These is mine, how is yours?

by - February 20, 2018

www.pixabay.com

Di awal mulai ngeblog (SMA) belum ada gambaran yang jelas mengenai apa itu blogger, apakah mesti gemar menulis cerpen dan membaginya dengan siapapun, ataukah mesti gemar menuliskan kalimat-kalimat puitis untuk dinikmati bersama, ataukah mesti gemar menumpahkan isi kepala dengan segala ceracauan agar merasa lega.

Mungkin seharusnya begitu ya ... namun alih-alih menuliskan artikel berfaedah aku malah memindahkan isi diary ke blog. Jadilah blogku itu nichenya diary dengan konten utama;curhat *ku-tak-percaya-pernah-begini 😢. Sampai suatu hari salah seorang temanku complain kenapa tulisanku frontal sekali (segmented) tak bersensor, yha~ that’s what I feel bruh ... 🤔

Tau nggak kenapa complain? Karena ... dia pernah menjadi tema di salah satu postingan blogku 😛

Di masa SMA itu ada beberapa temen yang juga suka menulis + punya blog, so pasti isinya nggak jauh-jauh dari kehidupan di penjara suci 😎 Meski kontennya masih awur-awuran tapi kita tetep pede ngumumin kalau kita punya blog, mungkin pengaruh hormon juga kali ya ... remaja di umuran segitu kan lagi butuh-butuhnya pengakuan.

Namun harus diakui salah satu turning point kenapa saat itu kita pede banget menulis + punya blog adalah karena tugas Sosiologi yang digagas oleh Pak Kiki atau Mangky alias ‘Mangnya Ali Fikri). Ia menugaskan kita (sekelas) untuk membuat jurnal tentang diri kita sendiri selama ± 1 semester, semacam diary lagi dengan format yang lebih formal dan personal.

Ya tambah senenglah kita ... 😂 toh sehari-hari sebelum tidur kita menulis diary, bagi yang agak jarang menulis mungkin agak sulit tapi ya dibawa enjoy aja, kita saling bantu kok. Ia mampu membuat kita percaya bahwa menulis adalah kegiatan yang keren dan asyik, sebab ada value tertentu yang bisa bisa didapatkan dari menulis (bukan uang ya, karena Mangky sama sekali nggak pernah ngebahas uang).

Imbasnya kelas Mangky selalu ditunggu-tunggu setiap minggunya, selalu excited mikirin minggu depan kelasnya Mangky ngapain ya? 😉 Selain membuat jurnal, kita juga ditugaskan untuk membaca buku dan mereviewnya secara berkelompok, bukunya dipinjemin Mangky. Karenanya kita jadi kenalan dengan Perempuan Suci (Qaisra Shahraz), Saudagar Buku Dari Kabul (Asne Seierstad), Perempuan-Perempuan Haremku (Fatima Mernissi) dan Laskar Pelangi (Andrea Hirata).

Belajar Sosiologi membuat kita lebih open mind, bersyukur ya kita jadi kelas pertamanya Mangky (saat itu dia masih fresh graduate) dan Sosiologi adalah pelajaran baru di sekolah. Seneng juga punya guru rasa temen 😗 Menjelang akhir semester Mangky mendatangkan inspiring guest di kelasnya, Irfan Amalee (huruf ‘e’nya juga 2 kaya Iqbaal) 😏.

Dari Irfan Amalee kita belajar bagaimana menulis bisa membuat kita lebih shine dan kalau mau berusaha lebih bisa menjadi penulis beneran yang menerbitkan karya cetak, satu hal yang mesti diingat, semua orang memiliki potensi untuk menjadi penulis, intinya sih begitu. Tambah semangatlah kita ngerjain tugas jurnal ✌✌✌✌✌

Meski tugasnya adalah membuat jurnal nggak semuanya mesti menulis, salah satu temenku RV memilih media kaset sebagai jurnalnya karena merasa lebih nyaman ngomong ketimbang menulis, zaman sekarang mah kaya podcast. Disaat kita menulis jurnal di asrama, RV (dibantu Pici) melipir ke tempat sepi, mau rekaman 💋. Pokoknya, setelah melalui trial and error RV menghasilkan 1 buah kaset yang berisikan ... nggak tau sih ngomongin apa aja hehe ... tapi kayanya mah mirip-miriplah kaya jurnal kita.

Di pertemuan terakhir Mangky dan Irfan Amalee memilih 3 jurnal yang menurut mereka memiliki potensi yang baik dalam menulis, lebih jauhnya lagi mereka percaya bahwa 3 orang ini bisa shine jika serius melanjutkan menulis. Mereka adalah ... 1. Astri ... 2. Mazia ... 3. Lestari ... dan 4. Fitri (sengaja ditambahin biar nggak kecewa jurnalnya dulu nggak kepilih). Sedang di kelas sebelah cuma Fahri yang disebut.

Tentu ku langsung senyum lebar ala model iklan CloseUp, karena ... aku suka Sosiologi 💗💗💗, karena bagiku kalau suka ya harus expert dan all out, urusan reward dan sebagainya mah mengikuti. Meski Cuma disebut namanya di depan kelas tapi kubangga jadi salah satu yang terbaik diantara yang terbaik. Kayanya ya kalau temen-temenku masih rajin menulis sampai sekarang, semuanya udah pada jadi blogger da.

Satu yang pasti. Sejak saat itu ... ku tahu yang kumau 😤 ...

Maka ketika dunia mulai bertransisi menjadi lebih borderless, kita bertekad untuk mengikutinya dan blog adalah sarana yang tepat untuk menampung semua kebutuhan kita. Jangan salah ya, sejak punya blog selain menulis diary kita juga jadi rajin menulis konsep / draft apa aja yang mau ditulis ntar malem di blog (karena Lab Komputer bukanya malem).

Meski nichenya diary dan kontennya curhat aku masih melanjutkan menulis di blog bahkan saat kuliah, sampai ... well ... akhirnya ketahuan dosen, kadang suka kepikiran ya kenapa dulu malah KZL kalau orang-orang tau aku ini blogger  Ya dulu blog tidaklah sespesial Facebook atau E-Buddy, lebih segmented dan terkesan nerd karena dunianya seakan-akan pindah kesana (blog). Di lingkunganku menjadi blogger belumlah seasyik masa kini dan saat itu kumau jadi orang yang sok  asyik 😇.

Mengabaikan Raditya Dika yang malah tenar karena blognya, aku malah menghabiskan lebih banyak waktu dengan blogwalking ketimbang menulis. Sampai suatu hari Pici dan Fahria ngajak liburan ke Bromo + Madakaripura + Pulau Sempu, setelah liburan mereka mengirimkan link blognya, terlihat jelas dari jumlah post di archivenya ternyata mereka lebih produktif menulis.

Lupa lagi gimana awalnya, yang jelas ujung-ujungnya kita jadi kepikiran untuk jadi travel blogger / writer, kita merasa bahwa travelling adalah pangilan jiwa dan menganggapnya sebagai passion, muluk banget ya haha 😂😂😂 Pokoknya ingin banget jadi travel blogger, inginnya ingin banget, karena dipikirnya bisa jalan-jalan gratis terus dapet uang atau minimal merchandiselah 😂 #sungguhpemikiranyangmahadangkal 😂😂😂

Trigger kita menjadi travel blogger adalah buku Edensor-nya Andrea Hirata dan Traveller’sTale-nya Aditya Mulya, Ninit Yunita, Alaya Setya dan Imam Hidayat yang pernah dibaca saat SMA, serta Trinity dan circlenya kala kuliah. Dannn ... yang paling penting nih ya ... karena kita suka jalan-jalan 😚. Setiap ketemu obrolannya nggak jauh-jauh tentang cita-cita jadi travel blogger, ngobrol doang nulis kagak haha 😂😂😂

Menjadi travel blogger adalah cita-cita teridealis yang pernah kita ingini. Namun seiring berjalannya waktu atas nama sibuk ngerjain tugas, lupa mau nulis, pacaran dan nggak ada ide, lambat laun cita-cita jadi travel blogger mulai tersisihkan. 

Baiklah sist ... mungkin passion kita cukup mentok sampai disini 😙.

Menjelang akhir masa kuliah barulah kepikiran lagi untuk menulis di blog, ya ... apalagi kalau bukan karena ingin showing off tugas kuliah haha semacam behind the scene of the product, kan kalau presentasi mah Cuma dosen dan temen sekelas yang tau *ehe. Niatnya sih begitu ... Tapi kita semua tau kan kenyataannya gimana. 0% saja pemirsa ...😓

Tadinya kupikir kalau udah kerja bakal punya banyak waktu luang untuk menulis di blog *ae lah ... ini setting kerjanya di Bandung ya bukan di kota lain, ternyata setelah kerja malah nggak punya waktu luang sama sekali, 5,5/7 kerja keras tapi nggak syuka, sisanya dipaksa mama ikut ke acara sejenis reuni dan pertemuan-pertemuan yang basa basinya luar biasa bikin kelenger, hopeless. I meant it.😱😱😱

Nggak ada yang asyik dari kehidupan homogen nan monoton itu jadinya nggak ada yang diceritain. Eh, kecuali ... cita-cita paling mulia disana adalah jadi PNS karena dikira orang bakal segan. Yakali ... Kita hidup di zaman mana sih? 😩 Mirisnya, akses internet di kantor sama sekali nggak support, seriusan, jadi Cuma bisa kirim e-mail doang tanpa bisa buka browser. Yaudah sih, akhirnya aku memilih untuk WO dari lingkungan yang bikin mati gaya ini 😉.

Pasca resign, aku malah nggak kepikiran (dan tertarik) sama sekali untuk apply kerjaan 😊, karena setiap buka internet inginnya buka blog mulu. Tapi kali ini aku menulis kok. Begitulah ... When you passionate into something the rest is unnecessary. 👏👏👏 Jadi, nggak masalah kan kalau nganggur. *eh

IDK tapi seingatku masa nganggur adalah masa paling produktif haha Nggak perlulah sok-sokan keliatan pergi - pulang kerja karena tetangga mah Cuma ngeliatin doang, tapi komentar iya.

Di masa itu aku  pernah berusaha untuk jadi beauty blogger karena ... ingin weh haha 😈 Saat itu beauty blogger / vlogger belum sehype sekarang. Dulu prosesnya masih terbilang mudah, ± seminggu setelah mengirimkan form aku mendapatkan produk untuk direview.

Kan girang ya ... setelah dicoba ternyata produk tersebut kurang nggak cocok dongs haha Zonk! juga sih. Kupikir ini adalah efek awal pemakaian dan memilih untuk melanjutkan pemakaian dengan harapan akan sesuai dengan campaignnya, yang mana nggak ngaruh sama sama sekali. Nihil.

Tapi tentu saja aku mereview produk tersebut sebagaimana seharusnya, pokoknya di akhir reviewnya tersisip statement abu-abu yang menyatakan bahwa tingkat kecocokan produk tersebut berbeda-beda bagi setiap orang*. Setelahnya ... aku resign jadi calon beauty blogger haha Ya abisnya gimana ... Nggak merasa sejalan dengan prinsip hidup ini *😇😇😇.

Maka sejak saat itu aku lebih apa ya ... concern dalam memilah informasi, personally, aku lebih suka membaca review produk yang dibuat berdasarkan pengalaman pribadi ketimbang review produk endorsement, tapi aku tetep baca kok semuanya. Nggak tau ya dengan yang lain tapi aku pikir review yang dibuat berdasarkan pengalaman pribadi lebih jujur tanpa ada tendensi.

Kemudian ...

Aku belajar lagi bagaimana caranya menulis, menulis apa yang kumau 😊 Karena ternyata setelah berusaha menulis post yang benar-benar mengikuti trend dan menyesuaikannya dengan kaidah B. Indonesia aku malah merasa nggak asyik 😂 Dari sana mulailah kepikiran kenapa nggak menulis untuk diri sendiri? Mungkin nggak asyiknya itu datang dari denial, kenapa mesti menulis apa yang orang ingin baca ketimbang menulis apa yang kuingin orang baca. Semacam begitulah🤔🤔🤔.

Lalu aku menemukan blognya @makmummasjid (Renne Nesa), ada salah satu postnya yang berjudul aku aja dulu yang bahagia kamu mah ntar aja haha Kocak lah ... 💖💖💖 Intinya ya always put a passion on everything you do. Nggak usah ambil pusing kalau orang lain nggak suka dengan apa yang kita lakukan, karena disaat orang lain mengamati dan mengomentari tanpa berbuat apa-apa kita berproses . Even slow but sure ...

Jadi, aku menulis apa yang ingin kutulis, yang menarik bagiku dan yang lagi kepikiran. Semua yang kutulis telah melalui uji kelayakan kesukaan 😇😇😇

Makanya blog ini adalah un-niche-niche club.

Untuk sekarang aku belum memutuskan lagi mau jadi blogger macam kelak 🤣 Apakah tiba-tiba aku ingin jadi movie blogger, craft blogger atau techno blogger, semuanya mungkin ... Terlepas dari berfaedah atau nggak berfaedahnya blogku ini, aku sih seneng-seneng  aja meluangkan waktu mengerjakan hal yang kusuka 😤😤😤.

Beberapa temanku ada yang merasa surprise saat mereka tau aku punya (+mengurusi) blog, bahkan sampai ada yang berkomentar “ternyata selama ini ... (kamu) diem-diem ngeblog”. Kadang ingin banget jawab “Yaealah ... kemana aja nih MbakBro MasSist?” 😏.

Bukannya aku nggak ngerti caranya promote di social media tapi aku memang nggak ingin orang membaca blogku karena kusuruh di caption 😛 Aku lebih ingin orang mencari dan menemukannya sendiri. Kalau kamu baru tau blogku ini meski udah saling follow, yha~~~ mungkin kamu kurang stalking 😏, linknya ada kok di bio IG.

Kalau dipikir-pikir ya blogku ini adalah hasil berkelanjutan (sustainable project result) dari kelasnya Mangky, meski tidak berbentuk karya cetak (karena sudah zaman digital) blogku ini adalah bukti kalau Mangky dan Irfan Amalee dulu nggak salah pilih jurnal 🤣🤣🤣🤣🤣 Syukron katsiron ya akhi

Menulis adalah hal cara terbaik untuk mengekspresikan diri *selain menggambar

So ... These is mine (behind the blog things), how is yours?
Let me know ... 😁

You May Also Like

0 comments

Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~