Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hallo... 

Rasanya baru minggu lalu aku menulis post akhir tahun, eh ternyata.. udah waktunya menulis lagi, gils... setahun berlalu tapi rasanya skip abis haha 😂 Banyak rencana berakhir menjadi wacana gegara pandemi yang belum tentu kelar meski uji coba vaksin berhasil. 

Kalau ditanya gimana rasanya (kena) pandemi? Menurutku, rasanya macem kembali ke masa hiatusku di tahun-tahun lalu 😅. Nostalgia 🤣 Mungkin perbedaannya terletak pada bagaimana aku menghadapinya, kalau hiatus vol. 1 adalah tentang how to survive, maka hiatus vol. 2 adalah tentang finding purpose. Menurutku ya... 😊.

Di hiatus vol. 1, aku belajar untuk memilih dan melepaskan hal-hal (yang kupikir esensial) dalam hidup seperti pertemanan, pekerjaan, tujuan dan berbagai printilan duniawi lainnya haha Ternyata nothing last forever... 🥺.

Katakanlah, kamera. Kupikir kamera adalah salah satu hal esensial yang mesti kumiliki karena berdaya guna mengabadikan momen. Kadang sampai greget sendiri ingin beli kamera. Tapi ya setelah melalui hari-hari overthinking akhirnya aku memutuskan untuk menyisihkan kamera karena toh ternyata (setelah dijalani) aku masih bisa hidup meski nggak punya kamera 🤗. 

Ada masanya ketika aku meng-unistall social media gegara gedeg, hanya bisa makan tahu dan tempe selama 2 bulan lebih gegara alergi dan menghabiskan waktuku ala the art of doing nothing 😌. Beberes rumah, menyiram tanaman, membaca buku, menonton TV, ngeblog lagi, declutter isi laptop, sedang sisanya (masih) berusaha menata hidup 😋. 

Di hiatus vol.2 aku belajar untuk lebih menghargai waktu dan berusaha untuk lebih well prepare untuk segala kemungkinan. Tapi kalau boleh jujur, aku cukup senang karena rencanaku untuk lebih menikmati hidup akhirnya tercapai meski melalui cara yang wkwkwk Aku menemukan bahwa pandemi ini membuatku lebih santai dalam menjalani hidup 😉. 

Percayalah... di post yang lalu-lalu aku lebih sering menggunakan tata bahasa yang agak baku, macem; membuat, sudah, sepertinya dan berusaha untuk membuat tulisanku menjadi lebih berbudi bahasa. Sedang saat ini aku lebih sering menggunakan tata bahasa yang lebih santai macem; bikin, udah, kayanya dan berusaha untuk membuat tulisanku senyaman dan sesantai bagai ngobrol dengan coy yang sefrekuensi 😘. 

Karena sudah WFH sejak tahun lalu alias kerja remote, yang terjadi saat ini nggak jauh berbeda dengan hari-hari (yang bukan hari Jisun) biasa. Bedanya kali ini massanya banyak... Wow! Se-excited itukah orang-orang dalam menyambut WFH? 🤔 Well... Kurang lebih itulah yang kurasakan saat awal-awal kerja remote, sensasinya macem kerupuk. Meski mampu ngembang cepat di awal tapi lama-lama melempem juga 🙃. 

Ohya, selama pandemi beberapa hal mendadak hype 😎.


1. Dalgona Coffee 
Skip. Nggak ikutan karena nggak mau mempersulit diri sendiri 😌. 

2. Bercocok tanam 
Skip juga. Tapi mama di rumah malah makin excited, begitu pulang banyak tanaman baru yang belum kenalan 😁.

3. Virtual photoshoot 
Skip juga. Nggak ikutan karena nggak tertarik 😌. 

4. Online streaming 
Ada beberapa serial yang kutonton dan kutunggu di Netflix, tapi akhirnya memutuskan untuk fokus hanya ke drakor aja karena lebih menjual mimpi 😂.
Oppa... Oppa... Anyonghaseyo... ❤️.

5. Online class & Webinar 
Aku sempat mengikuti beberapa online class baik yang berbayar maupun yang nggak berbayar, sejauh ini online class yang menurutku berfaedah adalah kelasnya Jonathan End ✨👌🏻. Sedang sisanya adalah milik Future Learn, Skill Academy dan berbagai IG live-nya orang-orang. Etapi... banyak yang live banyak yang leave 😏. 

6. Mendadak enterpreneur 
Salah satu efek pandemi yang paling terasa adalah berkurangnya income akibat WFH, sebagian netizen memanfaatkan peluang tersebut dengan berjualan online. Setiap kali nonton insto isinya jualan mulu, dari home dress, dessert box sampai jasa belanja sayuran, semangat yakawan. Love you... 😘.

7. Main game 
Salah satu game yang hype di masa pandemi ini adalah Among Us, aku pernah ikutan main tapi nggak sampai 2 minggu aplikasinya udah di uninstall lagi, yagimana... mainnya belum lama udah keburu dibunuh haha 😂.
Meski terlambat, saat ini aku lagi anget-angetnya main Redecor, ternyata seru ya... 🤗.

8. Masak sendiri 
Salah satu pencapaian terbaik selama pandemi adalah masak sendiri, saking niatnya aku sampai beli kompor listrik. Sungguh sebuah effort bisa beres masak sebelum jam 8 pagi 😉. 

9. Masker 
Yawla... banyak banget yang jualan masker unyu... Ada beberapa yang kuincar (bahkan sampai kunyalakan notifnya) tapi selalu sold out, gercep banget nih netizen 😁.

10. Dan masih banyak lagi 

Bersandar pada Resoluslice, harusnya aku menulis tentang beginning of the decade and end of the decade ya, kupikir 2020 adalah tahun spasi alias jeda alias pause, karena rasanya kilat banget. Januari, Februari, Maret...eh tahu-tahu Desember 🥺. 

Kalau ditanya apa goals-ku di tahun depan. Well... kupikir aku masih akan meneruskan apa yang sudah kumulai. Kemungkinan liburan tipis-tipis dan berusaha untuk nggak ngoyo ingin ini itu karena sadar diri ada hal-hal yang nggak bisa ku kontrol. 

Berarti masih sama ya hehe 🙃.

Semoga tahun depan (dan tahun-tahun seterusnya) kita semua diberkahi kebahagiaan yang tak surut, menerima sesuai yang dipanjatkan, memiliki yang sebelumnya tak termiliki serta masa yang panjang untuk menikmatinya. 

Aamiin. 

Inilah tweet penutup tahun dariku, jangan pernah berhenti berdoa ya... aku sayang kalyan semua wahai netizen ❤️❤️❤️.


David Gogishvili ✪ · Snowman _ Sia
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hai netizen akhir tahun... 🙋🏻‍♀️.

Menjelang pergantian tahun beberapa apps mulai mengirimkan rekap tahunannya, aku sih yes ya karena jadi bisa tracking apa aja yang kulakukan selama setahun kebelakang. Membantu sekali apalagi kalau ada goals yang sedang dikejar. Hal-hal semacam ini sebenarnya penting nggak penting sih, tapi tetep ya selalu menarik untuk ditunggu 😊.

Diantara semua apps ini, kupikir yang menjadi breakthrough recap di tahun ini adalah Spotify, karena lebih interaktif dan memberikan pengalaman yang menarik saat menontonnya. Maklum yaw~ netizen haus hiburan haha makanya nonton yang beginian aja berasa lagi nonton apaan hahanjirrr faqir hiburan~ 🤣.

Kemudian disusul Shopee yang tumben-tumbenan bikin kilas balik, tapi gpp sih seenggaknya aku jadi tahu kalau tahun ini ternyata aku lebih hemat belanja di Shopee meski sedang pandemi. Haha... yaiyalah kan pindah ke Tokopedia *saruakeneh 🔨😌 Coba ya Tokopedia ikutan bikin juga, yakin pisan kalau dijumlah-jumlah mah hasilnya seri. 

Kurasa aku lebih suka konsep rapotnya Grab di tahun lalu, tahun ini Grab recap-nya kurang nendang ah... Mungkin gegara pandemi juga kali ya *heu Recap Gojek tahun ini menarik tapi untukku kurang berkesan, yha~ mungkin masalah taste juga kali ya *heu (lagi). 

Selama ini aku menggunakan Duolingo untuk mengasah minat dan bakat di Bahasa Jerman, kali kan ya... siapa tahu... nanti mampir ke Jerman 😉.

Tapi untuk tahun ini, aku menggunakan Duolingo untuk belajar Bahasa Inggris dalam rangka persiapan tes IELTS (yang mana belum kulakukan). Entah kesambet apa, tapi pandemi ini menginspirasiku untuk selangkah lebih berfaedah ketimbang gabut nontonin orang-orang bikin Dalgona Coffee. 

Well... semoga tahun depan recap-nya bisa lebih baik lagi ya. 

Semangat!!! 
Pandemi belum berakhir yakawan.








Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hay! Hay! Hay! 

Selamat menikmati libur akhir tahun yakawan, meski kecewa liburnya di-cut gegara pandemi, kuyakin sekali masih ada sisa mangkel di hati karena Pemilu tetap lanjut. Meh banget nih pemerintah. Macem nggak akan ada hari esok aja... 🤔 Ternyata benar niya apa kata ayah saat pemilu tahun lalu: tyada hal yang abadi (di dunia ini), kecuali... kepentingan pribadi. Ntapss 👍🏻. 

Di tengah kepanikan dan kesimpangsiuran info COVID-19 aku menemukan kesenangan dari Twitter, bahkan salah satu alasanku bersemangat menjalani hari adalah karena cuitan netizen +62 yang kupikir lebih mewakili isi hati ketimbang DPR 😅. Asli. Netizen +62 selalu bisa menemukan celah untuk mengomentari, mengkritisi dan memeriahkan suasana 😂. Layaknya Doraemon, selalu ada yang baru di Twitter ✨😎✨. 

Saat COVID-19 outbreak timeline Twitter mendadak serius, menyesuaikan dengan situesyen terkini yang terasa sangat hopeless (dan helpless). Eh, tapi bukan netizen +62 namanya kalau nggak bisa melempar punchline yang bisa bikin ngakak sampai kram perut haha  🤣🤣🤣 Gibliks memang... cepat tanggap dan tangkas menyambar berita terkini. 

Meski kadang suka malay dengan akun yang pure bikin review demi traffic dan yang gemar memanfaatkan hashtag dengan meng-upload selfie, aku suka netizen +62 ini, gabutnya nggak dibuat-buat 🥳. Selanjutnya, akan kubagikan screenshot cuitan netizen +62 yang masih kusimpan di smartphone-ku, yang sering ku kutengok bergantian dengan meme koleksyen yang (juga) ku kumpulkan dari Twitter. Moodbooster banget pokoknya haha 🤣🤣🤣.

Enjoy please... 

Ohya, karena banyaknya screenshot ini disusun random ya... Semoga terhibur 😋.



SUARA DISKO · DISKORIA - SERENATA JIWA LARA
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

credit: Pinterest

Hello... 

Tahun 2020 adalah tahun yang cukup berat ya bagi kita semua, pandemi COVID-19 yang susah banget nget... nget... kelarnya ini adalah biang kerok dari semua wacana yang belum bisa terlaksana 🥺. Selama 10 bulan terakhir intensitas jajan gabut di e-commerce meningkat, tak terkeculi aku yang rajin banget nungguin sale rutin di tanggal cantik 😉. 

Dibandingkan tahun lalu kupikir jajan gabut selama pandemi didominasi oleh basic needs dan beberapa printilan berfaedah. So, bisa dibilang barang-barang yang kubeli kali ini sudah melalui berbagai macam pertimbangan dan asas keberfaedahan. Sengaja kubagikan, siapa tahu bisa menjadi inspirasi jajan gabut di tanggal cantik mendatang 😝. 

Owkay, inilah best buy-ku di tahun 2020 

KITCHEN TIMER MAGNET
Aku membeli kitchen timer ini bukan gegara mau masak serius yakawan melainkan untuk timer mandi haha 😂. Salah satu permasalahan hidupku adalah durasi mandi yang nggak bisa sebentar, sering banget telat pergi-pergian gegara mandinya kelamaan (ada yang gini juga nggak sih? 😅). 

Tadinya aku berencana membeli bath timer yang bentuknya macem sand timer di kasir McD, tapi setelah dipikir-pikir sand timer mah nggak ada suaranya 🤔 jadilah aku mencari opsi lain. Nggak mungkin juga kan aku selalu membawa smartphone setiap kali mandi. Cook timer ini suaranya berisik banget tapi untukku sih okcey. 

Beli di Tokopedia 21K (belum termasuk ongkir)


FACKELMANN LEMON SQUEZER
Aku membeli Fackelman lemon squezer ini sebab sadar diri malay memeras lemon untuk honey-lemon-shot, cukup membantu ya apalagi kalau nggak mau tangannya kebasahan. Aku tertarik membelinya karena materialnya adalah plastik, selama ini yang kutahu lemon squezeer rata-rata menggunakan material metal. 

Sebelumnya aku memang berencana untuk membeli lemon squezeer, nggak menyangka akan menemukan lemon squeezer plastik ini hehe Warnanya juga lucu yaw, kuning 😍. So far, Fackelmann lemon squizeer ini lebih cocok untuk lemon lokal yang berukuran besar, kalau lebih kecil nggak bisa diperas. 

Beli di Diekuche Fackelmann 28K (sale, belum termasuk ongkir) 


WATSONS
Aku membeli Watsons body wash dan hand wash ini dalam rangka nggak sengaja lihat diskon saat melewati Watsons. Niatnya sih Cuma waving check kali aja ada yang lucu dan sesuai budget, ternyata saat itu Watsons sedang ada diskon untuk body wash dan hand wash. Mayan juga kan, beruntung kita juga sedang bertiga jadi langsung dibagi rata. 

Tadinya aku ingin bulk buy untuk dibagikan tapi setelah dipikir-pikir lagi, berat cuiii... haha 😂 Nggak kebayang yang punya usaha perjastipan rempongnya gimana, aku bawa 6 botol sebentar aja sudah cangkeul. Ketimbang membeli body wash refill aku lebih suka membeli yang berukuran besar macam Watsons ini, selain hemat tentcunya lebih awet. 

Beli di Watsons body wash 100/3 dan hand wash 50K/3 (sale, belum termasuk pijat dan Salonpas 😌) .


BOTANINA
Aku membeli Botanina karena punyaku yang sebelumnya sudah habis 😊 Kebetulan beberapa waktu yang lalu Botanina sedang me-rebranding produknya, yuyur aku sempat pesimis, khawatir produk favorite-ku berhenti diproduksi macam Spirituel Toner-nya Sandara Jiwa. Untuk memastikannya, aku chat admin-nya dengan: Hai Min, untuk Cold and Flu nama barunya siapa ya? (siapa bukan apa 😅). 

Ternyata nama barunya Cold and Flu lebih indie, yakni Redam, begitu pun dengan varian produk lainnya, saranku mah chat dulu adminnya biar nggak salah beli. Ketimbang Jaga Sukma aku lebih suka aroma Redam, gimana ya... lebih mantips meresap di paru-paru, langsung berasa plong aja gitu 🤗. Tetep ya... disemprot ke rambut 😝. 

Beli di Botanina 149K (bundle, belum termasuk ongkir)


Sekian Best Buy-ku di tahun 2020, hasil jajan gabut nan berfaedah selama pandemi. Perlu diingat ya... yang penting untukku belum tentu penting untuk khow sekalyan... Tetap semangat! Beberapa hari lagi kita berganti tahun. FYI aja kalau udah pada amnesia 😌

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Hallo kawan sepermageran dan seperebahan....
Sudah nonton berapa film? 😁

Beberapa minggu lalu (atau bulan 🤔) Puty sharing tentang kesannya selama mengikuti online course di masa pandemi ini melalui post IG-nya. Well... sebagai #sobimager yang (kebetulan) sedang enroll online course tapinya nggak kelar-kelar 😅, aku pun tergerak untuk turut beropini mengenai keabsahan sertifikat online course bagi khow-khow sekalyan. 


Dari jawaban Puty ini aku mendapatkan insight yang menarik. 
Sekaligus merasa tertantang untuk enroll online course (lagi) dan menyelesaikannya tepat waktu. 

DEMMM 🙃

Yang mana mengingatkanku bahwa aku masih punya hutang post mengenai online course yang kuikuti di sini. Heu... padahal draft-nya sudah ada 😅. Tapi, better late than never ya... ku revisi dan selesaikannya post-nya biar nggak kepikiran 😁 sekaligus me-reduce file draft-ku. 

Online course yang pertama kali kuikuti adalah Skill Set dari Future Learn: How To Build A Sustainable Fashion Bussiness (nggak usah di-search ya, course-nya sudah selesai di tahun 2018). Aku tertarik untuk mengikuti online course ini karena temanya yang menarik, (at least) pada saat itu belum banyak yang membahas tentang sustainable fashion. 

Materi How To Build A Sustainable Fashion Bussiness ini disusun untuk 6 weeks dengan durasi 2 jam per minggunya. Pada kenyataannya course ini ku selesaikan hanya dalam waktu 6 bulan aja haha 😂 Nggak kuwat guise... Untukku materinya cukup berat karena mesti menonton berbagai video dan membaca berbagai artikel untuk bisa mengekstraksinya jawabannya, hal yang baru, karena sebelumnya aku terbiasa dengan practice. 

Kurang lebih beginilah silabus course-nya, FYI setiap point-nya beranak ya, bercucu malah 😁. 

credit: Future Learn

Kalau diperhatikan, materinya lebih ke pengenalan mengenai apa sustainable fashion dan bagaimana peluangnya di masa depan. Tentcunya, kita diarahkan untuk mengimplementasikan konsep sustainable fashion pada brand yang ceritanya sedang OTW, aku sih yes ya, kupikir 3-5 tahun yang akan datang sustainable fashion is a things 💡. 

Course ini membuka mataku bahwa konsep sustainable bisa diterapkan dalam fashion, nggak selalu berhubungan dengan turbin di bawah laut atau kebun organik seperti yang kutonton di National Geographic. Alasan mengapa sustainable mesti diterapkan dalam fashion karena fashion adalah salah satu penyumbang sampah terbesar yang sulit terurai. 

Cakupan sustainable memanglah luas, namun pada intinya sustainable adalah konsep keberlanjutan mengenai proses terciptanya suatu produk. Keberlanjutan disini kumaknai sebagai rantai yang menggerakkan supply chain circle, mencakup SDA dan SDM yang digunakan, proses pengerjaan dan dampak jangka panjang pada lingkungan. 

Kupikir sebenarnya kita (orang Indonesia) sudah menerapkan konsep sustainable dalam banyak hal. Ya. UMKM dan home industry sudah menerapkan konsep sustainable lebih baik ketimbang pabrik. Satu-satunya catatan hanyalah upah yang kadang nggak mencapai UMR daerah masing-masing 😅. 

Kubilang begini karena kupikir UMKM dan home industry (di tengah segala keterbatasanya) berusaha menggunakan sumber daya dengan sebaik-baiknya, dan yang paling penting: mampu memanfaatkan (bukan mengolah) limbah. Selain itu, kita memiliki banyak teknik pengolahan tradisonal yang kupikir masuk ke kriteria sustainable. 

Salah satu materi wajib di course ini adalah menonton The True Cost, yang sayangnya belum sempat kutonton karena mesti pake Netflix hehe Merasa bersalah belum nonton, aku pernah mencari The True Cost tapinya nggak nemu-nemu juga 🤔.

Ohya... karena saat ini aku sedang enroll online class (lagi) di Future Learn: Sustainable Fashion Develoment kupikir akan lebih baik kalau dibahasnya sekalian. Yha~ sekaligus minta doanya yakawan semoga kubisa segera menyelesaikannya *heu  😅. Sudah 2 minggu course-ku terbengkalai, so pasti nggak akan beres tepat waktu 🥺. 

credit: Future Learn

Kurang lebih beginilah silabus course-nya, ketimbang course How To Build A Sustainable Fashion Business kupikir course Sustainable Fashion Develoment ini lebih mengarah pada dampak yang ditimbulkan oleh industri fashion. Materinya tentcu lebih banyak dan menggurita macam MLM haha 😂 Ada masanya aku sampai nggak kuwat ngikutin course-nya dan memilih untuk syaree... 😁.

Menurutku dibandingkan saat aku mengikuti course How To Build A Sustainable Fashion Business, saat ini kita sudah aware dengan sustainable fashion, meski kalau search di Google mah artikel (dengan preferensi bahasa Indonesia) yang muncul ya itu-itu lagi. 

Dalam kurun waktu 5 tahun (dan semoga tahun-tahun yang akan datang) perkembangan sustainable fashion cukup signifikan yaw, peralahan merambat naik. Kalau dulu hanya ada beberapa fashion brand yang mengusung konsep sustainable fashion dan fokus terhadap pengembangan produknya kini sudah mulai bermunculan brand dengan konsep serupa. 

Bisa dilihat ya di tab search Instagram... 


Beberapa (bahkan) memasukkan ethical fashion dan sustainable guide development di bionya. Wow... Aku termasuk golongan orang yang memiliki ekspektasi tinggi untuk segala gelar dan statement, makanya ketika seseorang mengatakan... katakanlah self proclaimed sebagai expert, kupikir ia harus mampu mempertanggungjawabkannya. 

Tanpa bermaksud salty pada brand yang mengusung konsep sustainable, malah aku overwhelmed karena akhirnya ada yang aware. Menyenangkan sekali melihat mereka berusaha untuk lebih sustainable, dimulai dari hal kecil macam packaging atau movement who made my clothes?.

I just want to say... Sustainable nggak melulu tentang linen-linen atau katun-katun, nggak melulu tentang simplicity, nggak melulu tentang earth tone, nggak melulu tentang less plastic package, nggak melulu tentang cuap-cuap marketing. Yang akhirnya malah membuat kita lupa pada sustainable itu sendiri. 


Setahuku, bahkan brand besar semacam Adidas dan Nike belum bisa menyatakan secara resmi bahwa mereka mendukung atau ambil bagian dalam SGD (sustainable guide development), sebagai gantinya brand tersebut membuat campaign mandiri yang mengarah pada konsep sustainable. 

Kenapa nggak menggunakan SGD padahal brand mereka sudah besar? Karena berat... 😅 Kalau merujuk pada standar SGD sendiri, setidaknya ada 17 kriteria goals yang bisa diolah untuk mencapai standar SGD. Dan... kriteria goals pertama dari SGD adalah poverty (kemiskinan) maksud poverty disini apakah SDM yang bekerja pada brand tersebut sudah mendapatkan upah yang layak sehingga terentas dari kemiskinan? 

PR banget kan, padahal masih nomor 1 😌.


Untuk menerapkan konsep sustainable sesuai SGD tenctu dibutuhkan proses yang panjang dan komitmen. Menurutku, kita nggak mesti memaksakan mesti mencapai semua goals-nya, pelan-pelan, sedikit demi sedikit. Nggak masalah kalau kita baru bisa menerapkan sebagian, anggaplah seperti hijrah, dari (yang asalnya) baik menjadi lebih baik. 

Saat ini organisasi yang bergerak di bidang sustainable fashion dan segala tetek bengeknya adalah www.fashionrevolution.org yang didirikan pasca tragedi runtuhya Rana Plaza di India. So... kalau kalyan tertarik dengan sustainable fashion thingy bisa mampir ya, beberapa bulan yang lalu aku mampir ternyata mereka sudah punya tim di Indonesia ✨👌🏻. 

Menurutku, konsep sustainable ini masih panjang perjalanannya, masih perlu perlu penyesuaian, masih perlu diberdayakan, masih akan tumbuh. Tapi kalau melihat euphoria-nya aku yakin sustainable fashion is (still) a thing. 

Sebenarnya masih banyak sih yang bisa diceritakan dari course-ku, yang kutulis ini hanyalah sebagian kecil dari materi yang kudapatkan. Kalau kalyan ada waktu dan berminat ikut course-nya bisa dicoba yaini Future Learn (aku belum menemukan course tentang sustainable fashion di situs sejenis). 

Note:
Akhirnya aku menyelesaikan course-ku tepat waktu 😊.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ▼  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ▼  Dec (5)
      • Let's Talk About: Sustainable Fashion
      • Best Buy 2020
      • Netizen +62 Dalam Tangkapan Layar
      • Rapot
      • Hiatus Vol. 2
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ►  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ►  Apr (1)

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates