa.

44. What is the farthest you’ve been from home?
Upside down world.
Antara Teluk Kiluan Lampung dan Pulau Sempu Malang, secara geografis kedua tempat itu jauh dari rumah, tapi karena ku malay menghitung jaraknya maka kutuliskan keduanya 😅 

FYI. Salah satu kebiasaanku yang nggak patut ditiru adalah kalau jalan-jalan (apalagi jauh) biasanya aku baru memberitahu orang tua saat sudah sampai di tujuan atau sudah kembali lagi, karena gimana ya... malay aja gitu ditanya-tanya mau apa kesana? Dengan siapa kesana? Ada orang dewasanya nggak? Etc. Tapi sekarang malah kebalikannya, selalu kasih pengumuman bahkan sejak jauh-jauh hari.

45. Do you have a special talent?
Beberes.
Kalau memang bisa disebut special talent...

46. Where were you born and where are you living now?
Aku lahir di Subang dan kini tinggal di Bandung. Cuma 2 jam perjalanan aja... sama kaya macet ala weekend di Bandung 😌.

47. Favorite movie?
Pada dasarnya aku senang menonton film, apa pun genre-nya aku suka, eh kecuali horror deng. Aku suka film-film yang ber-plot twist, lebih seru 😍. Beberapa film favorite-ku pernah ku review disini, kalau ingin tahu film apa saja yang pernah kutonton bisa mampir di akun LetterboxD-ku.

48. Favorite TV show?
Me: Game of Thrones!.
Also me: How I Meet Your Mother.

49. Do you have any pets?

Nggak. Karena nggak suka ngurusnya.

50. What do you want to be when you grow up?

Jadi diri sendiri.
Karena lebih challenging.


Segini dulu aja yaw, kapan-kapan kulanjut lagi... Another 50 Random Questions To Get Know About Me.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Hai!

Selamat hari senin, kuyakin weekend kita kemarin sama.
Mati lampu 😂.

Sebelum aliran listrik terputus aku, Icunk, Memed dan Lisna menyempatkan diri untuk mengunjungi Keuken 2019 yang diadakan di area BTM Cicadas. Kupikir pemilihan tempatnya agak antimainstream ya ... sebab, BTM Cicadas ini dikenal sebagai mall yang nggak terkenal, semi terbengkalai gitulah 😅. Setiap kali melewati BTM Cicadas via Damri aku kadang suka mikir “ini ada yang jualannya nggak sih (di dalamnya)?” heuheu 😛

FYI. Keuken adalah acara kuliner tahunan yang diadakan hanya 1 hari di setiap tahunnya, karenanya nggak sembarang usaha kuliner bisa jadi tenant. Keuken akan mengkurasi entah berdasarkan apa (aku kan bukan crew 😅) tapi kayanya tema sih haha Jadi tenant Keuken dari tahun ke tahun nggak akan sama, makanya kalau ada kesempatan mending kesini sih.

FYI (lagi). Keuken berarti dapur (dalam bahasa Belanda) – Deya.

Pertama kali memasuki BTM Cicadas yang ada aku malah merasa creepy  😰 toko yang buka bisa dihitung oleh jari, lift-nya nggak nyala, eskalatornya apalagi ... 😨 Semoga nggak ingin ke toilet 🙏. Kalau ngintip di IG-nya Keuken diadakan dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam, kita memilih untuk datang agak pagian biar Memed bisa pulang cepat ke Bekasyong haha  😁 *antara care dan ngusir halus memang beda tipis.

Kita datang sekitar jam 11an, dimana matahari sedang semangat-semangatnya membakar bumi. Rooftop BTM Cicadas yang kuyakin pasti jarang terjamah, disulap menjadi area yang kuliner-able. Well ... Salah satu keuntungan mengadakan acara di rooftop adalah; meski panasnya nggak nyantai ada angin gelebug yang sigap mendinginkan suasana. Dan yang terpenting kalau golden hour pasti cociks ya ...

Okay kita cek dulu warlok stater pack-nya.

Suncreen SPF 1K ✔
Outfit yang nyaman ✔
Sepatu yang okcoy ✔
Tas + tas tambahan ✔
Tumbler (+ air minumnya) ✔
Kontainer makanan ✔
Dompet ✔
Smartphone ✔

Apa coba yang belum?

Yap.
Payungnya qaqa~ 😂

Kita lupa belakangan cuaca lagi nggak santuy ... haha 😅

Kebanyakan pengunjung melipir ke area-area terlindungi macem pinggiran bangunan atau booth yang punya bayangan besar, ngadem. Sisanya? Macem kita-kita inilah ... tetap konsisten makan di picnic table meski tahu matahari sudah mencapai ubun-ubun. Saking panasnya smartphone sempat over heat, bahkan foto pun mesti retake berulang kali macem kek di Cirebon. Menyesal nggak kepikiran membawa payung ... Sosro 😂.

Eh iya, kita jajan apa aja nih di Keuken?

Imah Babaturan



Salah satu yang nggak boleh dilewatkan di khazanah perkulinarian Bandung adalah Imah Babaturan, seriusan deh ini ... Demi mengentaskan rasa penasarannya, Icunk dan Memed jajan Nasi Cumi Ijo, sedang Lisna jajan Daging Sapi Asap. Sejauh ini Nasi Cumi Ijo adalah prestasi terbaiknya Memed, tandas 😍😍😍! Padahal malamnya merasa kepedasan gegara makan seblak level ½ 😌. Aku sempat mencicipi Daging Sapi Asap-nya, enak loh ya ... asapnya terasa sampai di lidah tapi nggak pahit juga.

Nasi Cumi Ijo 35K
Daging Sapi Asap 35K
*Ada potongan Rp. 5000 kalau bawa kontainer sendiri.

Marase


Nggak ada alasan khusus kenapa aku tertarik jajan di Marase. Ingin aja 😁. Tentunya, aku memilih ayam karena nggak terlalu suka kambing. Porsinya sendiri cukup besar, ayamnya lembut, empuk dan kebanyakan haha 😂 Ngenyangin pokoknya ... Sedang saladnya nggak begitu gimana, berasa nggak nyambung aja dengan nasi rempahnya. Oh iya sambalnya nggak terlalu pedas yaini, jadi nggak masalah kalau langsung diawurin juga.

Ayam Turky Nasi Rempah 32,5K 20K

Los Tropis


Bisa dibilang Los Tropis ini merupakan pendatang baru, hype dari soft opening-nya kemarin pun masih belum kelar (di timeline IG-ku). Lolosnya Los Tropis dalam kurasi Keukeun patut disyukuri, sebab ada alternatif minuman selain kopi, teh dan ice cream (eh, masuk minuman nggak sih? 😅). Los Tropis nggak menggunakan pemanis buatan ya, jadi pure rasa buah-buahan. Booth yang paling diincar menurutku, sebab kita semua butuh kesegaran yang HQQ, apalagi saat matahari berada diatas ubun-ubun. Mantul 👌!

Semangka lemon 20K
Air Kelapa 15K

Arromanis


Tadinya aku ingin jajan Ice Cream Kastengel-nya Bites and Go, tapinya nggak jadi ya ... sebab belum jadi. Lantas, aku dan Lisna melipir ke booth-nya Arromanis dan jajan Banoffee, agak bingung juga sih sebab milk pudding-nya nggak kalah menggoda 😄. Banoffee-nya enak yaini, crumble toffee-nya asik, pisangnya apalagi ... Aku membelinya saat booth-nya baru  buka, jadi Banoffee-nya masih kurang dingin dan cepat lumer di lidah.

Banoffee banana 30K
Banoffee matcha 30K


Alhamdulillah kali ini kita nggak kalap jajan, keburu kenyang 😉
Semoga Keuken tahun depan tempatnya ngademin!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates