Menyenangkan dan Mengenyangkan Diri Di Tebing Breksi dan Bakmi Jowo Mbah Gito

by - September 19, 2019


Setelah napak tilas AADC 2 dan karyawisata singkat yang bikin jompo kemarin kita agak melonggarkan schedule, berharap bisa sedikit bernafas haha 😁Alhamdulillah pegalnya agak berkurang meski sisanya masih berasa, terima kasih Salonpas, terima kasih Hot Cream, terima kasih Tolak Angin. Apalah artinya kita tanpa kalian... we love you 😘.

Oh iya, kita menginap di EDU Hostel (lagi) sebab dekat dengan rumah Ana dan sesuai budget (*penting 😉). Karena berempat maka kita pakenya family room, biar lebih private dan lega, kebayang aja gimana nggak nyamannya orang lain kalau kita pakenya dormitory 😂. Meski wifi-nya nggak nyampe kamar, kita sih okey-okey aja sebab lebih butuh rebahan. Ketimbang update-an 😂.

Ana dan Huda menjemput sekitar jam 8an, masih pagi sih itungannya haha Karena ada urusan Huda digantikan oleh driver lain, berhubung driver-nya masih orang Sunda jadi lumayan cairlah suasana. Seenggaknya kita nggak mesti menebak-nebak macem kemarin mwehehe 😅 Tujuan kita hari ini adalah ke Tebing Breksi, Hutan Pinus Imogiri, Gumuk Pasir dan Bukit Paralayang Watugupit.


***

TEBING BREKSI

setelah menunggu 1001 purnama

Kita hanya bisa bertahan di ½ jam pertama perjalanan, selanjutnya mah tepar bokk... 😂. Seingatku, kita baru terbangun nyata saat melewati jalanan yang agak berkelok dengan sawah di kedua sisinya. Saat sampai yang pertama kita lakukan adalah jajan... cilok! 1 porsi ciloknya dihargai Rp. 5000 dan isinya 5 butir sazah. Entah gegara lapar atau kangen tapi rasa ciloknya memang enak, sesuailah dengan lidah orang Sunda macem kita.

Yawla, ternyata hidup memang benar-benar terasa hampa ya kalau belum kena cimin (aci + micin) 🤣🤣🤣.

Tebing Breksi ini tadinya adalah pertambangan batu, baru pada tahun 2014 semua aktivitas pertambangan dihentikan sebab merusak lingkungan, lately penduduk sekitar menjadikan sisa pertambangan ini sebagai tujuan wisata. Selain sisa pertambangan, Tebing Breksi memiliki candi juga lho... ada Candi Ijo dan Candi Banyuibo. Kalau Candi Ijo terletak di tengah sawah, Candi Banyuibo terletak di daerah yang lebih tinggi, keduanya masih ‘nyambung’ dengan Candi Prambanan.

masih on

Diantara kita (minus driver) yang pernah ke Tebing Breksi adalah Deya, bulan lalu malah. Deya merekomendasikan untuk langsung naik Jeep ketimbang berfoto-foto, untuk menyewa Jeep kita tinggal menghampiri loket yang terletak di depan kolam. Harga sewa Jeep-nya Rp. 300.000, kalau nggak dengan rombongan jatuhnya Rp. 60.000 / orang.

Yang kusuka dari naik Jeep di Tebing Breksi ini adalah rutenya yang lumayan panjang dan setiap kali melewati spot yang instagramable, driver akan memberhentikan Jeep dan menyuruh kita untuk berpose. Kita juga akan melewati jalanan berbatu khas rute off road, jadi siap-siap aja nih ya ber-uwwuuu-uwwuuu ria 😙 dari atas kap Jeep 😆. Meski sebenarnya pantat makin tepos kegajlug-gajlug, naik Jeep di Tebing Breksi menyenangkan sekali ya 👌🏻.

setting foto udah outdoor, tapi jiwa masih indoor

Saat turun dari Jeep driver-nya langsung merekomendasikan spot terbaik untuk berfoto, yakni di ujung Watu Payung. Disana ada menara bambu amatir berisikan penduduk sekitar yang membuka jasa foto yang lagi-lagi amatir, kalau ingin menggunakan jasa mereka kita tinggal memasukkan smartphone / kamera ke dalam ember, nantinya ember tersebut dikerek ke atas dan taa-daa... kita difoto dari spot mereka 😉. Nggak ada patokan harga untuk jasa foto amatir ini, kita tinggal memasukkan uang ke dalam kotak yang telah disediakan. Se-ikhlas-nya 😊.

Setelah menyelesaikan rute kita kembali ke parkiran Jeep, kemudian lanjut mencari spot untuk setting tripod, agak tricky memang sebab orang berlalu lalang kesana kemari. Tapi dasar warga +62, adaa aja... yang cuek bebek jadi photobomb 😭. KZL deh ini... padahal Ana udah ngode keras biar pada minggir tapinya nggak ada yang peka dan lanjut foto dengan kita sebagai background 😏. Well... terlepas dari gersangnya yang bikin kulit burik 🤫, kita puas dengan Tebing Breksi apalagi bagian naik Jeep-nya. Patut dicoba yaini.






Tiket masuk: Rp. 3000/orang
Tiket parkir: Rp. 5000/mobil
Tiket Jeep: Rp. 60.000/orang

***

Menjelang tengah hari kita memutuskan untuk caw sekaligus mencari tempat makan siang yang asyik, maunya per-mie-an atau apalah yang pedas tapi nyegerin selain rujak. Di Tebing Breksi tadi ada kok kios-kios makanan dan minuman, musholla dan toilet juga ada kok. Tapi karena panasnya udah nggak nahan, kita malah jajan es krim yang ngelapak di pinggir jalan, lumayan menyegarkan meski sebenarnya bikin brain freeze 🥶.

BAKMI JOWO MBAH GITO


Udahlah, pokoknya pilihan tempat makan diserahkan kepada Ana dan konco-konconya aku mah bagian bayar 😋. Setelah dari Tebing Breksi kita menuju ke Bakmi Jowo Mbah Gito, sekitar 30-45 menitan laya... Lokasinya terletak di pemukiman, dari jalan utama masuk lagi ke dalam sampai ketemu lapangan yang dijadikan lahan parkir. Tadinya kupikir konsep bangunannya memang ekletik tradisional 🤔, tapi kata Ana bukan, bekas kandang sapi 🙄.

Bagian dalamnya, ya... seperti kandang sapi haha 😅 Mungkin karena udah tuwa juga, dindingnya miring-miring yaini dan agak pengap. Saat kita kesana lantai 2nya belum dibuka, mungkin karena belum terlalu penuh maka nggak ada urgensi. Tentcunya kita order Mie Goreng dan Mie Rebus, dan untuk menu bersama kita order Ayam Rica, tahu sendirilah... lapar tyada duwa 😂.

Mie Goreng dan Me Rebusnya enak yaini, porsinya juga banyak dan bikin keringetan haha Panas cuy! Tadinya kita kira Ayam Ricanya bakal pedas tapi ternyata byasa aja... 😌 malah kaya ayam di mie ayam dan bukan bagian primer. Minumannya dingin nyegerin, apalagi di tengah cuaca yang panas begini. Untuk harganya memang cukup standar dan  udah termasuk pajak, eh iya untuk parkir udah otomatis masuk di bill.




Jl. Nyi Ageng Nis no 9 Rejowinangun Kotagede Yogyakarta

Mi goreng: Rp. 30.000
Mie rebus: Rp. 30.000
Ayam Rica: Rp. 40.000
Es Jeruk: Rp. 8000
Es Uwuh: Rp. 10.000
Saparela: Rp. 13.000

***

Setelah makan yang mengenyangkan ini kita ... tepar (lagi) haha Karena khawatir nggak sampai tepat waktu ke Bukit Paralayang Watugupit, tujuan Hutan Pinus Imogiri kita coret dari list. Lagi pula kita pikir pohon pinus mah ada di Bandung juga haha 😅 So kita langsung menuju ke Gumuk Pasir.

You May Also Like

0 comments

Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~