Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Setelah galau mau ikut workshop apa bulan ini, akhirnya aku memutuskan untuk mengkuti DIY lip tint & blush workshop yang lagi-lagi diadakan oleh @bionoils di @ruanghasta. Tapi kali ini aku nggak sendiri ya, Icunk juga ikut Yes! Akhirnya punya temen ngeworkshop haha Berharap weekend akan lebih berfaedah ketimbang jajan-jajan dan jalan-jalan shantay yha~ haha

Lip tint & blush ini satu produk ya, maksudnya selain berguna sebagai lip tint  bisa digunakan juga sebagai blush. Tentcu, karena ini DIY ada beberapa penyesuaian ya seperti tekstur dan tingkat kepadatannya yang berbeda dari lip tint biasa, lebih ke lip balm sih ini ya ... karena lebih lembek dan lebih mudah mencair.

Menurutku, lip tint & blush ini bentukannya nggak jauh berbeda dengan solid perfume yang kubuat di workshop lalu, memang ada beberapa bahan yang baru namun selebihnya sama saja yang paling kentara adalah penggunaan pewarna mica. Mica sendiri adalah zat pewarna kosmetik yang dihasilkan dari mineral.kalau melihat dari warnanya agak shimmering ya seperti warna-warna matte lip liquidnya Esqa.






Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Ketimbang mengisi hari Minggu dengan produktif mager kali ini aku mengikuti solid perfume workshop yang diadakan oleh @bionoils di @ruanghasta. Penasaran aja ... karena belakangan ini apa-apa yang berlabel organik (dan kalau bisa DIY 😅) sedang hype, seperti body care, skin care, healthy care serta kawan-kawannya sekalian ✨.

Pada dasarnya baik solid perfume maupun liquid perfume memiliki kegunaan yang sama yakni sebagai wewangian, yang membedakan adalah medianya. Solid perfume menggunakan media gel padat (balm) sedang liquid perfume menggunakan media cairan. Tentu keduanya memiliki plus minus ya, namun dalam hal bentuk tentu saja solid perfume lebih simple karena nggak makan tempat dan nggak rentan menguap.

Wewangian yang digunakan dalam pembuatan solid perfume ini adalah essentials oils dari @bionoils, mesti banget nih essentials oils? Nggak mesti sih, namun kalau dibandingkan dengan bibit fragrance yang dijual di pasaran, essentials oils disinyalir lebih memiliki manfaat ketimbang sekedar wewangian belaka. Dan setiap (jenis) essentials oils memiliki manfaat yang berbeda-beda.

Karena membuat sendiri tentu kita dibebaskan untuk memilih essentials oils yang akan digunakan untuk membuat solid perfume, disarankan untuk mencampur maksimal 3 jenis essentials oils saja karena dikhawatirkan akan merusak konstruksi notch. Notch disini terdiri notch atas, notch tengah dan notch bawah yakni aroma yang menguar saat baru digunakan (diaplikasikan pada kulit), saat tengah digunakan dan saat aroma tersebut akan habis (sisa).

Secara garis besar essentials oils terbagi dalam 7 kategori yakni;
Floral: Jasmine, Geranium, Lavender, Rose dll.
Exotic: Ylang-ylang dll.
Citrus: Lemon, Sweet Orange, Citronella dll.
Woody: Cypress,Tea Tree dll.
Resin: Frankincense dll.
Herbal: Peppermint, Rosemary dll.
Spice: Cinnamon, Clove dll.

Kalau dibandingkan dengan bibit fragrance tentu essentials oils ini harganya bisa jauh lebih mahal, aromannya pun terasa lebih mentah (raw) dan nyegak (pekat) karena masih murni belum dicampur apa-apa. Yang membuat essentials oils mahal adalah bahan baku dan prosesnya, kalau pernah nonton film Perfume: Story of A Murderer pasti tahu ya kalau untuk menghasilkan satu botol kecil essence dibutuhkan ribuan kuntum bunga. Makanya agak patut dipertanyakan juga nih ya essentials oils yang harganya mure ...

Membuat solid perfume tidaklah terlalu sulit ya, cara membuatnya cukup mudah dan bahan-bahan yang dipergunakan bisa didapatkan via internet, tinggal daya eksplorasinya saja. Karena DIY, daya tahan solid perfume ini sekitar 1 tahunan dari waktu pembuatan, harus disimpan di tempat tertutup dan tidak disarankan terkena sinar matahari langung, kalau wanginya sudah habis bisa dijadikan lip balm karena (masih) mengandung coconut oil dan sun flower oil yang melembabkan.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Satu-satu alasanku kenapa ikutan basic sequins workshop ini adalah karena ingin tahu jenis-jenis payet dan penasaran dengan tekniknya 😉. Memang ... Pinterest dan Youtube menyediakan banyak hal menarik, termasuk sequins thingy ini, namun rasanya kurang afhdol kalau nggak mempelajarinya secara langsung dan yha~ selalu ada perbedaan nama ilmiah haha (((ILMIAH))) nama resmi deng dan nama dagang yang lazim digunakan di pasaran.

Kalau untuk payet biasa aku sudah cukup familiar meski level-nya masih amatiran haha Biasanya aku memasang payet di pakaian resepsi atau pakaian favorite, yaudah sih gitu aja, belum ada peningkatan lainnya 😓 Makanya aku excited saat tahu @puka.id mengadakan basic sequins workshop¸ berasa ada pencerahan hehe

Well ... Saat itu @trinket.island baru pindahan dan belum sempat mengganti location point di GPS, alhasil drama dulu dikit ya karena salah tempat haha Kukira pesertanya ada banyak ternyata Cuma 2 dongs, jatuhnya jadi semi private workshop. Aku sih yes, biar lebih fokeus yha~

Pada dasarnya beads dan sequins ini adalah payet yang digunakan untuk mempercantik pakaian atau aksesoris seperti tas dan sepatu, yang membedakan adalah bentukannya. Beads adalah manik (atau mote) berbentuk 3 dimensi dan bersifat sprinkle (butiran) sedang sequins adalah manik berbentuk 2 dimensi dan bersifat lembaran. Keduanya adalah keluarga payet.

Payet yang dijual saat ini sangat beragam, tergantung kerajinan kitanya ya ngubek-ngubek toko dan sabar ngantri tanya ke pramuniaganya. Namun perlu diingat, nggak semua toko jualan payetnya samaan, maksudnya baik kualitas serta ketersediaan warna dan ukuran nggak terlalu komplit. Kadang ada yang menjual per-gram, per-ons atau per-satuan dan harga jualnya pun berbeda ya untuk setiap toko.

Di Toko Victory payetnya sudah ditakar dalam plastik-plastik kecil, harganya sekitar Rp. 3000 – Rp. 5000an CMIIW. Enaknya belanja di toko Victory kita bisa melihat langsung payetnya jadi bisa sekalian sambil mikirin komposisi warnanya, kalau di toko lain kadang kan pramuniaganya suka langsung nodong tanya: “mau warna apa?” heuheu ... Kan jadi makin bimbang ...

Karena yang ikutan cuma berdua jadi kita lebih enjoy untuk saling sharing tentang perpayetan dan sedikit tentang circle per-crafter-an. Berfaedah sekali workshop-ku ini hehe Sebenarnya kita tinggal mengikuti contoh seperti yang dibuat sebelumnya, tapi lama kelamaan kitanya yang request ingin buat yang mana haha Yang tersulit dulu, lah ya ... yang lebih perlu pencerahan. Kalau kita sudah tahu tekniknya, sisanya tinggal eksplorasi sendiri mau buat yang kaya gimana.







Kurang lebih begini ya hasilnya kalau diterapkan di pakaian ...




Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Dalam rangka mengisi waktu luang Ramadhan alias ngabuburit, aku mengikuti workshop yang diadakan oleh @brotherwoodbdg di Bandung Creative Hub. @brotherwoodbdg ini memang sudah rutin mengadakan woodworking workshop ya, eym ... kenapa baru kali ini ikutannya? Karena woodworking workshop sebelumnya bertema decoupage yang bagiku agak kurang menarik↟☻.

Saat itu ada beberapa pilihan woodworking workshop yang bisa diikuti selain spicy rack making, yaitu book storage, side table dan wall storage. Namun mempertimbangkan dimensi dan keberfaedahannya kelak, aku memilih untuk mengikuti woodworking workshop: spicy rack making, mayan khan ... untuk nyimpen-nyimpen saos sama BonCabe 🙂😂😂

Sebenernya kalau rajin mah mending ikutan workshop beginian, selain belajar DIY furniture, kita juga bisa sekalian nabung furniture haha 😼 Cocok nih untuk anak kosan apa newly married 😗, eh iya workshop-nya ini bisa berdua loh ... di sesi woodworking workshop-ku juga ada kok yang setim dengan temen deket dan pacar, resikonya Cuma satu: (barangnya) nggak bisa dibagi dua  😂.

Nggak usah khawatir ya kalau belum pernah ikutan woodworking workshop semacam ini, karena kita akan didampingi oleh AA-AA yang sudah expert dan ... yang paling penting nih, rajin nanyain “mau difotoin nggak?” 😅 khan ... jadi enak ❤ Karena jumlah peralatannya terbatas kitanya mesti gercep, biar nggak lama ngantri ...

Aku nggak begitu asing dengan woodworking karena pernah mempelajari saat kuliah ... bertahun-tahun yang lalu 😂. tapi beda kan ya kondisinya dengan sekarang, berasa pegel-pegel aja gitu abis motongin kayu, padahal pake mesin. Karena prosesnya dari raw material yakni (masih) berupa potongan kayu, durasi pengerjaannya lumayan lama ya ... dan menguras tenaga. Asli ini mah, capek. Apalagi kalau puasa ~ 😫.

Woodworking ini terdiri dari 3 tahap ya, tahap yang pertama adalah preparation (persiapan) dimulai dari memilih material yang akan digunakan, mengukur atau membuat pattern dan cutting. Nah, usahakan untuk melakukannya dengan runut (sesuai urutan) biar lancar di tahap assembly-nya.

Tahap yang kedua adalah assembly (perakitan) yaitu proses penyatuan bagian-bagian yang sebelumnya kita buat. Proses ini cukup memakan waktu ya karena kita mesti fokus biar nggak miring-miring masanginnya 😅 Belum lagi kalau ada bagian yang mesti disambung pake lem, sambil menunggu lemnya kering kita bisa mengamplas bagian yang lain.

Tahap yang ketiga adalah finishing, @brotherwoodbdg sendiri menyediakan 2 jenis finishing, yang pertama pake clear coating sedang yang kedua pake wax. Saranku mending finishing-nya pake wax, selain prosesnya lumayan cepat, kalau pake wax warna kayunya nggak berubah malah semakin memperlihatkan urat kayunya. Beda dengan cat yang malah kadang membuatnya nggak natural dan prosesnya mesti dilakukan berkali-kali (layering).

TIPS
- Gunakan pakaian (+ hijab) yang simple dan nyaman, awas jangan pake yang kewer-kewer.
- Gunakan safety gear yang sudah disediakan.
- Nggak usah pake make-up yang berlebihan, karena pada akhirnya lusuh juga 😂😂😂
- Usahakan pake sepatu ya, jangan pake sandal, nyeker apalagi ...
- Bawa air minum ya, capek loh ini ...

Setelah selesai usahakan minum susu atau air kelapa, gunanya untuk menetralisir tubuh dari mikro partikel kayu yang bertebaran selama nge-workshop. Bisa juga dengan minum air putih yang banyak.



wax-nya kaya begini

Kiri atas: sebelum dikasih wax
Kanan bawah: setelah dikasih wax.

biar muka lecek yang penting beres 😁
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

As we all known, Mrs. Tuty Cholid is one of Indoneisan senior designer who is already joining in fashion business since 80’s.

Seperti yang kita ketahui, ibu Tuty Cholid adalah salah satu senior designer yang telah malang melintang di bisnis fashion sejak era 80an.

She started her professional career as a fashion designer after won a fashion design contest and the prize was a scholarship of fashion school in Paris France. Althought she already took Midwife School and Interior Design School before, her passion of fashion delivered her until being a fashion designer like today.

Ibu Tuty Cholid mengawali karirnya sebagai fashion designer setelah memenangkan lomba rancang busana yang berhadiah sekolah fashion di Paris Prancis. Meski sebelumnya sudah sempat mengenyam pendidikan di sekolah kebidanan dan desain interior, passion-nya terhadap fashion-lah yang mengantarkannya menjadi seorang fashion designer seperti saat ini.

As an early fashion designer in Indonesia, she said that they (fashion designer) need a long process to make people aware into fashion. Because at that time fashion is a tertier need, a luxurious things for a few society.

Sebagai salah satu designer awal di Indonesia, Ibu Tuty Cholid menuturkan bahwa diperlukan proses yang cukup panjang untuk bisa membuat masyarakat ‘melek’ fashion. Maklum saja, pada masa itu fashion dinilai sebagai kebutuhan tertier, suatu kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang.

When in Paris, she learnt that there is a 2 work which is had a prospective economic value, it’s craft and business industries.

Saat di Paris, Ibu Tuty Cholid mempelajari bahwa dalam ada 2 jenis pekerjaan  yang bernilai ekonomi jika dikembangkan dengan baik, yaitu craft dan industri bisnis.

Fashion designer is a specializing profession on fashion area, covering every visual attribute which is attached on our body, it can be a clothes, a bags, a shoes or an acessories.

Fashion designer merupakan profesi yang mengkhususkan diri pada bidang fashion mencakup segala macam atribut visual yang melekat pada tubuh manusia, baik itu berupa pakaian, tas, sepatu atau aksesoris lainnya.

Whereas crafter is a specializing profession on craftmanship of borderless range (because it’s too much), it can be a sculpture, a pottery, a crochet, a metal worker,  a sketcher or even a sushi maker.

Sedangkan crafter merupakan profesi yang mengkhususkan diri pada bidang keahlian tertentu yang ruang lingkupnya tak berbatas (karena saking banyaknya), seperti sculpture (seni patung), pottery (seni tembikar), crochet (seni rajut), metal worker (seni logam), sketcher (seni gambar) atau bahkan sushi maker (seni mengolah makanan).

She decided to entering fashion business after looking Indonesian textile business had a big step on the world. Her hard work on fashion business is paid off by international business expansion.

Ibu Tuty Cholid memutuskan untuk terjun dalam bisnis fashion sebagai apresiasinya di tengah industri tekstil Indonesia yang sedang menggeliat. Berkat keuletannya, bisnis fashion-nya sudah merambah ke mancanegara.

It’s not easy to be a survivor in fashion business, there are so many competitor and the technology always update. One of the key to survive on fashion business is by holding on the concept and the good concept never based on the market only.

Untuk bisa bersaing di bisnis fashion diperlukan upaya untuk tetap bisa survive, salah satu cara yang paling ampuh adalah dengan menggodok konsep produk. Dan konsep produk yang baik tidak mesti berorientasi pada market semata.

Because the essence of fashion designer is being a craft conceptor also trend maker (creating the trend). Market shouldn’t lead fashion designer, because fashion designer should be the leader of the market. It’s like ... Where are we going next year?

Karena esensi fashion designer adalah sebagai craft conceptor yang menciptakan tren (trend maker), bukan market yang mengarahkan fashion designer, namun fashion designer yang mengarahkan market. Mau dibawa ke arah mana tren tahun depan? Semacam itu lah ...

In fashion business there is 4 range of work, it is boutique, haute couture, mass production and enterpreunership.

Dalam bisnis fashion terdapat 4 range yang bisa diolah, yaitu butik (boutique), adi busana (haute couture), pabrik industri (mass production) dan kewirausahaan.

As a fashion designer we always want our business gaining into the next level by expansion out of our concept range, but it would be nice if we thinking wisely which range we should expansion, at least it should be match with our concept and handled well. Remember ... don’t be a greedy.

Sebagai fashion designer jika memungkinkan tentu kita meningkatkan level dengan mengekspansi bisnis pada range di luar range asli, namun ada baiknya difikirkan terlebih dahulu range mana yang sekiranya akan sesuai dengan konsep produk kita dan mampu ditengani. Ingat ya ... jangan serakah.

And one things, never aftraid to compete with other countries because Indonesian is a black horse in fashoon industries better than China, Vietnam and Thailand. Indonesia supplied US fashion need among 68% (data of 2000s), so there is no reasonfor not to compete in fashion business.

Satu hal lagi, jangan pernah takut untuk bersaing dengan negara lain karena Indonesia merupakan pemain yang diperhitungkan dalam industri fashion melebihi China, Vietnam dan Thailand. Indonesia bahkan mensuplai kebutuhan fashion US sebesar 68% (data sekitar tahun 2000an), maka tidak ada alasan untuk tidak ikut bersaing dalam bisnis fashion ini.

Nowadays, people still have a hunch about fashion by expecting fashion is a glamourous things, the only things they didn’t expecting is fashion is about business.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
KOFICE and Kriya FSRD ITB present YCIFI Global Fashion Mentorship which was held on 20th and 21th May 2017 at Gallery Soemardja ITB Bandung. YCIFI Global Fashion Mentorship is participated by YCIFI Basic Fashion Course batch 2, YCIFI Advance Fashion Course batch 2, YCIFI batch 1 alumnus and open for public only at day 1.

KOFICE dan Kriya FSRD ITB mengadakan acara YCIFI Global Fashion Mentorship yang diselanggarakan pada tanggal 20 dan 21 Mei 2017 di Galley Soemardja ITB Bandung. YCIFI Fashion Mentorship ini diikuti oleh peserta YCIFI Basic Fashion Course dan Advance Fashion Course batch 2, alumni batch 1 dan terbuka untuk umum hanya pada hari ke 1.

YCIFI Global Fashion Mentorship was opened by Angklung performance by Saung Angklung Udjo, they also taught us how to playing a song by Angklung together. The rest is opening speech from KOFICE and Kriya FSRD ITB representative

YCIFI Global Fashion Mentorship dibuka oleh pertunjukan Anglung oleh Saung Angklung Udjo yang juga mengajari kami bagaimana caranya memainkan lagu menggunakan Angklung bersama-sama. Kemudian pidato sambutan dari perwakilan KOFICE dan Kriya FSRD ITB.

At day 1, Global Fashion Mentorship was held at Ruang Seminar FSRD ITB on 2nd floor, the schedule is public lecture by Hyejin Hong from Studio K (Korean fashion designer) and Tuty Cholid (Indonesian senior fashion designer), they are talked about fashion business prospective from the designer view.


Pada hari ke 1, Global Fashion Mentorship diadakan di lantai 2 Ruang Seminar FSRD ITB, materi public lecture ini disampaikan oleh Hyejin Hong dari Studio K (fashion designer dari Korea) dan Ibu Tuty Cholid (senior fashion designer dari Indonesia), mereka berbicarca tentang prospek bisnis fashion dari sudut pandang designer.


After (a long) coffe break, we continue by Fashion Mentoring Seminar by The Goods Dept and Brilianto. It was nice to know The Goods Dept. presentation about The Revival of The Local Brand Movement and I was surprised to know him (Brilianto) was a banker before decided become a fashion designer and joining YCIFI Advance Fashion Course batch 1, very inspiring.

Setelah coffe break, acara dilanjutkan dengan Fashion Mentoring Seminar yang disampaikan oleh The Goods Dept and Brilianto. Menyenangkan bisa melihat presentasi dari The Goods Dept. tentang The Revival of The Local Brand Movement (gerakan yang membangkitkan brand lokal) dan agak sedikit terkejut ketika mengetahui bahwa Brilianto dulunya bekerja di bank sebelum memutuskan untuk menjadi seorang fashion designer dan mengikuti YCIFI Advance Fashion Design Course batch 1. very inspiring.

  
Then we continued by Fashion Mentoring Seminar by Hyejin Hong (again) and Wizwid.com reprentative. They are talked about social media impact and what makes your brand interesting enough to be considering by e-commerce. The point is how to selling your product on e-commerce.

Kemudian dilanjutkan dengan Fashion Mentoring Seminar yang disampaikan oleh Hyejin Hong dan perwakilan dari Wizwid.com (e-commerce dari Korea). Mereka berbicara mengenai pengaruh media sosial pada brand dan apa yang membuat brand-mu cukup menarik untuk bisa dilirik oleh e-commerce. Intinya adalah bagaimana caranya menjual produk-mu di e-commerce.


Differently than YCIFI Advance Fashion Course batch 2 which has an opportunity to get Fashion Mentoring Seminar by Berrybenka and Lotte. We. YCIFI Basic Fashion Course batch 2 has an opportunity to get Fashion Mentoring Seminar by Qoo10 Indonesia and Shafira.

Berbeda dari peserta YCIFI Advance Fashion Course batch 2 yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti  Fashion Mentoring Seminar dari Berrybenka dan Lotte. Peserta YCIFI Basic Fashion Course batch 2 mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Fashion Mentoring Seminar dari Qoo10 Indonesia (baca: Qyu~ten) dan Shafira.


After Fashion Mentoring Seminar, YCIFI Advance Fashion Course batch 2 had an opportunity to get Intensive Mentoring and Business Meeting by Hyejin Hong, Munsoo Kwon and buyer. Meanwhile, YCIFI Basic Fashion Course batch 2 only had an opportunity to get mentoring by Tuty Cholid at day 2.

Setelah Fashion Mentoring Seminar, peserta YCIFI Advance Fashion Course batch 2 mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Intensive Mentoring dan Business Meeting dengan Hyejin Hong, Munsoo Kwon dan beberapa buyer. Sedangkan untuk Peserta Basic Fashion Course batch 2 hanya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti mentoring dengan ibu Tuty Cholid di hari kedua.

At day 2, Global Fashion Mentorship was held at Ruang Seminar FSRD ITB on 2nd floor the schedule is public lecture by Hyejin Hong from Studio K (Korean fashion designer) and Munsoo Kwon (Korean fashion designer), they are talked about their experience as a fashion designer and how they built their brand.

Pada hari ke 2, Global Fashion Mentorship diadakan di lantai 2 Ruang Seminar FSRD ITB, public lecture ini disampaikan oleh Hyejin Hong dari Studio K (fashion designer dari Korea) dan Munsoo Kwon (senior fashion designer dari Korea), mereka berbicara tentang pengalamannya menjadi seorang fashion designer dan bagaimana mereka membangun brand.

Semacam prescon :)

~ FYI. No worries about the language trouble because the crew already prepared interprater for transleting by wireless receiver. 

~ FYI. Tidak perlu khawatir dengan kendala bahasa, karena panitia telah menyediakan interprater yang menerjemahkan langsung materi yang disampaikan melalui wireless receiver.

Here is some picture of  YCIFI Advance Fashion Course batch 1 final project for YCIFI Global Fashion Mentorship mini exhibition.  






After Hyejin left :(
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates