Cantik Itu Luka - Eka Kurniawan
Entah dapet
hidayah darimana ya Widy punya bacaan semacam ini, tadinya kupikir ia
Cuma sekedar insto buku di Gramedia
eh ternyata beneran punya. Syukur ya karena berarti level bacaannya meningkat haha😂
Sebelumnya aku
hanya mengenal Eka Kurniawan dari notification
e-mail Goodreads dan juga karena beberapa
follower-ku di Goodreads me-review bukunya. Katanya Eka Kurniawan
ini adalah penulis berbakat dengan karya-karya yang rupawan, semacam Jostein
Gardner X Andrea Hirata beserta turunannya lah ... 🤔
Bukannya nggak
mau baca ya, tapi cover buku-bukunya
Eka Kurniawan di awal-awal naik cetak bagiku kurang representatif dan ... sorry to say ... nggak enak
diliat. Buku Cantik Itu Luka milik Widy ini merupakan cetakan ketigabelas, yang
terbaru. Sayangnya meski hardcover
sekalinya kena gencet langsung penyet,
tapi kusuka sih cover illustration-nya 😋
Cantik Itu Luka
merupakan karya kesekiannya Eka Kurniawan sekaligus karya Eka Kurniawan yang
pertama kali kubaca karena kuyaqin pasti akan membaca karyanya yang lain.
Pencapaian Cantik Itu Luka terbilang cukup prestisius karena telah
memenangkan beberapa penghargaan sastra dan telah diterjemahkan lebih dari 30
bahasa.
Kalau sebelumnya
istilah beauty is pain atau beauty is wound sering dikaitkan
dengan fashion yang merujuk pada
pengorbanan wanita untuk tampil menjadi cantik, maka kali Eka Kurniawan menunjukkan
beauty is pain versinya sendiri,
bagaimana kecantikan mengakibatkan luka bahkan kutukan yang diwariskan secara
turun temurun.
Karena yang
diangkat adalah issue yang agak
sensitif mengenai kecantikan, wanita dan patriarki maka mau tak mau bahasa
yang digunakan Eka Kurniawan cukup vulgar, berada di sekitaran berahi, tai dan
lelaki. Maka sudi kiranya pembaca yang budiman bersikap bijak saat membaca Cantik
Itu Luka, tidak disarankan bagi pembaca di bawah umur dan orang tua 😏
Secara garis
besar Cantik Itu Luka menceritakan tentang Dewi Ayu dan circle-nya, seorang pelacur yang hidup kembali setelah kematiannya
21 tahun yang lalu. Dewi Ayu adalah anak haram jadah dari hubungan incest orangtuanya Henry dan Anneu
Stamler, ia dibesarkan oleh kakek dan neneknya yaitu Ted dan Marietje Stamler.
Dewi Ayu memiliki
3 orang anak yaitu Alamanda, Adinda dan Maya Dewi. Semua anaknya mewarisi paras
cantiknya Dewi Ayu, eh,
kecuali Cantik anaknya yang terakhir yang belum pernah dilihatnya sama sekali. Satu-satunya
kesamaannya dari semua anak-anaknya adalah kenyataan bahwa tiada
seorangpun yang tahu siapa ayahnya.
Awal mula kutukan
yang diwarisi oleh mereka berakar dari dosa Ted Stamler kepada Ma Gedik dan Ma
Iyang, amarah yang tak berkesudahan itu mengakibatkan dendam yang dibawa sampai
mati dan luruh menjadi kutukan. Bahkan sekali pun Dewi Ayu telah bangkit
dari kubur setelah 21 tahun lamanya.
Kepiawaian Eka Kurniawan dalam memilin dan menjalin kisah
Ayu Dewi tidak perlu diragukan, sebab setiap babnya menyajikan kisah yang mengalir.
Cara menuturkannya pun cukup sederhana tanpa perlu metafora berlebihan atau
penjabaran panjang lebar nan tiada guna namun membuat kita (pembaca) seakan-akan telah
mengenal lama tokoh-tokoh di Cantik Itu Luka layaknya tetangga satu kampong.
Oh iya, riset Eka Kurniawan untuk Cantik Itu Luka juga patut
diapresiasi, meski agak samar setting
Cantik Itu Luka adalah masa kejayaan perkebunan Hollander di Hindia Belanda dan berakhir pada sekitar tahun
1997. Halimunda sendiri agak kurang jelas letak geografisnya, apakah di daerah
Jawa bagian Barat (merujuk pada Gunung Halimun) ataukah di daerah Jawa bagian
Timur.
Eka Kurniawan memasukkan banyak unsur budaya pada Cantik Itu
Luka, banyak banget pokoknya, saking banyaknya ku malah jadi giung. Seriously. Maklum ya setting
ceritanya di masa peralihan kekuasaan … jadi mau nggak mau mesti dibahas juga 😫
Tidak berlebihan rasanya kalau ada salah satu pembaca yang
me-review Cantik Itu Luka dan mensejajarkannya dengan
The Games of Thrones , tidak berlebihan … namun agak kurang tepat 😂 Mungkin
karena keduanya kemaruk mencampurkan berbagai isian dalam satu wadah hehe
Diantara semua tokoh Cantik Itu Luka yang paling genggeus
menurutku adalah hantu para komunis, apa pasal mereka masih menggerayangi dunia
orang hidup? Berkeliaran dan memata-matai anak Dewi Ayu. Apakah Eka Kurniawan
sengaja menyisipkan metafora faham komunis di lingkungan sekitar dalam wujud
hantu para komunis? Well … Untuk point ini belum ada kejelasan.
Mengabaikan bahasan bukunya yang berada sekitaran berahi,
tai dan lelaki, aku merekomendasikan buku Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan
sebagai bacaan di kala senggang atau di kala insomnia. Insya Allah setelah
membaca buku Cantik Itu Luka level
bacaan kita akan naik tingkat haha 😂😂😂
0 comments
Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~