Hi... happy weekend everyone!
Kebetulan minggu ini Taylor Switf baru aja merilis album terbarunya yakni Folklore, nggak menyangka Taylor Swift akan seproduktif ini di masa pandemi wkwkwk 🤭 Sama seperti post-ku sebelumnya, post ini adalah draft post yang mandeg dari tahun lalu, di masa anget-angetnya Taylor Swift berantem dengan Scott Braun 🔥.
Alasanku membuatku post ini adalah tak lain dan tak bukan karena aku suka Taylor Swift 😍, meski bukan fans garis kerasnya, bolehlah dibilang Swifties haha 😁 Sejak Avril Lavigne mulai nggak produktif kupikir aku mesti mencari idol baru sebagai inspirasi, saat itu Amy Lee dan Gwen Stefani sudah nggak asyik lagi 😅, kuingin idol yang masih OTW berkarya jadi aku punya waktu yang panjang untuk menikmati karyanya.
Pencarian idol calon inspirasiku ini cukup memakan waktu ya karena ada beberapa band yang kusuka tapi malah vacum (dan bubar) macem My Chemical Romance dan Paramore, palingan Maroon 5 yang (akhirnya) levelnya kusetarakan dengan Sheila on 7 sebagai band terbaik versi mancanegara ✨👌🏻. Meski sudah berumur mereka tetap produktif berkarya. ❤️ Adam Levine.
Saat kuliah aku mendengarkan mp3 (mp3 ya bukan 3gp 😌) Taylor Swift yang berjudul You Belong With Me dari album Fearless di mp3 player Widy yang bentuknya mirip Ipod tapi versi KW 😁. Kupikir lagunya cukup easy listening bagiku yang masih nggak tahu aliran musiknya mau ikut mazhab apa 🤔. Tapi sejak saat itu aku mulai kepo dengan Taylor Swift.
Kemudian aku menemukan MV-nya You Belong With Me di YouTube, kupikir MV-nya manits 🥰, punya ‘cerita’ dan yha~ masuklah bagiku yang (saat itu) masih menyukai teen romcom cetek macem Mean Girls dan Chasing Liberty 😋. In short way, aku baru benar-benar menyukai Taylor Swift saat melihat MV-nya. Thanks to Elan yang saban hari rajin banget nge-download-in MV dari YouTube, karenanya aku punya banyak MV Taylor Swift 🙇🏻♀️.
Selain Taylor Swift aku juga menyukai Katy Perry, aku menyukai Taylor Swift sama seperti aku menyukai Katy Perry. Mereka equal dalam banyak hal dan memiliki banyak hal menarik untuk dibagikan. Baik Taylor Swift mau pun Katy Perry memiliki ciri khas masing-masing dan muncul di era yang sama, jadi rasanya sulit memutuskan mana yang lebih kusukai 🤔. Yha~ aku juga punya MV-nya Katy Perry (masih dari Elan).
Meski terbilang memiliki hubungan yang suportif, Taylor Swift dan Katy Perry sempat berseteru gegara rebutan back dancer, dari situlah situasi mulai memanas. Puncaknya adalah ketika Taylor Swift merilis lagu Bad Blood yang dibalas Katy Perry merilis lagu Swish Swish. Beginilah musisi kalau berseteru, saling berbalas karya ✨👌🏻.
Terlepas dari perseteruannya di masa lalu akhirnya mereka berdua berbaikan di MV-nya Taylor Swift yang berjudul You Need To Calm Down. Senang sekali rasanya melihat mereka kembali bersama meski hanya berpelukan pake kostum couple (kentang goreng dan burger couple kan? Tinggal ditambah saus dan soda biar mantips 👍🏻).
Satu-satunya hal yang membuat Katy Perry nggak semenarik Taylor Swift adalah fakta bahwa Katy Perry menikah dengan Orlando Bloom 🙃 yang mana pernah kukecengin sejak berperan sebagai Will Turner di The Pirates of Carribean *netijen posesip buta 😎. Sebelum menikah dengan Orlando Bloom, Katy Perry pernah menjalin hubungan dengan John Mayer. Yap. JOHN MAYER. Astaga Neng Keti... *netijen makin posesip buta 😎.
Biar tambah ikrib...
Mari kita sebut Taylor Swift sebagai Tay Tay
Di tahun 2009 aku menonton MTV Video Music Awards yang disiarkan secara live di Global TV, gawl banget kan nonton MTV hehe 😁. Saat itu Tay Tay memenangkan kategori Best Female Video, sayangnya speech-nya Tay Tay diinterupsi oleh Kanye West yang mengatakan bahwa (videonya) Beyonce adalah yang terbaik. Tay Tay langsung cengo dong diperlakukan seperti itu, well... jangankan Tay Tay, lakita penonton pun dibuat cengo dengan kelakuan liarnya babang Kanye 😌.
Even mb Beyonce pun nggak percaya babang Kanye sebegitunya, yakin banget mb Beyonce alamat bakal nggak enak kalau ketemu Tay Tay. Yang paling kena getahnya adalah cameramen dan produsernya, untungnya mereka sigap mengatasi masalah ini dengan mematikan kamera dan menyiarkan ads dengan terburu-buru. Sumpah kasihan banget Tay Tay 😢, baru pertama kali menang awards langsung kena julid babang Kanye.
Tay Tay memiliki reputasi sebagai drama queen yang semangat banget membuatnya menjadi bahan pembicaraan, terakhir kupantau (aziggg 😋) Tay Tay berkicau tentang kebijakan Donald Trump. Frontal sih... tapi ya gapapa toh di US sana kan nggak main buzzer atau mamang Nasgor 😂.
Sebelum kasusnya dengan Scott Braun (bisa googling sendiri ya kalau kepo 😊), Tay Tay pernah berseteru dengan Apple Music sehubungan dengan royalti. Kupikir disini Tay Tay sudah memanfaatkan title influencer-nya dengan baik karena terbukti setelahnya pihak Apple memberikan royalti kepada musisi yang musiknya masih berada di masa trial. Sebelumnya (lagi) Tay Tay pernah memperseterukan hal yang sama dengan Spotify.
Salah satu ciri khas Tay Tay adalah menggunakan pengalaman pribadinya sebagai inspirasi dalam menulis lagu, nggak terhitung lagi berapa lagu patah hati, bucin dan ngarep yang pernah tercipta. Aku sih yes haha Mantan paling drama yakni Calvin Harris, bukan lagi berbalas pantone, yang ada mereka saling berbalas lagu. Kali ini This Is What You Came For vs I Did Something Bad. Tay Tay memang bucin guise... 🤭.
The next Madonna, maybe?
Mungkin ini statement yang too much ya, lebay. Tapi kupikir Tay Tay memiliki taji yang sama dengan Madonna. Kubilang begini karena baik Tay Tay dan Madonna faham benar bahwa karyanya akan lebih di-notice publik jika relate dengan isu dan tren terkini, kupikir itulah alasan mengapa Madonna bisa bertahan dan eksis hingga saat ini. Kalau Madonna ada di zamanku, mungkin aku akan menyukai Madonna sama seperti aku menyukai Tay Tay.
Banyak karya besar lahir dari kegelisahan. Dan, Tay Tay dan Madonna memilih untuk speak up lewat karyanya...
Madonna merilis Material Girl untuk menyuarakan opininya mengenai sifat materialistis, merilis Lika A Prayer untuk menyuarakan pemahamannya mengenai keyakinan, merilis American Life untuk menyuarakan kritiknya terhadap kehidupan masyarakat Amerika.
Tay Tay merilis You Need to Calm Down untuk menyuarakan opininya mengenai isu LGBTQ, merilis The Man untuk menyuarakan kritiknya akan gender equality di dunia kerja, merilis Only The Young untuk menyuarakan kemungkinan adanya perubahan kalau anak muda mau berpartisipasi dalam politik.
Disini bisa dilihat Madonna lebih condong akan unpopular opinion, sedang Tay Tay lebih condong akan popular opinion. Madonna cenderung mendapatkan kritik karena ke-unpopular opinion-nya karena saat itu baru dia yang berani untuk speak up, sedang Tay Tay cenderung mendapatkan penerimaan karena apa yang menjadi unpopular opinion pada masa Madonna telah menjadi popular opinion di masa kini.
Honorable mention to Madonna yang berani menjadi ‘tumbal’. Salute 🖖🏻.
Sebelumnya aku sudah pernah bilang kan kalau aku baru benar-benar menyukai Tay Tay saat melihat MV-nya. Sejauh ini MV favorite-ku adalah Blank Space, Style dan The Man versi animasi, kupilih 3 aja karena kalau disebutin semua mah jadinya ngabsen 😅. Album favorite-ku masih 1989.
Setiap Tay Tay merilis MV aku selalu menunggu ulasan easter egg-nya, biasanya sih The Insider yang paling gercep. Makanya aku juga menunggu Tay Tay merilis official MV-nya Folklore.
Meski banyak drama dan bucin mania mesti diakui bahwa Tay Tay adalah musisi yang bisa diperhitungkan, inspiratif dan berani speak up. Oh ya, pada dasarnya aku nggak terlalu fanatik akan mazhab musik tertentu, selama easy listening, punya meaning tertentu dan (kalau bisa) MV-nya eye pleasure aku pasti suka.
Terima kasih sudah membaca sampai selesai, kapan-kapan kubuat post tentang Maroon 5 😋.
Lestari