How To Train Your Dragon adalah sebuah film
animasi yang diangkat dari buku bacaaan fiksi anak-anak karya Lucida Cornwell,
dilengkapi dengan illustrasi gambar dan tulisan tangan childish membuat buku ini sangat menarik untuk dibaca.
Menceritakan tentang Hiccup IV seorang anak
kepala suku Vikings yang dianggap pengecut oleh kawan-kawannya karena
perawakannya yang kerempeng, tidak menyukai kekerasan, menyukai naga dan (yang paling penting) sangat tidak
menampakkan ciri-ciri dari seorang Viking.
Versi bukunya sendiri lebih fokus untuk pada
kegiatan Hiccup selama mengikuti kelas menjadi Viking, sedangkan filmnya lebih
mengedepankan asal mula Hiccup bertemu dengan naganya Toothless. Meskipun
melenceng dari cerita aslinya How To Train Your Dragon adalah film yang sukses
membuat penontonnya lupa akan cerita aslinya. Wajar saja, dengan karakter
naga-naganya yang colorful dan
sengaja dibuat mirip dengan ownernya,
siapa yang tidak akan jatuh cinta ketika menontonnya?
Hiccup IV adalah seorang anak kepala suku di
kepulauan Berk, berbeda dengan ayahnya yang sangat Viking – berperawakan besar,
menyukai segalam macam kegiatan yang mengekspose kekuatan dan gemar berperang.
Hiccup lebih suka menghabiskan waktunya di workshop
membuat perkakas. Suatu hari ketika segerombolan naga menyerang desanya, ia
secara tak sengaja membuat kekacauan yang menyebabkan ayahnya berang.
Ayahnya kemudian menyertakan Hiccup ke kelas Membunuh
Naga, suatu skill yang harus dimiliki
oleh Viking. Selain Hiccup ada Astrid, Truf dan Snuff yang bergabung di kelas
itu. Pada awalnya, Hiccup dijauhi oleh teman-temannya karena dianggap
merepotkan, namun seiring berjalannya waktu Hiccup akhirnya bisa mengatasi naga
tanpa harus membunuhnya.
Karena penasaran, Hiccup memberanikan diri
pergi sendirian ke dalam hutan untuk mencari naga yang pernah dibidiknya.
Ternyata naga yang tersebut memang ada, ia tidak bisa terbang kerena sayap di
ujung ekornya terluka. Hiccup tadinya berencana ingin mengambil hati ayahnya
dengan memberitahukan keberadaan naga itu, tapi melihat kondisi naga yang
terluka dan karakternya yang cinta damai, ia mengurungkan niatnya dan malah
mendesain sayap baru untuk naga tersebut.
Perlahan-lahan, Hiccup mencoba untuk berteman
dengan naga tersebut, memberinya makan dan melatihnya terbang. Hiccup bahkan
menamainya Toothless karena tidak memiliki gigi. Sebelumnya Hiccup hanya tahu
bahwa naga dengan jenis tersebut dijuluki The Night Fury dan tidak ada keterangan
lebih lanjut selain bersembunyi dan berdoa agar The Night Fury tidak
menemukanmu.
Berkat pengamatannya (mengamati Toothless /
naga) akhirnya Hiccup bisa lolos dengan mudah dari kelas Membunuh Naga, hal itu
memicu Astrid untuk mencari tahu tentang rahasia Hiccup. Suatu hari Astrid membuntuti Hiccup ke dalam hutan dan
terkejut mendapati Hiccup berteman dengan Toothless.
Di ujian terakhir kelas Membunuh Naga mereka
diharuskan untuk membunuh Naga Api, karena suatu kesalahan naga tersebut marah
dan nyaris membunuh Hiccup. Pada saat itulah muncul Toothless yang ingin menyelamatkan
Hiccup, tentu saja keadaan menjadi kacau balau dalam seketika. Toothless
ditangkap dan dijadikan umpan oleh ayahnya untuk memancing naga-naga keluar dari
Pulau Tengkorak, sedangkan Hiccup (yeah
... you must know what’s going on him) ditinggalkan begitu saja.
Tak kehabisan akal, Hiccup pun mengajak
teman-temannya untuk pergi ke Pulau Tengkorak menggunakan naga-naga peserta
ujian.
Dan ... sampailah Viking ke Pulau Tengkorak,
disana mereka bersiap-siap untuk menghabisi naga. Tak disangka, selain naga-naga
reguler yang kerap menyerang desa
mereka terdapat seekor naga besar yang menjadi pemimpin naga-naga tersebut.
Alih-alih berhasil menangkap atau membunuh naga, yang ada mereka semua kocar
kacir diserang naga besar tersebut, satu persatu perahu Viking hancur terkena
semburan api. There’s no way out.
Hiccup dan kawan-kawan kemudian datang
menyerang naga besar tersebut. Setelah
melalui perkelahian yang cukup sulit akhirnya naga tersebut bisa dikalahkan.
But,
somebody’s need to pay it.
Hiccup memang kehilangan kaki kirinya pada
pertempuran di Pulau Tengkorak itu, tapi akhirnya ia berasil meyakinkan ayahnya
(bahkan penduduk desa Berk) bahwa naga tidak perlu dibunuh. Finally,
Viking dan naga-naga menjalani hidup berdampingan di Pulau Berk.