Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Setelah berbulan-bulan nggak nonton di bioskop akhirnya aku ke bioskop lagi, apalagi kalau bukan gegara The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes. Meski kutahu nantinya film ini akan tersedia di layanan streaming kurasa akan lebih menyenangkan kalau menontonnya di bioskop, beda aja gitu feel-nya. Layar bioskop yang luas nggak bikinku pabeulit antara nonton filmnya atau baca teksnya.

Sayangnya, The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes hanya ditayangkan di Cinema XXI jadi ya mau nggak mau aku mesti nonton ke BIP. Aku nonton di weekdays karena khawatir di weekend tetiba line up filmnya udah berubah. Tahu sendiri yekan, warga +62 lebih antusias nonton film-film horror yang saban hari diceng-cengin Cine Crib. Selain itu aku ingin nonton dengan khidmat tanpa mesti jengkel perkara orang tua sableng yang membawa anaknya nonton film R+13.

Pulang ngantor aku langsung caw ke BIP pake TMP, rutenya udah aman dan bisa dilewati soalnya tadi pagi ada kebakaran yang cukup besar di daerah Pecinan Lama yang mana merupakan rute regular-nya TMP. Sesungguhnya aku nggak faham mengapa studio Cinema XXI AC-nya kini nggak dingin, aku sampai melepas parka gegara kepanasan padahal byasanya AC-nya Cinema XXI bisa bikin masuk angin.

Mari kita throwback ke… 11 tahun yang lalu, saat The Hunger Games baru aja dirilis.

WHERE IT BEGAN

Di weekend basah (saat hujan turun sesuai skema pergantian musim) mama mengajakku dan Widy untuk quality time sekalian bertemu dengan temannya di Ciwalk. Karena bingung mau ngapain akhirnya kita memutuskan untuk nonton The Hunger Games, mengikuti rekomendasinya Ichi. Yaudalaya… akhirnya kita berempat nonton The Hunger Games polosan tanpa terpapar spoiler.

Mon maap… The Hunger Games bukan film untuk anak-anak, bukan pula film untuk orang tua wkwk Untuk anak muda pada masanya *macem kita tentcunya The Hunger Games masih OK, namun untuk orang tua kurang cocok sebab bikin kaget dan banyak scene yang Afgan, mana kita nontonnya agak depanan. Beruntung kita berdua nggak kena omel perkara salah pilih film 😅.

Sejak saat itu aku mengikuti sekuelnya The Hunger Games sebagaimana aku mengikuti The Twilight Saga dan Divergent. Aku menonton semua filmnya di bioskop, makanya kalau nonton The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes via layanan streaming (nanti) feel-nya nggak akan nyampe. Heran juga mengapa filmnya cepat bocor, di TikTok potongan scene (yang bukan trailer) udah berkali-kali masuk FYP.

THE HUNGER GAMES TRILOGY


The Hunger Games adalah film yang diaptasi dari trilogy karya Suzzane Collins, ada 3 buku yang dirilis yakni: The Hunger Games, The Hunger Games: Catching Fire dan The Hunger Games: Mockingjay. Untuk The Hunger Games: Mockingjay dipecah menjadi 2 parts, sehingga dibutuhkan waktu 4 tahun untuk menyelesaikan trilogy-nya. sebagaimana yang terjadi pada Harry Potter and The Dealthy Hallows.

The Hunger Games bercerita tentang permainan mematikan dimana semua pesertanya saling membunuh untuk memenangkan permainan. Setting The Hunger Games adalah sebuah negara dystopia bernama Panem yang dipimpin oleh president Snow. Pusat pemerintahannya bernama Capitol yang ‘hidup’ di atas sokongan ke 12 distrik di bawahnya. Nggak usah ditanya seberapa jauh kesenjangan yang tercipta karena Capitol vs 12 distrik lainnya udah macem: aku pure blood – kamu mud blood.

tetap slay meski tiris

Distrik 1 – Luxury
Distrik 2 – Masonry 
Distrik 3 – Technology
Distrik 4 – Fishing
Distrik 5 – Power
Distrik 6 – Transportation
Distrik 7 – Lumber
Distrik 8 – Textiles 
Distrik 9 – Grain 
Distrik 10 – Livestock
Distrik 11 – Agriculture
Distrik 12 – Mining 
Distrik 13 – Nuclear (udah diberangus)

Setiap tahun Panem mengadakan The Hunger Games sebagai upaya mass control dimana setiap distrik mengirimkan 2 utusannya (1 laki-laki, 1 perempuan) yang dipilih melalui undian di Reaping Day. Semua anak yang mengikuti Reaping Day berusia 12-18 tahun, nggak ada pengecualian atau pun pengampunan bagi mereka yang mangkir.

Cerita bermula dari distrik 12, saat Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) mengajukan diri secara sukarela untuk menggantikan adiknya Primrose Everdeen (Willow Shields) yang terpilih pada Reaping Day di tahun pertamanya. Katniss dan Peeta Mellark (Josh Hutcherson) adalah tribute dari distrik 12 yang akan mengikuti Hunger Games ke 74 di Capitol, mereka dimentori oleh Haymitch Abernathy (Woody Harrelson) dan Effie Trinket (Elizabeth Banks).

definisi bahagia sendirian

Meski setiap distrik mengirimkan 2 tribute hanya ada 1 orang yang akan menjadi pemenangnya, to be honest… The Hunger Games memang timpang sejak awal. Distrik-distrik yang kaya mempersiapkan anak-anaknya dengan berbagai latihan yang akan membantunya saat menjalani Hunger Games. Sedang distrik-distrik kere, boro-boro memikirkan persiapan yang ada anak-anaknya pada kelaparan dan sakit-sakitan.

Singkat cerita Katniss dan Peeta memenangkan Hunger Games ke 74 dan kembali ke distrik 12. Sialnya, di tahun berikutnya mereka mesti mengikuti Hunger Games Quarter Quell yakni Hunger Games special edition yang diadakan setiap 25 tahun. Bhang-kek memang haha Katniss, Peeta dan tribute sekutunya kemudian bergabung dengan rebellion (pemberontak) di bawah Alliance yang dipimpin oleh president Alma Coin (Juliana Moore) di distrik 13. 


Aku nggak akan me-review film The Hunger Games trilogy ya karena pasti panjang banget… sampai sini aja udah lebih dari 750 kata. Sezuzurnya aku heran mengapa nggak pernah bikin post tentang The Hunger Games padahal doi adalah trilogy favorite-ku. Tribute favorite-ku adalah Johanna Mason (Jena Malone) dan Finnick Odair (Sam Claflin), BTW kalyan bisa baca post-ku tentang film Sam Claflin yang Me Before You disini.

Kalau kalyan ingin nonton The Hunger Games trilogy-nya bisa dicek niya layanan streaming kesayangan kalyan (termasuk jaringan link haram) harusnya sih udah ada. Kalau kalyan ingin baca buku fisik bisa dicari di Gramedia atau pinjam ke teman yang punya, sedang versi PDF-nya bisa dicari di IPusnas atau Shopee.

THE HUNGER GAMES: THE BALLADS OF SONGBIRDS & SNAKES


Karena belum membaca bukunya, aku belum bisa membandingkan keakurasiannya atau part mana aja yang nggak ada filmnya. Di The Hunger Games: Mockingjay part 2 Finnick nge-spill seculas apa president Snow dalam meraih dan mempertahankan kekuasaannya. Nah, The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes ini adalah film yang menceritakan turning point-nya president Snow sebelum menjadi pemimpin Panem.

Coriolanus (Coryo) Snow (Tom Blythe) adalah seorang anak cerdas yang kehilangan kejayaan keluarganya pasca kematian ayahnya Crassus Snow saat terjadi pemberontakan di distrik 12. Coryo tinggal bersama neneknya (Finnoula Flaganan) dan sepupunya Tigris Snow (Hunter Schafer) di rusun, meski hidup ala BPJS Coryo berhasil mendapatkan nilai terbaik di akademi dan digadang-gadang akan mendapatkan Plinth Prize.

Sayangnya, tahun ini ada peraturan baru dimana Plinth Prize hanya bisa didapatkan melalui Hunger Games, semua siswa di tahun terakhir akademi mesti menjadi mentor bagi semua utusan distrik. Entah bagaimana sistem pengundiannya, namun Coryo berakhir menjadi mentor bagi Lucy Gray Baird (Rachel Zegler) tribute dari distrik 12.

FYI
Lucy Gray bukanlah warga asli distrik 12, ia adalah bagian dari kaum Covey yakni kaum pemusik yang nomaden. Keterlibatannya di Hunger Games terjadi karena cinta segitiganya dengan Billy Taupe dan Mayfair Lipp (Isobel Jesper Jones) yang mengingatkanku pada filter IG, errr… 10 tahun yang lalu. Pada ngeh nggak sih? di The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes, Suzzane Collins menamai karakternya dengan nama warna?


Secara timeline, The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes ini statusnya adalah prekuel dari The Hunger Games trilogy, that’s why arena-nya masih terbilang sederhana dan tribute-nya masih asal comot. Kasian banget… begitu sampai nggak dimandiin atau di papantes dulu, langsung ditaruh di kandang macem di kebun Binatang dengan keadaan salatri. 

Coryo yang memang BU berusaha keras untuk membuat Lucy Gray menjadi pemenang Hunger Games, meski mesti melakukan kecurangan. Beruntung Coryo beneran cerdas jadi doi bisa mengusahakan tribute-nya melewati Hunger Games dan menjadi pemenangnya. Tentcu ceritanya nggak berakhir disini, masih ada paruh kedua yang terasa bagai epilog karena klimaksnya udah dikeluarin duluan.

Scene Hunger Games-nya nggak begitu mendebarkan macem trilogy-nya, tapi gpp laya kan kita jadi tahu sesederhana apa arena-nya. Kalau Hunger Games-nya Katniss udah pake mutt, Hunger Games-nya Lucy Gray pake makhluk eksperimentalnya Dr. Volumnia Gaul (Viola Davis) yang kagak eling. Di masa itu Dr. Gaul-lah sedang mengembangkan Jabber Jay di labnya.

FYI
Jabber Jay adalah burung eksperimen yang ditujukan untuk merekam percakapan para pemberontak, lambat laun para pemberontak faham kemampuan Jabber Jay dan sengaja memberikan informasi palsu. Capitol yang kecele karena kegagalan proyeknya kemudian melepaskan Jabber Jay ke alam liar, dan Jabber Jay yang kawin dengan Mockingbird menghasilkan Mockingjay. That’s why, di masa depan Mockingjay menjadi simbol perlawanan.


Pertanyan selanjutnya,

APAKAH CORYO DAN LUCY GRAY SALING CINTA?

Well… meski banyak scene yang menunjukkan ketertarikan diantara keduanya, kurasa mereka hanya memanfaatkan momen aja alias symbiosis mutualism. Coryo membutuhkan Lucy Gray untuk memenangkan Hunger Games, Lucy Gray membutuhkan Coryo untuk selamat dari Hunger Games. Coryo yang naif akan cinta karena ngambis demi menaikkan derajat keluarga pada akhirnya menyadari bahwa: doi lebih butuh power ketimbang cinta.

HAHAHA

Mau ngatain: makan tuh power tapi nggak jadi. Doi makan power bisa jadi president cuiii… Lakita, makan cinta kenyang kagak, capek iya *astaghfirullah *bukan aku


Aku lebih bisa merasakan chemistry-nya Coryo dan Tigris ketimbang Coryo dan Lucy Gray, kemungkinan karena Tigris adalah orang yang tumbuh bersamanya dan selalu ada untuknya. Aku juga suka dengan chemistry-nya Coryo dan teman-teman akademinya terutama Clemmensia Dovecote (Ashley Liao) yang terkena ‘flu’. Bertanya-tanya apakah mereka tahu Coryo beneran misqueen atau hanya sarkas belaka?

BESTIE YANG MEREPOTKAN

Tadinya kukira Sejanus Plinth (Josh Rivera) adalah saingannya Coryo, kubilang begini karena namanya Janus. Di mitologi Yunani Janus adalah dewa yang memiliki 2 muka (depan dan belakang), karenanya Janus menjadi Januari yang membuka tahun sebab ia bisa melihat ke masa depan dan masa lalu. Kurasa Suzanne Collins memilih nama Sejanus untuk ngasih kisi-kisi pada kita bahwa: jangan mau jadi bestie-nya.

Pernah nggak sih kalyan bertanya-tanya mengapa rerata horang kaya bisa menjadi filantropis? Dibesarkan dengan privilege tentcunya membuat mereka lebih mudah untuk memaknai kehidupan dan itulah yang terjadi pada Sejanus. Sialnya, emosi Sejanus belum terkembang sempurna, yang mana membuat Coryo mesti membereskan kekacauan yang diciptakannya.


Sumvah aku KZL banget saat Sejanus muncul di kereta yang sama dengan yang Coryo naiki, macem… bjirrr… ngapain sih ngikut segala. Sejanus yang dibesarkan dengan privilege tentcu nggak faham bahwa idealismenya terasa indah karena berada di lingkungan yang nyaman. Ketimbang menjadi beban Coryo, kenapa Sejanus nggak mengikuti karir bapake dan memberontak di saat yang tepat sih? Ujung-ujungnya manggil emak yekan.

Selama nonton The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes sezuzurnya daku salah fokus pada Coryo karena fitur wajahnya mengingatkanku pada Tom Felton aka Draco Malfoy. Aku juga setuju dengan netizen bilang bahwa Coryo yang botak mirip Eminem saat masih muda, apalagi saat ia menjadi peacekeeper dengan dog tag di lehernya.

before

after

JADI, APA YANG MENJADI TURNING POINT-NYA CORYO?

Scene dimana Coryo memburu Lucy Gray di hutan tentcu adalah halusinasinya, sekaligus representasi dari perasaannya yang awur-awuran. Moment ketika Coryo memilih kembali ke Capitol ketimbang kabur bersama Lucy Gray adalah moment saat Coryo menyadari bahwa ternyata nggak enak banget jadi generasi geprek haha Ada tanggung jawab yang menunggu, ambisi yang menggebu-gebu dan kesempatan yang nggak datang 2 kali.

Nggak ada yang tahu bagaimana Nasib Lucy Gray selanjutnya, apakah Coryo benar-benar membunuhnya di hutan, apakah Jendral Hoggs menangkap dan menyiksanya, apakah Lucy Gray berhasil kabur ke selatan, apakah Lucy Gray bersembunyi dan berganti identitas. Apakah Lucy Gray terpeleset dan tenggelam di danau. Yang kutahu… Lucy Gray telah bebas. 

aku, saat tahu biaya sewa bulan depan mau naik

FAVORITOS

Diantara semua tribute kostumnya Lucy Gray paling eye catching, bagus sih… tapi agak lebay aja gitu, aku malah lebih suka kostumnya Lamina (Irene Boehm) yang kagak neko-neko tapinya OK. Aku sukaaaa seragam akademinya Coryo yang berwarna merah ini, cutting-annya cakep banget dan desainnya unisex. Aku udah Googling namun nggak menemukan warna merah apa yang dipake, tadinya kupikir ini Crimson Red, tapi kadang agak gelap macem Bloody Red, please semesta algoritma kasih aku pencerahan…


yang mana coba?

BEST OF THE BEST

Kalau kalyan mengikuti The Hunger Games trilogy kalyan mesti banget nonton The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes ini, tapi kalau nggak mengikuti pun gpp karena ceritanya nggak parallel banget. Semua lagunya Lucy Gray dinyanyikan oleh Rachel Zegler secara live, makanya ada beberapa part yang terdengar agak cringe. Eh iya, Lucy Gray adalah penyanyi original lagu The Hanging Tree yang dinyanyikan Katniss di propo pemberontakannya, makanya begitu president Snow mendengarnya langsung jauh panineungan wkwkwk.

Kurasa kali ini Lionsgate berhasil menghidupkan franchise yang pernah hype di masanya, nggak ada yang mengira prekuelnya akan sebagus ini. Dulu aku mengikuti The Hunger Games trilogy karena visualisasi dystopia-nya nyampe, konsep distriknya matang, aturan Hunger Games-nya jelas, atmosphere yang diciptakannya cukup gelap untuk market remaja dan Katniss adalah Jennifer Lawrence.


FYI
Jennifer Lawrence pernah dikritik fans-nya The Hunger Game karena dianggap terlalu tua dan gemoy, memang… tapi kita nggak bisa membayangkan aktris lain menjadi Katniss yekan.

Di bawah ini adalah list film The Hunger Games yang dari yang (menurutku) OK banget ke yang OK aja.

1. The Hunger Games: Catching Fire (2013)
2. The Hunger Games (2012)
3. The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes (2023)
4. The Hunger Games: Mockingjay Part 1 (2014)
5. The Hunger Games: Mockingjay Part 2 (2015)

Terima kasih udah membaca sampai akhir, hari ini kalyan udah membaca post yang tersusun dari lebih 2000 kata. Keeps the good work… Semoga kalyan bisa lebih banyak membaca ketimbang scrolling TikTok.

Propo – istilahnya Plutarch Heavensbee untuk propaganda.
All the pictures were taken from Lionsgate's social media.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
source

Hello~

Sejak minggu lalu di feed Pinterest-ku nyempil gambar-gambarnya Alexa Chung, kemungkinan gegara aku searching sepatu mulu, yaiyalah… Waas aja gitu guise 😅… berasa disuntrungin ke era 2000an, dimana doi menjadi fashion inspiration-nya rang-o-rang. FYI, saat itu Alexa Chung adalah pacarnya Alex Turner (pokalisnya Arctic Monkey) sayangnya kini mereka udah bubar jalan dan menjalani hidup masing-masing.

Entah angan-anganku ketinggian atau memang sulit tergapai, namun menjadi Alexa Chung salah satu wish list-ku 😂. Setiap kali melihat gambarnya, aku merasa: this is what I want 😍… jadi cewek cakep yang style-nya keren (not to mention, the one and only Alex Turner 😆). Aku suka personal style-nya Alexa Chung yang casual, chic and a little bit quirk ✨👌🏻, yang mana masih okay untuk diadaptasikan oleh rakyat jelita sekalyan.


Menurutku, personal style-nya Alexa Chung terasa nggak pernah gagal karena masih berada dalam batas aman dan nyaman, aman untuk budget dan nyaman untuk dipake bahkan di negara tropis. Di era 2000an agak sulit menemukan straight denim dan sepatu Mary Jane yang mirip dengan punyanya Alexa Chung, kalau pun ada pasti out of budget mahasiswi banyak tugas. Sekarang mah udah banyak ya... 😊.

Oh ya, #alexachungcore adalah fashion stuff yang menjadi ciri khasnya Alexa Chung, yang kalau kita pake niscaya berasa jadi titisannya 😆. FYI, Mary Jane adalah model sepatu dengan strap di punggung kaki, yang seiring perkembangan zaman turut berkembang desain turunannya. Sepatu Mary Jane yang menjadi #alexachungcore adalah sepatu Mary Jane Kina berwarna merah dari brand Carel (Paris).

yang Alexa Chung pake - yang paling keren - yang aku mau

xilau men...

Karena #alexachungcore ini aku jadi kepikiran untuk beli sepatu Mary Jane *mendadak impulsive 😅. Aku dari tadi tuh pikir-pikir, mending beli apa nggak nih sepatu Mary Jane 😆. Desainnya okay untuk daily use dan cakep, apalagi kalau kakinya kagak burik dan gosong. Udah lama juga yekan aku nggak beli sepatu cewek yang bertali-tali, kayanya terakhir beli 5-6 tahun yang lalu. *aku ingin pembenaran 😌 *suapi egoku 😀.

Kenapa di rentang waktu 5-6 tahun aku nggak beli sepatu cewek? Karena kurasa sneakers lebih mampu mengakomodir kebutuhanku akan alas kaki yang bisa digunakan di berbagai surface, ditambah lagi musim pancaroba nggak kelar-kelar. Selain itu aku sempat remote working selama 2 tahunan, yang mana membuatku jarang keluar rumah.


Kekurangan sepatu cewek byasanya adalah: material-nya tipis, jadi sering bikin lecet di bagian atas tumit, kalau lecetnya dibiarkan bisa meninggalkan bekas yang nggak enak dilihat. Untuk kita yang udah biasa pake sneakers, sole-nya yang flat akan terasa kurang nyaman. Kalau jadi beli sepatu Mary Jane (apfah? Yakin nggak mau jadi titisan Alexa Chung? 😆) kayanya aku akan beli 2 item ini.

Heels pad
Heels pad ini dipake untuk meminimalisir lecet di bagian tumit atas yang disebabkan oleh gesekan material di kulit. Untuk sepatu cewek byasaya pake yang lurus menyesuaikan dengan pinggiran sepatunya, kalau kepepet bisa pake panty liner cuma memang mesti di-double karena tipis banget.

Insole
Insole ini dipake untuk memberikan kenyamanan pada kaki, terutama kalau udah terbiasa pake sneakers. Untuk insole usahakan pilih yang ada cushion di bagian medial (dalam) biar menyesuaikan dengan ergonomi kaki yang dinamis. Kalau kalyan flat footed usahakan pilih yang non cushion ya, kan kakinya udah datar. Byasanya insole ini pake ukuran standar (all size) jadi kalau ukurannya kurang pas bisa digunting.

FYI. Kalau kalyan beli sepatu kebesaran 1 size atau lebih 2-3 mm, bisa diakali pake insole ini.


Secara Mary Jane Carel out of budget ya, so… aku akan mencari di e-commerce aja. Let me know kalau kalyan punya rekomendasi brand yang OK, please bantu aku menjelma menjadi titisannya Alexa Chung 🙏🏻😂.

credits: Carel & Alexa Chung
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Hello~

Masih kuat nggak nih? Aku sih nggak 😆

Karena udah nggak sanggup berpartisipasi di Bandung X Beauty akhirnya kita melipir ke F&B tenants dan jajan kopi Tuku. Kemudian kita beberes goodie bag dan lanjut ngobrol, angger… nggak dimana-mana kita ngobrol mulu, mana topik obrolannya nggak pernah berubah 😂 We like to talk, whether you like it or not 😉.

Menghindari kemacetan khas weekend, kita memilih untuk pulang cepat sambil mencari tempat makan yang okay. Yha~ urusan mencari tempat makan kita serahkan kepada Icunk ya, terserah mau dimana yang penting kita makan dulu sebelum pulang biar tidurnya nyenyak wkwkwk 🤭. Ada beberapa opsi tempat makan yang diajukan, namun kita memilih Kedai Ton karena... ingin aja 😊.


Cuaca malam yang berangin membuat kita memilih menu berkuah yang bukan mie, kan tadi siang udah 😄 Karena menunya nggak dilengkapi gambar, akhirnya kita cap cip cup memilih menunya secara random berdasarkan feeling. Begitu menunya jadi dan diantarkan ke meja kita ngakak sejadi-jadinya karena teringat dengan Mie Godog made by chef Ana 🤭.

Saat ke Yogyakarta liburan lalu, kita sempat main ke rumah Ana di Kauman, kemudian melipir ke Malioboro, kemudian kembali ke rumah Ana dan makan Mie Godog. Mie Godog ini adalah nasi + mie rebus + cengek, bukan rasanya yang bikin monangesss melainkan porsinya yang menjadi double sebab nasi dan mienya yang mengembang 😭.

Nasi Ton Ayam Panggang 33K

Kerupuk Paru 6K

Ohya, kita order Nasi Ton Ayam Panggang dan Kerupuk Paru, rasanya sih okay dan menghangatkan. Namun untukku porsi ayamnya too much sebab nasinya udah mengembang duluan 😅, favorite-ku tentcu adalah kerupuk parunya yang garing dan nikmeh. Entah karena lupa atau memang bukan bagian dari menu, untuk sambalnya kita mesti ambil sendiri di tempat yang udah disediakan.

Salah satu hal yang menyenangkan dari Kedai Ton adalah spot parkirnya yang cukup luas, di perempatannya ada kang gorengan juga. Kurasa Kedai Ton ini lebih cocok untuk didatangi dengan teman sepermainan atau teman setongkrongan ketimbang bersama keluarga.

@ton.kedai
📍 Komplek Ruko Segitiga Mas Kosambi, Blok E No. 12 - 13.
Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 221 - 223, Ahmad Yani, Bandung
⏰ Senin - Minggu (11:00 - 20:30).

🍲 32K – 39K 
🍖 25K – 96K
🥟 5K – 18K 
🍹 11K - 15K 

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Belakangan ini cuaca panas banget ya… saking panasnya kepalaku sampai pening dan tak berdaya karenanya 🥵. Minggu lalu aku bahkan nggak sangup beranjak dari tempat tidur, hal yang membingungkan sebab aku merasa kedinginan sementara suhu tubuhku tinggi 😰. Oh ya, aku juga batuk dan pilek tyada henti, udah minum obat dan vitamin tapi nggak ada perubahan.

Saat bertemu lagi, Deya heran kenapa aku nggak sembuh padahal sakitnya udah hampir sebulan yang lalu, mon map yeoreobun… sakitku yang itu udah sembuh, ini sakit season terbaru huhu 😅 Kurasa cuaca panas turut mempengaruhi hajat hidupku belakangan ini, kepanasannya dikit, recovery-nya yang lama. Payah sekali ya 🤭 Minggu ini aku bertemu dengan Icunk dan Deya, apalagi kalau bukan gegara Bandung X Beauty.

Setelah nonton situesyen terkini di TSM via TikTok dan jiper karenanya, kita memutuskan untuk makan siang dulu. Tadinya kita mau makan di TSM tapi setelah dipikir-pikir lagi, mencari spot parking pun butuh konsentrasi jadilah kita mencari tempat makan yang sejalan dengan tujuan. Icunk merekomendasikan Hakata Ikkousha karena lewat di FYP-nya 😆.

Sejujurnya aku mengira sedang dikibulin G-Maps sebab logo Hakata Ikkousha-nya tampak ketinggalan zaman, aku bahkan merasa tempatnya lebih cocok sebagai tempat makan keluarga ketimbang tempat makan anak muda *kaya kita 🤣 Kita sampai saat jam makan siang, suasana saat itu cukup ramai tapi nggak sampai waiting list kok.

Byasanya kita makan per-mie-an sebagai penutup hari, makanya agak anomali kalau kita makan ramen siang panas begini, tapi yaudalaya… ketimbang salatri yekan 😌.


Kita order Ramen Ayam Tamtam dan Ramen Ayam Spesial, secara visual tampak sama namun Ramen Ayam Tamtam memiliki kuah yang lebih pedas ketimbang Ramen Ayam Kari. Meski kuahnya udah pedas Deya tetap menambahkan irisan cengek, aku juga sih… tapi cuma sanggup 3 iris aja 😅. Untukku, kuah Ramen Ayam Spesial ini light ya nggak meninggalkan sisa rasa di lidah, rasa ayamnya okay, mie-nya juga enak kok dan telurnya perfecto ✨👌🏻.

Kita juga order Tori Karaage yang surprisingly enak, kusuka karena ayamnya digoreng garing dan condiments-nya okay. Untuk porsinya pas kok cuma kuah ramennya memang kebanyakan, yha~ koclak dikit laya 😂 Biar nggak terlalu kalap kita order ocha yang bisa di-refill.

Ramen Ayam Tamtam 71K

Ramen Ayam Spesial 68K

Tori Karaage 41K

Ocha 14K

@ikkoushabdg
📍 Jl. L. L. R.E. Martadinata No.172, Merdeka, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung
⏰ 11:00 – 22:00
🍲 68K - 71K
🍹 14K - 41K
🍗 25K - 35K


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Photo by Andrea Piacquadio

Hello~

Apakah kalyan menonton YouTube atau mendengarkan Spotify saat bekerja? Aku sih yes, kadang anyep aja gitu rasanya kalau mesti terus-terusan mendengarkan suara netbook-ku yang berisik macem lagi potong rumput di lapangan 😅. Di post ini aku ingin membagikan playlist Spotify-ku, kali aja kalyan sedang mencari muzik azyik untuk didengarkan saat bekerja. Feel free to skip ya…

Belakangan ini aku lebih sering mendengarkan full album ketimbang mendengarkan kompilasi playlist yang kususun secara random berdasarkan taste-ku yang sporadis 😆 Nggak masalah apakah album pertamanya nggak semenarik album keduanya, atau vokalisnya bukan teteh skena. Kan kudedikasikan jam kerjaku hari ini hanya untuk mendengarkanmu wahai musisi tercinta… Yha~ semacam itulah 😄.

Ohya, list ini kususun berdasarkan intensitasku mendengarkan belakangan ini, jadi Sheila on 7, Taylor Swift, Yura Yunita, Tulus, Maroon 5 dan lagu-lagu TikTok minggir dulu wkwkwk 🤭.

REALITY CLUB

Apakah kalyan mendengarkan Reality Club? Please… say yes *maksa 😁.

Aku menemukan Elastic Heart secara nggak sengaja di Spotify, saat itu aku sedang mendengarkan random playlist yang berisi Vira Talisa, Camera Obscura, Adhitia Sofyan dan sisanya lupa lagi 😅. Semesta Spotify mengantarkan Elastic Heart padaku dengan yakin; bahwa aku akan selalu mendengarkannya sejak saat pertama kali dihantarkan. Well… itu benar, karenanya aku mulai mendengarkan Reality Club secara khidmat dan kesulitan untuk nge-skip playlist-nya.

Beberapa waktu lalu Anything You Want-nya Reality Club sempat jadi sound favorite-nya warga TikTok, aku sih yes ya… karena aku jadi bisa mendengarkan potongan lagunya setiap kali membuka TikTok. Album favorite-ku adalah What Do you Really Know? Maaf banget… tapi playlist-nya udah macem apotik tutup, nggak ada obat 😂. Please dengarkanlah Reality Club at least sekali sehari niscaya kalyan akan faham mengapa aku menaruhnya di urutan pertama.
 

BANDA NEIRA

Aku menemukan Banda Neira ini di masa-masa mengerjakan TA, terima kasih kepada entah siapa yang berbaik hati memasukkan lagunya ke hard disk bersamaan dengan Barasuara, Frau dan beberapa album indie yang namanya udah kulupa 😅. Tentcu, lagu favorite-ku saat itu adalah Sampai Jadi Debu, Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti dan semua mua mua muanya 😆.

Setiap kali mendengarkan Banda Neira saat Kukira masih punya waktu untuk menikmati karya mereka, nggak tahunya mereka malah bubar 🤭 Sampai sekarang aku masih follow mb Rara dan bertanya-tanya apakah beliau adalah titisan Summer Fin? Sebab berkali-kali doi bikin project bermusik, tetap bubar jua akhirnya 😅.
 

CIGARETTES AFTER SEX

Aku menemukan Cigarettes After Sex di salah satu blog post-nya Lucedale, yha~ aku memang rajin blog walking demi mendapatkan referensi buku, lagu dan hal-hal menarik dari blog. Sejak saat itu aku selalu memasukkan Cigarettes After Sex ke playlist yang kumiliki, jangan kegocek dengan nama band-nya yang kurang lazim ya 😅.

Meski lagu-nya terkesan less-effort sebab dinyanyikan dengan malas, kusuka liriknya yang manits dan terkesan tulus. Untukku, Cigarettes After Sex ini tipikal cozy song yang bikin pendengarnya nyaman sebab naratif, deskripsi terbaik untuk Cigarettes After Sex adalah nostalgic romantic. Setiap kali mendengarkan Cigarettes After Sex kadang aku merasa flashback ke masa lalu… yang nggak pernah kumiliki. 😂


LANA DEL REY

Aku menemukan Lana Del Rey di film The Great Gatsby (baca review-nya disini), untukku yang suka filmnya, suaranya mb Lana Del Rey ini melengkapi keindahan scene-nya (percaya deh… kalyan mesti nonton film The Great Gatsby at least sekali seumur hidup 😉). Setelahnya aku jarang menemukan mb Lana, sebab playlist-nya ketutupan mb TayTay yang mengisi hari-hari nganggurku 😅 Aku kembali menemukan mb Lana di TikTok saat Ratu Elizabeth mangkat sebab rerata videonya pake sound Young and Beautiful.

Entah di bagian mananya namun lagunya terdengar berbeda sejak pertama kudengarkan 10 tahun yang lalu, kusuka mb Lana yang artsy dan klasik macem time traveller lintas dekade. Aku pun setuju dengan salah satu diantara jutaan komentar yang bilang bahwa suaranya mb Lana ini: sounds like heaven but hurts like hell, doi humming aja udah bisa bikin kasuat-suat 😆 makanya heran dengan mb TayTay yang nggak mengoptimalkan skill-nya mb Lana.


***
 Adakah yang mau menambahkan?  
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates