Di awal mulai ngeblog
(SMA) belum ada gambaran yang jelas mengenai apa itu blogger, apakah mesti gemar menulis cerpen dan membaginya dengan
siapapun, ataukah mesti gemar menuliskan kalimat-kalimat puitis untuk dinikmati
bersama, ataukah mesti gemar menumpahkan isi kepala dengan segala ceracauan
agar merasa lega.
Mungkin seharusnya begitu ya ... namun alih-alih
menuliskan artikel berfaedah aku malah memindahkan isi diary ke blog. Jadilah blogku
itu nichenya diary dengan konten utama;curhat *ku-tak-percaya-pernah-begini 😢.
Sampai suatu hari salah seorang temanku complain
kenapa tulisanku frontal sekali (segmented) tak bersensor, yha~ that’s what I feel bruh ... 🤔
Tau nggak kenapa complain?
Karena ... dia pernah menjadi tema di salah satu postingan blogku 😛
Di masa SMA itu ada beberapa temen yang juga suka menulis
+ punya blog, so pasti isinya nggak jauh-jauh dari kehidupan di penjara suci 😎 Meski kontennya masih awur-awuran tapi kita tetep pede ngumumin kalau kita
punya blog, mungkin pengaruh hormon
juga kali ya ... remaja di umuran segitu kan lagi butuh-butuhnya pengakuan.
Namun harus diakui salah satu turning point kenapa saat itu kita pede banget menulis + punya blog
adalah karena tugas Sosiologi yang digagas oleh Pak Kiki atau Mangky alias ‘Mangnya Ali Fikri). Ia menugaskan kita (sekelas) untuk membuat
jurnal tentang diri kita sendiri selama ± 1 semester, semacam diary lagi dengan format yang lebih formal dan personal.
Ya tambah senenglah kita ... 😂 toh sehari-hari sebelum
tidur kita menulis diary, bagi yang
agak jarang menulis mungkin agak sulit tapi ya dibawa enjoy aja, kita saling bantu kok. Ia mampu membuat kita percaya
bahwa menulis adalah kegiatan yang keren dan asyik, sebab ada value tertentu yang bisa bisa didapatkan
dari menulis (bukan uang ya, karena Mangky sama sekali nggak pernah ngebahas
uang).
Imbasnya kelas Mangky selalu ditunggu-tunggu setiap
minggunya, selalu excited mikirin
minggu depan kelasnya Mangky ngapain ya? 😉 Selain membuat jurnal, kita juga
ditugaskan untuk membaca buku dan mereviewnya
secara berkelompok, bukunya dipinjemin Mangky. Karenanya kita jadi kenalan
dengan Perempuan Suci (Qaisra Shahraz), Saudagar Buku Dari Kabul (Asne Seierstad), Perempuan-Perempuan Haremku (Fatima
Mernissi) dan Laskar Pelangi (Andrea Hirata).
Belajar Sosiologi membuat kita lebih open mind, bersyukur ya
kita jadi kelas pertamanya Mangky (saat itu dia masih fresh graduate) dan
Sosiologi adalah pelajaran baru di sekolah. Seneng juga punya guru rasa temen 😗 Menjelang akhir semester Mangky mendatangkan inspiring guest di
kelasnya, Irfan Amalee (huruf ‘e’nya juga 2 kaya Iqbaal) 😏.
Dari Irfan Amalee kita belajar bagaimana menulis bisa
membuat kita lebih shine dan kalau
mau berusaha lebih bisa menjadi penulis beneran yang menerbitkan karya
cetak, satu hal yang mesti diingat, semua orang memiliki potensi untuk menjadi
penulis, intinya sih begitu. Tambah semangatlah kita ngerjain tugas jurnal ✌✌✌✌✌
Meski tugasnya adalah membuat jurnal nggak semuanya mesti
menulis, salah satu temenku RV memilih media kaset sebagai jurnalnya karena
merasa lebih nyaman ngomong ketimbang menulis, zaman sekarang mah kaya podcast. Disaat kita menulis jurnal di
asrama, RV (dibantu Pici) melipir ke tempat sepi, mau rekaman 💋. Pokoknya,
setelah melalui trial and error
RV menghasilkan 1 buah kaset yang berisikan ... nggak tau sih ngomongin apa aja
hehe ... tapi kayanya mah mirip-miriplah kaya jurnal kita.
Di pertemuan terakhir Mangky dan Irfan Amalee memilih 3
jurnal yang menurut mereka memiliki potensi yang baik dalam menulis, lebih
jauhnya lagi mereka percaya bahwa 3 orang ini bisa shine jika serius melanjutkan menulis. Mereka adalah ... 1.
Astri ... 2. Mazia ... 3. Lestari ... dan 4. Fitri (sengaja ditambahin biar
nggak kecewa jurnalnya dulu nggak kepilih). Sedang di kelas sebelah cuma Fahri
yang disebut.
Tentu ku langsung
senyum lebar ala model iklan CloseUp, karena ... aku suka Sosiologi 💗💗💗, karena
bagiku kalau suka ya harus expert dan
all out, urusan reward dan
sebagainya mah mengikuti. Meski Cuma disebut namanya di depan kelas tapi
kubangga jadi salah satu yang terbaik diantara yang terbaik. Kayanya ya kalau
temen-temenku masih rajin menulis sampai sekarang, semuanya udah pada jadi blogger da.
Satu yang pasti. Sejak saat itu ... ku tahu yang kumau 😤 ...
Maka ketika dunia mulai bertransisi menjadi lebih borderless, kita bertekad untuk
mengikutinya dan blog adalah sarana yang tepat untuk menampung semua kebutuhan
kita. Jangan salah ya, sejak punya blog
selain menulis diary kita juga jadi
rajin menulis konsep / draft apa aja
yang mau ditulis ntar malem di blog (karena Lab Komputer bukanya malem).
Meski nichenya diary dan kontennya curhat aku masih
melanjutkan menulis di blog bahkan saat kuliah, sampai ... well ... akhirnya ketahuan dosen, kadang suka kepikiran ya kenapa
dulu malah KZL kalau orang-orang tau aku ini blogger Ya dulu blog tidaklah sespesial Facebook atau
E-Buddy, lebih segmented dan terkesan
nerd karena dunianya seakan-akan
pindah kesana (blog). Di lingkunganku
menjadi blogger belumlah seasyik masa
kini dan saat itu kumau jadi orang yang sok asyik 😇.
Mengabaikan Raditya Dika yang malah tenar karena blognya, aku malah menghabiskan lebih
banyak waktu dengan blogwalking
ketimbang menulis. Sampai suatu hari Pici dan Fahria ngajak liburan ke Bromo +
Madakaripura + Pulau Sempu, setelah liburan mereka mengirimkan link blognya, terlihat jelas dari jumlah
post di archivenya ternyata mereka lebih produktif menulis.
Lupa lagi gimana awalnya, yang jelas ujung-ujungnya kita
jadi kepikiran untuk jadi travel blogger / writer, kita merasa bahwa travelling adalah pangilan jiwa dan
menganggapnya sebagai passion, muluk
banget ya haha 😂😂😂 Pokoknya ingin banget jadi travel
blogger, inginnya ingin banget,
karena dipikirnya bisa jalan-jalan gratis terus dapet uang atau minimal merchandiselah 😂 #sungguhpemikiranyangmahadangkal 😂😂😂
Trigger kita menjadi
travel blogger adalah buku Edensor-nya Andrea Hirata dan Traveller’sTale-nya Aditya Mulya, Ninit Yunita, Alaya Setya dan Imam Hidayat yang pernah
dibaca saat SMA, serta Trinity dan circlenya
kala kuliah. Dannn ... yang paling penting nih ya ... karena kita suka
jalan-jalan 😚. Setiap ketemu obrolannya nggak jauh-jauh tentang cita-cita jadi travel blogger, ngobrol doang nulis kagak haha 😂😂😂
Menjadi travel blogger adalah cita-cita teridealis yang
pernah kita ingini. Namun seiring berjalannya waktu atas nama sibuk ngerjain
tugas, lupa mau nulis, pacaran dan nggak ada ide, lambat laun cita-cita jadi travel blogger mulai tersisihkan.
Baiklah sist ... mungkin passion
kita cukup mentok sampai disini 😙.
Menjelang akhir masa kuliah barulah kepikiran lagi untuk menulis
di blog, ya ... apalagi kalau bukan karena ingin showing off tugas kuliah
haha semacam behind the scene of the
product, kan kalau presentasi mah Cuma dosen dan temen sekelas yang tau
*ehe. Niatnya sih begitu ... Tapi kita semua tau kan kenyataannya gimana. 0%
saja pemirsa ...😓
Tadinya kupikir kalau udah kerja bakal punya banyak waktu
luang untuk menulis di blog *ae lah ... ini setting
kerjanya di Bandung ya bukan di kota lain, ternyata setelah kerja malah nggak
punya waktu luang sama sekali, 5,5/7 kerja keras tapi nggak syuka, sisanya
dipaksa mama ikut ke acara sejenis reuni dan pertemuan-pertemuan yang basa
basinya luar biasa bikin kelenger, hopeless.
I meant it.😱😱😱
Nggak ada yang asyik dari kehidupan homogen nan monoton itu jadinya nggak ada yang diceritain. Eh,
kecuali ... cita-cita paling mulia disana adalah jadi PNS karena dikira orang
bakal segan. Yakali ... Kita hidup di zaman mana sih? 😩 Mirisnya, akses internet
di kantor sama sekali nggak support,
seriusan, jadi Cuma bisa kirim e-mail doang tanpa bisa buka browser. Yaudah sih, akhirnya aku memilih
untuk WO dari lingkungan yang bikin mati gaya ini 😉.
Pasca resign,
aku malah nggak kepikiran (dan tertarik) sama sekali untuk apply kerjaan 😊, karena setiap buka internet inginnya buka blog
mulu. Tapi kali ini aku menulis kok. Begitulah ... When you passionate into something the rest is unnecessary. 👏👏👏 Jadi,
nggak masalah kan kalau nganggur. *eh
IDK tapi seingatku masa nganggur adalah masa paling
produktif haha Nggak perlulah sok-sokan keliatan pergi - pulang kerja karena
tetangga mah Cuma ngeliatin doang, tapi komentar iya.
Di masa itu aku pernah berusaha untuk jadi beauty blogger karena ... ingin weh haha 😈 Saat itu beauty blogger / vlogger belum sehype sekarang. Dulu prosesnya masih terbilang mudah, ± seminggu setelah
mengirimkan form aku mendapatkan
produk untuk direview.
Kan girang ya ... setelah dicoba ternyata produk tersebut
kurang nggak cocok dongs haha Zonk! juga sih. Kupikir ini adalah efek
awal pemakaian dan memilih untuk melanjutkan pemakaian dengan harapan akan
sesuai dengan campaignnya, yang mana
nggak ngaruh sama sama sekali. Nihil.
Tapi tentu saja aku mereview
produk tersebut sebagaimana seharusnya, pokoknya di akhir reviewnya tersisip statement
abu-abu yang menyatakan bahwa tingkat kecocokan produk tersebut berbeda-beda
bagi setiap orang*. Setelahnya ... aku resign
jadi calon beauty blogger haha Ya abisnya gimana ... Nggak
merasa sejalan dengan prinsip hidup ini *😇😇😇.
Maka sejak saat itu aku lebih apa ya ... concern dalam memilah informasi, personally, aku lebih suka membaca review produk yang dibuat berdasarkan
pengalaman pribadi ketimbang review
produk endorsement, tapi aku tetep baca
kok semuanya. Nggak tau ya dengan yang lain tapi aku pikir review yang dibuat berdasarkan pengalaman pribadi lebih jujur tanpa
ada tendensi.
Kemudian ...
Aku belajar lagi bagaimana caranya menulis, menulis apa
yang kumau 😊 Karena ternyata setelah berusaha menulis post yang benar-benar mengikuti trend
dan menyesuaikannya dengan kaidah B. Indonesia aku malah merasa nggak asyik 😂 Dari sana mulailah kepikiran kenapa nggak menulis untuk diri sendiri?
Mungkin nggak asyiknya itu datang dari denial,
kenapa mesti menulis apa yang orang ingin baca ketimbang menulis apa yang
kuingin orang baca. Semacam begitulah🤔🤔🤔.
Lalu aku menemukan blognya @makmummasjid (Renne Nesa), ada salah satu
postnya yang berjudul aku aja dulu yang bahagia kamu mah ntar aja haha Kocak
lah ... 💖💖💖 Intinya ya always put a passion
on everything you do. Nggak usah ambil pusing kalau orang lain nggak suka
dengan apa yang kita lakukan, karena disaat orang lain mengamati dan
mengomentari tanpa berbuat apa-apa kita berproses . Even slow but sure ...
Jadi, aku menulis apa yang ingin kutulis, yang menarik
bagiku dan yang lagi kepikiran. Semua yang kutulis telah melalui uji kelayakan
kesukaan 😇😇😇
Makanya blog ini adalah un-niche-niche club.
Untuk sekarang aku belum memutuskan lagi mau jadi blogger macam kelak 🤣 Apakah tiba-tiba
aku ingin jadi movie blogger, craft blogger atau techno blogger, semuanya mungkin ... Terlepas dari berfaedah atau nggak
berfaedahnya blogku ini, aku sih seneng-seneng aja meluangkan waktu mengerjakan hal yang
kusuka 😤😤😤.
Beberapa temanku ada yang merasa surprise saat mereka tau aku punya (+mengurusi) blog, bahkan sampai
ada yang berkomentar “ternyata selama ini ... (kamu) diem-diem ngeblog”. Kadang
ingin banget jawab “Yaealah ... kemana aja nih MbakBro MasSist?” 😏.
Bukannya aku nggak ngerti caranya promote di social media tapi aku memang nggak ingin orang membaca
blogku karena kusuruh di caption 😛 Aku lebih ingin orang mencari dan menemukannya sendiri. Kalau kamu baru tau
blogku ini meski udah saling follow,
yha~~~ mungkin kamu kurang stalking 😏, linknya ada kok di bio IG.
Kalau dipikir-pikir ya blogku ini adalah hasil
berkelanjutan (sustainable project result) dari kelasnya Mangky, meski tidak berbentuk karya cetak
(karena sudah zaman digital) blogku ini
adalah bukti kalau Mangky dan Irfan Amalee dulu nggak salah pilih jurnal 🤣🤣🤣🤣🤣 Syukron katsiron ya akhi!
Menulis adalah hal cara terbaik untuk mengekspresikan
diri *selain menggambar
So ... These is mine
(behind the blog things), how is yours?
Let me know ... 😁