Photo by Helena Hertz on Unsplash |
Belum sah ya rasanya Ramadan tanpa adanya bukber alias (ber)buka bareng haha Kalau tahun lalu aku bukbernya lebih sering berdua dengan mama + Kadut (kadang-kadang), Ramadhan tahun ini lebih sering buksen alias (ber)buka sendiri, eh nggak deng, ada Alissa di kosan.
Alhamdulillah Ramadan tahun ini bisa terlewati dengan lancar djaya meski nggak pake sahur, ya, karena kupikir kalau shaum Senin-Kamis bisa nggak pake sahur ya pasti bisa juga dong shaum Ramadhan nggak pake sahur. Ya nggak sih? Hehe Pertimbangan lainnya, ku-tak-mau kebablasan tidur setelah sholat shubuh *nah kayanya ini sih alasan utamanya tau sendiri lah ya betapa enaknya tidur di waktu remang-remang pagi macem itu.
Mungkin karena udah diniatkan begitu ya jadi ... meski anak-anak keliling gang mukulin galon dan teriak-teriak berisik pun aku nggak bangun dongs, adem ayem tentrem syaree ... *heu Aku baru tahu ada yang bangunin sahur itu malah disaat berhalangan shaum dan kebetulan lagi nggak bisa tidur, busyett ... padahal heboh banget ya berisiknya. Lantas aku bertanya-tanya: Apakah syaithon benar-benar dibelenggu saat Ramadhan?
Demi mensiasati jadwal bukber yang biasanya tubrukan di akhir Ramadhan, bukber angkatan diadakan di ... minggu pertama Ramadhan, tangginas pisan kan ... haha Kali ini yang jadi host bukber adalah RV X FHR, belum tahu nih tahun depan siapa yang kebagian jadi host-nya, tapi kayanya sih ... aku ... eym ... haha Virtual host bisa kali ah, kompakan pake video call macem Pici kemaren.
Angger weh nya ... tiap ketemu pasti pada gordes haha Eh, jadi inget ya dulu waktu kita mau study tour ke Museum Geologi Bandung, anak-anak kelas lain (junior dan senior) di asrama merasa terganggu dengan suara-suara berisisk yang datang entah darimana, saking mengganggunya para pembina sampai nyariin sumber keberisikan, ternyata ... tau nggak? Itu suara kita loh yang lagi ngobrol sambil nungguin bis datang di depan aula.
Yawla ... ternyata selain sumber kebahagiaan, teman-temanku adalah sumber keributan.
Makanya kita sadar nggak kan cocok kalau bukbernya di café atau hotel, kalau udah ketemu kan maunya duduk dempet-dempetan meski ruangan masih lega, ngobrol-ngobrol kangen dan kalau buat yang udah jadi mamak-mamak pastinya ingin mandiin anaknya. Tetep ya, kalau urusan sholat mah masih pada ngantri hehe
Kenapa ya tiap kali maen dengan Icunk bawaannya laper mulu? Haha
Nggak tahu ya dengan yang lain tapi bagiku esensi Ramadhan adalah berbagi sebagaimana umat Kristiani di hari Natal. Ngaku deh ... pasti pada buat gift list kan ... meluangkan waktu sejenak untuk menuliskan siapa saja yang bakal dikasih gift, ya minimal diingat-ingat lah di dalam hati hehe Kalau dulu ku lebih memilih memberi uang karena ingin praktis (dan seneng aja moment salam tempel haha) kini ku lebih memilih memberi barang dengan karena kupikir uang mah nggak kan kerasa, tau sendiri lah ... zaman sekarang Rp. 20.000 mah apa atuh ... kuota aja Rp. 22.000.
Ya intinya sih, kuingin lebih intimate dengan orang-orang terkasih. Kadang kan orang lupa dengan nominal uang tapi agak ingat dengan barang, setidaknya, barang bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan uang. Jadilah sebelum memutuskan membeli ini itu ku harus mencari tahu apa yang sedang dibutuhkan atau diinginkan, kriterianya Cuma 2: barangnya reasonable dan sesuai budget. Namun khusus untuk inner circle dipastikan over budget karena “yha~ gimana dong, masa Cuma ngasih segini” #lyfe.
Harap maklum ya guise ... ku tumbuh dengan prinsip “serba baru” saat Idulfitri, bener-bener korban advertisement lah haha Kami terbiasa berusaha memberikan penampilan yang terbaik, bukan karena ingin pamer atau apalah tapi lebih karena kami sangat menghargai moment yang terjadi hanya sekali dalam setahun itu. Pokoknya harus all out ya ... ‘nda boleh ngeyel.
Apa saja yang baru? Apa-apa yang yang menempel head to toe termasuk undies dan jepit rambut, bahkan aku dan adikku sampai memiliki dresscode hari ke 2 (yang tentcu saja (semuanya) berbeda dari dresscode hari ke 1) Super sekali orangtuaku. Terimakasih Ayah ... Terimakasih Mama ... Telah memberikan pengalaman konsumtif dan hedon saat kecil sehingga kini ku selalu menganggap orang matre adalah orang yang kebutuhan hidupnya belum terpenuhi.
Lagipula aku memang terbiasa ditugaskan untuk membuat gift list setiap tahunnya, ada masanya ketika list diisi oleh nama-nama kurang dikenal namun beranak pinak atau hanya diisi oleh keluarga dekat saja. Setiap tahunnya pasti berbeda tergantung tingkat kemujuran finansial dan kemurahan hati Tuhan YME, karena kenyataannya nggak semua nama yang berada di dalam list berhasil mendapatkan gift.
Gift-nya nggak melulu berupa uang ya terkadang berupa barang, racun juga sih ini ... karena seringnya ku malah kalap, begitu sampai rumah malah bingung sendiri “beli (barang) ini untuk siapa?” ujung-ujungnya mah ku nggak begitu peduli kepada siapa ku berbagi, mau itu kenal apa nggak yang penting barang tersebut harus “keluar”. Karena kupikir kalau memang sudah diniatkan untuk berbagi ya harus dibagikan, tidak ada alasan untuk menunda-nunda karena setiap barang ada masa pakainya.
Keinginan untuk berbagi itu sifatnya naluriah yha~ nggak perlu dipaksa atau mengada-ada nanti juga muncul sendiri, apalagi kalau sudah merasa berkecukupan. Mungkin arti kepuasan bagi setiap orang berbeda-beda, namun bagiku berbagi adalah satu hal yang bisa membuatku puas selain memiliki barang yang sanggup membungkam keinginanku. Eh. Mungkin faktor U juga kali ya kubilang begini hehe
Kalau bukan karena keinginan untuk berbagi nggak mungkin juga dong orang-orang buat ta’jil terus dibagi-bagi di perempatan (ya, kecuali kalau kampanye), nggak mungkin juga dong, para Uwak masak banyak sampai kita nggak sanggup bilang kenyang, nggak mungkin juga dong para ‘Mang rela kolamnya dipancingan masal meski sebenarnya lebih mudah langsung di-bedahkeun, nggak mungkin juga dong si Eteh jauh-jauh nganterin besek sampai make-up-nya mencair kena terik matahari.
Sebenarnya masih banyak hal-hal yang menujukkan naluri berbagi dalam keseharian, namun di bulan Ramadhan ini entah kenapa ya berbagi itu tampak lebih nyata.