Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
This is the result of my fashion illustration class...






Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hi March!

Image analysis (bacanya: aii-mejh einelay-seizh) atau yang dalam terjemahan Bahasa Indonesianya adalah analisa gambar merupakan materi pembuka di Basic Fashion Course. Image analysis adalah core point dalam membuat konsep desain (design concept), yang nantinya akan menentukan dan mempengaruhi design secara keseluruhan. Image analysis bisa didapatkan dari market research atau pure berdasarkan inspirasi designer yang bersangkutan.

Sebelumnya, aku pernah mempelajari tentang image analysis saat kuliah. Meski tak jauh berbeda, image analysis yang digunakan saat kuliah (tentu) berbeda dengan image analysis yang digunakan di ranah fashion. Lain cabang ilmu, lain pula metodenya. Pada Desain Produk, secara umum ada 4 image board yang (sering) digunakan ketika mendesain suatu produk, namun karena belum jelas apa produk yang akan dibuat maka perlu dibuat image chart yang bertujuan untuk menentukan aktivitas mana yang akan difasilitasi.


Diatas ini adalah contoh image board untuk produk organizer dengan studi kasus Komunitas Backpacker Bandung. Berdasarkan image chart, user melakukan aktivitas mencatat atau menulis pada saat menyusun itenary (private-active), mencatat bahan kuliah (active-group) dan menulis draft blog (group-passive). Produk yang dipilih adalah organizer karena memiliki intensitas penggunaan yang lebih banyak dibandingkan produk lainnya.


Life style board adalah gambar-gambar yang menunjukkan aktivitas user yang berhubungan dengan Komunitas Backpacker Bandung secara langsung (direct) adalah gathering, yang biasanya dilaksanakan di café atau tempat nongkrong oleh peserta gathering yang didominasi oleh mahasiswa/i.

Mood board adalah gambar-gambar yang menunjukkan mood, spirit atau ambience dari aktivitas yang menjadi centre point Komunitas Backpacker Bandung yaitu travelling with low budget a.k.a backpacking. Gambar yang dipilih menunjukkan hal-hal yang menjadi soul bagi backpacker.

Styling board adalah gambar-gambar yang menunjukkan produk-produk yang digunakan user dalam keseharian maupun ketika backpacking. Gambar yang dipilih merupakan gambaran user secara pesonal  yang dipilih secara acak (random) di Komunitas Backpacker Bandung.

Usage board adalah gambar-gambar yang menunjukkan produk-produk kompetitor (pembanding) dari organizer yang tersedia di pasaran. Gambar yang dipilih sudah disesuaikan dengan kepribadian user berdasarkan styling board.


***

Jika elemen visual design adalah dot (titik), line (garis), shape (bentuk), color (warna), texture (tekstur) dan space (ruang), maka elemen visual fashion adalah color, texture, silhoutte (kesan garis / bayangan) dan finishing (penyelesaian).  Elemen visual fashion lebih compact dibandingkan elemen visual dalam design karena sudah ‘dipadatkan’.

Silhoutte pada elemen visual fashion mencangkup dot, line, shape dan space, sedangkan finishing lebih mengarah pada hal-hal yang bersifat teknis seperti teknik pengerjaan dan proses pengerjaan. Jika image analysis pada Desain Produk ditujukan untuk mengetahui produk apa yang harus dibuat, maka image analysis pada fashion adalah kelanjutannya karena produknya sendiri sudah jelas. Fashion. Mencangkup semua produk yang dikenakan dan beserta turunannya yang bersifat visual.



Untuk membuat image analysis diperlukan gambar-gambar yang mendukung serta mengarah pada design concept. So, kita diminta untuk mencari majalah fashion bekas seperti Vogue, Bazaart, Elle atau Natgeo atau majalah apapun yang memiliki gambar-gambar artistik dengan hi-resolution. Ingat ya harus yang bekas! Karena kalau yang baru mah mahal 😂

Kalau nggak punya majalah fashion yang bekas, bisa mencari di bursa buku bekas Jl. Dewi Sartika di daerah Kalapa yang jadi tempat ngetem angkot jurusan Kalapa-Ledeng atau Kalapa-Cicaheum. Disana hanya ada sedikit pilihan majalah fashion bekas import dengan stock paling banyak 2 eksemplar per edisi.

Kenapa harus majalah fashion import? Bukan majalah fashion lokal? Karena majalah fashion import lebih banyak memuat full page advertisement ketimbang majalah fashion lokal. Ya kan? Coba deh dilihat lagi ... Kalau majalah fashion lokal biasanya balance antara gambar dan font, sehingga mengganggu gambar, jadinya agak kurang bisa ‘dinikmati’ 😏.

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai image analysis dan diberikan pengarahan tentang bagaimana caranya membuat mood board, kita lantas diminta untuk membuat 5 mood board dari majalah yang kita beli sebelumnya. Nah. Mulai puyeng kan...

Tips: untuk menghindari robekan kertas yang tidak rapi seperti di gambar kiri bisa dengan menekan bagian tengah majalah sehingga terlihat lemnya, setalah itu robek secara perlahan.


***

Sreettt... Sreettt... Sreettt... Suara kertas dirobek 😒.

Kapan lagi coba merobek majalah kalau bukan demi tugas? Kalau bukan karena tugas aku juga tak mau, yang ada malah disampulin 😊. Sebenarnya nggak perlu merobek secara membabi buta, cukup seperlunya saja. Nah. Itu dia masalahnya... gambar apa yang diperlukan? Kalau Cuma merobek gambar yang dinilai bagus dan terlihat artistik, ya itu mah semajalaheun atuh...

Untuk mempermudah, coba deh lihat-lihat dulu isi majalahnya, nggak usah sambil dibaca juga nggak apa-apa yang dilihat gambarnya saja. Setelah ditelaah coba cari satu gambar yang akan menjadi highlight, pertimbangkan juga aspek-aspek pendukungnya seperti tekstur atau tone warnanya.

Lalu pandangi... dan temukan unsur elemen visual apa saja yang ada pada gambar tersebut. Setelah itu lalu cari lagi gambar lain yang menurut istilah Ripong mah masih ‘satu nafas’ dengan gambar yang menjadi highlight. Nah... ini nih yang menjadi momok bagi kita semua. Sulit untuk menemukan gambar yang masih ‘satu nafas’ di majalah, apalagi kalau gambar di majalahnya cuma sedikit.


Aku dan Farah sampai harus balik lagi ke Jl. Dewi Sartika demi mencari majalah lainnya. Di tengah hari yang terik benderang itu, kita memilih-milih (lagi) majalah based on their page, dibuka satu-satu per-halaman, dicocok-cocokin dengan gambar yang sudah ada sambil mikir ‘ini nyambung nggak ya?’.

Ketika sampai di rumah. Eh, mood board malah berubah total! 😠😠😠.

Kalau membuat mood board hanya mengandalkan majalah ya seperti itu, dipilih yang bahannya paling banyak bukan yang paling bagus. Lain lagi kalau membuat (digital) mood board menggunakan Pinterest, pasti ketemu deh yang ‘satu nafas’.

Kenapa kita tidak menggunakan Pinterest? Yang pastinya lebih mudah, murah dan cepat. Mmhhh... Simple, karena gambarnya bisa dimanipulasi, untuk mendapatkan tone warna yang sesuai antara satu gambar dengan gambar lainnya kan bisa diedit dulu di Corel atau Photoshop #eh sorry sorry kebiasaan kuliah 😉. Selain itu keywordnya cukup sulit karena tidak semua gambar memiliki penamaan yang spesifik.

Next 👉mood board
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
impawards.com

Semuanya berawal ketika Amanda Willer (Viola Davis) yang berencana untuk membentuk satuan pasukan khusus dibawah ARGUS (atau SHIELD kalau di The Avengers mah), yang bertujuan untuk memanfaatkan kekuatan para penjahat super untuk memberantas kejahatan. Meski sempat diragukan dan ditentang oleh pemerintah, namun akhirnya rencana Amanda disetujui dan disambut dengan baik, terlebih lagi oleh para penjahat super yang memang menginginkan kebebasan.

Ditengah persiapan Amanda untuk merekrut anggota pasukan penjahat super, tanpa disadari, Enchantress, spirit penyihir  yang sudah menguasai Dr. June Moore (Cara Delavinge) menggunakan kekuatannya untuk membebaskan  Incubus (Alain Chanoine). Mereka yang terbangun berabad-abad setelah ‘masanya’ kemudian membuat senjata karena kesal dicuekin manusia yang tidak lagi memujanya 😂.

Amanda lantas menurunkan para penjahat super untuk membereskan Enchantress,  dalam menjalankan misinya mereka (akan) dibantu oleh beberapa unit pasukan yang dipimpin oleh Kapten Rick Flag (Joel Kinnaman) yang juga merupakan pacar Dr. Moore dan Tatsu Yamashiro a.k.a Katana (Karen Fukuhara) dan seorang wanita Jepang bertopeng yang mahir menggunakan katana (pedang).

Pasukan yang menamai dirinya Suicide Squad ini terdiri dari:

Floyd Lawton a.k.a Deadshoot (Will Smith) seorang pembunuh bayaran dengan skill  yang mematikan, Dr. Harleen Quinzel  a.k.a Harley Quinn (Margot Robbie) seorang psikiater yang jatuh cinta pada Joker (Jared Letto), Digger Harkness a.k.a Captain Boomerang (Jal Courtney)  seorang perampok Bank kelas kakap, Chato  Santana a.k.a Diablo (Jay Hernandez) seorang fire bender dengan wajah yang terrajah, Wylen Jones a.k.a Killer Croc (Adewale Akinnuoye-Agbaje) seorang mutant yang berpenampilan seperti monster buaya.

Tentu saja misi ini tidak berjalan mulus dikarenakan konflik yang terjadi di dalam tim, apalagi kalau bukan godaan untuk kabur ketimbang menjalankan misi. Captain Boomerang yang berusaha kabur pun menjadi ciut ketika mengetahui bahwa Flag memiliki kontrol untuk meledakkan bom yang ditanamkan di tubuh mereka. Enchantress yang jantungnya dihancurkan oleh Amanda kemudian meminta sebagian kekuatan Incubus agar tetap hidup. Keadaan menjadi runyam ketika Amanda diculik oleh Enchantress dan Harley Quinn melarikan diri bersama Joker 🤔.

Mereka kemudian melanjutan misi dengan sisa pasukan yang ada, menemukan Enchantress dan berusaha melawannya. Hal yang sulit mengingat Enchantress dan Incubus merupakan dewa dari dimensi lain dan satu-satunya yang memiliki kekuatan yang setara dengan Incubus adalah Diablo.Sayang, Diablo tak berumur cukup panjang untuk menceritakan bagaimana ia bisa mendapatkan kekuatannya. Namun, pengorbanannya tidak sia-sia karena Enchantress dan Incubus bisa dihancurkan.

Kesimpulan dari film Suicide Squad ini adalah from zero to be hero, bahwa seorang penjahat pun bisa menjadi pahlawan jika memiliki kesempatan dan berada di bawah tekanan. For some point, Suicide Squad ini memiliki kelemahan yang menjadikannya STD seperti film superhero pada umumnya. Seperti penggenalan tokoh yang terlalu singkat dan pembagian porsi karakter yang kurang balance,sehingga terkesan mereka ini hanyalah sidekick, bukan partner seperti yang seharusnya.

Ceritanya pun tergolong biasa, mungkin karena sudah banyak film superhero lainnya yang memiliki alur cerita yang mirip jadinya ya biasa-biasa saja. Ya, invasi makhluk luar angkasa atau portal menuju dunia lain tidaklah semenarik dulu. Salah satu celah yang berpotensi diexplore adalah karakter dari Suicide Squad. Seharusnya, DC mengikuti strategi Marvel yang lebih dulu mengenalkan superhero yang tergabung di The Avengers dalam  film terpisah (spin off) dan memberikan linking credit sebelum merilis filmnya.

Di Suicide Squad terdapat beberapa scene yang menampilkan Batman dan The Flash sebagai cameo seperti Captain America di film Thor, yang menegaskan bahwa Suicide Squad merupakan part dari Batman dan The Flash yang juga merupakan part dari superheronya DC. Meskipun Deadshot adalah ketua gang, namun yang memiliki porsi terbanyak (diantara semua) adalah Harley Quinn. Nggak secara langsung sih... Tapi memang ya totalitas Margot Robbie dalam memerankan karakter Harley Quinn patut diacungi jempol. Jadi cewek obsesif yang sinting dan berlagak watados itu sulit loh...

Di beberapa review, ada yang bilang karakter Joker di film Suicide Squad lebih freak dan bengis, menurutku Joker di film Suicide Squad ini lebih fresh dan neat, tidak serampangan seperti biasanya. Mungkin karena Jokernya  masih remaja ya hehe Jadinya aL4y karena masih pake behel. Namun mengingat proyek Suicide Squad ini sedari awal memang ditujukan untuk menandingi The Avengers, maka... ya sudahlah... tunggu saja spin off terbaru dari mereka. Lihat credit akhirnya kan? Kira-kira apa yang akan dilakukan seorang milyuner Gotham City dengan list penjahat super? The next Tony Stark maybe 😉.

Then, last but not least, kok cast creditnya berantakan ya?

KZL BGT kan jadinya ...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Dari teaser awal sudah bisa ditebak ini adalah film anak-anak dengan tema dark seperti Lemony Snickets A Series of Unfortunate Events atau Pan’s Labyrinth. Apalagi melihat ketika melihat nama sutradaranya, Tim Burton, yang memang dikenal dengan karya-karyanya yang agak ‘nyeleneh’ seperti The Corps Bride, Edward The Scissorhand, Charlie and The Chocolate Factory dan lainnya yang (hampir selalu) dibintangi oleh Helena Bonham Carter.

Jake adalah seorang remaja biasa yang tinggal bersama kakeknya Abe di Florida. Sejak kecil Jake terbiasa dengan dongeng pengantar tidur kakeknya mengenai Miss Peregrine dan anak-anak asuhnya. Jake percaya dongeng kakeknya nyata sampai akhirnya kecewa karena teman-temannya menuduh foto-foto Miss Peregrine dan anak-anak asuhnya adalah hoax.


Pada suatu hari Jake menemukan kakeknya Abe meninggal dengan mata yang menghilang. Orang tua Jake yang khawatir dengan kondisi psikologisnya  kemudian berkonsultasi dengan seorang psikiater yang menyarankan agar Jake refreshing. Jake pun setuju untuk pergi, namun ia hanya ingin pergi ke Cairnholms sesuai permintaan kakeknya sebelum meninggal.

Cairnholms adalah nama sebuah tempat di sebuah pulau kecil di Wales, cuaca di Caornholms mirip dengan Forks di Twilight, lembab dan mendung berkepanjangan. Jake kemudian mencari rumah Miss Peregrine, namun ia harus kecewa karena rumah tersebut telah hancur oleh bom yang jatuh pada 3 September 1943.

Jake memberanikan diri masuk ke puing-puing rumah Miss Peregrine dan pingsan ketika bertemu dengan ‘hantu’ anak-anak asuh Miss Peregrine. Mereka lalu  membawa Jake ke Miss Peregrine yang memperkenalkannya pada anak-anak asuhnya yang ‘istimewa’.


Ada Emma yang tubuhnya seringan balon sehingga harus menggunakan sepatu dari besi agar tidak ‘lepas’. Horace yang menyukai pakaian dan bisa memproyeksikan mimpinya seperti proyektor, Olive yang selalu memakai sarung tangan karena apa pun yang disentuhnya akan terbakar, Enoch yang sekalipun agak jealousan tapi product (psycho) designer banget,

Millard the invisible boys, Bronwyn yang kekuatannya melebihi manusia dewasa, The Twins yang seluruh tubuhnya ditutupi kaya bantal karena punya tatapan Medusa, Fiona yang bisa menumbuhkan tanaman, Claire yang memiliki mulut monster di belakang kepalanya dan Hugh si bee boys.

Miss Peregrine adalah seorang Ymbrine (time manipulator) yang bertugas membuat loop (lingkaran waktu yang hanya bisa dimasuki oleh Ymbrine dan peculiar) untuk menjaga para peculiar, Ymbrine kebanyakan adalah wanita dan bisa berubah bentuk menjadi burung. Selama ini mereka bersembunyi di dalam loop yang dibuat oleh Miss Peregrine untuk menghindari Hollowgast.


Hollowgast tadinya adalah peculiar, namun hidup terkutuk karena menginginkan hidup yang abadi. Untuk bisa berubah bentuk kembali menjadi manusia, Hollowgast memakan mata anak-anak peculiar. Hollowgast yang belum bisa berubah ke bentuk manusia menjadi invisible, mereka bahkan tidak terlihat oleh Hollowgast yang sudah berubah bentuk.

Jake sendiri ternyata adalah peculiar yang memilliki bakat untuk melihat Hollowgast seperti kakeknya Abe, sayangnya Abe memilih untuk bergabung menjadi tentara dan memiliki kehidupan yang normal. Ketika jake kembali ke dunia nyata terjadi pembunuhan yang menegaskan bahwa Hollowgast telah sampai di Cairnholms. Jake mencoba kembali ke dalam loop namun tertangkap Mr. Barron pemimpin Hollowgast yang kemudian menukar Jake dengan Miss Peregrine.


Tinggallah Jake yang harus menyelamatkan anak-anak peculiar dari Hollowgast, mereka kemudian menuju menara Blackpool untuk membebaskan Miss Peregrine dan Ymbrine lainnnya. Yang terjadi selanjutnya bisa ditebak, endingnya minta dibuat sekuel hehe

Miss Peregrine’s home for peculiar children ini sedikit banyak mengingatkan akan film Big Fish, tentang serang anak yang membuktikan bahwa khayalan ayahnya selama ini adalah nyata dan Pan's Labyrinth karena Hollowgast mirip dengan monster yang ada di film itu meski tanpa tentakel.

Menurutku, film ini kurang dark... walau sebenarnya sangat berpotensi untuk dibuat lebih dark. Tapi mempertimbangkan bahwa film ini ditujukan untuk anak-anak, ya.. yo wis aja deh. Sebenarnya bakat paling sadis ada di The Twins yang mengingatkanku (lagi) pada film animasi Nine, dan bakat yang paling keren (untuk saat ini) adalah Enoch.

Mungkin karena efek make up, jadinya Emma kelihatan agak tua untuk remaja seusianya, tapi nggak apa-apa sih kan mereka ini orang-orang jadul yang sembunyi di loop. BTW, Eva Green yang jadi Miss Peregrine cakep ya dan karakternya memorable (tadinya aku pikir Helena Bonham Carter yang akan memerankan Miss Peregrine) anak-anak peculiar juga lucu-lucu apalagi Claire yang rambutnya dikeriting gantung kaya Maria Belen.

Based on my research, Miss Peregrine Home for Peculiar Children ini adalah adaptasi dari buku dengan judul yang sama, triology kaya The Maze Runner. Bagi mereka yang sudah membaca bukunya  agak kesal karena bakat Emma dan Olive ditukar, aku sih belum tahu karena baru nonton filmnya, mungkin kalau sudah baca aku juga bakal ikutan kesal hehe
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ada beberapa alasan kenapa aku suka nonton di bioskop. Ingin menikmati dan menghargai karya para sineas. Memang senang menonton film. Janjian dengan teman. Quality time dengan inner circle. Lagi banyak waktu luang atau udah nggak tahu mau ngapain lagi. Dan dari semua alasan itu, aku lebih sering nonton di bioskop dengan teman, sesekali dengan keluarga atau kadang malah sendiri.

Seingatku, terakhir kali nonton di bioskop dengan pacar adalah waktu musim Twilight: Two Moon. Aku jelas exciting karena emang lagi kesengsem berat sama Edward Cullen yang super glowing itu, teman-temanku sudah duluan nonton karena aku belum selesai UAS.

Everything is fine sampai akhirnya dia berkomentar menanggapi komentarku tentang cerita di filmnya dengan “Mobilnya keren-keren ya ...”.

...

...

...

Sayup-sayup terdengar suara di dalam hati minta dibawain toa.

GGRRR ... JADI ... SELAMA INI KAMU NONTON APPAAA 😠? Apalah artinya Edward-Bella-Jacob kalau yang dilihat cuma mobilnya DOANG 😠?

Sejak saat itu. Aku enggan nonton di bioskop dengan pacar. KZL 😠😠😠

Throwing back to the past. Pertama kali nonton di bioskop adalah saat berumur ± 4 tahun dengan ayah, mama dan Widy di Bioskop Chandra, tak sampai setengahnya (film) kita terpaksa harus pulang karena Widy menangis gara-gara takut lampunya dimatikan, meski sebenarnya aku (+ ayah) sangat penasaran dengan kelanjutan kisah Si Kabayan dan Nyi Iteung 😶.

Seperti Bioskop Intan Garut yang hidup enggan mati tak mau, Bioskop Chandra Subang juga pernah berjaya, bedanya ia tak sanggup mengalami masa-masa sulit sehingga harus ditutup. Saat aku SMA masih terpajang poster handmade dari cat acrylic di billboardnya, namun kini Bioskop Chandra hanyalah bangunan terbengkalai di tengah kota.

Ketika SD belum afdhol rasanya kalau belum nonton Petulangan Sherina, aku juga ingin, tapi tidak dikabulkan orang tuaku setelah melihat antriannya yang mengular. Sebagai gantinya mama membelikan VCD bajakannya di depan BIP agar bisa ditonton berulang-ulang.

Aku  beruntung terlahir di saat yang tepat sehingga bisa menikmati masa remaja di era kebangkitan perfilman Indonesia, karena sedang dalam masa kebangkitan maka (artinya) ada banyak film ‘uji coba’ yang siap ditonton.

Bioskop Indonesia yang sepi penonton kembali merekah ketika Ada Ada Dengan Cinta dirilis, disusul oleh Eiffel i’m In Love dan beberapa film bergenre drama-komedi-romantis yang laris bak seblak Bandung. Sebut saja Me vs High Heels, 30 hari Mencari Cinta dan Jomblo.

Sebelumnya bioskop Indonesia hanya dihiasi oleh film-film serius karya Garin Nugroho atau film anak-anak musiman seperti Joshua Oh Joshua. Pernah ada masanya ketika film sejenis  Reinkarnasi (pernah denger nggak sih? 😫) yang dizaman sekarang ini merupakan footage movie dari program Dunia Lain ditayangkan demi mengisi kekosongan.

Ketika tinggal di Ma’had, satu-satunya hiburan adalah televisi milik bersama yang terletak di ruang makan. Saat itu, tayangan untuk remaja tidak jauh-jauh dari Planet Remaja yang peace, love and gaul, Inikah Rasanya yang dibintangi oleh Allysa Soebandono, Gilbert Marciano dan Nadia Vega atau Disini Ada Setan yang dibintangi oleh Lia Ananta, Thomas Nawilis dan Nagita Slavina.

Saat serial Disini Ada Setan dibuat versi filmnya, Beye, Icunk, Nurm dan gang Jupi (jurig tipi) lainnya tak luput dari godaan nonton di bioskop Intan, yang sebenarnya termasuk restricted area bagi para santri. Aku pun akhirnya bergabung dengan mereka karena ingin punya hiburan baru selain Mesjid Agung, Yogya dan Ceplak.

Di hari H, kita terlambat check out sehingga pintu gerbang Ma’had sudah dikunci Pak Satpam. Memanfaatkan moment ibadah shalat Jum’at, kita memilih untuk meloncati pagar di samping gerbang Ma’had lalu ngibrit sejadi-jadinya, takut ada pembina atau siapapun yang melihat. Padahal mah ya disana nggak ada siapa-siapa, satu-satunya yang melihat kelakuan kita cuma Allah SWT.

Ahh ... gejolak kawula muda memang tak terbendung ... 😏

Sejak saat itu, nonton di bioskop masuk ke dalam list hiburan di hari Jum’at setelah jajan di Ceplak, photobox di Yogya, beli stationary di Toko AA dan beli pulsa di Tri Cell. Kalau lagi ketitipan Deya, jangan lupa beli koran Bola di depan Mesjid Agung.

Kapan lagi kita bisa nonton di bioskop yang bisa milih sendiri seatnya? Bisa bawa f & b masing-masing? Bisa beli tiket di depan pintu studionya? Bahkan, (pernah) bisa masuk tapi nggak usah bayar karena filmnya udah keburu mulai.

Dimana lagi ada bioskop yang seatnya udah runtuh 1 row tapi tetep ada penontonnya? Dimana lagi bioskop yang ada warung di dalamnya? Dimana lagi lagi ada bioskop (lama) yang menayangkan film super HD, saking super HDnya kita bahkan bisa melihat ada bayangan orang lalu lalang di screennya.

Tapi keseringan nonton di bioskop Intan juga nggak baik loh 😉.

Salah seorang temanku yang berpacaran dengan temanku yang lain, sebut saja Adit dan Tita, suatu hari janjian moviedate di BIP. Entah karena kebiasaan atau memang sedang lupa. Setelah masuk ke dalam studio Tita langsung mencari seat mereka, sedangkan Adit, dengan santainya memilih seat sendiri dan duduk. Tita yang kesal menghampiri Adit sambil menggerutu “Dit, duduknya sesuai nomor atuh. Da ini mah bukan di Intan” kemudian canggung. 😓😌

Terkadang ya ... si Adit ini unpredictable ... 😋

Ketika nonton di bioskop menjadi lifestyle, maka muncul istilah baru.

Aku        : Dari mana Cong?
Pici         : Abis nonton Nyong.
Aku        : Nonton apa?
Pici         : Hajpur?
Aku        : Hah? Apaan Hajpur?
Pici         : Hantu Jeruk Purut

Syiittt! T-O-P-B-G-T ya istilahnya! 😚😚😚

Aku tidak terlalu suka menonton film horror di bioskop, selain karena bikin deg-degan, menonton film horror di bioskop cukup merugikan. Coba deh dipikirin, apanya  yang ditonton kalau setengah dari filmnya dilalui dengan merem? 😶.

Kebanyakan film yang ditayangkan di Bioskop Intan adalah film-film lokal. Namun karena hal itu, kita jadi sangat mengikuti perkembangan film Indonesia, mau rame atau nggak, semuanya pasti pernah ditonton. Termasuk film-film nggak penting yang rajin cari penonton dengan cerita yang horror-tapi-mesum atau komedi-tapi-cabul.

Kadang suka geli sendiri kalau ingat pernah request lagunya Acha-Irwansyah yang jadi OST. Heart di radio, sambil kirim-kirim salam ke teman seasrama. Isshhh ... aL4y beut ... 😤 Zamannya Melly Goeslaw jadi Ratu Soundtrack dan Duo Ratu (Maya & Mulan) masih akur. Tapi emang sih lagunya Melly Goeslaw enakeun, saking produktifnya hampir tiap bulan bisa keluar lagu baru.

Memasuki masa kuliah, aku jarang nonton di bioskop karena sibuk mengerjakan tugas (ehm). Nonton di bioskop adalah alasan belaka untuk ketemuan dengan teman segang yang berujung jadi curhat dan ngegossip, yang saking khusyunya sampai harus nginep.

Pernah. Saat kuliah sedang edan-edannya aku sempatkan untuk bolos (kuliah) demi nonton dengan Icunk, yang ternyata malah berkhianat dengan nonton duluan dengan Anshor dan Mexi. Apalah artinya pertemanan kita selama ini? Tau nggak sih gimana rasanya nonton sendirian? Anyep ~ tau ... 😣

Udah ah, to be continued ... tapi nggak tau kapan dilanjutinnya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates