Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
www.pexels.com

1. Pick your interest

We always had a friend whom had a business on Instagram, when they are starting business we are always their first priority to following because the chance of following back is higher than if they are following the stranger. If the product they are sell isn't match with your interest, what are you gonna do? Follow or unfollow?

Well ... It depends on situation, appreciating your friends business is a must, but if you don't want to be spammed by the posts you don't like, you can unfollow. But in one condition ... don't forget to see their (friends business) account occasionally and double tap their post or give some comment to show your appreciation.

2. Unfollow deactive account

Have you remember about (every) account you followed in the early time had Instagram account? How much your followings? Which one is higher, followers or followings?

If you have a free time please check your followings, you may find many deactive accounts about things you think very interesting a years ago. You should double check to their acount (if you still remember) and if the account is lefted and didn't update anymore, let's unfollow! What do you expect from a deactive account?

3. Use collection fitur

Mostly women love to online shopping on Instagram, they are liked to search the latest trend and screencapturing the things they want to buy, they are also following the account to keep an eye on it. But when Instagram algoritma's changed, what they did before isn't working anymore.

Instagram timeline nowadays is showing the account that we see and double tap often as the first rather than showing the post based on timeline. So the account that we rarely see or update is on low percentage to see.

Collection fitur is very helpful to keep a post that we want to see everytime we want to see, and yes ... we shouldn't have to follow the account.

Wish you have a time for do it, happy cleaning!
Share
Tweet
Pin
Share
4 comments
www.google.com
Bertahun-tahun yang lalu saya sering merasa envy setiap kali membaca blog atau social media post teman dan temannya teman yang menggunakan Bahasa Inggris.
Kenapa? Karena keren (^.^).
It’s true.
Lantas, terbersitlah keinginan yang menggebu-gebu untuk bisa berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris,  I just wanna be like them hehe. Bukan karena ingin dianggap keren juga ya ... tapi karena saya ingin orang lain (foreigner) selain pribumi mengerti apa yang saya maksud, secara Bahasa Inggris adalah bahasa persatuan seluruh umat di dunia selain bahasa kalbu (T.T) GTL.
FYI, secara historis Inggris sudah pernah menjajah hampir separuh dunia, maka wajar saja jika bahasanya berceceran di bekas koloni-koloni jajahannya.
Setelah bekerja di offshore factory yang mengharuskan karyawannya bisa berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris, saya menyadari bahwa yang paling dibutuhkan dalam komunikasi adalah daya tangkap dan sense yang baik. Grammar yang perfect dan pronounciation yang clear memang dibutuhkan, tapi itu tidak menjadi jaminan jika lawan bicara tidak bisa mengerti apa yang dimaksud.
Tahu kenapa?
Karena tidak semua orang memiliki grammar dan pronounciation sebaik test TOEFL.
Dalam percakapan, yang terpenting adalah mendapatkan keyword dari apa yang dibicarakan, sedangkan dalam penulisan yang dibutuhkan adalah basa-basi yang melambai-lambai ala Syahrini. Dalam hal berkirim e-mail pun bahasa yang digunakan lebih casual dan simple, yang penting bisa dimengerti oleh kedua belah pihak.
Bersyukurlah jika lawan bicara adalah orang asing selain orang Inggris, karena bukan bahasa ibu (bahasa asli) maka bisa dipastikan bahwa mereka pun memiliki keterbatasan yang sama dengan kita, dialek. Lain negara lain juga dialeknya, ada yang seperti dikulum, ada yang kenyes-kenyes,ada yang berbuntut (memakai imbuhan khas negaranya) ada juga yang memang tidak jelas sama sekali.
Terkadang, tanpa disadari kita akan menggunakan gesture tubuh seperti tangan dan mata untuk mengutarakan apa yang dimaksud. Hal tersebut dangat membantu lawan bicara memahami apa yang dimaksud. `
Banyak yang berpendapat bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa yang sulit, kebanyakan karena sewaktu sekolah dulu tidak berminat, tidak mau terjajah (zaman mana men?) atau merasa tidak percaya diri. Mungkin Bahasa Inggris terasa sulit karena mereka belum bisa menemukan cara yang tepat untuk memahaminya.
Saya pun butuh waktu untuk bisa memahami  dan menggunakan Bahasa Inggris dalam keseharian, dari mulai ikutan les Bahasa Inggris saat SD, uji nyali ikutan kompetisi telling story, sok-sokan mengisi friendster profile menggunakan Bahasa Inggris, rempong membuka kamus setiap kali ingin mengirim sms sampai akhirnya mampu menulis post di blog menggunakan Bahasa Inggris.
No pain no gain.
Nah, berikut ini adalah beberapa hal yang mempengaruhi kemampuan Bahasa Inggris based on my experience J.
1.       Lagu
Lagu adalah sarana yang tepat untuk mengekspresikan mood (perasaan) dan melatih pronounciation. Karena lagu, saya menghabiskan waktu senggang dengan menulis ulang lirik lagu dan menterjemahkannya ke Bahasa Indonesia
2.       Film
Gara-gara DVD bajakan yang saya beli tidak memiliki pilihan subtittle Bahasa Indonesia, saya terpaksa harus menonton sambil memegang kamus (FYI, saat itu saya belum menginstall aplikasi Kamus 2.03 di laptop). Dengan harap-harap cemas saya mencoba untuk mencerna subtittlenya, jika ada vocabulary yang tidak dimengerti saya akan langsung mengklik pause icon lalu mencari-cari artinya di dalam kamus (FYI, saat itu translator gadget saya hilang).
Meski awalnya ribet, karena harus siap membolak balik halaman kamus tapi lama-kelamaan saya pun terbiasa dan akhirnya bisa mengerti tanpa harus mencari artinya di kamus. Selain dengan bantuan kamus diperlukan sense untuk menebak-nebak, karena ujung-ujungnya semua kalimat dalam bahasa inggris akan diterjemahkan secara bebas menurut penalaran diri kita sendiri, so ... lets be sensitive.
3.       Bacaan
Bacaan yang dimaksud bukan hanya terbatas pada buku, koran atau majalah saja, melainkan termasuk dengan artikel dan berita di internet, semua yang bisa dibaca adalah bacaaan. Apalagi sekarang banyak authors yang menyisipkan berbagai quotes dan thought menggunakan Bahasa Inggris dalam bukunya.
4.       Social media
The easiet way to waving check hehe Selain status updates, rajin-rajinlah stalking akun orang lain. Maksudnya, saya mempelajari Bahasa Inggris yang digunakan orang lain dalam status updates, bagaimana grammarnya, vocabulary, spellingnya. Benarkah? Sempurnakah? Bisa dimengertikah? Jika bisa memenuhi requirement tersebut, biasanya saya akan mengcapturenya, just in case hehe ...
Dari status updates, saya mulai bisa membedakan yang menggunakan Bahasa Inggris ala google translete dan yang memang sudah terbiasa menggunakan Bahasa Inggris.
But, be carefull dear ... social media (users) is so cruel (T.T).                                                                                 
Suatu kali saya pernah melihat teman saya mengupdate status Facebooknya menggunakan Bahasa Inggris yang ala kadarnya, katakanlah masih dalam tahap pemula. Tapi ya ... namanya juga social media ala Indonesia, ada salah seorang temannya yang (tega) comment di statusnya itu, intinya ia mengkoreksi grammar dan vocabulary yang teman saya gunakan sesuai dengan TOEFL. Hell-OOO ...
5.       Lingkungan
Untuk membuat lingkungan yang mendukung saya membiasakan diri melalui gadget (HP dan Laptop) serta social media yang dimiliki dengan merubah setting bahasanya menggunakan Bahasa Inggris. Meski terlihat remeh, hal tersebut adalah motivation factor sangat mempengaruhi karena digunakan hampir setiap hari.
6.       Menulis
Awalnya saya menulis diary dengan grammar dan vocabulary yang seadanya, kalau sekiranya mentok dan capek bolak balik kamus ujung-ujungnya dicampur dengan Bahasa Indonesia (dan Bahasa Sunda). Kemudian lama-lama menulis surat (yang bukan surat cinta) kepada si lorem ipsum yang fiktif, Entah itu hanya status Facebook atau hanya sekedar curhat di diary #eh.  

Sebenarnya ada banyak cara untuk bisa menggunakan Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, tapi yang terpenting adalah niat dan kepercayaan diri. So ... Let’s do it!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kartu BPJS adalah salah satu program pemerintah dalam bidang kesehatan, tujuannya untuk memberikan fasilitas pengobatan gratis pada semua pemegang kartu BPJS. Demi mensukseskan program kartu BPJS pemerintah pun mewajibkan agar seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) memilikinya, sama wajibnya dengan memiliki KTP.

Animo masyarakat yang tinggi membuat kantor-kantor BPJS (darurat) kewalahan menerima pendaftar, begitu pula dengan Rumah Sakit – Rumah Sakit yang bekerjasama dengan BPJS, bisa dipastikan jumlah pasiennya ikut membludak. Hal itulah yang  membuat Rumah Sakit seringkali membatasi pelayanannya.

Meski terdapat pro dan kontra mengenai kartu BPJS, tak sedikit pula yang telah merasakan manfaatnya.

Bagi yang baru pertama kali mungkin akan merasa sedikit kebingungan mengenai tata cara menggunakannya, karena hanya tahu tata cara penggunaannya dari mulut ke mulut saja. Tak sedikit pula yang pulang dengan kecewa lantaran lupa atau tidak tahu persyaratan apa saja yang dibutuhkan untuk bisa menikmati fasilitas kartu BPJS di Rumah Sakit.

Dan berikut ini adalah tata cara untuk menggunakan fasilitas kartu BPJS di Rumah Sakit
Cara membuat kartu BPJS di kantor BPJS.

  1. Datanglah ke kantor BPJS dengan membawa fotocopy KK (Kartu Keluarga) dan KTP (Kartu Tanda Penduduk)  pendaftar, persiapkan juga nomor rekening yang akan digunakan untuk membayar BPJS.
  2. Ambillah formulir pendaftaran kartu BPJS yang sudah tersedia di meja petugas administrasi.
  3. Isilah formulir pendaftaran kartu BPJS.
  4. Serahkan formulir pendaftaran kartu BPJS beserta fotocopy KK (Kartu Keluarga) dan KTP (Kartu Tanda Penduduk) ke petugas administrasi.
  5. Tunggu di tempat yang sudah disediakan sampai petugas administrasi BPJS memanggil nama pendaftar.
  6. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh petugas administrasi BPJS. Jika ada yang tidak dimengerti bertanyalah.
  7. Ambillah kartu BPJS di kantor BPJS sesuai waktu yang sudah ditentukan oleh petugas.
Cara meminta surat rujukan dari Puskesmas
  1. Datanglah ke Puskesmas dengan membawa kartu BPJS.
  2. Mengantrilah dengan sabar.
  3. Serahkan kartu BPJS dan utarakan keluhan yang diderita pasien serta  alasan  mengapa harus meminta surat rujukan dari Puskesmas.
  4. Tunggu di tempat yang sudah disediakan sampai petugas administrasi Puskesmas memanggil nama pasien.
  5. Ambillah kartu BPJS dan surat rujukan dari Puskesmas.

Cara mendaftar fasilitas kartu BPJS di loket Rumah Sakit
  1. Datanglah ke Rumah Sakit dengan ditemani pendamping.
  2. Bawalah kartu BPJS dan surat rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit.
  3. Mengantrilah, perhatikan dan pastikan mengantri loket yang benar.
  4. Berikan kartu BPJS dan surat rujukan dari Puskesmas ke petugas loket.
  5. Tunggu di tempat yang sudah disediakan sampai petugas loket memanggil nama pasien.
  6.  Ambillah kartu BPJS dan surat rujukan dari Puskesmas di loket.

Cara mendaftar fasilitas kartu BPJS di Poliklinik
  1. Datanglah ke Poliklinik yang dituju. Bertanyalah jika ragu.
  2. Serahkan kartu BPJS dan surat rujukan Puskesmas ke petugas administrasi di (depan) Poliklinik.
  3. Tunggulah di tempat yang sudah disediakan sampai petugas administrasi memanggil nama pasien.
  4. Masuklah ke dalam ruangan Poliklinik segera setelah dipanggil
  5. Silahkan berkonsultasi kepada dokter atau perawat yang bertugas.
  6. Ambillah kartu BPJS dan surat rujukan dari Puskesmas di petugas administrasi Poliklinik.
  7. Jika petugas administrasi Poliklinik menyodorkan kertas / surat keterangan medis harap ditandatangani oleh pendamping pasien.


  • Surat rujukan dari Puskesmas bisa digunakan berulang kali, asalkan tidak rusak atau hilang. Jika surat rujukan dari Puskesmas rusak atau hilang sebaiknya meminta lagi ke Puskesmas.
  • Sebaiknya pendamping pasien masih merupakan sanak saudara
  • Usahakan untuk membawa perlengkapan pribadi pasien seperti kursi roda, tongkat dll. karena fasilitas yang disediakan Rumah Sakit terbatas.
  • Pastikan untuk membawa kebutuhan pribadi pasien seperti minuman dan makanan ringan karena akan mengantri cukup lama.

Ada beberapa hal yang cukup menggangu (saya) ketika mendatangi kantor BPJS Subang untuk mendaftar pembuatan kartu BPJS, yaitu:
  1. Ketidakhadiran petugas administrasi yang seharusnya bertugas untuk memberikan penjelasan mengenai BPJS dan tata cara mendaftar. Sebagai gantinya ada satpam yang nyambi memberikan penjelasan seadanya.
  2. Tidak adanya nomor urut antrian membuat pendaftar kebingungan dan saling mendahului.
  3. Seringkali pendaftar mendatangi meja petugas BPJS untuk menyela pembicaraan atau sekedar bertanya mengenai BPJS, hal tersebut sangat mengganggu karena dilakukan di tengah-tengah ‘jatah’ berdiskusi pendaftar lainnya.
  4. Tidak adanya loket khusus (beserta petugas) yang khusus melayani pengambilan kartu BPJS.
  5. Minimnya kesadaran pendaftar untuk bertata krama, bisa dilihat dari perilaku salah seorang pendaftar (mungkin) yang (menumpang) tidur berselonjor  di atas kursi tunggu. Parahnya lagi, tidak ada petugas / satpam yang mengawasi.

Jika ditelaah lebih lanjut, program kartu BPJS adalah pemborosan belaka. Bisa dibayangkan ya berapa banyak biaya yang harus dikucurkan untuk membuat kantor-kantor (darurat) BPJS, pembuatan kartu BPJS yang seadanya sampai dengan tetek bengek lainnya. Padahal jika memang ingin mewajibkannya pemerintah cukup menggunakan KTP saja, karena sudah pasti seluruh WNI punya. But anyway, this is it! 6(^.^)9
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates