Quaranthings: la Casa de Papel

by - May 29, 2021

Hello…

Saat pandemi tahun lalu ada satu serial Netflix yang hype abysss… yakni la Casa de Papel (Money Heist), meski penasaran setengah mati aku tetap konsisten nontonin oppa-oppa anyonghaseyo atas nama mimpi babu dan halu-halu Bandung 😁. Barulah di awal tahun aku nyicil menonton la Casa de Papel, itu pun masih selang seling sambil nonton drakor.

Aku menonton la Casa de Papel ini with no expectation, biar lebih asyik aja ya. Berkaca dari yang lalu-lalu: expectation kill your hypeness😌. Aku hanya tahu la Casa de Papel ini adalah series yang bercerita tentang money heist tapi dengan kostum yang fancy, eym… yang kupikir ada kaitannya dengan sekte tertentu karena official poster-nya yang bagiku masih ambigu 🤔.

Untuk season 1-nya aku langsung binge watching, gils… ambis banget yekan 😁 Kuakui la Casa de Papel ini adalah series yang menarik sekaligus menghibur, gimana ya, kupikir untuk saat ini la Casa de Papel adalah series bertemakan money heist yang compact.

Untuk mempersingkat intro, yumari… 

SEASON 1

🎬 13 episode
⏰ 60 menit

Series dibuka dengan narasi dari Tokyo yang menceritakan bagaimana ia direkrut oleh Professor aka Salvador Martin aka Sergio Marquina (Álvaro Morte) untuk bergabung dalam timnya. Tim yang dibentuk Professor ini bertujuan untuk merampok Royal Mint of Spain alias Gedung Percetakan Uang Negara. Kamikaze banget nggak tuh? 😁.

Tentcunya untuk bisa memasuki The Mint of Spain dibutuhkan rencana yang matang dan tim dengan skill yang nggak main-main. Ohya, untuk mempermudah komunikasi dan menjaga privacy mereka menggunakan nama alias yang dipilih masing-masing.

Mereka adalah Berlin aka Andrés de Fonollosa (Pedro Alonso), Tokyo aka Seline Oliveira (Úrsula Corberó), Moskow aka Agustín Ramos (Paco Tous), Denver aka Ricardo Ramos (Jaime Lorente), Nairobi aka Ágatha Jiménez (Alba Flores), Rio aka Aníbal Cortés (Miguel Herrán), Helsinki aka Mirko Dragic (Darko Períc) dan Oslo aka Dimitri Mostovói (Roberto García Ruiz)

Selanjutnya kita akan disuguhi mandatory scene yang biasa ditemukan dalam tontonan sejenis, yakni usaha penyamaran, penyergapan dan pengambil alihan. Tadinya kupikir series la Casa de Papel ini akan dipenuhi scene berdarah-darah yang tsadesss, ternyata nggak segitunya ya, paling banter scene tembak-tembakan yang membabi buta.

Menurutku (setelah menonton sampai episode 5) la Casa de Papel ini agak drama dan lebih mengedepankan eksplorasi karakternya, well… mungkin gegara kebanyakan dialog juga kali yhahaha Untukku yang suka tontonan yang agak mikir dan ber-plot twist, la Casa de Papel ini menyenangkan sekali ☺️.

Karakter favorite-ku di la Casa de Papel tentcunya adalah mb Nairobi yang manits dan fun🥳. Yang kalau bukan karena spirit-nya yang menggugah, mencetak uang selama berhari-hari akan terasa anyep. Bisa ditanyakan niya ke Mbah Torres… gimana kesannya selama bekerja dengan mb Nairobi 😉.

Dan aku sangat mengapresiasi Professor yang meski mendadak bucin, tetap berusaha konsisten menjalankan rencana idealist-nya. Kubilang idealist karena Professor memikirkan setiap detail dan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Pokoknya detail banget. Kadang sampai gregetan sendiri dengan rencana yang dia buat, bisa dieksekusi nggak nih? 🤔.

Ohya, mengenai bucin (yang mana berarti budak cinta, bukan budak micin 😏). Kupikir Álex Pina (writer) memiliki sisi melankolis romantis yang too much, nggak salah sih, tapi kesannya macem nggak ada hari esok. Jangan salah niya, kelakuan bucinnya Tokyo & Rio membuat plot hole dalam skenarionya Professor, yang pada akhirnya mengantarkan mereka pada situasi genting.

Selain Tokyo & Rio, pasangan bucin lainnya adalah Denver dan Stockholm aka Mónica Gaztambide (Esther Acebo) yang merupakan selingkuhan dari Arturo Román (Enrique Arce) direktur Royal Mint of Spain. Nah, hubungan segitiga antara Denver – Mónica – Arturo inilah yang paling renyah menurutku, easy peasy banget (untuk Mónica) kalau dibandingkan dengan kelakuan toxic-nya Arturo.

Untuk menghadapi Professor dan timnya, pihak kepolisian menurunkan duo Raquel Murillo (Itziar Ituño) dan Ángel Rubio (Fernando Soto). Meski sering kena tikung Professor keduanya pantang menyerah, sayangnya mereka sering nggak klop dengan Luis Prieto (Juan Fernández) yang memang memiliki agenda sendiri.

Baik polisi dan Professor merupakan lawan yang seimbang, bedanya polisi lebih banyak nyangkut di birokrasi sedang Professor dan timnya lebih banyak nyangkut di emosi. Kadang suka degdegan kalau salah satu dari mereka mulai goyah, merasa bias aja nggak tahu mesti memihak yang mana. Eh, pada merasa gitu juga nggak?

Mungkin ini hanya perasaanku, tapi kenapa ya Professor dan Berlin di ending scene vibes-nya macem In The Shadow? Haha Apakah gegara kontur wajahnya yang lawas macem vampire atau memang efek setting-nya. Ohya, karena la Casa de Papel lagu Bella, Ciao kembali populer, lagu ini sering dinyanyikan sebagai seruan anti fasis di WW II di Italy pada tahun 1940an, tenang guise… kalau lebih dari 50 tahun berarti udah free rights.

SEASON 2

🎬 9 episode
⏰ 60 menit

la Casa de Papel season 2 ini melanjutkan ending yang nanggung di season 1 yang lalu, dimana akhirnya Raquel menemukan markas Professor dan timnya pada masa training. Udah degdegan aja niya khawatir Professor langsung tercyduk di tempat *heu 😅.

Sedangkan, nun jauh di Royal Mint of Spain, timnya Professor merasa resah dan gelisah karena nggak mendapatkan kabar dari yang bersangkutan. Keresahan inilah yang membuat mereka agak gegabah dalam bertindak. Bukan Cuma sanderanya yang stress ya, penyanderanya pun nggak kalah stress.

Di season 2 ini aku gagal faham mengapa Tokyo dipilih sebagai main cast, kupikir Tokyo karakter terlalu labil dan nggak sabaran meski cakep 😁, yha darah muda memang beda kali yah Ada momen dimana Tokyo terlalu grasa grusu melakukan sesuatu, salah satunya adalah ketika mengeksekusi Berlin.

Berlin memang agak seksis dan narsis, tapi diantara semua anggota tim Berlin-lah yang paling mampu memimpin. Mohon maap mb Nairobi, meski kusuka gayamu saat memperjuangkan emansipasi 😘 tapi Berlin masihlah yang terbaik. Kubilang terbaik karena Berlin bersedia (dan keukeuh) on cam meski pake perban di kepala. Kocak 🤣.

Kalau sebelumnya ada Tokyo & Rio dan Denver & Stockholm yang bucin mania, maka di season 2 ada Professor dan Raquel yang witing tresno jalaran soko kulino. Sumvah, ingin banget rasanya cepu ke mb Raquel bahwa Salva yang selama ini dikira tukang bikin cuka apel adalah Professor yang selama ini dicari-cari. Gini loh mb… nganu… itu masnya… 🙃.

Kali ini, Tokyo & Rio berhasil membawa kebucinan mereka to the next level. Asli mind blowing banget saat tahu Tokyo memilih untuk kembali masuk ke Royal Mint of Spain ketimbang mabur kemana gitu. Kalau Radit & Jani adalah versi lokalnya, maka Tokyo & Rio versi interlokalnya. Benar niya apa kata Pici dulu: da cinta mah satoel enjoy :3

Baru kali ini aku menemukan konsep money heist yang terancam ambyar gegara bucin 🙃.

Kupikir di season 2 ini yang paling kentara perkembangan karakternya adalah Denver, dari pemuda easy going yang kadang nggak pake mikir berubah menjadi karakter yang lebih liat dan bertanggungjawab. Yha~ bagi sebagian orang cinta adalah sebenar-benarnya jawaban, sebagai netizen kuhanya bisa mendoakan agar Denver & Stockholm bisa abadan wadaiman.

Ketimbang season 1, season 2 ini tensi ketegangannya lebih tinggi karena Professor dan timnya berpacu dengan waktu. Maksudnya cuy… uang sebanyak itu ngangkutinnya juga PR 😁 Aku jadi kepikiran butuh berapa kali balikan untuk bisa menyapu bersih ruang brankas.

Ohya, aku ikut merasa lega saat Angel terbangun dari koma, sebagai partner yang terjebak friendzone kupikir Angel cukup legowo saat tahu Raquel lebih memilih Salva ketimbang dirinya. Meski Professor adalah yang paling diuntungkan dari kecelakaannya Angel, Professor jugalah yang paling disalahkan oleh Raquel.

Diantara para sandera yang paling berulah tentcunya adalah Arturito, KZL pisanlah kalau ada scene-nya yang ada doinya 🤣.

la Casa de Papel berhasil menutup season 2 ini dengan begitu memuaskan meski Berlin, Moskow dan Oslo mesti tertinggal di Royal Mint of Spain. Especially, tribute to Berlin yang lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang lebih bermartabat ketimbang menua dan sakit-sakitan. Thanks to mb Ariadne Cascales (Clara Alvarado) yang kebetulan kena tikung semesta, berada di tempat dan waktu yang salah.

Lagi OTW season 3 ya

You May Also Like

0 comments

Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~